Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geofisika adalah salah satu ilmu yang mempelajari kondisi bawah permukaan bumi. Geofisika pada penerapannya, menggunakan kaidah atau prinsip prinsip fisika. Penelitian geofisika untuk mengetahui struktur bawah permukaan melakukan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter parameter fisika di dalam bumi. Dari parameter parameter ini yang kemudian akan diinterpretasikan menjadi sebuah gambaran bawah permukaan bumi. Parameter parameter fisika ini dapat bermacam macam dan metode yang digunakan dalam setiap parameter pun berbeda beda. Seperti misalnya metode seismik yang mengukur waktu tiba, amplitudo dan frekuensi gelombang seismik. Kemudian metode gravitasi yang mengukur variasi harga percepatan gravitasi bumi pada posisi yang berbeda. Metode magnetik yang mengukur variasi harga intensitas medan magnetik. Metode resistivitas yang mengukur harga resistansi dari bumi, metode Georadar yang mengukur waktu tiba perambatan gelombang radar, dan berbagai metode dan parameter lainnya. Setiap metode metode geofisika ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. Maka sering kali, dalam suatu penelitian digunakan lebih dari satu metode geofisika untuk memperlengkap data dan meyakinkan hasil interpretasi yang dibuat. Interpretasi dalam metode geofisika juga sangat erat kaitannya dengan ilmu geologi. Karena pada hakikatnya kedua ilmu ini sama sama mempelajari tentang kondisi bawah permukaan bumi. Geologi mempelajari bawah permukaan bumi dengan kenampakan kenampakan geologi diatas permukaan bumi, sedangkan geofisika dengan melakukan pengukuran dengan parameter parameter yang ada di dalam bumi. Seorang geofisikawan yang pandai dalam ilmu geologi akan sangat membantunya untuk mendapatkan interpretasi yang tepat. Oleh karena itu sangatlah penting bagi mahasiswa geofisika untuk juga mempelajari ilmu geologi. Oleh karena itu, untuk seorang mahasiswa geofisika, diperlukan adanya praktek langsung ke lapangan, dimana disana akan dipelajari praktek langsung dari teori teori yang dipelajari sebelumnya. Dalam praktek langsung, akan diketahui hambatan hambatan dalam akuisisi data yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Dalam kuliah lapangan karangsambung ini juga diajarkan secara langsung tentang mengaitkan ilmu geologi dan geofisika. Kuliah lapangan ini bertempat di Karangsambung yang terletak di kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Karangsambung ini merupakan daerah yang unik dalam hal geologi. Disini terdapat 1
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
kompleks Melange yang menyebabkan adanya berbagai macam batuan yang harusnya tidak ada menjadi ada. Misalnya batuan yang harusnya berada pada samudera, namun ada di Karangsambung ini. Karena itulah daerah Karangsambung ini menjadi daerah yang sangat mendukung bagi mahasiswa Geofisika dan terutama Geologi untuk mengadakan kuliah lapangan.
1.2 Maksud dan Tujuan Kuliah Lapangan 2013
Mahasiswa dapat melakukan akuisisi data geofisika menggunakan metode seismik refraksi, geolistrik, gaya berat, magnetik danGround Penetrating Radar(GPR).
Mahasiswa dapat melakukan pengolahan data geofisika dari metode seismik refraksi, geolistrik, gaya berat, magnetik dan Ground Penetrating Radar(GPR).
Mahasiswa dapat mengamati kondisi geologi pada line akuisisi geofisika.
Mahasiswa dapat mengaplikasikan kemampuan geologi dalam menginterpretasi data geofisika sehingga dapat menjelaskan keterkaitan geologi dan fisika.
Mahasiswa dapat menganalisis kondisi yang tidak ideal dilapangan dan menjelaskan prosesnya.
Mahasiswa dapat menerapkan teori geofisika dan geologi di lapangan yang sebenernya.
1.3 Waktu dan Tempat Penelitian pada Kuliah Lapangan 2013
1.3.1
Waktu Pelaksanaan Kuliah Lapangan Karangsambung 2013 dilaksanakan mulai tanggal 28 Mei 2013 dan diakhiri pada tanggal 09 Juni 2013. Dengan rangkaian kegiatan seperti dibawah ini :
28 Mei 2013
: Berangkat ke Karangsambung
29 Mei 2013
: Kuliah Lapangan Geologi ( Geomorfologi )
30 Mei 2013 – 31 Mei 2013
: Kuliah Lapangan Geologi ( Geologi Struktur )
01 Juni 2013 – 03 Juni 2013 : Kuliah Lapangan Geologi ( Pemetaan Geologi )
03 Juni 2013 – 08 Juni 2013
: Akuisisi dan Pengolahan Data Geofisika ( Metode Seismik Refraksi, Metode GPR, Metode Geolistrik, Metode Gaya berat dan Metode Magnetik )
1.3.2
09 Juni 2013
: Pulang ke tempat masing masing
Tempat Pelaksanaan
2
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Geologi
: Sekitar Kampus LIPI, Kalijebug, Kalimandala, Gunung Parang, daerah utara
Karangsambung, dan daerah selatan Karangsambung
Geofisika
: Metode Seismik Refraksi, Metode Geolistrik dan Metode GPR di area Kampus
LIPI, metode Gayaberat dan Magnetik di desa Totogan, Gunung Parang.
1.4 Metodologi Penelitian
Metode penelitian pada Kuliah Lapangan di Karangsambung ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Metode Geologi Observasi geologi dilakukan pada minggu pertama kuliah lapangan selama enam hari. Observasi geologi tersebut meliputi Geomorfologi selama satu hari, Geologi Struktur Selama dua hari, dan Pemetaan Geologi selama tiga hari. Pada Observasi Geologi ada empat alat yang harus dibawah oleh masing masing kelompok untuk keberlangsungan penelitian, keempat alat tersebut adalah Palu Geologi, Lup Geologi, Kompas, dan HCl. 2. Metode Geofisika Akuisisi data Geofisika dilaksanakan selama lima hari dengan menggunakan lima metode. Metode metode geofisika yang digunakan dalam kuliah lapangan ini adalah metode seismik refraksi, metode geolistrik tahanan jenis, metode GPR ( Ground Penetrating Radar ), metode gayaberat dan metode magnetik. Dalam setiap akuisisi data dalam setiap metode, digunakan instrumen yang berbeda beda untuk setiap metodenya. Setelah pengambilan data di lapangan kemudian dilakukan prosesing data mentah tersebut untuk melihat hasil akuisisi dan menemukan anomali geofisika atau struktur struktur bawah permukaan yang terekam dari akuisisi data.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam laporan ini pada setiap bab untuk setiap metoda, akan ada penjabaran teori dasar. Teori dasar dimaksudkan untuk memperjelas pemahaman dalam setiap metode. Konsep dan nilai / parameter yang dicari dan hasil bagaimana yang diinginkan. Kemudian akan dibahas langkah langkah akuisisi data dari setiap metoda secara singkat dan jelas. Dan kemudian akan kami lampirkan hasil data mentah dari akuisisi data kami, dan proses pemprosesan data mentah tersebut menjadi data yang diinginkan yang berupa gambaran bawah permukaan yang tentunya setelah diberikan koreksi koreksi yang diperlukan bagi setiap metodenya. Kemudian setelahnya, barulah kami akan jabarkan hasil interpretasi kami dari data yang kami dapatkan tersebut dan akan diberikan kesimpulan. Secara sistematis, rincian laporan dari setiap bab makalah ini adalah :
3
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Bab I akan membahas mengenai latar belakang , maksud dan tujuan dari Kuliah Lapangan Karangsambung 2013 ini, Waktu dan tempat penelitian, Metodologi penelitian, dan juga sistematika penulisan.
Bab II akan membahas mengenai pengambilan akuisisi data geofisika berupa alat alat / instrument yang digunakan, tata cara penggunaan alat dan langkah langkah dalam pengambilan data
Bab III akan membahas mengenai pemprosesan data geofisika dengan menggunakan metode geofisika Seismik Refraksi, GPR, Geolistrik Tahanan Jenis yang akuisisi datanya dilakukan di daeraah Karangsambung dalam area Kampus LIPI. Dan juga metode Gayaberat dan Metode Magnetik yang akuisisi datanya dilakukan di daerah Totogan, Gunung Parang. Pada masing masing metode akan ada subbab sendiri diantaranya : teori dasar, flow chart pengolahan data dan pengolahan datanya serta analisis dari masing masing metode.
Bab IV akan membahas mengenai hasil interpretasi dari data yang telah diolah yang didapat di masing masing daerah tempat akuisisi data.
Bab V merupakan kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan interpretasi data geofisika dari lapangan yang kemudian diakhiri dengan saran untuk perbaikan kuliah lapangan selanjutnya.
4
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
BAB II AKUISISI DATA
2.1 Metode Gayaberat
Pengukuran data dengan menggunakan metode gravity dilakukan di daerah G. Spoci , dekat sungai Lok Ulo. Pengukuran ini bertujuan untuk memperkirakan persebaran batuan berdasarkan variasi densitas batuan. 2.1.1 Alat dan Perlengkapan Alat alat yang digunakan dalam akuisisi data Gayaberat adalah : 1. GRAVIMETER LA COSTE & ROMBERG MODEL G 2. GPS 3. Altimeter 4. Piringan 5. Kompas 6. Payung/Ponco
Gambar 2.1.1 Dari kiri , GPS , Gravimeter La Coste & Romberg Model G
2.1.2 Tata Cara Penggunaan Alat
Langkah langkah penggunaan alat Gravimeter La Coste & Romberg adalah sebagai berikut : 1. Samakan altimeter pada base dan pada pengukur yang berjalan. Catat perubahan ketinggian pada altimeter pada base setiap 10 menit. 5
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2. Stabilkan piringan
alumunium yang akan digunakan sebagai alas. Usahakan piringan
aluminium sedatar mungkin dan tidak mudah bergerak agar tidak salah dalam pengukuran.
3. Setelah dipastikan bahwa piringan sudah dalam posisi yang stabil, letakkan gravimeter secara perlahan-lahan di atas pelat. Usahakan gravimeter dilakukan dengan hati hati agar pegas di dalam gravimeter tidak terguncang dan rusak. 4. Kemudian lakukan leveling. Untuk mempermudah leveling, geser secara perlahan dan hati hati gravimeter ke kanan kiri, atas dan bawah sampai kedua gelembung mengambang.
6
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
5. Setelah kedua gelembung mengambang, maka lakukan leveling dengan 3 sekrup. 6. Setelah proses leveling selesai, putar Arrastment Knob berlawanan arah dengan jarum jam sampai tidak dapat diputar kembali. Kemudian nyalakan lampu. 7. Kemudian lihat Reading Line, Pastikan Reading Line berada di antara 2.2 dan 2.3 atau berada pada 2.25
8. Setelah tepat berada pada posisi yang diinginkan, nilai bacaan diperoleh dari counter dan Nulling Dial. Nilai bacaan paa Counter merupakan bacaan utama, 9. Ketika pengukuran telah selesai, matikan lampu dan kunci pegas ( searah dengan jarum jam ) sampai tidak dapat diputar kembali. 2.1.3 Langkah Langkah Pengambilan Data Langkah pengambilan data gayaberat :
7
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
1. Tentukan lintasan pengukuran Gayaberat. 2. Tentukan Base Pengukuran. 3. Satu orang Mengukur Altimeter di Base setiap 10 menit yang gunanya adalah untuk koreksi pada pemrosesan data. 4. Kemudian ukur nilai gayaberat pada Base tersebut. 5. Ukur nilai altimeter pada base pengukuran dan juga lihat dan catat waktu pengukuran. 6. Catat koreksi Terrain N, W, S, E dengan menggunakan kompas.
7. Kunci kembali pegas dan menuju ke stasiun berikutnya. 8. Lakukan pengukuran pada stasiun pertama sampai terakhir dengan cara yang sama dengan pengukuran pada base, jangan lupa untuk mencatat altimeter, waktu pengukuran, dan koreksi topografi. 9. Setelah semua stasiun telah selesai ukur kembali nilai gayaberat di Base. 2.1.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data Lintasan Pengukuran
: Daerah dekat G.Spoci dan Lok Ulo
Spasi Pengukuran
: 100m
Total Lintasan Pengukuran
: 16 stasiun
Cuaca
: Berawan dan hujan
8
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Kondisi lapangan
:
Stasiun 2-3 Sepanjang stasiun ini terdapat aliran sungai dari Lok Ulo dan ditemukan singkapan batuan breksi dengan fragmen batuan beku
Stasiun 7-8 Terdapat aliran sungai Lok Ulo dan ditemukan singkapan batuan metamorf, berwarna hijau pucat dengan kilap mika dipermukaanya
Stasiun 9-12 Pengukuran dilakukan di sepanjang jalan beton pada permukiman warga, terdapat kesulitan dalam menentukan posisi pengukuran alat, kendaraan motor yang melintasi rute pengukuran, dan kondisi tanah yang tidak padat membuat piringan tempat meletakkan gravimeter sering bergerak sehingga membuat kesulitan dalam pengukuran.
9
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.1.5 Topografi Lintasan Topografi lintasan gayaberat dengan menggunakan GPS dan altimeter X Base
Base
Y
Z
Altimeter
353528
9165621
76
-23
1 2
354739 354723
9168243 9168347
90 92
-15 -17
3
354666
9168432
98
-11
4
354615
9168522
107
-2
5
354518
9168563
109
1
6
354422
9168544
107
-2
7
354303
9168583
102
-5
8
354238
9168658
100
-4
9
354161
9168718
101
-3
10
354137
9168623
113
15
11
354173
9168531
122
27
12
354158
9168427
133
39
13
354132
9168328
143
51
14
354061
9168248
160
67
15 16
354020 353941
9168155 9168088
176 179
81 86
353528
9165621
76
-8
Tabel 2.1.1 Data Topografi Pengukuran Line Gayaberat
10
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 2.1.2 Line Metode Gayaberat
11
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 2.2 Metode Geomagnet
Pengukuran data dengan metode magnetik kali ini dilakukan di daerah G. Spoci , dekat sungai Lok Ulo. Pengukuran ini bertujuan untuk memperkirakan persebaran batuan berdasarkan nilai suseptibilitas batuan terhadap medan magnetik. 2.2.1 Alat dan Perlengkapan Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran metode Geomagnet adalah 1. Magnetic GSM 19T 2. Antena 3. GPS 4. Rol Kabel Antena Scintrrex 5. Payung/Ponco 6. Form catatan dan alat tulis
Gambar 2.2.1 Dari Kiri Scintrex Envi-Mag , GPS
2.2.2 Tata cara penggunaan alat Instrumen yang digunakan adalah Scintrex Envi Mag dan keterangan tentang instrument tersebut adalah sebagai berikut Keterangan Tombol
12
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.2 Tombol tombol pada Scintrex Envi-Mag
Power ON / OFF, untuk menggaktifan dan menonaktifkan alat, kesalahan dapat menyebabkan rusaknya dan hilangnya data START / STOP, untuk mengawali dan mengakhiri pengukuran, saat dalam Operasi Notes dapat digunakan sebagai backspace
SETUP, untuk pengaturan parameter pengukuran
LEFT/RIGHT, untuk memindahkan kursor
ENTER, membuka dan menutur pengaturan dan juga untuk mengatur signal rate
RECORDS, mengukur data dan meyimpan dalam memori internal
Screen Display
Gambar 2.2.3 Layar Monitor pada alat
Tide Line, mengindikasikan fungsi operasi yang sedang dijalankan
Middle Line, menampilkan informasi mengenai alat dan parameter survey data
Bottom Line, menampilkan petunjuk penggunaan alat yang diperlukan saat pengukuran
2.2.3 Langkah Langkah Pengambilan Data Langkah pengambilan data metode Geomagnet adalah sebagai berikut :
13
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
1.
Pasangkan antena dengan Magnetic GSM 19 T dengan kabel antenna, letakan satu set alat pada base dan set alat satu lagi pada seseorang yang membawa ransel antenna untuk pengukuran
2. Nyalakan alat dengan menekan tombol power, lalu pilih mode survey dan mulai pengukuran 3. Hitung nilai anomaly pada base setiap sepuluh menit.
4. Bagi pengukur, hitung nilai anomalyjuga pada base, lalu pergilah ke lokasipengukuran 5. Mulai pengukuran pada lokasi dengantitik yang cukup jarak dengan noise magnetik seperti logam, tiang listrik, rumah warga, dan benda-benda elektronik. 6. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada setiap titik dengan galat yang rendah (dibawah 2 nT), lalu catat hasilnya 7. Lakukan pengukuran tiap 50 m sepanjang perjalanan dan catat hasil nya 8. Lakukan pengukuran minimal pada 30 titik agar data anomaly magnetik cukup representatif.
14
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 2.2.5 Foto foto saat pengambilan data
2.2.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data Lintasan Pengukuran
: Daerah dekat G.Spoci dan Lok Ulo
Spasi Pengukuran
: 50m
Total Lintasan Pengukuran
: 33 stasiun ( 1650m )
Cuaca
: Cerah berawan
Gangguan lintasan
:
o
Terdapat tiang listik dan kabel listrik pada stasiun 3,7,8,9,10,13,14,15,16,19,21,22,23, dan 26 yang berjarak sekitar 5-10 m dari titik pengukuran
o
Terdapat rumah warga pada stsiun 4,5,6,7,8,11,14,15,16,17,19,20,21,22,dan 23 berjarak 5-15 m dari titik pengukuran
Gambar 2.2.6 Banyaknya parabola di sekitar daerah pengukuran dikarenakan dekat rumah penduduk
15
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.2.5 Topografi Lintasan
Gambar 2.2.7 Line Lintasan metode Magnetik
16
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Stasiun
Base
Keterangan
1
353874 9167880
2
353913 9167924 terdapat tiang listrik kabel
3
353917 9167973 terdapat tianglistrik kurang lebih 5 m dari titik ukur
4
353890 9168014 terdapat rumah warga kurang lebih 10 m dari titik ukur
5
353943 9168103 terdapat rumah warga
6
353984 9168130 terdapat rumah warga kuranglebih 5 m dari titik ukur, terdapat singkapanbatuan basalt
7
354020 9168130 terdapat tiang listrik dan rumah warga
8
354056 9168222 terdapat akivitas warga, perbaikan jalan
9
Base
GPS X Y 353756 9165538
354094 9168255 pinggir area persawahan, terdapat tiang listrik, ada perbaikan jalan
10
354131 9168293 terdapat rumah warga, perbaikan jalan
11
354127 9168345 dekat rumah warga, kabel listrik
12
354157 9168383 dekat rumah wagra, tiang listrik 5 m dari titik ukur
13
354170 9168439 dekat rumah warga
14
354159 9168488 tiang listrik 5 m dari titik ukur, rumah penduduk
15
354178 9168532 rumah penduduk, noise
16
354138 9168577 tiang listrik
17
354137 9168668 tiang listrik, depan titik ukur terdapat rumah warga
18
354150 9168719 rumah warga di depan titik ukur
19
354201 9168704 terdapat rumah-rumah warga, kabel dan tiang listrik
20
354220 9168666 titik ukur di depan rumah warga
21
354266 9168633 rumah penduduk, kabel listrik
22
354301 9168590 terdapat rumah warga dan kabel listrik di atas titik pengukuran
23 24
354360 9168573 10 m dari pengukuran terdapat tiang listrik dan rumah warga 354407 9168554
25
354457 9168565
26
354510 9168560 ada tiang listrik yang berjarak 7 m dari titik pengukuran
27
354563 9168560
28
354601 9168527
29
354646 9168494
30
354677 9168454
31
354673 9168404
32
354718 9168376
33
354716 9168319 dekat sungai yang berjarak kurang el bih 5 m dari titik pengukuran
34
354732 9168265 353756 9165538 Tabel 2.2.1 Tabel topografi lintasan metode magnetic
17
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.3 Metode Geolistrik
2.3.1 Alat dan Perlengkapan Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran metode Geolistrik tahanan jenis adalah 1. Supersting 2. Accu 3. Switch Box 4. Elektroda 5. Connector Cable 6. Laptop 7. Payung/Ponco 8. Tali Rafia 9. Gunting
Gambar 2.3.1 Instrumen metode Geolistrik
18
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.3.2 Tata cara penggunaan alat Instrumen yang digunakan adalah .. dan urutan tata cara penggunaannya adalah seperti berikut : 1. Pasang elektroda di sepanjang lintasan yang telah ditentukan.
Gambar 3.x Pemasangan elektroda
2. Sesuaikan pemasangan dengan metoda/konfigurasi, panjang bentangan, dan spasi elektroda. 3. Hubungkan elektroda menggunakan kabel elektroda dan konektornya masing masing. Pastikan terpasang dengan kuat dan benar. 4. Hubungkan setiap elektroda sesuai dengan nomor elektrodanya. 5. Hubungkan baterai/accu dengan kabel konektor ke jack Eksternal pada Ministing. Perhatikan baik baik kutub positif dan negatifnya
19
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 2.x Sketsa akuisisi di lapangan
6. Nyalakan instrument dengan menekan tombol ON/OFF (I/O) ke posisi ON(I) 7. Tombol 1 untuk ke menu 1. Pilih tipe konfigurasi dengan menekan tombol F1. Kemudian kembali ke Menu awal. 8. Untuk memilih setting arus yang diinginkan tekan tombol F3. 9. Tekan tombol 2 untuk pergi ke menu 2. Tekan tombol F1 untuk memilih jumlah pengulangan yang akan di stack. 10. Untuk memilih threshold yang diinginkan tekan tombol F2. Kemudian kembali ke menu 2. 11. Tekan tombol F3 diikuti oleh F1 untuk memilih feet atau meter sebagai satuan unit. 12. Untuk memulai pengukuran, kembali ke menu 1 dan tekan tombol F2 untuk memasukkan jarak elektroda. Ketika jarak elektroda sedang dimasukan dengan menekan F3, maka display akan otomatis kembali pada menu 1. Sekarang instrument siap untuk pengukuran. 13. Tekan MEAsurement untuk melakukan pengukuran. Hasil bacaan akan terlihat pada layar. 14. Geser elektroda AB MN sesuai dengan konfigurasi yang diinginkan. 15. Lakukan pengukuran diatas berulang hingga titik pengukuran yang terakhir. 2.3.3 Langkah Langkah Pengambilan Data Langkah pengambilan data metode Geolistrik tahanan jenis adalah sebagai berikut : 1. Tentukan lintasan dan titik-titik survey menggunakan meteran 2. Pasang Elektroda pada setiap titik titik elektroda 3. Ukur topografi lintasan dengan menggunakan GPS, pada setiap titik elektroda, dan juga diantaranya 4. Hubungkan elektroda dengan kabel elektroda dan konektornya masing masing. 5. Sekarang, pada switchbox hubungkan kabel elektroda pada switch box, dan kabel untuk memindah-mindahkan dalam pengukuran.
20
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.x Elektroda dihubungkan terhadap switch box
6. Hubungkan baterai /accu menggunakan kabel konektor ke jack eksternal power. 7. Nyalakan Instrumeng diinginkan, SP mode atau R mode, kali ini kami menggunakan R Mode 8. Pilih stack yang diinginkan, 1,4,13 atau 64, kali ini , kami menggunakan stack 1 9. Pilih besar arus yang ingin digunakan, kami menggunakan I = 20 untuk n=1-5, I=50 untuk n=67 dan I=200 untuk n=8-10 10. Kemudian tekan tombol enter 11. Untuk memulai pengukuran, klik measure
12. Catat nilai R yang didapatkan, kemudian cari nilai V dan nya 13. Kemudian setelah pengukuran pertama selesai, geserlah nomer elektroda AB MN sesuai dengan konfigurasi elektroda yang digunakan. 2.3.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data Lintasan Pengukuran
: Lintasan P5-1 s/d P5-20
Lokasi Lintasan
: Depan asrama Totogan
21
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.x Lokasi Lintasan P5 dari Google Earth
Spasi Pengukuran
: 50cm
Total Lintasan Pengukuran
: 100m
Cuaca
: Berawan dan hujan
Kondisi tanah
: Basah/berair
Gangguan lintasan
:
Pipa di titik P5-6
Tebing pada titik P5-7 sampai P5-9 22
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Akar pohon di beberapa titik antara P5-10 hingga P5-11 ; P5-11 hingga P5-12 ; P5-14 hingga P515; P5-16 dan P5-17
Lintasan miring sepanjang P5-9 hingga P5-17
Kebun antara titik P5-20 hingga P5-24
Tanah yang basah danlembek akibat hujan padaP5-6 dan P5-8
2.3.5 Topografi Lintasan
Koordinat Elektroda
Nama/No Elektroda
X
Y
Z 100
5
353778
9165614
7.5
353778
9165610
92
10
353776
9165609
98.765
12.5
353773
9165605
92
15
353775
9165605
99.83
17.5
353769
9165600
93
20
353773
9165600
98.64
22.5
353768
9165596
94
25
353769
9165596
97.5
27.5
353766
9165589
92
30
353768
9165589
95.95
32.5
353764
9165581
92
35
353765
9165585
92.185
37.5
353764
9165581
90
40
353764
9165583
92.84
42.5
353755
9165677
88
45
353761
9165579
92.57 23
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 47.5
353754
9165571
90
50
353761
9165569
93.85
52.5
353758
9165568
89
55
353760
9165566
92.85
57.5
353753
9165564
89
60
353754
9165562
93.06
62.5
353753
9165558
90
65
353755
9165559
94.1
67.5
353754
9165556
90
70
353749
9165553
92.305
72.5
353752
9165551
87
75
353748
9165550
93.315
77.5
353750
9165547
90
80
353747
916557
94.04
82.5
353746
9165541
89
85
353744
916543
93.13
87.5
353742
9165538
90
90
353740
9165538
92.97
92.5
353739
9165535
88
95
353739
9165533
92.27
97.5
353736
9165532
88
353737
9165530
91.18
100
Tabel 2.3.1 Data Topografi Lintasan Metode Geolistrik
Topografi Lintasan 125 120 115 i s 110 a v 105 le E 100
95 90 85 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 951 00105110115120125
Offset
Gambar 2.3.2 Grafik Topografi Lintasan Geolistrik
24
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 2.4 Metode Ground Penetrating Radar ( GPR )
2.4.1 Alat dan Perlengkapan Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran metode GPR adalah 1. MALA X3M 100MHz Shielded Antenna 2. MALA X3M 250 MHz Shielded Antenna 3. MALA X3M Control Unit 4. Power Supply 5. Meteran 6. Antenna Cart/Tongkat Penarik Antenna 7. Accu + converter 8. Unit display (laptop) 9. Kabel port ke laptop 10. GPS Garmin 60 Csx 11. Payung/Ponco
Gambar 2.4.1 Instrumentasi Pengambilan data metode GPR
2.2.2 Tata cara penggunaan alat Instrumen yang digunakan adalah MALA X3M 100MHz dan MALA X3M 250MHz shielded dan urutan tata cara penggunaannya adalah seperti berikut :
25
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
1. Pasang CPU di atas antenna pada tempat yang berwarna kuning lalu sambungkan dengan pak baterainya
2. Hubungkan PC Eksternal dengan accu sebagai power supply-nya 3. Nyalakan PC Eksternal yang sudah terhubung dengan CPU menggunakan kabel Ethernet 4. Nyalakan CPU menggunakan tombol yang ada berikut baterainya 5. Masuk ke Ramac Ground Vision, jika CPU sudah menyala dan terhubung dengan benar seharusnya ada bulatan merah pada kiri atas, jika bulatan tersebut belum berwarna merah periksa apakah CPU sudah menyala dan sudah tersambung dengan benar. 6. Lakukan pengukuran parameter sesuai dengan parameter yang diinginkan 7. Jika sudah untuk melakukan pengukuran tekan measure ( F5 ) dan jika ingin berhenti tekan stop ( F6 ). 8. Data yang telah direkam akan disimpan otomatis 2.2.3 Langkah Langkah Pengambilan Data Langkah pengambilan data metode GPR ( shielded ) adalah sebagai berikut : 1. Tentukan lintasan untuk pengambilan data GPR ini. 2. Letakkan meteran pada lintasan untuk selama pengukuran berlangsung. 3. Persiapan untuk memulai pengambilan data :
Pasang alat penarik
Satu orang memegang accu
Satu orang yang memegang PC eksternal dan sekaligus sebagai penginput data
Satu orang yang menarik alat
Dua orang untuk memosisikan alat pada titik survey dan menjaga alat
Satu orang sebagai dokumentasi dan membantu membersihkan lintasan
4. Tarik alat sesuai dengan lintasan 26
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
5. Berhenti pada setiap titik survey, yang memegang PC menginput hasil survey pada titik tersebut 6. Setelah diinput lanjutkan ke titik selanjutnya 7. Lakukan no. 4 s/d 6 sampai dengan titik pengukuran terakhir kemudian tekan stop pengukuran.
Gambar 2.4.2 Beberapa gambar saat pengambilan dat
2.2.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data Lintasan Pengukuran
: Lintasan P5-1 s/d P5-6 dilanjutkan P5-9 s/d P5-20
Spasi Pengukuran
: 50cm
Total Lintasan Pengukuran
: 80m
Cuaca
: Cerah bearawan
Kondisi tanah
: Basah/berair
Gangguan lintasan
:
27
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Diantara titik P5-6 sampai P5-8 terdapat lembah yang tidak memungkinkan untuk melakukan
Pipa di titik P5-6
Tebing di antara P5-6 sampai P5-7
Sungai kecil di antara P5-8 dan P5-9
pengukuran sehingga total pengukuran adalah 80m.
28
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Akar pohon di beberapa titik antara P5-10 hingga P5-11 ; P5-11 hingga P5-12 ; P5-14 hingga P515; P5-16 dan P5-17
Lintasan miring sepanjang P5-9 hingga P5-17
Kebun antara titik P5-20 hingga P5-24
Tanah yang basah danlembek akibat hujan padaP5-6 dan P5-8
2.2.5 Topografi Lintasan Topografi lintasan untuk metode GPR Shielded 250MHz STA
UTM X
UTM Y
Elevasi
P5-1 P5-2
353778 353776
9165614 9165609
100 99
P5-3
353775
9165605
100
P5-4
353773
9165600
99 29
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
P5-5
353769
9165596
98
P5-6
353768
9165589
97
P5-7 P5-8 P5-9
353761
9165579
93
P5-10
353761
9165569
94
P5-11 P5-12
353760 353754
9165566 9165562
93 93
P5-13
353755
9165559
94
P5-14
353749
9165553
92
P5-15
353748
9165550
93
P5-16
353747
916557
94
P5-17
353744
916543
93
P5-18
353740
9165538
93
P5-19
353739
9165533
93
P5-20
353737
9165530
92
Tabel 2.4.1 Tabel data topografi GPR Shielded 250MHz
Topografi Lintasan GPR 250 Hz 125 115 i s a 105 v e l E
95 85 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115
Offset
Gambar 2.4.3 Grafik data topografi GPR Shielded 250MHz
Topografi Lintasan untuk GPR Shielded 100MHz STA
UTM X
UTM Y
Elevasi
P5-1
353778
9165614
100
P5-2
353776
9165609
99
P5-3
353775
9165605
100
P5-4
353773
9165600
99
P5-5
353769
9165596
98 30
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
P5-6
353768
9165589
97
P5-7 P5-8 P5-9
353762
916556
104
P5-10
353764
9165562
103
P5-11
353757
9165561
103
P5-12
353755
916557
103
P5-13
353753
916555
104
P5-14
353752
916551
103
P5-15
353747
9165543
104
P5-16
353747
916545
98
P5-17
353745
916538
97
P5-18
353743
9165534
98
P5-19
353744
9165535
98
P5-20
353742
9165539
97
Tabel 2.4.2 Tabel data topografi GPR Shielded 100MHz
Topografi Lintasan GPR 100 MHz 125 115 i s a v 105 e l E
95 85 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115
Offset
Gambar 2.4.4 Grafik data topografi GPR Shielded 100MHz
31
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 2.5 Metode Seismik Refraksi
2.5.1 Alat dan Perlengkapan Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pengukuran metode Seismik Refraksi adalah 1. Seismograf DAQlink III 2. Geophone ( 24 buah + cadangan 4 buah ) 3. Kabel Roll ( 5 buah ) 4. Accu 12 Volt ( 1 buah ) 5. Palu dan lempeng 6. Kabel Trigger
Gambar 2.5.1 Instrumensi pengambilan data Seismik Refraksi
2.5.2 Tata cara penggunaan alat Instrumen yang digunakan adalah .. dan urutan tata cara penggunaannya adalah seperti berikut : 1. Pasang geophone pada titik line yang telah ditentukan dan tanam gephone kedalam tanah 2. Bentangkan kabel dan pasangkan pada geophone lalu hubungkan ke DAQ LINK III 32
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
3. Hubungkan Trigger ke DAQ LINK III 4. Hubungkan sumber arus ( Accu ) ke DAQ LINK III 5. Hubungkan DAQ LINK III ke laptop
6. Buka Software Vista dan pastikan sudah terhubung dengan DAQ LINK III , cek IP address dan settingnya 7. Selanjutnya setiap trigger/shot yang dilakukan akan terekam pada software VISTA 8. Jangan lupa untuk menyimpan semua hasil rekaman pada tiap shot. 2.5.3 Langkah Langkah Pengambilan Data Langkah pengambilan data metode Seismik Refraksi adalah sebagai berikut : 1. Tentukan line pengukuran sebagai berikut :
Gunakan 24 channel dengan offset 5 meter
Near shot berjarak 2.5 meter dari geophone 1
Far shot berjarak 2.5 meter dari geophone 24
Mid shot berada diantara geophone 12 dan 13 berjarak 2.5 meter dari masing masing geophone
Phantom shot ( 2 kali ) berjarak setengah spread yaitu 57.5 dari geophone 1 dan geophone 24
Sketsa lintasan :
33
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2. Lakukan pengukuran koordinat dan elevasi dari tiap geophone dengan GPS
3. Lakukan pengukuran elevasi dengan menggunakan waterpass untuk akurasi yang lebih akurat
34
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
4. Pasang geophone pada titik line yang telah ditentukan, tanam geophone kedalam tanah
5. Bentangkan kabel dan pasangkan pada geophone lalu hubungkan ke DAQ LINK III
6. Pastikan kemudian semua instrument telah terpasang dengan benar. 7. Untuk memastikan, geophone terhubung dengan DAQ LINK III lakukan noise check 8. Lakukan trigger check untuk memeriksa apakah setting pada VISTA sesuai dengan susunan shot yang digunakan menggunakan palu
9. Siapkan source berupa dinamit, hubungkan dengan kabel detonator 10. Masukkan dinamit kedalam lubang bor sedalam 1 meter 11. Kubur dinamit dengan tanah dan batu agar energi tersalur ke bawah permukaan
35
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
12. Klik start acquisition pada VISTA 13. Picu ledakan dengan detonator 14. Save data pada VISTA dengan format ASCII 2.5.4 Kondisi & Lintasan Pengambilan Data Lintasan Pengukuran
: Lintasan P5-1 s/d P5-20
Lokasi
: Depan asrama Totogan
Cuaca
: Cerah bearawan
Kondisi tanah
: Basah/berair
Jumlah Channel
: 24
Spasi antar Geophone
:5m
Panjang lintasan
: 120 m
Gangguan lintasan
:
Aktivitas petani
: Geophone 21-24
Aliran Sungai
: Geophone 9-10
36
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Langkah Kaki
: Geophone 5
37
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2.5.5 Topografi Lintasan
STA
UTM X
UTM Y
Elevasi (m)
BA BT= ( BA+BB )/2
Sta. blkg
Sta. dpn
BB
BA BT= ( BA+BB )/2 BB
Beda Tinggi BT blkg - BT dpn (mm)
Elevasi Sebenarnya 100
P5-1
353778
9165614
100
0 1
P5-2
P5-3
P5-4
353776
353775
353773
9165609
9165605
9165600
99
353769
9165596
353768
9165589
353765
9165585
353764
9165583
99
98
97
94
94
3
900 845
7 P5-8
845
1100
6 P5-7
900
3
100
960
580 960
5 P5-6
2
665 2
4 P5-5
740
1430
1040
1420 5
1930
1420
0 6
2945
1900
2900 7
1960
105
2900 8
10
98.64
15
97.5
20
95.95
25
92.185
30
92.84
35
-360
-500
-1050
2035
145 2035
99.83
2990
1930 200
-170
1950
1430 1950
5
1445
1070 1445
98.765
1100 1070 1040
4
-235
-1815
3180
1960
3120
2900
3070
-1160
38
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 8 P5-9
353761
9165579
93 9
P5-10
353761
9165569
94 10
P5-11
353760
9165566
93 11
P5-12
353754
9165562
93 12
P5-13
353755
9165559
94 13
P5-14
353749
9165553
92 14
P5-15
353748
9165550
93 15
P5-16
353747
916557
94 16
P5-17
353744
916543
93 17
P5-18
353740
9165538
93
1150
9
1588
1060
1490
975
1390
1588
10
1640
1390
1570 11
1790
1570
1740 12
1730
1740
1710 13
1610
1710
1590 14
1305
1590
1275 15
980
1275
925 16
940
925
865 17
810
865
710
810
18
55
94.1
60
92.305
65
93.315
70
94.04
75
93.13
80
92.97
85
100
305
315
40
910
940 910
93.06
60
1025
980 1025
50
1035
1305 1035
92.85
-150
1335
1610 1335
45
1630
1730 1630
93.85
-150
1750
1790 1750
40
1830
1640 1830
92.57
1700
1490 1700
-430
970 840
130
-30
39
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 710 18 P5-19
353739
9165533
93 19
P5-20
353737
9165530
92 20
P5-21
353736
9165526
91 21
P5-22
353731
9165521
90 22
P5-23
353730
9165516
89 23
P5-24
353721
9165513
89
970
710 19
1670
840
1570
710
1460
90
20
10
830 795 21
1870
795
1850 22
2390
1850
2350 23
1535
305
1520 24
95
89.96
100
89.48
105
87.785
110
88.355
115
-1040
-520
1550
320 1550
91.18
-820
2430
1870 335
90
1890
830 1890
92.27
855
-70 855
-730
-1215
2220
1535
2180
1520
2150
-645
Tabel 2.5.1 Tabel data topografi lintasan Seismik Refraksi dengan GPS dan Waterpass
40
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Topografi Lintasan 125 120 115 i 110 s a v 105 e l E
100 95 90 85 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 951 00105110115120125
Offset
Gambar 2.5.2 Topografi Lintasan Seismik Refraksi
41
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
BAB III PEMROSESAN DATA 3.1 Metode Gayaberat
3.1.1 Teori Dasar Metode Gayaberat ( gravitasi ) adalah metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan dibawah permukaan. Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan untuk membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, struktur bawah permukaan dapat diketahui. IUntuk menggunakan metode ini dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, yang pertama untuk mengukur di base, kemudian yang kedua alat yang dibawa pergi ke setiap titik pengukuran. Metode Gayaberat pengukurannya biasanya dilakukan secara looping. Hukum Gravitasi Newton Pada dasarnya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki rapat massa yang berbeda, hal ini dapat diekspresikan oleh rumus hokum Newton sederhana sebagai berikut :
Dimana : F
: Besar gaya gravitasi antara dua titik massa yang ada ( Newton )
G
: Besar konstanta gravitasi Newton
: Massa benda pertama ( kg ) : Massa benda kedua ( kg )
r
: Jarak antara benda pertama dan benda kedua ( m )
Metode gayaberat memiliki koreksi dalam pengolahan data yang beragam, koreksi dalam metode gaya berat adalah sebagai berikut :
Koreksi Pasang Surut ( Tidal ) Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi bendabenda diluar bumi seperti bulan dan matahari, yang berubah terhadap lintang dan waktu. Untuk mendapatkan nilai pasang surut
42
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
ini maka, dilihatlah perbedaan nilai gravitasi stasiun dari waktu ke waktu terhadap base. Gravitasi terkoreksi tidal dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana
: Gravitasi terkoreksi Tidal : Gravitasi pada permukaan alat : Nilai koreksi pasang surut
Koreksi Apungan ( Drift ) Koreksi apungan akibat adanya perbedaan pembacaan gravity dari stasiun yang sama pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan pegas alat gravimeter selama proses transportasi dari suatu stasiun ke stasiun lainnya.
() () ( )
() ()
: Drift pada stasiun ke-n : Gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke-n : Gravitasi terkoreksi tidal pada stasiun ke-1 : Waktu pengukuran stasiun akhir loop : Waktu pengukuran stasiun awal : Waktu pengukuran stasiun ke-n
Koreksi Lintang Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi yang tidak sepenuhnya bulat sempurna, tetapi pepat pada daerah ekuator dan juga karena rotasi bumi. Hal tersebut membuat ada perbedaan nilai gravitasi karena pengaruh lintang yang ada di bumi. Secara umum gravitasi terkoreksi lintang dapat ditulis sebagai berikut :
() ( Dimana
() ( )
Koreksi Udara Bebas ( Free Air )
43
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Koreksi ini dilakukan untuk mengkompensasi ketinggian antara titik pengamatan dan datum (mean
sea level). Koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana
: Gravitasi terkoreksi udara bebas : Ketinggian permukaan dari datum (msl)
Koreksi Bouguer Koreksi bouger dilakukan untuk mengkompensasi pengaruh massa batuan terdapat antara stasiun pengukuran dan (mean sea level) yang diabaikan pada koreksi udara bebas. Koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana :
: Gravitasi terkoreksi Bouguer : Densitas Batuan () : Ketinggian dari atas permukaan laut ( meter )
Koreksi Medan ( Terrain ) Koreksi medan mengakomodir ketidakteraturan pada topografi sekitar titik pengukuran. Pada saat pengukuran, elevasi topografi di sekitar titik pengukuran, biasanya dalam radius dalam dan luar, diukur elevasinya. Sehingga koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :
() √ √ 3.1.2 Prosedur Pengolahan Data Survey geofisika metode gayaberat secara umum akan memberikan dua macam data mentah yang harus kita olah. Data pertama adalah data yang diambil di base secara konstan dalam rentang waktu tertentu menggunakan altimeter. Tujuan data ini adalah sebagaicontrolling terhadap data lapangan dan sebagai koreksi drift terhadap nilai elevasi. Data yang didapatkan adalah waktu dan altitude. Berikut adalah Pengolahan Data Altimeter di base
44
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Time
Alt(m)
Time (Minute)
8:02
1
0
8:12
-1
10
8:22
-3
20
8:32
-4
30
8:42
-3
40
8:52
-1
50
9:02 9:12
-2 0
60 70
9:22
-1
80
9:32
0
90
9:42
2
100
9:52
5
110
10:02
4
120
10:12
4
130
10:22
4
140
10:32
4
150
10:42
5
160
10:52
10
170
11:02
11
180
11:12 11:22
12 12
190 200
11:32
11
210
11:42
14
220
11:52
16
230
12:02
17
240
12:12
18
250
12:22
18
260
12:32
16
270
Tabel 3.1.1 Data Altimeter yang diukur di Base
Dibawah ini grafik gravimeter harian di base dengan pendekatan polynomial orde ke-6,
45
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.1 Grafik Variasi Altimeter Harian di Base
Grafik altimeter diatas menunjukkan perubahan kurva altimeter yang awalnya menurun dan kemudian menaik secara drastis sampai akhir pengukuran. Data kedua adalah data yang diambil dari lapangan secara aktif dengan spasi antar stasiun 100 m, dengan catatan stasiun 1 dengan base memiliki jarak yang tidak sama. Data yang diperoleh yaitu
Data stasiun
Koordinat berupa UTM X dan UTM Y atau berupaLatitude dan Longitude
Data elevasi dari GPS dan altimeter
Waktu pengukuran
Nilai gayaberat yang terbaca (G Read)
Data terrain
Keterangan geologi (singkapan, struktur, dsb), sumber noise, dsb.
46
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.2 Contoh table pngukuran data lapangan
Flowchart pengolahan data untuk memperoleh CBA
In ut Data
Perhitun an H
Tide Correction
Penentuan G Observasi Terrain Correction Perhitungan CBA
S ectral Anal sis
Pemodelan Analisis Geologi Gambar 3.1.3 Flow char pengolahan data Gayaberat
47
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Langkah Langkah dalam pemrosesan data Geologi : 1. Perhitungan H True H true diperoleh dari data altimeter yang berada di base. Perhitungan ini dimaksudkan agar nilai ketinggian yang digunakan saat pengolahan data benar-benar nilai yang asli dan terkoreksi. Nilai ketinggian yang kita dapatkan dari altimeter maupun GPS memiliki kelemahan pada faktor alat. Apabila alat digunakan terlalu lama, ada kemungkinan alat tersebut mengalamioverheat dan mengganggu bacaan. Oleh karena itu, altimeter terdapat dua: di base dan untuk pengukuran di lapangan agar dapat dibandingkan dan dikoreksi. Grafik hubungan bacaan altimeter dengan waktu memberikan persamaan polinomial orde enam. Persamaan tersebut adalah:
persamaan ini digunakan untuk mencari koreksi altimeter dengan input data Time (minute) Berikut ini pengolahan data topografi pengukuran gaya berat di stasiun, Nilai dari ketinggian yang benar didapatkan dengan cara mengurangkan data ketinggian lapangan dengan hasil dari koreksi drift altimeter. Koreksi drift altimeter didapat dari persamaan:
48
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Wa k t u R e l a t i(fme n i t ) S ta si un Lo ng it ud e La t it ud e Ele va si Al t im et er Wa kt u 8 :0 2
-1.824851148
-21.175
0
T r u(em ) h Elevas i Terkore ksi Drif t h Lokal ( m) 5 5 .2 0 9
109.6724
-7.54641
-23
8:14
ST-01
109.6834
-7.52273
-15
8:48
6 4
-2.644988414
-12.355
-0.564969774
-11.79004
9.3851
ST-02
109.6833
-7.52179
-17
8:57
5 5
-1.995246285
-15.005
-0.714520597
-14.29023
6.8849
62.094
ST-03
109.6828
-7.52102
-11
9:08
6 6
-1.051210151
-9.949
-0.897304936
-9.05148
12.1237
67.333
ST-04
109.6 823
-7.5202
-2
9:17
5 7
-0.239487543
-1.761
-1.046855758
-0.71366
20.4615
75.670
109.6814
-7.51983
ST-05
12
Ko re ks i E le va si Ba Elevas se i Terkore ksi Koreksi Drift Altimet er
BASE
-21.17515
0
5 5.209 64.594
1
9:24
82
0.385415159
0.615
-1.163173065
1.77776
22.9529
78.162
-2
9:31
89
0.991885179
-2.992
-1.279490371
-1.71239
19.4628
74.672
ST-07
109.6795
-7.51964
-5
9:39
97
1.656398916
-6.656
-1.412424436
-5.24397
15.9312
71.140
ST-08
109.6789
-7.51896
-4
9:50
108
2.523480359
-6.523
-1.595208775
-4.92827
16.2469
71.456
ST-09
109.6782
-7.51842
-3
10:09
127
3.965751587
-6.966
-1.910927178
-5.05482
16.1203
ST-10
109.678
-7.51928
15
10:16
134
4.512680415
10.487
-2.027244484
12.51456
33.6897
88.899
ST-11
109.6783
-7.52011
27
10:27
145
5.429434132
21.571
-2.210028823
23.78059
44.9557
100.165
ST-12
109.6782
-7.52105
39
10:34
152
6.06525989
32.935
-2.32634613
35.26109
56.4362
111.645
ST-13
109.6779
-7.52195
51
10:42
160
6.854734925
44.145
-2.459280194
46.60455
67.7797
122.989
ST-14
109.6773
-7.52267
67
10:51
169
7.832713394
59.167
-2.608831017
61.77612
82.9513
138.160
ST-15
109.6769
-7.52351
81
10:57
175
8.539641692
72.460
-2.708531565
75.16889
96.3440
ST-16
109.6762
-7.52411
86
11:04
182
9.418123801
76.582
-2.824848872
79.40673
100.5819
BASE
109.6724
-7.54641
-8
12:03
241
16.98038645
-24.980
ST-06
109.6806
-7.52
-3.805237598
-21.17515
0
71.329
151.553 155.791 55.209
Tabel 3.1.2 Pengolahan Data Topografi untuk mendapatkan H True
2. Tide Correction
Tide Correction adalah koreksi gravitasi karena adanya variasi harian. Perputaran bumi baik itu rotasi dan revolusi dapat memengaruhi nilai gravitasi dari suatu daerah. Normalnya pengaruh tersebut dapat diabaikan karena satuannya mGal, akan tetapi metode gayaberat justru sangat bergantung pada variasi nilai gravitasi yang sangat kecil. Sehingga perubahan tersebut mutlak harus kita konsiderasikan. Berikut ini table pengolahan data Tide Correction dengan software Tide.exe, Data Tide dari Tide.exe Time
TC(mgal)
Time(Minute)
7:59
-0,007
479
8:00
-0,006
480
8:01
-0,005
481
8:02
-0,004
482
8:03
-0,003
483
8:04
-0,002
484
8:05
-0,001
485
8:07
0
487
8:08
0,001
488
8:09
0,002
489
8:10
0,003
490
8:11
0,004
491
8:12
0,005
492
8:13
0,006
493
8:14
0,007
494 49
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
8:16
0,008
496
8:17
0,009
497
8:18
0,01
498
8:19
0,011
499
8:20
0,012
500
8:21
0,013
501
8:22
0,014
502
8:24
0,015
504
8:25
0,016
505
8:26
0,017
506
8:27
0,018
507
8:28
0,019
508
8:29
0,02
509
8:31
0,021
511
8:32
0,022
512
8:33
0,023
513
8:34
0,024
514
8:35
0,025
515
8:36
0,026
516
8:38
0,027
518
8:39
0,028
519
8:40
0,029
520
8:41
0,03
521
8:42
0,031
522
8:44
0,032
524
8:45
0,033
525
8:46
0,034
526
8:47
0,035
527
8:49
0,036
529
8:50
0,037
530
8:51
0,038
531
8:52
0,039
532
8:54
0,04
534
8:55
0,041
535
8:56
0,042
536
8:57
0,043
537
8:59
0,044
539 50
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
9:00
0,045
540
9:01
0,046
541
9:03
0,047
543
9:04
0,048
544
9:05
0,049
545
9:06
0,05
546
9:08
0,051
548
9:09
0,052
549
9:10
0,053
550
9:12
0,054
552
9:13
0,055
553
9:14
0,056
554
9:16
0,057
556
9:17
0,058
557
9:18
0,059
558
9:20
0,06
560
9:21
0,061
561
9:22
0,062
562
9:24
0,063
564
9:25
0,064
565
9:27
0,065
567
9:28
0,066
568
9:29
0,067
569
9:31
0,068
571
9:32
0,069
572
9:34
0,07
574
9:35
0,071
575
9:36
0,072
576
9:38
0,073
578
9:39
0,074
579
9:41
0,075
581
9:42
0,076
582
9:44
0,077
584
9:45
0,078
585
9:47
0,079
587
9:48
0,08
588
9:50
0,081
590 51
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
9:51
0,082
591
9:53
0,083
593
9:54
0,084
594
9:56
0,085
596
9:57
0,086
597
9:59
0,087
599
10:00
0,088
600
10:02
0,089
602
10:04
0,09
604
10:06
0,091
606
10:08
0,092
608
10:09
0,093
609
10:11
0,094
611
10:13
0,095
613
10:15
0,096
615
10:17
0,097
617
10:20
0,098
620
10:22
0,099
622
10:24
0,1
624
10:27
0,101
627
10:29
0,102
629
10:32
0,103
632
10:35
0,104
635
10:38
0,105
638
10:41
0,106
641
10:44
0,107
644
10:48
0,108
648
10:53
0,109
653
10:58
0,11
658
11:04
0,111
664
11:15
0,112
675
11:30
0,111
690
11:41
0,11
701
11:47
0,109
707
11:52
0,108
712
11:56
0,107
716
12:00
0,106
720 52
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
12:03
0,105
723
12:06
0,104
726
12:09
0,103
729
12:11
0,102
731
12:14
0,101
734
12:16
0,1
736
12:19
0,099
739
12:21
0,098
741
12:24
0,097
744
12:26
0,096
746
12:28
0,095
748
12:30
0,094
750
12:32
0,093
752
12:34
0,092
754
12:36
0,091
756
12:38
0,09
758
12:40
0,089
760
12:42
0,088
762
12:44
0,087
764
12:46
0,086
766
12:47
0,085
767
12:49
0,084
769
12:51
0,083
771
12:53
0,082
773
12:54
0,081
774
12:56
0,08
776
12:58
0,079
778
12:59
0,078
779
13:01
0,077
781
13:03
0,076
783
Tabel 3.1.3 Nilai dari Tide Correction menggunakan software TIDE.EXE
Berikut adalah table pengukuran Tide Correction pada setiap stasiun
53
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Stasiun BASE
Waktu Pengukuran Stasiun 8:14
TC Waktu terhadap base (menit)(mgal) 494 0,007 528 0,036
ST-01
8:48
ST-02
8:57
537
0,043
ST-03
9:08
548
0,051
ST-04
9:17
557
0,058
ST-05
9:24
564
0,063
ST-06
9:31
571
0,068
ST-07
9:39
579
0,074
ST-08
9:50
590
0,081
ST-09
10:09
609
0,093
ST-10 ST-11
10:16 10:27
616 627
0,097 0,101
ST-12
10:34
634
0,104
ST-13
10:42
642
0,106
ST-14
10:51
651
0,109
ST-15
10:57
657
0,11
ST-16
11:04
664
0,111
BASE
12:03
723
0,105
Tabel 3.1.4 Nilai Tide Correction pada tiap stasiun
Tabel 3.1.5 Nilai Konstanta Alat ( atas ) G Absolut Base ( Bawah )
3. Penentuan G observasi Perhitungan G Observasi melalui beberapa tahap yaitu: 1. Menghitung G konversi dengan cara:
(( ) 2. Menghitung G terkoreksi tide
3. Menghitung koreksi drift
4. Menghitung G terkoreksi drift 54
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
5. Menghitung ∆G
6. Menghitung G obs
*Tabel perhitungan nilai Gobs ada di lampiran Nilai Korelasi G Obs dan H True
-0.971
Tabel 3.1.6 Hasil prosesing untuk mendapatkan nilai G observasi
Berikut grafik korelasi G obs dengan H True berdasarkan table diatas
Korelasi G obs dengan H True 200 150 e u r 100 T H
50 0 978180.000 978185.000 978190.000 978195.000 978200.000 978205.000
G obs
Gambar 3.1.4 Grafik Korelasi G obs dengan H True
4. Terrain Correction ( TC ) Berikut adalah table pengukuran terrain Correction pada pengukuran tiap stasiun
55
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
NO 1
Ba s e
2
ST 1
TC/ ρ (Inner Zone)
Terrain (Inner Zone)
N a m a S ts
TC/ ρ Total TC Total
NSEWNSEW -1 0
- 1 .5 2
0 2
-1 1 .5
0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 0 5 1 2 1 0
0 .0 0 8 4 7
0
0 .0 0 8 4 7
0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 0 9 9 6 3 0 .0 2 7 3 9 8 0 .0 0 5 1 2 1 0 .0 2 2 0 6 2 0 .0 6 0 6 6 9
3
ST 2
1
0 .5
3 .5
1 .5
0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 0 0 6 3 2
4
ST 3
2
-1
-6
6
0 .0 0 8 4 7
0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 4 3 4 2 6 0 .0 4 3 4 2 6 0 .0 9 7 7 4 4 0 .2 6 8 7 9 6
5
ST 4
-2
3
-2 .5
2
0 .0 0 8 4 7
0 .0 1 6 3 5 1 0 .0 1 2 2 6 2
6
ST 5
-3
4
4
-2 .5
7
ST6
8
ST 7
-1
1
1
2
0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 0 2 4 2 1
0 .0 0 8 4 7
9
ST 8
-3
1
-2
1
0 .0 1 6 3 5 1 0 .0 0 2 4 2 1
0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 2 9 6 6 3 0 .0 8 1 5 7 4
-2
4
0
0
0 .0 2 0 6 4
0 .0 0 5 1 2 1 0 .0 2 8 8 1 3 0 .0 7 9 2 3 7
0 .0 0 8 4 7
0 .0 4 5 5 5 3 0 .1 2 5 2 7 2
0 .0 1 6 3 5 1 0 .0 2 5 0 6 4 0 .0 2 5 0 6 4 0 .0 1 2 2 6 2 0 .0 7 8 7 4 1 0 .2 1 6 5 3 7 0 .0 0 8 4 7
0 .0 2 5 0 6 4
0
0 .0 0 8 4 7
0 .0 3 3 5 3 4 0 .0 9 2 2 1 9 0 .0 1 5 7 3 3 0 .0 4 3 2 6 7
10
ST 9
-5
2
0 .5
-1
0 .0 3 4 1 5 9
11
ST 1 0
-2
0
1 .5
4
0 .0 0 8 4 7
0
12
ST 1 1
-2
2
1
2
0 .0 0 8 4 7
0 .0 0 8 4 7
0 .0 0 2 4 2 1
0 .0 0 8 4 7
0 .0 2 7 8 3 2 0 .0 7 6 5 3 8
13
ST 1 2
-4
2
1
-2
0 .0 2 5 0 6 4
0 .0 0 8 4 7
0 .0 0 2 4 2 1
0 .0 0 8 4 7
0 .0 4 4 4 2 6
14
ST 1 3
-2
3
1
-1
0 .0 0 8 4 7
15
ST 1 4
-4
3
5
-4
0 .0 2 5 0 6 4 0 .0 1 6 3 5 1 0 .0 3 4 1 5 9 0 .0 2 5 0 6 4 0 .1 0 0 6 3 8 0 .2 7 6 7 5 4
16
ST 1 5
-2
2 .5
3
-3
17
ST 1 6
2
-3
20
Ba s e
-1
- 1 .5
0
2 0
-1
0 .0 0 8 4 7
0
0 .1 2 2 1 7
0 .0 1 6 3 5 1 0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 2 9 6 6 3 0 .0 8 1 5 7 4
0 .0 0 8 4 7 0 .0 0 8 4 7
0 .0 0 0 6 3 2 0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 4 5 6 8 2 0 .1 2 5 6 2 6 0 .0 0 5 1 2 1 0 .0 2 5 0 6 4 0 .0 3 8 6 5 5 0 .1 0 6 3 0 2
0 .0 1 2 2 6 2 0 .0 1 6 3 5 1 0 .0 1 6 3 5 1 0 .0 5 3 4 3 4 0 .1 4 6 9 4 3 0 .0 1 6 3 5 1
0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 0 5 1 2 1
0
0 .0 0 8 4 7 0
0 .0 3 3 2 9 1 0 .0 9 1 5 5 1
0 .0 0 2 4 2 1 0 .0 0 9 9 6 3 0 .0 2 7 3 9 8
Tabel 3.1.7 Proses pengukuran TC-Terrain Correction pada masing masing stasiun
Maka diperoleh Densitas Hasil Parasnis =
2.75
5. Menghitung CBA Perhitungan CBA mengalami beberapa proses antara lain: 1. FAC (Free Air Correction)
2. FAA
() 3. BC
Nilai ρ awalnya didapatkan dari perkiraan dengan berdasarkan geologi dan referensi.Nilai yang sebenarnya akan didapatkan setelah kita mencari densitas menggunakan metode parasnis ataupun nettleton. 4. CBA
56
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Berikut ini tabel perhitungan G lintang beserta data FAC dan CBA, P e rh it u n g a nGL in t a n g S ts
x ( lo n g )
y ( la t )
h( m )
G ob s (m G a l)
F ACs /dC B A la t( ra d)
G ( ϕ) ( m Ga l )
F AC
F AA
BC
TC t o t a l
CBA
BASE
109.6724
-7.54641
55.209
978201.635
0.1317 -
978121.662
17.032
97.005
6.354
0 .027398
90.679
ST-01 ST-02
109.6834
-7.52273
64.594
978200.736
0.1313 -
978121.102
19.927
99.561
7.434
0 .060669
92.188
109.6833
-7.52179
62.094
978201.921
0.1313 -
978121.080
19.156
99.997
7.146
0 .079237
92.930
ST-03
109.6828
-7.52102
67.333
978201.321
-0 .1313
978121.061
20.772
101.031
7.749
0. 268796
93.551
ST-04 ST-05
109.6823
-7.5202
75.670
978200.024
-0 .1313
978121.042
23.344
102.326
8.709
0. 125272
93.743
109.6814
-7.51983
78.162
978200.061
-0 .1312
978121.033
24.113
103.141
8.995
0. 216537
94.362
ST-06
09.6806 1
74.672
978200.976
-0 .1312
978121.037
23.036
102.975
8.594
0. 092219
94.473
ST-07 ST-08
109.6795
-7.51964
71.140
978201.675
-0 .1312
978121.029
21.947
102.592
8.187
0. 043267
94.448
109.6789
-7.51896
71.456
978202.211
-0 .1312
978121.013
22.044
103.243
8.224
0. 081574
95.100
ST-09
109.6782
-7.51842
71.329
978202.024
-0 .1312
978121.000
22.005
103.028
8.209
0. 125626
94.945
ST-10 ST-11
109.678
-7.51928
88.899
978199.211
.1312 -0
978121.020
27.425
105.615
10.231
0. 106302
95.491
109.6783
-7.52011
100.165
978196.468
.1313 -0
978121.040
30.901
106.329
11.528
0. 076538
94.877
ST-12
109.6782
-7.52105
111.645
978193.992
.1313 -0
978121.062
34.443
107.373
12.849
0. 122170
94.646
ST-13 ST-14
109.6779
-7.52195
122.989
978191.568
.1313 -0
978121.083
37.942
108.426
14.154
0. 081574
94.354
109.6773
-7.52267
138.160
978188.028
.1313 -0
978121.100
42.622
109.550
15.901
0. 276754
93.926
ST-15
109.6769
-7.52351
151.553
978181.153
.1313 -0
978121.120
46.754
106.787
17.442
0. 146943
89.492
ST-16
109.6762
-7.52411
155.791
978184.757
.1313 -0
978121.134
48.061
111.684
17.930
0. 091551
93.846
ST-17
109.6724
-7.54641
55.209
978201.635
0.1317 -
978121.662
17.032
97.005
6.354
0 .027398
90.679
-7.52
Tabel 3.1.8 Pengukuran Complete Bouguer Anomaly
Berikut ini header kolom beserta formula pada Microsoft excel,
Tabel 3.119 Formula untuk Menghitug Koreksi processing Gayaberat
Maka diperoleh,
Densitas Hasil Nettleton =
2.75
5. Penentuan Densitas 5.5.1
Metode Parasnis
57
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Berikut ini perhitungan terrain correction ( Inner Zone ) melalui metode Parasnis long (deg) lat (deg)
h( m)
Gob s (mGa l) lat( ra d)
G( ϕ) ( m G a l )
F AC
B C /ρ
F AA
T C /ρ
B C /ρ -T C /ρ
109.6723897 -7.546409797
55.209
978201.635
-0 .1317
978121.662
17.032
97.005 2.3104967
0.009963
2.300533733
109.6834357 -7.522731413
64.594
978200.736
-0 .1313
978121.102
19.927
99.561 2.7032634
0.022062
2.681201863
109.6832935 -7.521790472
62.094
978201.921
-0 .1313
978121.080
19.156
99.997 2.5986304
0.028813
2.569817048
109.6827793 -7.521020238
67.333
978201.321
-0 .1313
978121.061
20.772
101.031
2.817872
0.097744
2.720128108
109.6823196 -7.520204951
75.670
978200.024
.1313 -0
978121.042
23.344
102.326 3.1668101
0.045553
3.121256686
109.6814418 -7.519831534
78.162
978200.061
-0 .1312
978121.033
24.113
103.141 3.2710758
0.078741
3.19233514
109.6805713 -7.520000741
74.672
978200.976
.1312 -0
978121.037
23.036
102.975 3.1250129
0.033534
3.091478651
109.679494 -7.519644806 109.6789071 -7.518964785
71.140 71.456
978201.675 978202.211
.1312 -0 .1312 -0
978121.029 978121.013
21.947 22.044
102.592 2.9772163 103.243 2.9904285
0.015733 0.029663
2.961482933 2.960765333
109.678211 -7.518420084
71.329
978202.024
.1312 -0
978121.000
22.005
103.028 2.9851322
0.045682
2.939449879
109.6779909 -7.519278543
88.899
978199.211
.1312 -0
978121.020
27.425
105.615 3.7204111
0.038655
3.681755995
-7.52011151
100.165
978196.468
.1313 -0
978121.040
30.901
106.329 4.1918945
0.027832
4.164062553
109.6781758 -7.521051604
111.645
978193.992
.1313 -0
978121.062
34.443
107.373 4.6723531
0.044426
4.627927501
109.6779375 -7.521946181
122.989
978191.568
.1313 -0
978121.083
37.942
108.426 5.1470768
0.029663
5.117413719
109.6772919 -7.522667705
138.160
978188.028
.1313 -0
978121.100
42.622
109.550 5.7820072
0.100638
5.681369297
109.6769178
-7.52350761
151.553
978181.153
.1313 -0
978121.120
46.754
106.787 6.3424947
0.053434
6.289060794
109.6762001
-7.52411135
155.791
978184.757
.1313 -0
978121.134
48.061
111.684 6.5198481
0.033291
6.486556659
109.6723897 -7.546409797
55.209
978201.635
-0 .1317
978121.662
17.032
97.005 2.3104967
0.009963
2.300533733
109.6783146
Tabel 3.1.10 Perhitungan Terrain Correction (Inner Zone) melalui metode Parasnis
Berikut ini tabel radius dalam dan luar beserta perhitungan Terrain Correction,
rL=
100
m
rD=
2
m
Tabel 3.1.11 Radius perhitungan Terrain Correction
5.5.2
Metode Nettleton Berikut ini pengukuran CBA melalui metode Nettleton, *terlampir
PEMISAHAN RESIDUAL DAN REGIONAL Data yang digunakan adalah data yang mengandung UTM X, UTM Y, dan CBA. Stasiun
X
Y
CBA
Base 1
353528 354739
9165621 9168243
90.67891 92.1877
2
354723
9168347
92.9299
3
354666
9168432
93.55107 58
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
4
354615
9168522
93.74282
5
354518
9168563
94.36189
6
354422
9168544
94.47311
7
354303
9168583
94.44831
8
354238
9168658
95.10048
9
354161
9168718
94.94499
10
354137
9168623
95.49059
11
354173
9168531
94.87747
12
354158
9168427
94.64601
13
354132
9168328
94.35353
14
354061
9168248
93.92643
15
354020
9168155
89.49222
16
353941
9168088
93.84601
Base
353528
9165621
90.67891
Tabel 3.1.12 Data UTM X, UTM Y, dan CBA
Plotting data ke SURFER 9 untuk mendapatkan kontur CBA 1. Input data “Laporan Awal Kelompok 9 Fravity FINAL.xlsx”
Gambar 3.1.5 Input yang digunakan untuk plotting data
2. Masukkan sumbu X adalah UTM X, sumbu Y adalah UTM Y, sumbu Z adalah nilai CBA.
59
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.6 Input Sumbu Koordinat, spasi, dan metode grid
3. Didapatkan peta kontur
Gambar 3.1.7 Peta kontur CBA dan lintasan (ditandai dengan “X”)
60
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
4.Slicing sebanyak lima line untuk perhitungan window agar bisa lakukan pemisahan regional dan residual. Setelahnya dilakukandigitize.
Gambar 3.1.8 Penentuan lima line / slice pada peta kontur CBA
6. Ubah format .bln hasil digitize dengan cara Grid > Slicing lalu masukkan hasil digitize kita sehingga kita memiliki outputnya berupa .dat
61
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.1.8 Memasukkan data hasil digitize
Gambar 3.1.9 Menentukan file hasil dalam bentuk .dat
7. Dengan menggunakan Ms. Excel kita buka hasil slice berbentuk .dat tadi maka akan ditampilkan nilai UTM X, UTM Y, spasi, dan nilai CBA X
Spasi
CBA
354005.8619 9168708.665
Y
0
95.25057131
354005.8619 9168668.048
40.6168729
95.2715928
354005.8619 9168618.097
90.56848581 95.25956551
354005.8619 9168568.145
140.5200987 95.18497075
354005.8619 9168518.194
190.4717116 95.06064665
354005.8619 9168468.242 354005.8619 9168418.29
240.4233245 94.90597011 290.3749374 94.72190717
354005.8619 9168368.339
340.3265503 94.48856502
354005.8619 9168318.387
390.2781632 94.15687139
354005.8619 9168268.435
440.2297761 93.59533601
354005.8619 9168218.484
490.181389
354005.8619 9168168.532
540.1330019 90.78363224
354005.8619 9168118.581
590.0846148 91.1500949
354005.8619 9168068.629
640.0362277 92.07321783
354005.8619 9168018.677
689.9878406 92.41482616
354005.8619 9167968.726
739.9394535 92.52319119
354005.8619 9167918.774
789.8910665 92.54803721
354005.8619 9167868.823
839.8426794 92.5366928
354005.8619 9167818.871
889.7942923 92.50754325
354005.8619 9167768.919 354005.8619 9167718.968
939.7459052 92.46889989 989.6975181 92.42496667
92.35856895
Tabel 3.1.13 Output dari Slice
62
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
8. Selanjutnya kita gunakan program NUMERI.exe untuk transformasi Fourier Diskrit dan mendapatkan nilai Real, Imajiner, dan Frekuensi. Akan tetapi kita mesti menyamakan spasi yang berbeda-beda, spasi yang kami gunakan adalah sebesar 50 m Spasi Kumu
CBA Interpol
0
95.250571
50
95.269334
100
95.245481
150 200
95.161376 95.031142
250
94.870682
300
94.676945
350
94.42433
400
94.047583
450
93.353432
500
92.048996
550
90.85602
600
91.333335
650
92.141358
700
92.436547
750
92.528195
800
92.545741
850 900
92.530765 92.499648
950
92.459881
1000
92.41529
1050
92.367984
Tabel 3.1.14 Pengaturan spasi
Spasi Kumulatif adalah spasi yang sudah disamakan yaitu sebesar 50 m. CBA Interpol adalah hasil interpolasi CBA yang menyesuaikan dengan pengaturan spasi. 9. Kemudian hasil yang sudah diatur tersebut kita save dalam format *.xy
63
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.8 Output .spk dari software NUMERI.EXE
10. Hasil berupa .SPK kita buka sehingga kita dapatkan hasil seperti di bawah ini. Kolom pertama merupakan nilai real, kolom kedua merupakan nilai imajiner. Baris pertama pada kolom nilai real adalah nilai interval frekuensi.
64
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.9 Output .spk dari software NUMERI.EXE untuk line 1
Jika kita buka menggunakan Ms. Excel maka Real
Imajiner
Frekuensi
3.24E+03
0.00E+00
0
8.09E+00
-2.71E+01
5.71E-04
-1.32E+01
-1.30E+01
0.001142857
-3.09E+00
-2.49E+00
1.71E-03
-6.08E+00
-7.36E+00
0.002285714
-6.37E+00
-1.35E+00
2.86E-03
-4.44E+00
-3.22E+00
0.003428571
-6.28E+00
-1.59E+00
4.00E-03
-4.57E+00
-1.08E+00
0.004571429 65
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
-5.41E+00
-1.29E+00
5.14E-03
-4.77E+00
-2.86E-01
0.005714286
-4.74E+00
-7.98E-01
6.29E-03
-4.79E+00
-3.84E-02
0.006857143
-4.29E+00
-3.31E-01
7.43E-03
-4.66E+00
-8.94E-02
0.008
-4.13E+00
3.36E-02
8.57E-03
-4.43E+00
-2.02E-01
0.009142857
Tabel 3.1.15 Output NUMERI.EXE yang telah diatur frekuensinya
11. Dari ketiga data tersebut kita bisa mencari nilai A, k, dan LN A. A atau Amplitudo bisa kita cari menggunakan persamaan:
√ Nilai k menggunakan persamaan
Dimana f adalah nilai dari frekuensi. LN A adalah hasil logaritma natural dari A. Berikut adalah contoh pengolahannya: Real
Imajiner
Frekuensi
A
k
Ln A
3.24E+03 8.09E+00
0.00E+00 -2.71E+01
0 5.71E-04
-1.32E+01
-1.30E+01
0.001142857
3240.400225 28.30308482
0 0.003590392
8.08345213 3.3429708
18.50187714
0.007180783
-3.09E+00
-2.49E+00
2.91787219
1.71E-03
3.966887038
0.010771175
-6.08E+00
1.37798167
-7.36E+00
0.002285714
9.543580892
0.014361566
2.25586877
-6.37E+00
-1.35E+00
2.86E-03
6.51037076
0.017951958
1.87339641
-4.44E+00
-3.22E+00
0.003428571
5.481256316
0.02154235
1.70133433
-6.28E+00
-1.59E+00
4.00E-03
6.480032733
0.025132741
1.86872556
-4.57E+00
-1.08E+00
0.004571429
4.694109889
0.028723133
1.54630851
-5.41E+00
-1.29E+00
5.14E-03
5.558410285
0.032313524
1.71531215
-4.77E+00
-2.86E-01
0.005714286
4.777826364
0.035903916
1.56398571
-4.74E+00
-7.98E-01
6.29E-03
4.805493131
0.039494308
1.56975967
-4.79E+00
-3.84E-02
0.006857143
4.786422058
0.043084699
1.56578317
-4.29E+00
-3.31E-01
7.43E-03
4.304306488
0.046675091
1.45961603
-4.66E+00
-8.94E-02
0.008
4.665307098
0.050265482
1.54015366
-4.13E+00
3.36E-02
8.57E-03
4.126877973
0.053855874
1.41752118
-4.43E+00
-2.02E-01
0.009142857
4.435842582
0.057446266
1.48971758
Tabel 3.1.16 Hasil processing output NUMERI.EXE
66
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
12. Selanjutnya kita plotting nilaik terhadap Ln A. Nilai k sebagai axis dan Ln A sebagai ordinat. 9 8 7 6 5 Series1
4 3 2 1 0 0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
Gambar 3.1.10 Grafik hubungan antara k terhadap Ln A
13. Setengah dari data tersebut akan kita gunakan untuk analisis regional dan residual sehingga bisa didapatkan nilai window untuk pemetaan regional dan residual. Analisis dilakukan dengan cara mencari dua trend linear yang saling berpotongan dan nantinya diambil nilai k perpotongannya yang kita sebut k cut off. Slice 1 9 8 7 6
Regional
5
Residual
4 y = -1320.3x + 8.0835 3
Linear (Regional) Linear (Residual)
2 1
y = -14.844x + 2.2127
0 0
0.02
0.04
0.06
0.08
Gambar 3.1.11Grafik line 1 untuk analisis regional dan residual
67
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Slice 2 9 8 7 6
y = -1106.5x + 7.7456
Regional
5
Residual
4
Linear (Regional)
y = -13.197x + 2.1749
3
Linear (Residual)
2 1 0 0
0.02
0.04
0.06
0.08
Gambar 3.1.12 Grafik line 2 untuk analisis regional dan residual
Slice 3
10 8
Residual Regional
6
Noise
y = -1369.1x + 7.9687 4
Linear (Residual) y = -4.1799x + 1.7908
Linear (Regional)
2 y = -53.531x + 2.9253 0 0 0.01 0.02
Linear (Noise) 0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
Gambar 3.1.13 Grafik line 3 untuk analisis regional dan residual
Slice 4
68
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 10 9 8 7
Residual
6
Regional
y = -2548.8x + 8.6501
noise
5
Linear (Residual)
4
Linear (Regional) 3
Linear (noise)
y = -68.263x + 3.1433 2 y = -5.4472x + 1.1602 1 0 0.00E+001.00E-022.00E-023.00E-024.00E-025.00E-026.00E-027.00E-02
Gambar 3.1.14 Grafik line 4 untuk analisis regional dan residual
Slice 5 10 9 8
Residual
7
Regional
6
y = -2567.4x + 8.6468
5
Noise
4
Linear (Residual)
3
Linear (Noise)
y = -91.653x + 3.2641
2
y = -14.051x + 1.4999
Linear (Noise)
1 0 0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
Gambar 3.1.15 Grafik line 5 untuk analisis regional dan residual 14. Kemudian analisis k cut off dan tentukan nilai window setiap slice untuk dirata-ratakan. Persamaan untuk menentukan nilaiwindow menggunakan persamaan:
69
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
∆x adalah spasi pengukuran saat kita survey di lapangan. No
m1
m2
1
-1320
-14.84
2
-1106
-13.19
3
-1369
-53.53
4
-2548
-68.26
5
-2567
-91.65
m1-m2 1305.16 1092.81 1315.47 2479.74 2475.35
c1
c2
c2-c1
k
W
8.083
2.212
-5.871
0.004498299
13.96791
7.745
2.174
-5.571
0.005097867
12.32513
7.968
2.925
-5.043
0.003833611
16.38973
8.65
3.143
-5.507
0.002220797
28.29247
8.646
3.264
-5.382
0.002174238
28.89833
average
19.97472
True Window
21
Tabel 3.1.17 Penentuan nilai k cut off dan lebar window
Nilai rata-rata yang didapatkan adalah 19.97472, akan tetapi dalam penentuan window harga yang tidak bulat harus dibulatkan ke atas dan diganjilkan. Sehingga nilaiwindow sebenarnya yang akan digunakan dalam pemisahan dan pemetaan residual dan regional adalah sebesar 21. 15. Proses pemisahan dan pemetaan regional dan residual menggunakan metodemoving average yang ada di software Surfer 9.
70
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.1.16 Proses filtering dengan lebar window 21 pada program Surfer 9
Maka akan didapatkan peta anomaly yang bersifat regional
Gambar 3.1.17 Peta anomali regional 16. Untuk mendapatkan peta residual kita lakukan dengan cara “mengurangi” peta CBA kita dengan peta regional yang telah kita buat. Pada dasarnya peta CBA merupakan peta regional dan peta residual yang telah dikombinasikan. Sehingga, untuk mendapatkan peta residual kita bisa menggunakan fasilitas math pada software Surfer 9. File A adalah peta CBA, file B adalah peta Regional, dan file C adalah peta residual.
71
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.1.18. Proses penentuan peta residual
17. Hasil dari proses tadi adalah berupa peta anomali residual:
Gambar 3.1.19 Peta anomali residual
72
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.1.20 Hasil peta residual dengan slice
Penampang dilakukan dari poin A ke poin B dalam satu garis lurus yang memotong kontur. Pemilihan posisi garis penampang didasarkan pada area survey sehingga tingkat kebenarannya lebih tinggi. Data hasil slicing tersebut adalah:
Gambar 3.1.20 Data Penampang A-B “model.dta” . Kolom kiri adalah nilai anomali dan kolom kanan adalah besar spasi.
Pemodelan 2D dilakukan menggunakan software GRAV2DC.EXE dengan menginput data model.dta dengan parameter:
Maximum depth 100
Number of point 16
Spasi 50
Measure “meters”
Read observed data
Maka dihasilkan model seperti terlihat:
73
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.21 Model 2D Gayaberat Penampang A-B
Terdapat lima body batuan dan empat jenis batuan. Warna biru tua kehitam-hitaman (tengah model) memiliki dua body, keduanya dipisahkan oleh struktur sesar. Batuan ini memiliki kontras densitas sebesar +0.5890. Warna biru terang di bagian bawah gambar memiliki kontras densitas sebesar -1.326. Warna biru gelap di bagian atas memiliki kontras densitas sebesar -1.060. Warna merah memiliki kontras densitas sebesar +3.1887. 3.1.3 Analisis Pada pemodelan di atas, kami menginterpretasikan berdasarkan literatur dan pengamatan geologi secara kasar. Nilai densitas rata-rata menggunakan Metode Parasnis pada processing sebelumnya memberikan nilai sebesar 2.75. Maka, untuk menentukan nilai densitas dari tubuh-tubuh batuan yang ada di model adalah dengan menambahkannya dengan nilai kontras densitasnya.
74
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.1.22 Tabel Densitas. Sumber: Telford et al., 2001. Applied Geophysics Second Edition. Cambridge University Press. Warna biru tua, kontras densitas +0.3046. Maka densitasnya sebesar 3.0546 gr/cc. Menurut literatur nilai sebesar 3.0546 merupakan batuan beku atau batuan metamorf. Saat survey, ditemukan singkapan otobreksia yang merupakan breksi berfragmen basalt serta singkapan batuan beku basalt. Singkapan ini dapat ditemukan pada stasiun kedua dan ketiga sepanjang aliran sungai Lok Ulo. Asumsi ini juga didukung dari pengamatan secara visual dalam survey magnetik bahwa adanya singkapan batuan beku yang posisinya cukup dekat dengan lintasan survey. Sehingga, kami menyimpulkan bahwa warna biru tua dengan kontras densitas sebesar +0.3046 merupakan tubuh batuan beku basalt. Warna biru terang di bagian bawah model, kontras densitas -0.459. Maka densitasnya sebesar 2.291 gr/cc. Menurut literatur, nilai densitas sebesar 2.291 merupakan tubuh batuan sedimen basahwet ( sediment). Apabila ditinjau dari kondisi regional Karangsambung, daerah Karangsambung pada umumnya terdiri dari satuan lempung, basalt, batupasir, konglomerat, dan gamping (Asikin et al., 1992). Ketika survey, ditemukan singkapan batulempung pada stasiun-stasiun akhir (dekat SD Totogan). Mengingat dominasi
75
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
satuan batulempung di daerah Karangsambung dan adanya singkapan batulempung di sekitar lintasan, maka kami menyimpulkan adanya tubuh batulempung pada daerah lintasan survey gravity. Warna biru terang di bagian atas model, kontras densitas -0.800. Maka densitasnya sebesar 1.95 gr/cc. Menurut literatur, nilai densitas sebesar 1.95 merupakan termasuk kategori batuan sedimen basahwet (
sediment). Saat pemodelan, kami menginterpretasikannya sebagai lapisan soil karena densitasnya yang cocok dengan rata-rata densitas soil (1.90) dan pengamatan sepanjang lintasan dimana sebagian besar lintasan terutupi oleh lapisan tanah. Selain itu, sepanjang lintasan survey kami melihat terdapat vegetasi yang terdiri dari tumbuhan tingkat tinggi. Warna merah di bagian kiri model, kontras densitas sebesar +4.462. Maka densitasnya sebesar 7.212 gr/cc. Menurut literatur tidak ada nilai densitas yang setinggi ini selain tubuh mineral. Hemat kami, nilai yang tinggi ini tidak merepresentasikan keadaan sesungguhnya mengingat terbatasnya titik pengukuran. Jumlah titik pengukuran, terlebih daerah survey yang jauh dari base (kampus Karangsambung) menyebabkan adanya interpolasi “berlebihan” sehingga menyebabkan tingkat keakuratan peta anomali menjadi sangat kurang. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa anomali tersebut sebetulnya merupakan batuan beku basalt mengingat daerah survey kami yang menunjukkan adanya singkapan. Juga, ada kemungkinan merupakan batuan metamorf karena ditemukan juga singkapan batuan metamorf di sekitar aliran sungai Lok Ulo dan mengingat adanya beberapa warga yang mengambil batuan metamorf dari sungai saat survey berlangsung. Secara garis besar, kami menyimpulkan berdasarkan model bahwa daerah survey kami didominasi oleh batuan beku basalt dan batulempung. Selain itu, dengan mengonsiderasikan dan mengorelasikan dengan peta geologi yang dibuat, dimana pada bagian utara peta terdapat singkapan basalt yang dikepung oleh batulempung, analisis kami adalah batulempung merupakan basement pada daerah tersebut. Batu basalt merupakan batuan beku ekstrusif yang menutupi batulempung.
76
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Soi
Basal
?
Batulempung
Gambar 3.1.23 Model 2D dan hasil analisis
3.2 Metode Geomagnet
3.2.1 Teori Dasar Metode
Geomagnet
adalah
metoda
di
geofisika
yang
memanfaatkan
sifat
kemagnetan
bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan danyang tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda Resistivity 2D. Medan Magnet Bumi Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetic dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
77
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Inklinasi (I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal
Medan Magnetik Total (F), yaitu besar dari vector medang magnetik total
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebutInternational Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Pengaksesan Data IGRF IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field. Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik (ΔHr0). Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.
Pengolahan Data Geomagnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi. 1. Koreksi Harian Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara 78
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut : ΔH = Htotal ± ΔHharian ±
H0
Dimana
H0 = IGRF 3. Koreksi Topografi Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai ΔH = Htotal ± ΔHharian –
H0 – ΔHtop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
Koreksi Efek Regional
79
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.
3.2.2 Prosedur Pengolahan Data Flow Chart pengolahan data magnetic
Spasi pengukuran data sebesar 50 meter berdasarkan jarak yang ditunjukkan pada GPS. Data ketinggian tidak ditampilkan akibat ketidakakuratan alat saat pengukuran. Berikut data lapangan yang diperoleh. Stasiun
Waktu
GPS
Tobs
Keterangan
80
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 X
Y
T1
8:16
353756
9165538
45,002,235
45002,27
1
8:42
353874
9167880
45229,46
45229,82
45229,93
2
8:45
353913
9167924
45133,02
45132,96
45132,59
terdapat tiang listrik kabel
3
8:47
353917
9167973
45073,38
45073,18
45073,5
terdapat tiang listrik kurang lebih 5 m dari titik ukur
4
8:50
353890
9168014
45076,6
45076,92
45076,82
terdapat rumah warga kurang lebih 10 m dari titik ukur
5
8:55
353943
9168103
45072,06
45072,26
45072,27
terdapat rumah warga
6
8:56
353984
9168130
45068,49
45069,03
45068,48
terdapat rumah warga kurang lebih 5 m dari titik ukur, terdapat singkapan batuan basalt
7
8:59
354020
9168130
45055,98
45056,07
45055,73
terdapat tiang listrik dan rumah warga
8
9:02
354056
9168222
45042,96
45043,19
45042,87
terdapat akivitas warga, perbaikan jalan
9
9:06
354094
9168255
45095,33
45094,51
45094,62
pinggir area persawahan, terdapat tiang listrik, ada perbaikan jalan
10
9:09
354131
9168293
45066,44
45066,58
45066,53
terdapat rumah warga, perbaikan jalan
11
9:11
354127
9168345
45033,45
45034
45034,54
dekat rumah warga, kabel listrik
12
9:17
354157
9168383
45031,68
45031,85
45031,91
dekat rumah wagra, tiang listrik 5 m dari titik ukur
13
9:19
354170
9168439
45077,42
45077,52
45077,65
dekat rumah warga
14
9:23
354159
9168488
45044,89
45046,12
45045,89
tiang listrik 5 m dari titik ukur, rumah penduduk
15
9:26
354178
9168532
45044,49
45045,35
45045,33
rumah penduduk, noise
16
9:28
354138
9168577
45029,52
45029,38
45029,73
tiang listrik
17
9:32
354137
9168668
45371,89
45369,67
45399,74
tiang listrik, depan titik ukur terdapat rumah warga
18
9:36
354150
9168719
45044,18
45043,84
45043,2
rumah warga di depan titik ukur
19
9:39
354201
9168704
44998,71
44998,98
44999,91
terdapat rumah-rumah warga, kabel dan tiang listrik
20
9:43
354220
9168666
44913,69
44912,92
44913,03
titik ukur di depan rumah warga
21
9:45
354266
9168633
45089,05
45089,56
45089,07
rumah penduduk, kabel listrik
22
9:53
354301
9168590
45024,39
45024,18
45023,58
terdapat rumah warga dan kabel listrik di atas titik pengukuran
23
9:56
354360
9168573
45021,16
45021,64
45022,18
10 m dari pengukuran terdapat tiang listrik dan rumah warga
24
10:01
354407
9168554
44919,82
44920,26
44919,97
25
10:03
354457
9168565
44998,7
44998,16
44998,18
26
10:07
354510
9168560
45020,27
45020,82
45021,81
27
10:10
354563
9168560
45039,08
45038,65
45040,06
28
10:13
354601
9168527
45012,79
45012,83
45012,25
29
10:16
354646
9168494
45047,33
45045,5
45046,06
30
10:19
354677
9168454
45109,5
45109,41
45108,91
31
10:22
354673
9168404
45124,88
45125,26
45124,01
32
10:25
354718
9168376
45336,5
45337,15
45336,63
Base
T2
T3
45002,26
ada tiang listrik yang berjarak 7 m dari titik pengukuran
81
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
33
10:27
354716
9168319
45078,15
45079,94
45079,2
34
10:30
354732
9168265
44951,9
44952,65
44951,95
11:07
353756
9165538
44969,61
44969,55
44,969,584
Base
dekat sungai yang berjarak kurang lebih 5 m da ri titik pengukuran
Tabel 3.2.1 Data lapangan metode magnetik
Data pada base yang diambil dari alat Scintrex berupa waktu dan pembacaan magnetik (T). Berikut data pengukuran di base.
No 1
Waktu 8:16
T 44967,22
2
8:26 44965,40
3
8:36 44964,52
4
8:46 44966,09
5
8:56 44965,05
6
9:06 44963,18
7
9:16 44964,71
8
9:26 44963,42
9
9:36 44956,11
10
9:46 44953,43
11
9:56 44954,25
12
10:06 44953,74
13
10:16 44960,29
14 15
10:26 44953,93 10:36 44936,55
16
10:46 44955,93
17
10:56 44949,20
18
11:06 44946,09
19
11:16 44944,58
20
11:26 44942,96
21
11:36 44942,56
Tabel 3.2.2 Data nilai T pada base yang dihitung per 10 menit
Langkah – langkah pengolahan data magnetik sebagai berikut : a.
Pengolahan Data Base
Ubah waktu pengukuran kedalam menit, kurangkan dengan menit awal sehingga didapatkan rentang waktu (dari 0 dan seterusnya).
Rata-ratakan seluruh bacaan T maka akan didapatkan koreksi iT grf di base
Nilai T dikurangi dengan Tigrf akan menghasilkan Tvh di base
82
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Berikut hasil pengolahan data pengukuran base. Pengukuran di Base No
Waktu
Waktu ke
T
1
8:16
16
0
44967,22
11,54
2
8:26
26
10
44965,40
9,72
3
8:36
36
20
44964,52
8,84
4
8:46
46
30
44966,09
10,41
5
8:56
56
40
44965,05
9,37
6
9:06
66
50
44963,18
7,50
7
9:16
76
60
44964,71
9,03
8
9:26
86
70
44963,42
7,74
9
9:36
96
80
44956,11
0,43
10
9:46
106
90
44953,43
-2,25
11
9:56
116
100
44954,25
-1,43
12
10:06
126
110
44953,74
-1,94
13
10:16
136
120
44960,29
4,61
14
10:26
146
130
44953,93
-1,75
15
10:36
156
140
44936,55
-19,13
16
10:46
166
150
44955,93
0,25
17
10:56
176
160
44949,20
-6,48
18
11:06
186
170
44946,09
-9,59
19
11:16
196
180
44944,58
-11,10
20 21
11:26
206 216
190 200
44942,96
-12,72
44942,56
-13,12
11:36
Waktu (menit)
Tvh
Tabel 3.2.3 Tabel data pengolahan data pengukuran di base
Kemudian dibuat grafik scatter dengan sumbu x sebagai waktu dan sumbu y sebagai T vh. Gunakan
trendline polinomial orde 6 untuk mendapatkan persamaan yang lebih mendekati. Grafik ditunjukkan sebagai berikut.
83
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Diurnal Correction 15.00 10.00 5.00 0.00 h v -5.00 0 T
50
100
150
200
250
-10.00 -15.00 -20.00 -25.00
y = 3E-11x6 - 2E-08x5 + 5E-06x4 - 0.0007x3 + 0.0406x2 - 1.1595x + 21.893 Menit ke-
Gambar 3.2.2 Grafik hubungan antara waktu dengan Tvh ( Diurnall Correction)
Dari grafik didapatkan persamaan diurnal correction untuk mencari Tvh pada data lapangan, dengan mengganti variabel x dengan “waktu ke” b. Pengolahan Data Lapangan
Rata-ratakan 3 nilai magnetik yang didapat
Ubah waktu kedalam menit, kurangkan dengan menit awal hingga mendapatkan rentang waktu pengukuran (dari 0 dan seterusnya)
Tvh didapatkan dengan memasukkan persamaandiurnal base dengan mengubah variabel x dengan menit pada langkah di atas
Nilai ΔT didapatkan dari nilai T rata-rata dikurangkan dengan Tigrf dan Tvh
Hasil yang diperoleh ditunjukkan oleh tabel berikut.
84
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
S t as i u n
Base
353756
Y
T ime
ho u r
m inut e
inute-ke
0,000
Tobs ∆T T Av er age T vh T IGRF T1 T2 T3 45002,24 45002,27 45002,26 45,002,255 0,495833 44955,68 460,825
9165538
8:17
8
17
1
353874 9167880
8:42
8
42 25,000
45229,46 45229,82 45229,93 45,229,737
8,84
44955,68
265,22
2
353913 9167924
8:45
8
45 28,000
45133,02 45132,96 45132,59 45,132,857
8,84
44955,68
168,34
3
353917 9167973
8:47
8
47 30,000
45073,38 45073,18
10,41
44955,68 1,072,667
4
353890 9168014
8:50
8
50 33,000
45076,78
10,41
44955,68 1,106,933
45073,5 45,073,353
45076,6 45076,92 45076,82
5
353943 9168103
8:55
8
55 38,000
45072,06 45072,26 45072,27 45,072,197
10,41
44955,68
106,11
6
353984 9168130
8:56
8
56 39,000
45068,49 45069,03 45068,48 45,068,667
9,37
44955,68
103,62
7
354020 9168130
8:59
8
59 42,000
45055,98 45056,07 45055,73 45,055,927
9,37
44955,68
90,88
8
354056 9168222
9:02
9
2 45,000
45042,96 45043,19 45042,87 45,043,007
9,37
44955,68
77,96
9
354094 9168255
9:06
9
9 52,000
45095,33 45094,51 45094,62
45094,82
7,5
44955,68 1,316,433
10 11
354131 9168293 354127 9168345
9:09 9:11
9 9
9 52,000 11 54,000
45066,44 45066,58 45066,53 45,066,517 45033,45 45034 45034,54 45,033,997
7,5 7,5
44955,68 44955,68
12
354157 9168383
9:17
9
17 60,000
45031,68 45031,85 45031,91 45,031,813
9,03
13
Base
X
354170 9168439
9:19
9
19
62,000
45077,42 45077,52 45077,65
45077,53
9,03
103,34 70,82
44955,68 6,710,667 44955,68 1,128,233
14
354159 9168488
9:23
9
23 66,000
45044,89 45046,12 45045,89 45,045,633
9,03
44955,68 8,092,667
15
354178 9168532
9:26
9
26 69,000
45044,49 45045,35 45045,33 45,045,057
7,74
44955,68
16
354138 9168577
9:28
9
28 71,000
45029,52 45029,38 45029,73 45,029,543
7,74
44955,68 6,612,667
81,64
17
354137 9168668
9:32
9
32 75,000
45371,89 45369,67 45399,74 45,380,433
7,74
44955,68 4,170,167
18
354150 9168719
9:36
9
36 79,000
45044,18 45043,84
45043,2
45043,74
0,43
44955,68 8,763,333
19
354201 9168704
9:39
9
39 82,000
44998,71 44998,98 44999,91
44999,2
0,43
44955,68 4,309,333
20
354220 9168666
9:43
9
43 86,000
44913,69 44912,92 44913,03 44,913,213
0,43
44955,68 -428,933
21
354266 9168633
9:45
9
45 88,000
45089,05 45089,56 45089,07 45,089,227
0,43
44955,68
22
354301 9168590
9:53
9
53
96,000
45024,39 45024,18 45023,58
45024,05
0,43
44955,68 6,794,333
23
354360 9168573
9:56
9
56 99,000
45021,16 45021,64 45022,18
45021,66
-1,43
44955,68 6,741,333
24
354407 9168554
10:01
10
1 104,000
44919,82 44920,26 44919,97 44,920,017
-1,43
44955,68
-34,23
25
354457
9168565
10:03
10
3 106,000
44998,7 44998,16 44998,18 44,998,347
-1,43
44955,68
44,1
26 27
354510 9168560 354563 9168560
10:07 10:10
10 10
7 110,000 10 113,000
45020,27 45020,82 45021,81 45,020,967 45039,08 45038,65 45040,06 45,039,263
-1,94 -1,94
44955,68 67,23 44955,68 8,552,667
133,12
28
354601 9168527
10:13
10
13 116,000
45012,79 45012,83 45012,25 45,012,623
-1,94
44955,68 5,888,667
29
354646 9168494
10:16
10
16 119,000
45047,33
45045,5 45046,06 45,046,297
4,61
44955,68
30
354677 9168454
10:19
10
19 122,000
45109,5 45109,41 45108,91 45,109,273
4,61
44955,68 1,489,867
31
354673 9168404
10:22
10
22 125,000
45124,88 45125,26 45124,01 45,124,717
32
354718 9168376
10:25
10
25 128,000
33
354716 9168319
10:27
10
27 130,000
34
354732 9168265
10:30
10
30 133,000
353756 9165538
11:07
11
7 170,000
44969,61 44969,55 44969,58 44,969,581
86,01
4,61
44955,68
45336,76
4,61
44955,68 3,764,733
45079,2 45,079,097
0,25
44955,68
123,17
44951,9 44952,65 44951,95 44,952,167
0,25
44955,68
-3,76
-9,59
44955,68 2,349,467
45336,5 45337,15 45336,63 45078,15 45079,94
164,43
Tabel 3.2.4 Tabel pengolahan data lapangan
c.
Pemisahan Regional dan Residual
Data yang digunakan dalam pemisahan ini berupa UTM X, UTM Y dan nilai ΔT. Dari data -data tersebut, nilai yang diambil diantara 1 - 600 hingga 1600 berdasarkan referensi “Applied Geophysics” oleh W.M. Telford (Cambridge, 1990) nilai magnetik diatas 1600 merupakan nilai magnetik yang sangat jarang ditemukan. Nilai ini mungkin didapat akibat salah pembacaan atau adanya noise logam yang kuat saat pengukuran. Semua data diatas berada pada range yang baik, sehingga semua data dapat digunakan.
X
Y
∆T
353756
9165538
46,0825 85
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
353874
9167880
265,22
353913
9167924
168,34
353917 9167973 107,2667 353890 9168014 110,6933 353943
9168103
106,11
353984
9168130
103,62
354020
9168130
90,88
354056
9168222
77,96
354094 9168255 131,6433 354131
9168293
103,34
354127
9168345
70,82
354157 9168383 67,10667 354170 9168439 112,8233 354159 9168488 80,92667 354178
9168532
81,64
354138 9168577 66,12667 354137 9168668 417,0167 354150 9168719 87,63333 354201 9168704 43,09333 354220
9168666
-42,8933
354266
9168633
133,12
354301 9168590 67,94333 354360 9168573 67,41333 354407
9168554
354457
9168565
-34,23 44,1
354510
9168560
67,23
354563 9168560 85,52667 354601 9168527 58,88667 354646
9168494
86,01
354677 9168454 148,9867 354673
9168404
164,43
354718 9168376 376,4733 354716
9168319
123,17
354732
9168265
-3,76
353756 9165538 23,49467 Tabel 3.2.5 Tabel data koordinat dan nilai ΔT untuk peta anomali
Setelah data tersebut didapat, lanjutkan dengan langkah-langkah berikut. 1. Masukkan data di atas (dalam bentuk excel) ke dalam surfer dengan cara Grid >> Data
86
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.3 Jendela “Open Data” di Surfer10
2. Gunakan metode Minimum Curvature karena dalam pengolahannya, metode ini menggunakan Ratio Factor (faktor pembanding) untuk memberikan kontur pada daerah yang tidak terdapat data di dalamnya. Nilai spasi default
Gambar 3.2.4 Jendela Grid Data yang menampilkan parameter peta anomali
3. Akan didapat hasil plot sebagai berikut. Tampilkan skala juga titik-titik stasiun pada peta anomali. 87
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.5 Peta anomali magnetik delta T
4. Buat 5 line dalam peta tersebut untuk pengolahan lebih lanjut.
88
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.2.6 Peta anomali magnetik yang telah di-slice
5. Digitize tiap line yang telah di buat
Gambar 3.2.7 Jendela digitize line1 hingga line5 pada surfer
6. Mendapatkan nilai magnetik tiap garis dengan menggunakan slice dan memberikan output berupa *.dat
Grid >> Slice
89
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.8 Jendela-jendela pemrosesan output data ekstensi *.dat
90
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
7. Buat input untuk software NUMERI.EXE untuk mentransformasikan data CBA ke domain frekuensi. Input numeri dibuat dengan spasi yang seragam dan disimpan dalam bentuk *.xy. File input terdiri dari 2 kolom , kolom pertama adalah spasi yang seragam dan kolom kedua adalah nilai CBA. Proses ini menggunakan software MATLAB
Gambar 3.2.9 Jendela MATLAB untuk input software NUMERI
91
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
8. Setelah didapat file dengan ekstensi *.xy kemudian diproses dengan software NUMERI.exe untuk setiap file menggunakan langkah-langkah berikut. a. Buka software NUMERI.exe
b. Tekan ‘Enter’
c. Tekan 5 >> Transformasi Fourier Diskrit
d. Tekan 1 >> Data
92
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
e. Tekan 1 >> Masukkan Data
f.
Tekan 2 >> Data dari Harddisk
g. Tulis nama file input lalu, tekan F10
h. Tekan Esc tiga kali 93
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
i.
Tekan 3 >> DFT
j.
Tekan 5 >> Memilih Output
k. Tekan 2 >> Real – Imajiner
l.
Tekan 3 >> Simpan
94
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.2.10-20 Jendela-jendela NUMERI.EXE, langkah demi langkah pengerjaan
m. Beri nama output file lalu tekan F10 Output NUMERI.EXE berupa file dengan ekstensi *.SPK 9. Proses berikutnya menggunakan Excel untuk mendapatkan nilai window yang tepat. Langkahlangkahnya sebagai berikut : Catatan : Untuk gambar-gambar yang ditampilkan di bawah, mengambil contoh slice pertama, untuk data lengkapnya terlampir pada data excelTabel Real – I majiner kel9. xlsx
a. Masukkan data SPK yang berisi data real dan imajiner ke dalam Excel, atur sebagai Delimited, Tab + Space kemudian tekan Finish, data mentah akan terlihat sebagai berikut.
Tabel 3.2.20 Tabel input data SPK
b. Data tersebut akan diolah dengan menambahkan parameter Amplitudo, 1/λ, Amplitudo, K dan LnA. Untuk mendapatkan data 1/λ, copy cell paling atasdari data, pindahkan ke kolom3 baris3 setelah cell diatasnya diisikan angka 0. Kemudian blok kedua data tersebut, dan drag nilainya ke bawah.
√
Untuk amplitudo, digunakan rumus
⁄
Untuk K, digunakan rumus
Hasil dari perhitungan salah satu tabel ditampilkan sebagai berikut.
95
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Imajiner
1/Lambda
Amplitudo
3619,582
Real
0
0
3619,5824
K 0
Ln A
1886,188
-1202,94
0,001176
2237,132
0,007392
7,71295
583,7929
-806,668
0,002353
995,75472
0,014784
6,903501
110,6662
-249,508
0,003529
272,94901
0,022176
5,609285
469,0276
146,4963
0,004706
491,37364
0,029568
6,197205
276,1948
-239,502
0,005882
365,57431
0,03696
5,90147
59,17532
-130,612
0,007059
143,39154
0,044352
4,965579
129,5037 208,5053
123,5151 -58,8987
0,008235 0,009412
178,96141 216,66454
0,051744 0,059136
5,18717 5,37835
208,5053
58,8987
0,010588
216,66454
0,066528
5,37835
129,5037
-123,515
0,011765
178,96141
0,07392
5,18717
59,17532
130,6117
0,012941
143,39154
0,081312
4,965579
276,1948
239,5016
0,014118
365,57431
0,088704
5,90147
469,0276
-146,496
0,015294
491,37364
0,096096
6,197205
110,6662
249,5078
0,016471
272,94901
0,103488
5,609285
583,7929
806,668
0,017647
995,75472
0,11088
6,903501
1886,188
1202,936
0,018824
2237,132
0,118272
7,71295
8,194114
Tabel 3.2.6 Tabel pengolahan data .SPK
10. Kemudian dibuat grafik scatter dengan K sebagai sumbu x dan LnA sebagai sumbu y. Tentukan trendline regional dengan membagi data tersebut berdasarkan trend secara visual. Maka akan didapatkan persamaan seperti pada gambar berikut.
Grafik hubungan K dan lnA 9 8 7 6 A n l
5 4 3 2 1 0
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
K
96
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.2.21 Grafik hubungan K dengan ln A
Grafik hubungan K dan ln A 9 8 7 A6 ln5 4 3 2 1 0 0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
K Gambar 3.2.22 Grafik hubungan K dan lnA
8.4 8.2 y = -87.298x + 8.2488
8 7.8 7.6
Series1 Linear (Series1)
7.4 7.2 7 6.8 0
0.005
0.01
0.015
0.02
Gambar 3.2.23 Trendline regional dan persamaannya
Kemudian dicari lebar jendela w ( indow) yang sesuai (lihat file lampiran).
97
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.24 Nilai window
11. Lakukan langkah yang sama untuk slice-slice berikutnya (lihat fileTabel Real – I maji ner kel9.xlsx)
12. Selanjutnya Filtering 2-D dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pilih menu Grid
Filter
User Define Filters
Low Pass Filters
Moving Average (mxn)
Kemudian atur nilai M dan N berdasarkan lebar window serta beri nama outputnya *grd. Output ini adalah peta anomali regional.
Gambar 3.2.25 Filter Moving Average untuk mendapatkan peta anomali regional
98
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.26 Jendela penyimpanan output regional
13. Anomali residual diperoleh dengan mengurangkan CBA dengan regional. Pilh menuGrid >>
Math ... Kemudian atur isian input (peta anomali awal) sebagai A, dan peta regional sebagai B kemudian ubah fungsi menjadi A-B. Output proses ini adalah peta anomali residual.
Gambar 3.2.26 Jendela Grid Math untuk mendapatkan peta anomali residual
99
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Berikut hasil peta regional-residual kelima slice.
Gambar 3.2.27 Kiri : Regional 1. Kanan : Residual 1
100
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.28 Kiri : Regional 2. Kanan : Residual 2
101
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.2.29 Kiri : Regional 3. Kanan : Residual 3
Gambar 3.2.30 Kiri : Regional 4. Kanan : Residual 4
102
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.31 Kiri : Regional 5. Kanan : Residual 5
Dibuat penampang slice dan dibuat file .dta untuk kemudian pemodelan dengan MAG2DC
Gambar 3.2.32 File .dta slice magnetik Hasil Modelling dengan MAG2DC
103
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.2.33 Hasil Modelling dengan Mag2DC Dari hasil modeling MAG2DC terlihat seperti terdapat struktur yang kompleks. Sebenarnya jenis batuan disana tidaklah begitu banyak dan sekompleks kelihatannya. Menurut analisis lapisan palingatas adalah soil dengan kontras suseptibilitas adalah 0.00, kemudian di pertengahan, melurus seperti adanya kelurusan proses sedimentasi adanya batuan dengan kontras suseptibilitas rata rata 0.00065. Kemudian pada bagian paling bawah dengan kedalaman 100m ada batuan dengan kontras suseptibilitas 0.0077 yang kami perkirakan adalah batuan basalt dengan mengacu pada kondisi geologi yang kami lihat di lapangan.
3.3 Metode Geolistrik
3.3.1 Teori Dasar Metode Geolistrik merupakan metode geofisika yang mempelajari tentang sifat aliran listrik di dalam bumi berdasarkan hukum-hukum kelistrilkan (contoh:Hukum Ohm). Metode Resistivitas Metode Resistivitas sering disebut dengan metode tahanan jenis merupaka salah satu metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas dari batuan di dalam bumi. Prinsipnya adalah dengan menginjeksikan arus kedalam bumi melalui 4 elektroda berada di permukaan bumi, 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Sebenarnya ide dasar dari metoda ini sangatlah sederhana, yaitu dengan menganggap bumi sebagai suatu resistor. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300– 500 m. Metode kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan frekuensi rendah ke 104
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektrode potensial. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang berbeda dalam menghantarkan arus listrik. Berdasarkan
pada
tujuan
penyelidikan,
metode
resistivitas
dibedakan
menjadi
dua
yaitu mapping dan sounding. Metode geolistrik resistivitasmapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi rasistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh karena itu, pada metode ini digunakan jarak spasi elektrode yang tetap untuk semua titik datum di permukaan bumi. Sedangkan metode resistivitassounding bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini pengukuran pada satu titik ukur dilakukan dengan cara mengubah-ubah jarak elektrode. Pengubahan jarak elektrode tidak dilakukan secara sembarang, tetapi mulai jarak elektrode kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan yang terdeteksi. Resistivitas Semu ( Apparent Resistivity ) Pada prinsipnya, pengukuran metode resistivitas dilakukan dengan mengalirkan arus melalui elektrode C1 dan C2 dan pengukuran beda potensial pada P1 dan P2. Jika diasumsikan bahwa bumi homogen isotropis, maka tahanan jenis yang diperoleh adalah tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak tergantung pada spasi elektrode. Namun, pada kenyataannya bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh lapisan-lapisan tersebut. Harga resistivitas yang diukur seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja. Sehingga
resistivitas yang terukur adalah resistivitas semu ( ), yang besarnya ditentukan dengan
Dengan K adalah faktor geometri yang besarnya tergantung pada konfigurasi elektrode yang digunakan. Nili K sendiri bisa dihitung dengan persamaan
{ }
Konfigurasi Elektroda
105
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Konfigurasi yang digunakan pada pengambilan data kali ini adalah konfigurasi dipole dipole. Pada konfigurasi Dipole-dipole. Pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elektroda arus dan elektroda potensial terpisah dengan jarak a. Sedangkan elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam terpisah dengan jarak na, dengan n adalah bilangan bulat (Waluyo,2005). Variasi n digunakan untuk mendapatkan berbagai kedalaman tertentu, semakin besar n maka kedalaman yang diperoleh juga semakin besar. Tingkat sensitivitas jangkauan konfigurasi dipole-dipole dipengaruhi oleh besarnya a dan variasi nilai n (Loke, 1999). Skema konfigurasi dipole-dipole dapat dilihat pada gambar
Gambar 3.3.1 Konfigurasi Dipole dipole
Sehingga berdasarkan gambar, maka factor geometri untuk konfigurasi Dipole-dipole adalah
()() Sehingga berlaku hubungan
( )() 3.3.2 Prosedur Pengolahan Data Data lembar Profiling
106
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
107
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
108
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
109
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
110
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Tabel 3.3.2 Tabel Profiling Data Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Prosesing Data Flow Chart Pengolahan data geolistrik
Gambar 3.3.3 Flow chart pengolahan data Geolistrik Mini Sting
Pengolahan data geolistrik ini menggunakan software Res2DINV, data yang kita perlukan adalah data topografi dari hasil pembacaan GPS dan nilai rho Apparent (ρa) yang didapatkan dari pembacaan alat pengukuran. Kemudian data lapangan dibuat dalam bentuk notepad dengan ekstensi * .dat dan buat format sesuai dengan panduan
111
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.4 Keterangan membuat file .dat
Setelah seluruh data nilai rho apparent setiap jarak diinput ke dalam format tersebut, kemudian ditambahkan format untuk nilai topografi lintasan. Bentuk format sesuai dengan panduan berikut
Gambar 3.3.5 Format pembuatan File .dat
112
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Setelah semua data dimasukkan dalam bentuk notepad dalam ekstensi *.dat, barulah kita dapat melakukan processing data menggunakan software Res2DINV. Res2DINV mampu melakukan inversi dengan menggunakan data rho apparent resistivity menghasilkan true resistivity. Kemudian dari hasil inversi tersebut kita dapat melakukan intepretasi daerah tesebut berdasarkan persebaran nilai resistivitasnya. Langkah langkah Prosesing dengan menggunakan RES2INV 1.
Input Data Mengimport data dengan langkah, Klik File Read data Dataasli.dat
2.
Inversi Proses Inversi menggunakan metoda Least Square Inversion , dimana kita mampu melakukan proses inversi berkali-kali hingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita inginkan atau hingga mendapatkan error RMS paling kecil
Gambar 3.3.6 File .dat
Klik Inversion Least Square Hasil Processing Inversi dengan Res2DINV
113
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.7 Hasil Inversi dengan RES2INV
RMS error : 117.8 % Tiga gambar terlihat pada hasil inversi dengna RES2INV. Gambar pertama adalah gambar model hasil pengolahan data di lapangan. Gambar kedua adalah model dari perhitungan oleh software, dan hasilnya oleh software dibuat mendekati gambar pertama. Gambar ketiga adalah hasil inversi dari gambar kedua dan merupakan penampang inversi yang perlu kita amati. Error yang kita dapat pada gambar diatas sangat besar. Error didapatkan saat software membuat model perhitungan dan dibandingkan dengan data kita. Semakin banyak perbedaan perhitungan oleh software dan data di lapangan makan error pun akan semakin besar. Dengan error yang besar tentunya keambiguan dari hasil akan semakin besar. Hasil tidak dapat dipercaya untuk menginterpretasi bawah permukaan. Maka dari itu Beberapa tindakan harus dilakukan untuk meminimalisir error tersebut. Misalnya dengan memasukkan data topografi dan atau melakukan Exterminate Bad Datum Point ( Menghilangkan titik pengukuran yang buruk ) yang akan dicoba dilakukan berikutnnya. Variasi nilai resistivitas dari hasil inversi berkisar dari nilai 0 – 33.2 ohm.m ditunjukkan dengan interval warna biru – hijau dan nilai variasi 84– 213 ohm.m ditunjukkan dengan interval warnakuning – cokelat muda. Nilai resistivitas 0– 33.2 ohm.m mampu menunjukkan indikasi jenis lithologi clay, air (0– 100 ohm.m), sedangkan nilai resisitivitas 84– 213 ohm.m mampu menunjukkan indikasi jenis lithologi gamping (100 – 104)
114
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Persebaran nilai resistivitas secara model block
Gambar 3.3.8 Model Block nilai resistivitas
Pada model block ini, kita dapat mengetahui posisi titik mid point hasil injeksi listrik dalam bawah permukaan.. Semakin posisi mid point berada di atas maka mid point tersebut adalah hasil injeksi dari jarak elektroda yang kecil. Sebaliknya, semakin mid point berada di bawah, maka mid point tersebut adalah mid point hasil injeksi dari elektroda dengan jarak yang besar. Oleh karena itu, Jarak akan menentukan kedalaman hasil rekaman data pada metode resistivitas. Oleh karenanya juga, ada batasan kedalaman pada metode ini yang susah untuk mencari nilai bawah permukaan yang dalam, karena tentunya sulitnya pengambilan data dengan spasi yang sangat jauh.
115
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.9 Peta inversi dengan nilai block
Inversi model dengan menginput data topografi Data Topografi
116
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.3.10 Data topografi lintasan Geolistrik Tahanan Jenis P5
Kurva topografi tersebut terdapat dua buah. Perbedaannya adalah pada gradient topografi-nya. Kurva pertama merupakan kurva dari koordinat topografi dari letak elektroda dalam pengukuran, sehingga kurva memiliki bentukan topografi dari lintasan pengukuran dengan gradient tertentu. Sedangkan yang kedua adalah kurva topografi yang trendnya sudah dihilangkan, jadi kurva dengan gradient dari bentukan topografi lintasan yang sudah dihilangkan.
Gambar 3.3.11 Memasukkan data topografi ke dalam perhitungan
Hasil inversi dengan menggunakan data topografi
117
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.3.12 Hasil inversi dengan menggunakan data topografi
3. Menghilangkan Data yang buruk Kehadiran data yang buruk pada hasil inversi mampu mengakibatkan nilai error yang besar, faktor data buruk dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti, kondisi kabel konduktor yang terbuka saat dilakukan injeksi arus, kondisi lahan basah, dan sebagainya. Salah satu option yang ditawarkan dalam software Res2DINV ini untuk melihat data yang buruk dapat melalui Exterminte Bad Datum Points, dari hasil ini dapat dilihat semakin jauh persebaran data dari posisi horizontal menunjukkan perbedaan yang terlalu jauh dari nilai sekitarnya (hal ini mampu menjadi indikasi data buruk) Kilk Edit Exterminate Bad Datum points
Gambar 3.3.13 Data yang buruk pada haasil pengukuran
Editing Data
118
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.14 Data yang dibulat merah adalah data yang akan di edit
Hasil Exterminate Bad Datum Points
Gambar 3.3.15 Hasil penghilangan data yang buruk
Kemudian setelah editing, data di proses ulang, hasil inversi setelah proses editing
119
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.16 Hasil Inversi setelah melakukan ‘Exterminate Bad Datum Points’
RMS Error = 25.0 %
Gambar 3.3.17 Hasil Terakhir dengan menggunakan Block
Kemudian kembali menggunakan input Topografi dan hasil setelah melakukan input topografi adalah 120
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.3.18 Hasil inversi, setelah melakukan ‘Exterminate Bad Datum Points’ dan menggunakan data Topografi
Variasi nilai resistivitas dari hasil inversi setelah dilakukan exterminate bad datum points berkisar dari nilai 0 – 30 ohm.m, meskipun terdapat perbedaan intervalwarna pada hasil inversi namun perbedaan tersebut tidak menunjukkan nilai resistivitas yang berarti sehingga tidak menunjukkan perubahan jenis lithologi. Berdasarkan nilai resisitivitas tersebut jenis lithologi tersebut menunjukkan lithologi clay. Dari hasil inversi data ini tidak menunjukkan perubahan jenis lithologi pada kedalaman ± 20 m seperti hasil inversi data lapangan sebelum dilakukan exterminate bad datum points. Hasil Prosesing Data dengan menggunakan maksimal n=6
121
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.3.19 Hasil Prosesing menggunakan n=6
RMS = 9.8% Hasil prosesing inversi dengan software RES2INV setelah dilakukan editing data pada beberapa titik yang dianggap buruk
Gambar 3.3.20 Hasil prosesing akhir inversi
3.3.3.
Analisis Data Hasil inversi di atas didapat setelah dilakukan editing data yang buruk, yaitu nilai-nilai resistivitas yang mengalami fluktuasi nilai yang terlalu besar. Nilai-nilai resistivitas kisaran nilai 1000 ohm.m pada pengukuran dengan menggunakan nilai n= 10. Setelah dilakukan penghilangan beberapa data dengan nilai resistivitas tersebut , nilai RMS berubah dari 117 % menjadi 93.4 %. Hasil inversi tersebut menunjukkan perbedaan keberadaan perubahan jenis lithologi pada kedalaman ± 14.7 m, ditandai dengan nilai resistivitas 100– 200 ohm.m. Nilai resistivitas 0– 5.55 ohm.m mampu menunjukkan indikasi jenis lithologi clay dan nilai resistivitas 100 -200 ohm.m mampu menunjukkan indikasi jenis lithologi gamping.
122
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 3.4 Metode Ground Penetrating Radar ( GPR )
3.4.1 Teori Dasar Bila ditinjau dari segi keilmuan, metoda GPR (Ground Penetration Radar ) atau sering juga dikenal sebagai metoda Georadar adalah suatu metoda dalam bidang ilmu geofisika, yang sering kali digunakan sebagai salah satu sarana pendukung dalam kegiatan eksplorasi geologi dalam menidentifikasi lapisan bawah permukaan (sub-surface ) untuk kedalaman tertentu ( dangkal ). Kemampuan yang dimiliki oleh metoda ini merupakan salah satu alasan yang sering kali dipakai oleh seorang geologis dalam kerangka kerja lapangannya. Selain efektiv dengan segala kemudahan yang dimilikinya metoda ini juga mampu mengoptimalisasikan kondisi anggaran survei bila dibandingkan metoda bawah permukaan (sub-surface ) lainnya dalam hal ini pemboran. Selain dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit, kegiatan pemboran juga membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam menentukan batas-batas sebaran lateralisasi dari batas lingkungan pengendapan di wilayah potesial yang ada. Dengan kemampuannya mengidentifikasikan batasan antar
medium ( Lapisan ) yang kompak (rigid) dan tidak kompak (urigid) , metoda GPR ( Ground Penetration Radar ) tidak membutuhkan waktu yang relativ panjang sehingga dapat memberikan gambaran serta informasi secara cepat bagi kepentingan survei selanjutnya ( Pemboran Geologilanjut). Secara umum metoda GPR adalah metoda yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik ( geolombang radio) berfrekuensi tinggi dalam mengidentifikasi kondisi di bawah permukaan sub(
surface ). Prinsip dasar dari skema kerja metoda GPR ini yakni dengan jalan memancarkan gelombang radio berfrekuensi tinggi ke bawah permukaan melalui pemancartransmitter). ( Dimana hasil penjalaran gelombang ini akan dipantulkan kembali ke permukaan dan selanjutnya diterima oleh antena penerima r( eceiver), dan hasil dari penerima kemudian ditampilan dalam sebuah diagram ( radargram ) yang langsung dapat tersajikan dalam bentuk visualisasi 2Dimensi pada monitor penerima ( Display ).
123
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.1 Skema Kerja Georadar. Sumber : http:// mette29.blogspot.com
3.4.2 Prosedur Pengolahan Data Data yang didapatkan dari hasil survey pengukuran GPR di lapangan berupa data refleksi gelombang elektromagnetik secara travel time, bentuknya hampir sama dengan travel time dalam seismik. Software yang digunakan untuk membantu dalam pemrosesan data adalah REFLEXW dan Mircrosoft Excel. Langkah-langkah pengolahan data digambarkan dengan flow chart yang ditunjukan oleh gambar berikut,
124
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Import Raw Data
Static Correction
De-wow
Automatic Gain Control
Bandpass Fre uenc
Background Removal
Stack Trace
F-K Filter
Topography Correction
Gambar 3.4.2 Flow chart pengolahan data GPR
Pengolahan data GPR memaik software REFLEXW. Adapun langkah langkah dalam mengolah data GPR adalah 1. Buka program REFLEXW
125
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.3 Tampilan window REFLEXW
2. Setelah muncul jendela tersebut pada layar, pilih ‘Modules’ pada toolbar menu lalu pilih ‘2-D Data Analysis’ pada submenu. Tampilan Jendela pada layar yang diinginkan sebagai berikut
Gambar 3.4.4 Jendela awal prosesing 3. Pada menu toolbar pilih “File’ lalu pilih submenu “Import”. Pada langkah ini, kita ingin mengimpor data yang telah didapatkan dari hasil pengukuran untuk diolah lebih lanjut. Tampilan jendela yang akan muncul setelah memilih “Import” adalah sebagai berikut
126
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.5 Window import data
4. Di jendela “Data Import” masukkan parameter-parameter data yang kita inginkan. Parameter disesuaikan dengan parameter akusisi data yang dilakukan di lapangan. Parameter yang diubah oleh kami sebagai berikut Distance Dimension
: Meter
Data Type Profile Direction
: Constant Offset :X
Profile Constant
:Y
Format Data
: RAMAC
Output Format
: New 16 bit integer
File name specification: Sebatas nama, tidak akan mengganggu dalam pemrosesan jika penamaan
salah 5. Setelah parameter pada jendela impor sudah dilengkapi sesuai yang diinginkan, sebelum data diimporkan untuk diolah perlu dilakukan setting parameter pada jendela “Plot Option” yang mana dapat ditemukan di kanan paling bawah jendepa impor berupa sebuah gambar. Pada jendela ‘Plot Option’ terdapat beberapa pilihan yang perlu diubah
Plotmode
: Pointmode
127
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Plotsuboption
: Parameter yang perlu di ceklist berupa ‘Autointerpolation’ , ‘Versplit’ ,
‘ShowAxis’ , ‘XAxisName’ , dengan diberi nama “UTM X” . “DepthAxis’ dan ‘Interpolate Colors’. 6. Setelah selesai mengubah parameter di ‘Plot Option’, lalu ditutup. Setelah semua paramete r diubah, langkah berikutnya adalah mengimpor data hasil pengukuran untuk diolah dengan memilih menu “Convert to Reflex” pada jendela “Data Import”.
Gambar 3.4.6 Mengimport data hasil pengukuran
7. Raw data yang ingin diolah berupa data dengan extension *.rd3. Tampilan di Radargram sebagai berikut 8. Tampilan penampang line P5 lintasan 1 GPR tipe Shielded 100 MHz
Gambar 3.4.7 Penampang line P5 lintasan 1
128
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
9. Langkah selanjutnya mengikuti alur flow chart yang sudah ditampilkan sebelumnya. Static Correction
Gambar 3.4.8 Proses static correction pada lintasan 1
De-Wow Dewow merupakan langkah prosesing yang dilakukan untuk menghilangkan frekuensi yang sangat rendah. Wow adalah nouse frekuensi rendah yang terekam oleh system radar. Dewow termasuk dalam temporal filtering.
129
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.9 Proses Dewow pada lintasan 1 dan parameternya
Pada proses Dewow ini kita menginput time window, nilai yang kita cari seharusnya agar spectrum gelombang srcinal dan yang filtered mempunya puncak dan amplitudo yang tidak berbeda jauh. Hal ini untuk mencegah adanya frekuensi yang bukan merupakan data asli yang masuk ke dalam prosesing.
Gambar 3.4.10 Hasil proses Dewow
Gain AGC Gain agc dilakukan karena sinyal radar sangat cepat teratenuasi ketika menjalar kedalam permukaan bumi. Sehingga sinyal semakin kedalam akan semakin rendah/lemah untuk menampilkan informasi pada kedalaman ini. Adanya pelemahan energi pada saat sinyal melewati batuan atau perlapisan tanah dan agar
130
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
sinyal pada kedalaman yang lebih tinggi dapat sama kuatnya dengan sinyal datang dari kedalaman yang lebih dangkal dilakukanlah proses AGC ini.
Gambar 3.4.11 Proses Gain AGC dan Parameternya
Gambar 3.4.12 Hasil Proses Gain AGC
Bandpass Frequency Bandpass frequency berguna untuk menghilakngkan frekuensi frekensi yang tidak diinginkan ( noise ), dengan membatasi nilai jangkauan frekuensi sinyal pada radargam. Untuk menentukan berapa range frekuensi yang tepat, selain dari berapa besar frekuensi sinyal yang ingin diloloskan yang telah kita ketahui sebelumnya, dapat kita lihat juga dari bentuk filtered trace dan filtered spectrum-nya. Tentukanlah 131
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
range frekuensi yang memotong frekuensi yang tidak diperlukan muncul seperti frekuensi ruang kosong, noise koheren, sehingga bentuk spektrum mempunyai puncak frekuensi sinyal yang baik.
Gambar 3.4.13 Proses Bandpass Frequency dan Parameternya
Gambar 3.4.14 Hasil proses Bandpass Frequency
132
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Background Removal Background Removal bertujuan untuk menghilangkan noise yang selalu muncul secara konsisten pada seluruh profil sehingga menutupi noise yang sebenarnya. Efek ini menghilangkan energy koheren yang horizontal.
Gambar 3.4.15 Proses Background Removal dan Parameternya
Gambar 3.4.16 Hasil proses Background Removal
FK Filter
133
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.17 Proses FK Filter
Topography Correction
134
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.18 Proses Topography correction dan Parameternya
Gambar 3.4.19 Hasil proses Topography correction
135
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
10. Tampilan penampang line P5 lintasan 2 GPR tipe Shielded 100MHz
Gambar 3.4.20 Penampang line 5 lintasan 2
Static Correction
Gambar 3.4.21 Proses static correction dan parameternya
136
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.21 Hasil proses static correction dan parameternya
DeWow
Gambar 3.4.22 Proses Dewow dan parameternya
137
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.23 Hasil Proses Dewow Setelah di zoom akan tampak sebagai berikut
Gambar 3.4.24 Hasil Zoom proses Dewow
Gain AGC
138
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.25 Proses Gain AGC dan parameternya
Gambar 3.4.26 Hasil Proses Gain AGC
Bandpass Frequency
139
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.27 Proses Bandpass Frequency dan parameternya
Gambar 3.4.28 Hasil proses Bandpass Frequency
Background Removal
140
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.29 Proses Background Removal dan parameternya
Gambar 3.4.30 Hasil Proses Background Removal
141
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
F-K Filter
Gambar 3.4.31 Proses FK Filter
142
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Topography correction dengan F-K Filter
Gambar 3.4.32 Proses Topography Correction dan parameternya
Gambar 3.4.33 Hasil proses Topography correction
143
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
11. Tampilan Penampang line P5 lintasan 3 GPR tipe Shielded 100MHz
Gambar 3.4.34 Penampang lintasan 3 line P5
Static Correction
Gambar 3.4.35 Proses static correction dan parameternya
144
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.36 Hasil proses static correction
De-Wow
Gambar 3.4.37 Proses De Wow dan parameternya
145
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.38 Hasil proses Dewow
Gain AGC
Gambar 3.4.39 Proses Gain AGC dan parameternya
146
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.40 Hasil proses Gain AGC
Bandpass Frequency
Gambar 3.4.41 Proses Bandpass Frequency dan parameternya
147
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.42 Hasil proses Bandpass Frequency
Background Removal
Gambar 3.4.43 Proses Background Removal dan parameternya
148
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.44 Hasil proses Background Removal
F-K Filter
149
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.4.45 Proses FK Filter
Topography correction dengan F-K Filter
Gambar 3.4.46 Proses Topography correction dan parameternya
Gambar 3.4.47 Hasil Topography correction
150
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
12. Tampilan Penampang line P5 lintasan 4 GPR Shielded 100 MHz
Gambar 3.4.48 Penampang lintasan 4 line P5
Static Correction
Gambar 3.4.49 Proses Static Correction dan parameternya
151
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.50 Hasil proses static correction
De-Wow
Gambar 3.4.51 Proses DeWow dan parameternya
152
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.52 Hasil proses DeWow
Gain AGC
Gambar 3.4.53 Proses Gain AGC dan parameternya
153
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.54 Hasil proses Gain AGC Bandpass Frequency
Gambar 3.4.55 Proses Bandpass Frequency dan parameternya
154
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.56 Hasil proses Bandpass Frequency
Background Removal
Gambar 3.4.57 Proses Background Removal dan parameternya
155
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.58 Hasil proses Background Removal
F-K Filter
Gambar 3.4.59 Proses FK Filter
156
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Topography correction dengan F-K Filter
Gambar 3.4.60 Proses Topography correction dan parameternya
Gambar 3.4.61 Hasil proses Topography correction
157
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
13. Tampilan penampang line P5 lintasan 5 GPR Shielded 100MHz
Gambar 3.4.61 Penampang lintasan 5 line P5
Static correction
Gambar 3.4.62 Proses static correction dan parameternya
158
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.63 Hasil proses static correction
De-Wow
Gambar 3.4.63 Proses static correction dan parameternya
159
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.64 Hasil proses static correction Gain AGC
Gambar 3.4.65 Proses Gain AGC dan parameternya
160
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.66 Hasil proses Gain AGC
Bandpass Frequency
Gambar 3.4.67 Proses bandpass frequency dan parameternya
161
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.68 Hasil proses Bandpass Frequency
Background Removal
Gambar 3.4.69 Proses Background removal dan parameternya
162
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.70 Hasil proses Background Removal
F-K Filter
Gambar 3.4.71 Proses FK Filter
Topography correction dengan F-K Filter
163
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.72 Hasil Topography correction
14. Tampilan penampang line P5 lintasan 2 GPR Shielded 250 MHz
164
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.4.73 Penampang lintasan 2 GPR 250MHz line P5
Static correction
Gambar 3.4.74 Proses static correction dan parameternya
Gambar 3.4.75 Hasil static correction
165
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
De-Wow
Gambar 3.4.75 Proses DeWow dan parameternya
Gambar 3.4.76 Hasil proses DeWow
166
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gain AGC
Gambar 3.4.77 Proses Gain AGC dan parameternya
Gambar 3.4.78 Hasil proses Gain AGC
167
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Bandpass Frequency
Gambar 3.4.79 Proses Bandpass Frequency dan parameternya
Gambar 3.4.80 Hasil proses Bandpass Frequency
168
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Background Removal
Gambar 3.4.81 Proses Background Removal dan parameternya
Gambar 3.4.82 Hasil Proses Background Removal
169
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
F-K Filter
Gambar 3.4.83 Proses FK Filter
Topograhpy correction dengan F-K Filter
Gambar 3.4.84 Topography correction dan parameternya
170
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.85 Hasil Topography Correction
15. Tampilan penampang line P5 lintasan 1 GPR Shielded 250 MHz
Gambar 3.4.86 Lintasan 1 line P5 GPR 250 MHz
171
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Static Correction
Gambar 3.4.86 Proses static correction dan parameternya
Gambar 3.4.87 Hasil proses static correction
172
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
De-Wow
Gambar 3.4.88 Proses DeWow dan parameternya
Gambar 3.4.89 Hasil proses DeWow
173
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gain AGC
Gambar 3.4.90 Proses Gain AGC dan parameternya
Gambar 3.4.91 Hasil proses Gain AGC
174
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Bandpass Frequency
Gambar 3.4.91 Proses Bandpass Frequency dan parameternya
Gambar 3.4.92 Hasil proses bandpass frequency
175
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Background Removal
Gambar 3.4.93 Proses Background Removal dan parameternya
Gambar 3.4.94 Hasil proses Background Removal
176
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
F-K Filter
Gambar 3.4.95 Proses FK Filter Topograhy correction dengan F-K Filter
Gambar 3.4.96 Topography correction dan parameternya
177
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.4.97 Hasil Topography correction
3.4.3 Analisis Hasil Apabila dibandingkan antara hasil pengolahan data GPR shielded dengan menggunakan frekuensi 250 MHz dan 100 MHz, ternyata gambar yang diberikan pada GPR shielded 100 MHz tidak memberikan suatu gambar anomali maupun struktur lapisan jika dibandingkan dengan GPR shielded 250 MHz. Oleh karena itu, yang akan diinterpretasikan lebih lanjut adalah hasil pengolahan data GPR Shielded 250 MHz. Akan tetapi, hasil pengolahan dari GPR Shielded berfrekuensi 100 MHz tetap akan digunakan sebagai pendukung dalam interpretasi. Seperti yang dapat dilihat pada GPR Shielded 250 MHz lintasan 1 dan lintasan 2, terlihat jelas adanya suatu struktur lapisan. Pada lintasan 1, terdapat struktur lapisan dengan kedalaman –0 4m dengan tebal sekitar 3m, sedangkan pada lintasan 2 terdapat struktur lapisan dengan kedalaman 6-8 m tebal lapisan sekitar 3 m. Gambaran ini didukung oleh hasil pengolahan data dari GPR Shielded 100 MHz. Anomali yang terlihat pada lintasan 1-6 hasil GPR Shielded 100 MHz berada di kedalaman dengan 0-8 m, sehingga benar pada kedalaman sekitar 0-8 memang terdapat suatu lapisan yang kontras dengan sekitarnya.
178
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 3.5 Metode Seismik Refraksi
3.5.1 Teori Dasar Metode seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran respons gelombang seismic ( suara ) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direfleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit. Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geophone, yang mengukur pergerakan bumi. Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber seismik ( palu, ledakan, dll ). Setelah usai diberikan, terjadi gerakan gelombang dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudia pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah. Seismik Refraksi ( bias ) mengukur gelombang dating yang dipantulkan sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang pertama seismik pada masing masing geophone memberikan informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari horizon horizon geologi ini. Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan pertama dari bantalan batu cadas. Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah usikan pertama (first break) diabaikan, sehingga sebenernya hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh cepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal sebagai parameter elastisitas. Prinsip dasar metode seismic refraksi mengikuti prinsip fisika tentang perambatan gelombang antara lain : 1. Prinsip Fermat
: Penjalaran gelombang dari suatu titik ke titik lainnya akan melewati lintasan dengan waktu minimum
179
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
2. Prinsip Huygen
: Setiap titik yang dilalui muka gelombang akan menjadi sumber gelombang
baru.
Gambar 3.5.1 Ilustrasi Prinsip Huygens
3. Prinsip Snellius
: Gelombang yang dibiaskan atau dipantulkan akan memenuhi persamaan sebagai berikut
Survei Seismik Refraksi
Gambar 3.5.2 Penggambaran survey seismic refraksi
Didalam survey seismic refraksi, ada satu sumber gelombang dan sejumlah detector gelombang seismic ( geophone) seperti pada gambar. Sebelum sudut kritis terjadi pemantulan gelombang, dan setelah sudut datang pada sudut kritis, maka terjadi pembiasan sempurna.
180
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
3.5.2 Prosedur Pengolahan Data Flow chart pengolahan data seismik refraksi
Gambar 3.5.3 Flow chart pengolahan data seismik refraksi
Pengolahan data pada seismik refraksi dibuat melalui tiga tahap dan juga tiga metode dan software yang berbeda. Software yang digunakan pada pengolahan data seismik refraksi yang kami lakukan adalah Vista 7.0, SeisREFA, dan Microsoft Excel. Pengolahan pertama adalah picking first break dari first arrival time. Dalam langkah pertama software yang kita gunakan adalah Vista 7.0. Langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut : 1. Buka Vista 7.0 2D/3D
181
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.5.3 Tampilan Vista 7.0
2. Untuk memulai project baru, klik File
New Project. Kemudian sesuaikan setting dengan
kondisi survey. Kemudian tekan OK.
Gambar 3.5.4 New Project
3. Pada jendela project ini, kita memilih data sesuai dengan jenis survey ( 2D atau 3D ).
Gambar 3.5.5 Pemilihan data untuk di input
4. Setelah dipilih ( dalam kali ini 2D ) akan keluar tampilan seperti gambar dibawah ini
182
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Gambar 3.5.6 Tampilan setelah penginputan data
5. Edit nama sesuai dengan yang diinginkan 6. Klik icon’+’ untuk men-load data .segy ( data keluaran hasil pengukuran menggunakan DAQ LINK III ). Maka keluarannya seperti gambar dibawah ini
Gambar 3.5.7 Proses me-load data .segy
7. Agar pengaturan dari input data ini dengan menyesuaikannya dengan kegiatan survey. Kemudian OK. Kemudian akan muncul tampilan gambar dibawah ini
Gambar 3.5.8 Tampilan setelah pengaturan input data
8. Untuk melihat hasil trace yang telah di load, klik icon berbentuk trace. Maka akan muncul tampilan seperti dibawah ini
183
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.5.9 Hasil trace yang didapatkan di lapangan
9. Kemudian klik Seismic Plot Parameters
Gambar 3.5.10 Plot Seismic Parameter
Tujuannya antara lain untuk LMO Velocity, Trace Processing ( Reverse Data Polarity, Exponential Gain, AGC, Ormsby Filter ), Scaling, dan lainnya. Langkah ini memerlukan analisa agar mendapatkan penampang yang baik dan mudah untuk di pick. 10. Setelah melakukan proses seperti diatas, tampilan akan menunjukkan gambar seperti ini dan siap untuk di pick
184
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.5.11 Data Trace yang siap untuk dilakukan picking
11. Klik First break picking untuk melakukan picking pada first break. Dalam picking first break ini, dapat dilakukan secra manual ataupun otomatis 12. Berikut adalah hasil picking data
Mid shot
Near shot
Gambar 3.5.12 Hasil picking Mid Shot
185
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.5.13 Hasil picking Near Shot
Far shot
Gambar 3.5.14 Hasil picking Far shot
Phantom shot 1
186
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.5.15 Hasil picking Phantom shot 1 ( near )
Phantom shot 2
Gambar 3.5.16 Hasil picking Phantom shot 2 ( far )
13. Setelah selesai mem-pick data, save hasil pick dalam format .ASCII dan klik icon Save. Lakukan langkah ini untuk semua shot pengukuran. 14. Langkah berikutnya adalah mengubah format hasil data picking dalam bentuk .ASCII menjadi .TIM. Tujuannya karena software SeisREFA tidak dapat membaca format .ASCII. Untuk mengubahnya kita dapat menggunakan software Matlab. 15. Berikut adalah prosesing pada Matlab untuk merubah format .ASCII menjadi .TIM
187
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.5.17 Script Matlab untuk merubah .ASCII menjadi .TIM
16. Setelah mempunyai data dengan format .TIM , barulah kita beranjak ke SeisREFA, pindahkan seluurh data yang telah diubah ke format .TIM ke folder SeisREFA Buka DOSBox, kemudia ketik mount cc:\dosbox-0.72\seisrefa c:\ seisrefa.exe Usahakan agar meletakkan DOSBox pada drive c: dan SeisREFA di dalam folder DOSBox untuk memudahkan pengaksesan SeisREFA 17. Setelah masuk ke SeisREFA akan muncul tampilan seperti dibawah ini
Gambar 3.5.18 Tampilan SeisREFA
188
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
18. Kemudian tekan ENTER sehingga akan muncul tampilan seperti ini
Gambar 3.5.19 Tampilan awal SeisREFA
19. Isi bagian yang kosong pada bagian atas jendela berupa Job Name, Survey Line Name, Acquisition Date, dan Receiver Spacing. Begitu pula dengan kolom Shot. Isi Position dan Elevation dari Shot dalam satuan meter. Isi pula posisi dan elevasi dari receiver dan First Arrival Time masing-masing shot. Di bawah ini adalah contoh pengisiannya.
Gambar 3.5.20 Memasukkan semua data kedalam SeisREFA
20. Klik Analysis untuk menganalisa First Arrival Time. Maka akan menghasilkan beberapa tampilan antara lain, kurva T-X, Velocity Base Layer, Velocity Intermediete, DelayTime, Depth Section, dan Raypath Calculation. 21. Interpretasi data hasil pengolahan tersebut. Jangan lupa untuk menghubungkannya dengan keadaan geologi yang ada.
189
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Hasil pengolahan data pada SeisREFA Permodelan 1. Kurva T-X
Gambar 3.5.21 Kurva X-T line P5
2. Depth Section
Gambar 3.5.22 Kurva Depth Section 3.
Raypath calculation
190
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 3.5.23 Kurva Raypath calculation
Langkah-langkah Pengolahan Data dengan menggunakan metode Hagiwara
1. Masukan data phantom shot kedalam excel Shot Point
12345 Position(m)
-57.5
-2.5
57.5
Elevation(m)
104
103
101
117.5
172.5
94
84
Tabel 3.5.1 Tabel phantom shot
2. Tentukan nilai Tab, yaitu permabatan gelombang dari ujung ke ujung 3. Tentukan batas antara first break gelombang langsung dan gelombang refraksi 4. Tentukan delay time gelombang refraksi 5. Hitung selisih waktu tiba di masing-masing geophone dengan delay time 6. Cari kecepatan v1 dengan membuat kurva travel time untuk gelombang langsung, kemudian cari nilai gradiennya dimana kecepatannya sama dengan gradiennya 7. Cari kecepatan v2 dengan membuat kurva waktu tiba-delay time terhadap posisi geophoine kemudian cari nilai gradiennya yang memiliki kecepatan same dengan nilai satu per gradiennya 8. Cari sin i dan cos i dengan menggunakan hukum snellius 9. Tentukan lapisan pertama 10. Rekonstruksi model dengan memasukan topografi.
191
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Data Geophone ke
Elevation (m)
First Arrival Time (ms)
1
100
34.25
2.5
49.5
85.5
106.25
2
98.76
38.25
14
41.75
81.75
104.25
3
99.83
39.25
18.25
39.25
74
101.75
4
98.64
42.75
28.5
36.25
73.75
101.5
5
97.5
46.5
34.75
29.25
73.25
101.25
6
95.95
49.5
37.5
24.75
69.5
99.75
7
92.18
53.25
38.25
18
62.25
90.5
8
92.84
58
41
14.25
61
90
9
92.57
65.5
43.5
13
57.5
88.5
10
93.85
70.75
50
9.5
54
86.25
11
92.85
75
54
8.25
53
85.75
12
93.06
76.5
55
8.25
49.75
84.75
13
94.1
79.25
56
5.5
46.25
83.5
14
92.3
84.75
62
7.25
46
81.75
15
93.31
89
62.5
10
41.75
78.75
16
94.04
90.25
66
13
37.75
77.5
17
93.13
98.5
70.75
17.75
34
73.5
18
92.97
99.25
73.75
21.5
33.5
69.5
19
92.27
101
79.25
26
29.75
66
20 21
91.18 89.96
103.75 104
82 85.75
26.5 30.25
22 18
61.75 57.75
22
89.48
106
87.75
34
16.25
54.75
23
87.78
107.75
89.5
35
6
46
24
88.35
109.75
90.75
38.25
4.5
42
Tabel 3.5.2 Data elevasi dan first arrival time
*Tabel perhitungan ada di lampiran
Hasil Pemrosesan Hagiwara
192
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 Kurva Travel Time y =11.4143x + 1.369 Tap
100
Kurva X-T
90
Tap y =20.6458x + 17.553 y = -1.0018x + 121.25 Tbp 1 y = -0.6103x + 84.82
80 ) m ( e im T l e v a r T
70 60
Tbp 2
50 40
Linear (Tap 1) Linear (Tap 2) Linear (Tbp 1)
30 20 10 0 0
20
40
Jarak 60 dari Stasiun 80A (m) 100
120
140
Gambar 3.5.24 Kurva Travel Time
Kurva X-T
60
Tap'
50 ) 40 m ( e m i 30 T l e v a r T 20
y = 0.5907x + 4.6949
Tbp' y = -0.5938x + 67.765 Linear (Tap') Linear (Tbp')
10 0 Jarak dari Stasiun 0 A (m)
20
40
60
80
100
Gambar 3.5.25 Kurva Travel Time
Penampang lapisan
193
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013 120
Penampang Lapisan
) (m100 n ia 80 g g n it 60 e K i 40 s i s o 20 P
Topografi Boundary
0 0
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
5 . 2
5 . 7
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
0 1
0 1
1
1
0 2 1
Jarak dari Stasiun A (m)
3.5.26 Penampang lapisan hasil proses hagiwara
3.5.3 Analisa Hasil Kondisi geologi, permukaan tanah yang diperkirakan merupakan pelapukan batulempung. Pada saat pengambilan data, kondisi permukaan tanah sedikit basah akibat hujan yang terjadi pada malam hari nya. Lapisan kedua diperkirakan merupakan lapisan batugamping karena ditemukan singkapan batugamping di daerah yang ada dibawahnya. Dengan menggunakan software seisREFA terlihat terdapat dua lapisan litologi yang terlihat. Lapisan ini memiliki kecepatan yang berbeda. Lapisan pertama memiliki kecepatan sebesar 550 m/s dan kemudian lapisan yang lebih dalam memiliki kecepatan 2700 m/s. Batas lapisan kedua ada pada kedalaman 4 meter dilihat dari posisi geophone 1. Lalu batas perlapisan terlihat menurun kearah geophone 24. Dengan menggunakan metode Hagiwara terlihat ada dua lapisan litologi yang berbeda. Dari metode ini didapatkan kecepatan lapisan pertama adalah 852.6 m/s kemudian lapisan didalamnya didapatkan kecepatan sebesar 1593.5 m/s. Batas lapisanyang didapatkan dari metode hagiwara hampir sama
dengan bentuk muka permukaannya.
194
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
BAB IV INTERPRETASI HASIL 4.1 Line P5 ( Lokasi : Depan asrama Totogan, kampus LIPI ) Metode : GPR, Geolistrik, dan Seismik Refraksi Line P5 berada di kampus LIPI, karangsambung, atau lebih tepatnya berada di depan asrama panosogan dengan line memanjang ke arah Utara-Selatan. Akuisisi data menggunakan 3 metode yaitu metode seismik refraksi, GPR dan geolistrik. Hasil dari pengolahan data masing-masing metode adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1.1 Hasil pengolahan data metode seismik refraksi
195
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 4.1.2 Hasil pengolahan data metode geolistrik
196
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Gambar 4.1.3 Hasil pengolahan data metode GPR Dari ketiga hasil metode geofisika yang dilakukan, terlihat beberapa kemiripan batas litologi yang ada. Kami menggunakan hasil metode seismik refraksi sebagai perbandingan dengan metode lainnya, karena pada metode ini batas lapisan terlihat paling jelas, cakupannya lebih dalam dan keakuratannya cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan metode GPR, terlihat kemiripan pada batas litologi, yaitu cenderung menurun dari stasiun 1 ke stasiun 24. Namun data GPR tidak memiliki banyak informasi tambahan sehingga hanya bisa digunakan sebagai pembanding. Jika dibandingkan dengan metode geolistrik, terlihat kemiripan pada batas perlapisan pada kedalaman yang hampir sama. Namun, data hasil geolistrik kurang dalam sehingga batas perlapisan hanya terlihat sedikit. Batas yang sama dengan di data metode seismik memiliki warna coklat (84-213 Ohm.m) pada data metode geolistrik. Dari data hasil pengolahan metode seismik dan metode geolistrik, lapisan atas memiliki kecepatan 500 m/s dan resistivity 0-84 Ohm.m. Dari kondisi geologi saat pengambilan data tanah cukup basah karena hujan beberapa jam sebelum pengambilan data. Kondisi tanah menunjukan ciri soil hasil pelapukan dari batulempung. Karena parameter atas sesuai dengan kondisi top soil, kami menginterpretasikan lapisan tersebut adalah soil pelapukan batulempung. Lapisan kedua memiliki kecepatan 2700 m/s dan resitivity 84-213 Ohm.m. Lapisan ini interpretasi sebagai lapisan batulempung karena sifat fisis yang disebutkan diatas dan kemungkinan lapisan atas merupakan pelapukan dari lapisan batuan tersebut.
197
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
4.2 Line Metode Gayaberat dan Magnetik ( Lokasi : dekat Desa Totogan ) Hasil Modelling Gayaberat dan Magnetik
Gambar 4.2.1 Modelling data Gayaberat
Gambar 4.2.2 Modelling data Magnetik
Secara umum, hemat kami daerah survey geofsika metode magnetic dan gravity terdiri dari batuan basalt dan batulempung serta adanya tubuh batuan m etamorf. Pendapat ini didukung oleh analisis gravity yang menyatakan dominasi lempung dan basalt di daerah survey kami. Selain itu, berasarkan pengamatan geologi sepanjang perjalanan yang mengindikasikan adanya singkapan basalt serta lempung memperkuat hasil analisis kami.
198
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
Kesulitan menginterpretasi didapatkan karena perbedaan pengambilang slicing untuk pemodelan. Slicing pada data gayaberat berarah barat laut-tenggara sedangkan slicing pada data magnetik berarah barat dayatimur laut. Namun perbedaan slicing ini mempunyai satu keuntungan yaitu dengan semakin luasnya daerah yang dapat diinterpretasi. Keberadaan batulempung terlihat pada stasiun-stasiun awal lintasan magnetic (juga stasiun akhir gravity karena lintasannya yang terbalik). Keberadaan batu basalt dapat ditemukan pada stasiun-stasiun terakhir dimana sepanjang sungai Lok Ulo kami menemukan singkapan berupa batu basalt dan singkapan otobreksia yang memiliki fragmen basalt. Selain itu, singkapan batu metamorf juga ditemukan pada stasiun-stasiun tengah lintasan di dekat sungai Lok Ulo dan keberadaan warga sekitar yang menambang batuan metamorf dari sekitar sungai Lok Ulo. Batulempung kami perkirakan merupakan basement dari daerah survey kami. Dengan mengonsiderasikan pada data gravity sekaligus modelnya serta dengan mempertimbangkan peta geologi maka ada dugaan bahwa batulempung menjadi basement daerah survey kami. Selain itu, dengan mengonsiderasikan dan mengorelasikan dengan peta geologi yang dibuat, dimana pada bagian utara peta terdapat singkapan basalt yang dikepung oleh batulempung, analisis kami adalah batulempung merupakan basement dari daerah survey. Batuan basalt terletak di atas batuan sedimen, hal ini mengindikasikan adanya ekstrusi basalt di masa lampau. Sebetulnya, perihal ekstrusi basalt ini belum bisa dipastikan karena memerlukan tinjauan geologis yang lebih jauh. Tubuh batuan beku di atas basement batulempung ini bisa jadi merupakan bongkah-bongkah yang besar dan banyak dimana bongkah-bongkah tersebut terbawa aliran atau terangkat. Akan tetapi, mengingat peta geologi yang menunjukkan adanya batuan beku secara luas di daerah utara membuat kami menginterpretasikannya sebagai ekstrusi batuan beku. Secara umum, kami lebih bisa menerima hasil analisis gravity dikarenakan noise saat pengukuran magnetic sangat banyak. Hal ini sangat memengaruhi tingkat keakurasian dari metode magnetic dan menyebabkan pemodelan yang tidak sebaik gravity.
199
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Data GPR yang digunakan untuk interpretasi lanjut adalah hasil akuisisi data GPR Shielded 250 MHz dikarenakan gambar hasil pengolahan data GPR Shielded 100 MHz tidak memberikan anomali atau lapisan yang jelas. Software yang digunakan untuk pengolahan data adalah REFLEXW. Terdapat kekurangan dari GPR, yaitu, GPR tidak bagus dipergunakan di area yang berundulasi atau tidak datar juga pada daerah yang curam. Data yang diolah pun tidak memberikan informasi yang lengkap (kurang akurat), hanya memberikan gambaran anomali atau lapisan. Konfigurasi yang digunakan metode geolistrik adalah dipole-dipole dengan spasi n 1-10. Gambar yang diinterpretasikan lebih lanjut adalah gambar dengan error sebesar 117% karena gambar tersebut jika dibandingkan dengan hasil pengolahan data seismik dengan GPR memiliki kesamaan yaitu pada batas lapisan yang ditandai dengan warna coklat pada data pengolahan data geolistrik. Software yang digunakan adalah RES2D. Adapun kekurangan dari metode ini, yaitu, informasi untuk lapisan yang lebih dalam kurang jelas atau tidak ada sehingga tidak bisa menjadi patokan atau pedoman untuk interpretasi lebih lanjut. Kelebihan dari geolistrik ini dibandingkan dengan GPRadalah memerbikan informasi resisitivitas batuan yang dapat disesuaikan dengan literatur dan kondisi di lapangan. Seismik refraksi merupakan metode yang baik digunakan untuk interpretasi bawah permukaan . Keakuratan cukup tinggi, memberikan informasi kedalaman yang cukup dan juga memberikan informasi kecepatan tiap-tiap lapisan agar dapat dibandingkan dengan literatur dan kondisi geologi setempat. Kekurangan dari seismik refraksi adalah pada saat akuisisi data, kondisi di lapangan harus tidak ada gangguan agar mendapatkan sinyal yang bagus. Metode gravity merupakan metode yang cukup cocok apabila area survey merupakan area yang luas. Secara garis besar proses akuisisi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan titik pengukuran yang banyak. Dalam pengukuran kali ini, apabila dibandingkan dengan metode magnetik survey menggunakan metode gravity lebih bebas dari noise (karena lintasan pengukuran yang melewati pemukiman dan banyak sumber anomali magnetik). Akan tetapi, proses pengolahan data lebih panjang dan lebih rumit. Salah satu kelemahan dari metode gravity yang kami rasakan adalah saat pemodelan. Kekurangan data pengukuran dan data geologi yang mencakup area survey membuat pemodelan menjadi sulit. Selain itu, peta anomali CBA yang dibuat tidaklah representatif karena jarak
200
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
yang jauh antara titik pengukuran lapangan dengan base sehingga menyebabkan interpolasi yang berlebihan. Metode magnetik hampir sama dengan metode gravity. Secara umum proses akuisisi dan proses pengolahan data lebih mudah dan lebih cepat dari metode gravity. Sayangnya, lokasi survey kami ada di sekitar pemukiman sehingga cukup banyak sumber anomali dari benda-benda logam. Sehingga secara umum data yang kami dapatkan kurang representatif. Hal ini jadi berefek pada pemodelan.
5.2 Saran
Jarak shot ke receiver pada seismik refraksi harus lebih jauh dari 2.5 m agar pada saat picking di near offshot dapat dilakukan dengan akurat.
Periksa alat sebelum dibawa ke lapangan. Periksa apakah alat berfungsi dengan baik dan tidak mengalami masalah. Lakukan pengujian dengan engambil data sehingga tidak ada alat yang tidak berfungsi dengan baik di lapangan
Lakukan pengisian daya pada baterai secara berkala dan bawa baterai cadangan sehingga pengambilan data tidak terhenti akibat kekurangan daya.
Bawalah payung untuk melindungi alat dari panas matahari sehingga gravitymeter memiliki galat yang minimum.
Bawalah tenda atau terpal untuk melindungi alat dari hujan atau panas.
Pengambilan data magnetik harus dilakukan ditempat yang jauh dari permukiman penduduk agar noise peralatan elektronik dapat diminimalisir.
201
Laporan Geofisika Kelompok 9 Kuliah Lapangan Karangssambung 2013
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Sukendar, Ringkasan Tatanan Geologi Karangsambung Daerah Karangsambung Luh
UloJawaTengah,Bandung:ITB Priyono,Awali,2008,DiktatKuliahMetodeSeismik1,Bandung:penerbitITB. Sanny,T.A.dkk,AplikasiGPRdanPermodelankeDepanuntukEksplorasiEmas,Bandung: DepartemenTeknikGeofisikaITB. Santoso,Djokodkk.,2009,KapitaSelekta,IlmuTeknikGeofisika,Bandung:PenerbitITB. Sapiie,Benyamindkk.,2006,GL-1211GeologiFisik,Bandung:ProgramStudiTeknikGeologi, InstitutTeknologiBandung. Telford,W. M.,Geldart, L. P. Sheriff, R. E ., 1990, Applied Geophysics, Cambridge Univerity Press,SecondEdition. TimProgramStudiTeknikGeofisika,2013,BukuPanduanKuliahLapanganKarangSambung, Bandung:ITB. http://basdargeophysics.wordpress.com/2012/08/29/gravity-method-metode-gaya-berat/ Diaksespadatanggal24Juni2013pukul00:16 http://poetrafic.wordpress.com/2010/10/06/metode-geomagnet/ diakses pada tanggal 24 Juni 2013pukul00:59 http://trisusantosetiawan.wordpress.com/2011/01/04/metode-geolistrik-resistivitas/ diaksespada tanggal24Juni2013pukul01:30 http://mette29.blogspot.com/2012/10/metode-gpr-ground-penetration-radar.html diakses pada tanggal25Juni201306:55
202