LAPORAN EKSKURSI
DAERAH KARANGSAMBUNG – DAERAH DAERAH AYAH, KABUPATEN KEBUMEN DAN
“
SEKITARNYA,JAWA TENGAH”
Dosen
: Sachrul Iswahyudi
Tanggal Pengumpulan
: 17 Maret 2017
Oleh : Ade Kurnia Sandi (H1F014015)
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PURBALINGGA 2017
BAB I PENDAHULUAN I.
LATAR BELAKANG
Kebumen adalah salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah di wilayah paling Selatan pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Dengan kata lain, tidak ada lagi daratan di Selatan Kebumen, hanya ada Samudra Hindia dan Kutub Selatan.
Nama K ebume ebumen n yang
memiliki
arti
Kebumian
merupakan
nama
baru
dari
kabupaten Panjer yang berarti tonggak awal. Ditinjau
dari
sisi
Geologis,
Kebumen
merupakan
daerah
tertua
dalam
proses
pembentukannya. Daerah ini merupakan daerah Subduksi yang awalnya merupakan dasar samudra yang kemudian muncul sebagai akibat terjadinya tumbukan dua lempeng bumi pada 117 juta tahun – 60 juta tahun yang lalu, yakni lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia. Salah satu bukti dari peristiwa alam tersebut adalah daerah Luk Ula (nama sungai di Kabupaten Kebumen yang dimulai dari kecamatan Karangsambung menuju ke Selatan hingga bermuara di samudra Hindia). Hindia). Sungai Luk Ula pada Ula pada awalnya merupakan sungai bawah laut, terbentuk pada masa pratersier tertua diperkirakan telah berumur sekitar 117 juta tahun. Nama Luk Ula sendiri didasarkan pada pola alur sungai yang berkelok – berkelok – kelok kelok seperti jejak ular yang berjalan, sehingga dinamakan Luk (Alur) Ula (Ular). Penelitian tentang Kebumen pertama kali dilakukan oleh V er bee beek , seorang geolog Belanda pada tahun 1891. Ia melakukan penelitian di wilayah Karangsambung. Hasil penelitian ini baru dipetakan secara geologi oleh Harlof pada pada tahun 1933. Penelitian dilanjutkan oleh Sukend Sukenda ar A siki n, geolog Indonesia pertama yang mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan teori Tektonik Lempeng. Bukti – Bukti – bukti geologis berupa batuan – batuan kuno di Karangsambung sebagai hasil evolusi bumi antara lain batuan Rijang dan batuan Lempung Merah Gamping . Secara teori, kedua batuan tersebut hanya bisa di temui di dasar lautan dalam. Terdapat pula batuan Basalt K Basalt K ar angsam angsambung yang merupakan batuan beku yang berasal dari letusan gunung berapi dasar laut. Karangsambung yang hingga kini terkenal sebagai daerah penambangan pasir dahulunya merupakan gunung api purba dasar laut sebelum masa pratersier. Ada juga batuan Sep Sepenti nti nite yang merupakan batuan
malihan dari perut bumi di bawah lantai samudra. Selain batuan batuan tadi, tedapat juga batuan Sekismika, fosil hasil evolusi biota laut seperti ikan, bintang laut, kerang laut, kepiting, terumbu karang dan lain – lain. Fosil biota darat yang dimungkinkan ada setelah Karangsambung menjadi daratan pun banyak dijumpai antara lain fosil: bambu, berbagai tanaman keras seperti jati, kelapa, buah kelapa dan tanaman pohon – pohon purba lainnya yang usianya sangat tua dan bahkan memiliki tingkat kekerasan jauh di atas rata – rata kekerasan batuan umumnya. Para geolog dari berbagai negara pun banyak yang mengunjungi Karangsambung dimana lokasi tersebut telah dijadikan laboratorium geologi nasional LIPI dan telah diakui dunia sebagai lapangan geologi terlengkap di dunia. Lokasi situs geologi ini sangat luas, mencapai 3 kecamatan yakni kecamatan Karangsambung, Sadang, dan Karanggayam.
II.
MAKSUD DAN TUJUAN
Pada kegiatan ekskursi yang dilaksanakan pada tanggal 25-26 Februari 2017 yang terletak di daerah karangsambung dan karangbolong, kebumen, jawa tengah ini memiliki maksud dan tujuan yaitu : 1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang berbagai jenis batuan dan fomasinya pada daerah kebumen dan sekitarnya ? 2. Mahasiswa dapat mengetahui Ukuran dan jenis bongkah dalam Melange ? 3. Mahasiswa dapat mengetahui batuan penyusun Morfologi perbukitan melange tektonik ?
III.
LOKASI
Pada ekskursi yang dilaksanakan selama tanggal 25-26 Februari 2017, berada didaerah Karangsambung dan Karangbolong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia.
BAB II GEOLOGI REGIONAL
A. GEOLOGI REGIONAL DAERAH KARANGSAMBUNG DAN SEKITARNYA 1.Fisiografi Regional
Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat berbatasan dengan daerah Gombong Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 7⁰34’00” - 7⁰36’30” LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Secara administratif, daerah pemetaan Gunung Paras termasuk kedalam Kecamatan Karangsambung dan Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan. Daerah Karangsambung memiliki elevasi ± 11m dpl dengan morfologi yang disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin raksasa yang memiliki sumbu yang menunjam (inclined anticline) ke arah Timur Laut yang telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini memanjang ke arah Barat mulai dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari antiklin raksasa tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara (G. Paras) dan Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan. Perbukitan ini memiliki arah memanjang Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut mengalami proses erosi yang membentuk morfologi berupa lembah di daerah Karangsambung dengan adanya perbukitan-perbukitan terisolasi yang berupa tubuh batuan beku(intrusi) dan batugamping(Jatibungkus) serta konglomerat (Pesanggrahan).Pada daerah pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah Karangsambung, terdapat perbukitan kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong) yang tersusun atas lithologi berupa fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf ( filit) dan batu sedimen laut dalam (perselingan rijang dan gamping merah) yang tertanam di dalam massa dasar lempung.Perbedaan morfologi di daerah ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik geologi yang dicerminkan oleh lithologi yang menyusun daerah tersebut yang memiliki kekerasan dan resistensi yang berbeda-
beda terhadap erosi yang akhirnya membentuk morfologi yang khas dari daerah ini, serta pengaruh dari struktur geologi yang berupa perlipatan dan sesar yang berkembang di daerah Karangsambung.Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai besar yang disebut Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Luk Ulo.
2. Geomorfologi Karangsambung
Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus. Penyajian melange di lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat melange yang membentukl sebuah rangkaian pegunungan.[1]Daerah Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan terlengkap di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar 57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen lempeng samudera. Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo Melange Complex , suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3 juta tahunyang lalu) yang diperkirakan berumur 117 juta tahun.Tersingkapnya batuan melange di daerah Karangsambung ini disebabkan oleh adanya tektonik kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada saat sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang didalamnya mengalir aliran sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih intensif.Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran tektonik dari
batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Selanjutnya penulis ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang berada di dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku. .
1.
Daerah bermorfologi pedataran terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan sungai utama yang
mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). 2.
Morfologi perbukitan disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan melange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.Satuan morfologi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:a.Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin pada puncak Gunung Paras.b.Di bagian
timur sebelah barat memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan melingkar menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre. .
3.
Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk Batuan) Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS Sungai Gebong
dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil proses tektonik 4.
Lajur Pegunungan Serayu Selatan Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan
Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus)
3. Stratigrafi Karangsambung
Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan sabtuan serta hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.Secara garis besar, stratigrafidaerah Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu: 1.
Komplek Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.
2.
Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3.
Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay
4.
Formasi Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5.
Formasi Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.
1.
KOMPLEKS MELANGE LUK ULO / FORMASI LUK ULO
Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat kompleks, berumur PreTersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah utara.Satuan Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini terdiri bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada adalah batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi seperti Gunung Sipako dan Gunung Bako 2. FORMASI KARANGSAMBUNG
Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi. Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan. Struktur tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang terjadi dibawah permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung oleh gejala merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton. 3. FORMASI TOTOGAN
Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur, batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan Globoquadrina praedehiscens danGlobigeriona binaensis 4. FORMASI WATURANDA
Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung berdasarkan posisi statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene (25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari
breksi vulkanik dan batupasir wacke dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku dan obsidian. 5.
FORMASI PENOSOGAN
Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan litologi berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas menjadi perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari Formasi Penosogan yang terletak selaras di atasnya.Secara umum formasi terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir, batulempung, sebagian gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya dicirikan oleh pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya semakin tinggi. Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal dan kalkanerit. Bagian atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf. B. GEOLOGI REGIONAL DAERAH KARANGBOLONG DAN SEKITARNYA
Pegunungan Karangbolong terletak di daerah pantai selatan Jawa, tepatnya di sebelah barat daya daerah Lokuloh, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Pegunungan ini terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu. Dilihat dari sisi fisiologis dan struktural, pegunungan Karangbolong membentang dari selatan ke utara membentuk sebuah semenanjung yang dinamakan semenanjung Karangbolong. Semenanjung ini memiliki singkapan-singkapan kecil disekelilingnya yang memotong (menghalangi) daerah pantai di sepanjang pantai selatan. Pegunungan Karangbolong memiliki tipikal yang hampir sama dengan pegunungan di daerah selatan Jawa Timur dan Jawa Barat. Struktur pegunungan Karangbolong sebagian besar adalah terdiri dari batu gamping dan napal. Batu gamping adalah batuan fosfat yang sebagian besar tersusun oleh mineral kalsium karbonat (CaCo3). Sedangkan Napal adalah kalsium karbonat atau kapur kaya lumpur yang mengandung sejumlah variabel tanah liat dan aragonit. Napal memiliki perbandingan CaCO3 yaitu 30-40%. Di pegunungan Karangbolong banyak dijumpai gua kapur dengan berbagai luasan. Hal ini disebabkan adanya jenis batu gamping terumbu yang memiliki sifat mudah larut dan mudah mengalami erosi pada iklim
tropis yang
kemudian akan menyebabkan kemungkinan
pembentukan gua kapur lebih besar. Di daerah gua-gua kapur tersebut, dapat ditemukan kandungan fosfat dan bijih mangan.
Pada bagian selatan pegunungan Karangbolong memiliki struktur susunan berupa endapan material gunungapi formasi Halang, yang didominasi oleh batuan breksi andesit. Batuan breksi andesit berupa endapan material gunungapi yang berbentuk menyudut, tajam, dan didominasi batu andesit. Endapan fasies vulkanik formasi Halang terdiri dari Tufa, yaitu endapan abu vulkanik yang cukup tebal, kemudian menebal dan membentuk batuan berlapis-lapis. Tufa tadi didominasi oleh breksi andesit dan endapan lahar. Di bagian selatan wilayah pegunungan Karangbolong tersingkap 11 leher vulkanik yang terdiri dari batuan diorit dan andesit-augit. Selain itu, juga terdapat batuan kuarsa yang keras. Leher vulkanik menjulang berupa endapan fasies gunungapi formasi Halang, tetapi batuannya lebih muda daripada endapan batu gamping terumbu.Oleh karena itu, leher vulkanik akan dihubungkan dengan batuan bentukan intrusi Maung dari formasi Halang yang tersingkap di DAS Serayu. Pada bagian utara tersingkap endapan fasies yang bahannya seperti daratan pantai. Hal ini dimungkinkan karena daerah ini dulunya merupakan daerah pendangkalan laut. Penyingkapan endapan fasies daerah laut formasi Halang sebagan besar terjadi terjadi di bagian utara pegunungan Karangbolong. Endapan ini terdiri dari tufa batu pasir napal dan napal. Batu pasir napal adalah butiran yang baik dan terutama terdiri dari plagioklas, augit dan kuarsa.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada ekskursi hari pertama pada tanggal 25 Februari 2017 mengamati 6 stopsite yang berada di daerah Karangsambung dan sekitarnya yaitu : A. Stopsite 1
Pada stopsite pertama ini terdapat di daerah Karangmangu, pengamatan dilakukan pukul 08.46-09.00 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini dilakukan pengamatan suatu kenampakan morfologi perbukitan. Pada perbukitan yang diamati terdapat 2 perbukitan yaitu pada sebelah utara merupakan perbukitan gigi hiu/mélange tectonik yang berumur pra-tersier, dan pada sebelah selatan merupakan perbukitan slope yang berumur tersier. Pada perbukitan slope memiliki ketinggian / morfologi yang rendah dibandingkan dengan perbukitan gigi hiu, yang menandakan adanya litologi batuan yang berbeda. Dan pada perbukitan gigi hiu tersebut memiliki litologi yang berbeda-beda pada setiap puncaknya, terdapat litologi batuan metamorf seperti batu filit,kuarsit dan sekis.dan dapat disebut juga dengan rangkaian perbukitan.litologi batuan disebelah selatan termasuk formasi waturanda berupa perselingan batulempung-batupasir.dan paling menonjol pada formasi ini yaitu batubreksi.
B. Stopsite 2
Pada stopsite kedua ini terdapat di daerah K.kendu, pengamatan dilakukan pukul 09.38 – 10.30 WIB, dengan cuaca cerah.stopsite ini merupakan litologi pra-tersier yang termasuk mélange sedimenter. Dimana pada daerah ini terdapat singkapan batuan lempung 3 warna,stopsite ini termasuk dalam formasi karangsambung, singkapan ini memiliki warna hijau, merah, hitam, kondisi singkapan agak fresh, singkapan ini terdapat disamping sungai, pada singkapan ini memiliki litologi batu lempung dan terdapat litologi batu pasir. Perbedaan warna pada batu lempung dikarenakan adanya aktivitas hydrothermal.Bisa juga disebabkan oleh olisosrom/longsoran raksasa. Terdapat adanya kongkresi sehingga adanya rekahan-rekahan yang diisi oleh vein kalsit.singkapan ini memiliki Dimensi lebar 10 m, panjang 20 m. singakapn membentang dari utara-selatan
Pada batu lempung memiliki warna merah, hijau, hitam, memiliki ukuran butir lempung, merupakan jenis batuan klastik, memiliki struktur massive, bentuk butir rounded, sortasi baik, komposisi mineral lempung.
Batu pasir memiliki warna abu-abu, struktur massive, merupakan jenis batuan klastik, memiliki ukuran butir pasir sedang, bentuk butir rounded, komposisi mineral quarz, plagioklas, semen karbonat. C. Stopsite 3
Pada stopsite ketiga ini terdapat di daerah kaki G.Legok, pengamatan dilakukan pukul 11.0611.30 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini merupakan block/runtuhan pada kompleks lok ulo,yang Merupakan zona mélange tektonik Pada singkapan ini berwarna merah kecoklatan, kondisi agak lapuk, terdapat vegetasi disekitarnya, memiliki litologi rijang dan gamping. Dimensi panjang 10 m,
lebar 6 m.
singkapan membentang dari barat-timur.singkapan ini terbentuk dan terendapkan di laut dalam dengan bukti ditemukannya fosil radiolarian yang hidup di laut dalam.
Rijang memiliki warna merah, merupakan batuan sedimen nonklastik, memiliki struktur massive, komposisi mieral silika, Gamping memiliki warna abu abu kemerahan, merupakan batuan sedimen klastik, memiliki struktur massive, memiliki ukuran butir pasir halus, bentuk rounded, komposisi mineral quarz, plagioklas, semen karbonat. D. Stopsite 4
Pada stopsite keempat ini berada didaerah kapolan, pengamatan dilakukan pukul 12.15-13.00 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini terdapat singkapan metamorf, yang membentang dari barat – timur, memiliki dimensi panjang 1,5 m, lebar 4 m. singkapan ini terdapat di anak sungai yang memiliki warna abu-abu.Batuan ini tergolong pada regional metamorfisme.pada singkapan ini terdapat
segresi batuan kuarsit,dimana mineral kuarsa terkumpul pada kekar-kekar yang kosong dan mengisinya. Skismika memiliki warna abu-abu, foliasi, nematoblastik, memiliki komposisi mineral mika(muskovit), quarz, termasuk dalam skistose. E. Stopsite 5
Pada stopsite kelima ini berada didaerah sekitar Buncing, pengamatan dilakukan pukul 13.53-14.00 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini terdapat lava bantal yang merupakan produk rifting, dan terjadi di laut dalam, produk dari basaltic magma. Singkapan ini membentang dari utara ke selatan.Rijang merupakan batuan sedimen nonklastik, memiliki warna merah, struktur massive, memiliki komposisi mineral silika.batugamping merupakan batuan sedimen nonklastik,memiliki warna merah,struktur massive,memiliki komposisi mineral kalsit. Pada stopsite ini diperkirakan terjadinya tektonik besar besaran sehingga membolak balikan lava bantal berada diatas perselingan batu rijang-batugamping.yang seharusnya lava bantal terdapat dibawah perselingan batu rijang-batugamping.dibagian bawah singkapan terdapat bongkahan mieral eclogite.sebagian ahli berpendapat mineral eclogite di daerah singkapan dibawa oleh batuan serpentinit.
F. Stopsite 6
Pada stopsite keenam ini berada didaerah sekitar Buncing, pengamatan dilakukan pukul 14.45-15.30 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini terdapat singkapan batu lempung bersisik, memiliki warna hitam, singkapan ini terdapat di sungai. Batu lempung merupakan, batuan sedimen klastik, warna hitam, ukuran butir lempung, bentuk butir rounded, kemas tertutup, sortasi baik, struktur massive, komposisi mineral lempung.
Pada ekskursi hari kedua pada tanggal 26 Februari 2017 mengamati 5 stopsite yang berada di daerah Karangbolong dan sekitarnya yaitu : A. Stopsite 1
Pada stopsite pertama ini terdapat di daerah Tangkilan, pengamatan dilakukan pukul 09.4310.00 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini mengamati suatu morfologi perbukitan , dimana perbukitan tersebut termasuk dalam perbukitan kars. Perbukitan kars tersebut terbentang d ari selatan ke utara. B. Stopsite 2
Pada stopsite kedua ini terdapat di daerah kebon, pengamatan dilakukan pukul 10.36-11.00 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini terdapat suatu singkapan sedimen, yang memiliki dimensi panjang 20 m, lebar 15 m . singkapan ini membentang dari selatan ke utara. Pada tempat ini merupakan
system kawah, singkapan ini memiliki warna putih keabu abuan, kondisi singkapan agak lapuk. Adanya kontak batuan beku dan sedimen yang diakibatkan adanya intrusi. Breksi memiliki warna abu abu, merupakan jenis batuan sedimen klastik, struktur massif, ukuran butir krikil, bentuk angular, kemas terbuka, memiliki komposisi mineral piroksen amfibol, fragmen batuan beku. C. Stopsite 3
Pada stopsite ketiga ini terdapat di daerah sekitar pantai karangbolong, pengamatan dilakukan pukul 12.43-13.30 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini terdapat singkapan breksi yang sangat luas, termasuk dalam formasi gabon yang terbentuk oligosen-miosen. Singkapan ini berwarna abu abu, memiliki dimensi panjang 15m , lebar 20 m. pada belah selatan singkapan terdapat fragmen yang sangat rapat sehingga kontrolfluida yang sangat sedikit. Breksi memiliki warna abu abu, merupakan batuan sedimen klastik, ukuran butir krikil, bentuk butir angular, sortasi buruk, kemas terbuka, komposisi mineral piroksen, amfibol, fragmen batuan beku. Breksi ini secara umum termasuk dalam breksi piroklastik, breksi ini biasanya ada di proximal – central.
D. Stopsite 4
Pada stopsite keempat ini terdapat di daerah sekitar Tutukan, pengamatan dilakukan pukul 14.34-15.00 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini terdapat singkapan batuan breksi yang telah mengalami perubahan menjadi lempung, klorit, singkapan ini telah teralterasi dan memiliki warna abu abu, terkontrol oleh fluida untuk merubah batuan. Memiliki dimensi panjang 7m, lebar 6m. membentang dari barat-timur Breksi memiliki warna abu abu, merupakan batuan sedimen klastik, , ukuran butir krikil, bentuk butir angular, sortasi buruk, kemas terbuka, komposisi mineral piroksen, amfibol, fragmen batuan beku. E. Stopsite 5
Pada stopsite kelima ini terdapat di daerah sekitar sanjlijas, pengamatan dilakukan pukul 15.34-16.30 WIB, dengan cuaca cerah. Dimana pada daerah ini mengamati morfologi perbukitan, perbukitan termasuk dalam perbukitan kars,
dimana pada sebelah kiri bukit terdapat pantai. Pada perbukitan tersebut
terdapat conicel hill yang terbentuk oleh air hujan yang menggerus atau mengikis batuan gamping. Litologi yang ada yaitu batu gamping Gamping memiliki warna abu abu, merupakan batuan sedimen klastik, memiliki struktur massive, ukuran butir pasir halus, bentuk rounded, kemas tertutup, soratasi baik, memiliki komposisi mineral quars, plagioklas, semen karbonat.
BAB IV KESIMPULAN Pada kegiatan ekskursi yang dilaksanakan pada tanggal 25-26 Februari 2017 daerah karangsambung dan karangbolong, kabupaten kebumen, jawa tengah, memiliki kesimpulan yaitu : 1. Berbagai jenis batuan dan fomasinya pada daerah kebumen dan sekitarnya yaitu: a.
Kompleks Melange Luk Ulo yang berupa bongkah-bongkah batuan Pra Tersier
dengan massa dasar serpih hitam (berumur Kapur Atas) b.
Formasi Karangsambung yang tersusun oleh batulempung bersisik dengan
bongkah batugamping , konglomerat, batupasir, batugamping dan basal (berumur Eosen). Dalam formasi ini terdapat pula batugamping terumbu yang berupa olistolit. c.
Formasi Totogan yang tersusun oleh breksi dengan komponen batulempung,
batupasir, batugamping dan basal (berumur Oligo-Miosen) d.
Formasi Waturanda yang tersusun oleh batupasir kasar, makin ke atas berubah
menjadi breksi dengan komponen andesit, basal dan massa dasar batupasir tuf. Dalam Formasi ini terdapat anggota tuf yang tersusun oleh perselingan tuf kaca, tuf kristal, batupasir gampingan dan napal tufaan (berumur Miosen Awal). e.
Formasi Penosogan yang teridiri dari perselingan batupasir gampingan,
batulempung, tuf, napal dan kalkarenit (berumur Miosen Tengah). f.
Diabas yang merupakan batuan beku intrusi hasil aktivitas volkanik (Miosen
Tengah) g.
Formasi Halang yang tersusun oleh perselingan batupasir, batugamping, napal
dan tuf dengan sisipan breksi (berumur Pliosen) h.
Formasi Peniron yang terdiri dari breksi dengan komponen andesit, batulempung,
batugamping, serta massa dasar batupasir tufan bersisipan tuf. i.
Endapan Pantai yang berupa pasir lepas
j.
Alluvium yang berupa lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal.
2. Ukuran dan jenis bongkah di dalam Melange ini sangat bervariasi. Ukuran komponen
mulai dari yang berukuran kerikil hingga bongkah bahkan di beberapa lokasi bongkah tersebut membentuk bukit yang soliter. Seluruh bongkah tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik yang berwarna hitam dan mengkilap (Scally clay). Selanjutnya jenis batuan (jenis bongkah) di dalam melange ini juga bervariasi, terdiri atas batuan ofiolit (batuan beku basa dan ultra basa), sedimen laut dalam (Pelagik), sedimen laut dangkal hingga transisi dan sedimen darat.
3. Morfologi perbukitan disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen
Tersier
dan
batuan
volkanik
Kuarter.
Perbukitan
yang
disusun
oleh melange tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak menerus/terpisah pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuanmelange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2014. Sejarah Indonesia. Klaten: Intan Pariwara Mulyo, Agung. 2008. “Pengantar Ilmu Kebumian”. Bandung: Pustaka Setia. exonn.blogspot.com/2009/11/pelapukan.html Suhandini. 2013. Geografi 1. Solo: PT Wangsa Jatri Lestari