I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Fisiologi ternak adalah ilmu yang mempelajari proses normal dalam tubuh ternak dengan penekanan kepada proses atau fungsi organ tubuh. Sedangkan menurut Lovita Adriani, dkk, fisiologi ternak adalah ilmu yang mempelajari fungsi tubuh secara lengkap dan fungsi semua bagian-bagiannya (sel, jaringan dan organ), termasuk biofisika dan biokimia dalam tubuh. Secara terminologi, fisiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu physio yang berarti proses normal dan logy yang berarti ilmu. Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang bersifat vital untuk makluk hidup. Seekor hewan dapat hidup sampai beberapa hari tanpa air , sampai beberapa minggu tanpa pakan , tetapi akan mati tanpa oksigen dalam beberapa menit. Respirasi (pernapasan) adalah suatu proses pertukaran zat metabolisme dan gas asam atau oksigen yang diambil dari udara oleh paru-paru dan setelah itu mengalami proses biokimia di dalam jaringan tubuh, dibebaskan lagi ke alam bebas dalam bentuk gas karbondioksida (CO2). Dari sistem respirasi tersebut memiliki fungsi utama yaitu menyediakan oksigen bagi darah dan mengambil karbondioksida dari darah. Selain itu, sistem respirasi juga memiliki fungsi-fungsi sekunder yang meliputi : membantu regulasi keasaman cairan ekstraselular dalam tubuh, membantu mengendalikan suhu tubuh, eliminasi air
serta
pembentukan suara (phonasi). Sistem respirasi terdiri atas paru-paru,dan jalan udara yang terdiri dari nostril, cavum nasi, pharynx, larynx, trachea. Respirasi dibedakan menjadi dua yaitu Respirasi eksterna dan Respirasi internal. Inspirasi
merupakan
membesarnya
cavum
thorac
dengan
diangkatnya costae oleh otot-otot dan diturunkannya diaphagma, oleh karena itu cavum thorac membesar maka udara masuk ke saluran inspirasi.
1
2
Sedangkan ekspirasi terjadi dengan mengecilnya kembali cavum thorac oleh karena turunnya kembali costae. Selama getaran jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh katub-katub yang menutup secara pasif. Bunyi pertama ”lup”karena menutupnya katub atrio-ventrikuler dan kontraksi dari ventrikel. Sedangkan bunyi kedua ”dup”karena menutupnya katub aortic dan pulmoner sesudah kontraksi dari ventrikel. Denyut jantung memiliki kecepatan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperatur tubuh atau stimulasi reseptor panas pada kulit, emosi, ketakutan, hormonal serta usia. Pada ternak yang mengalami pendarahan, kita bisa melihat suatu proses pembekuan darah dimana pada dasarnya pembekuan darah merupakan suatu mekanisme untuk merubah protein darah terlarut yaitu fibrinogen menjadi protein darah tak larut (fibrin). Pada proses penjendalan darah terdiri atas jala fibrin yang menyangkut sel-sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Dalam proses tersebut memerlukan trombin yang fungsinya adalah mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Sedangkan kerja trombokinase adalah mengubah protrombin menjadi zat aktif trombin yang kemudian terjadilah penggumpalan darah. Komponen selular darah terdiri atas sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Sel darah merah memiliki fungsi untuk mengangkut oksigen, berbentuk seperti cakram bikonkaf. Sel darah putih memiliki fungsi yaitu sebagai pertahanan tubuh terhadap bibit penyakit karena bersifat fagositosis. Sedangkan trombosit berfungsi untuk mengurangi hilangnya darah pada pembuluh yang terluka. Hewan ternak memiliki suhu tubuh yang dapat dijelaskan sebagai panas tubuh yang terbentuk dari proses metabolisme dan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas. Hal ini memerlukan suatu termoregulasi yaitu suatu sistem pengaturan panas pada mahluk hidup agar terjadi keseimbangan antara produksi panas (thermogenesis)
3
dan pembuangan panas (thermolisis). Suhu tubuh normal adalah panas tubuh yang terdapat dalam zona thermonetral. Selain hal-hal yang telah dijelaskan di atas, kita semua juga tahu bahwa hewan terdiri dari banyak sel dan jaringan. Dalam mempermudah pengamatan, perlu dilakukan pengawetan. Dari hal tersebutlah kita bisa lebih jelas, teliti dan cermat dalam pengamatan preparat awetan dari suatu sel atau jaringan. Masih banyak lagi hal-hal yang berhubungan dengan hewan, misalnya kebuntingan, kebuntingan itu sendiri adalah suatu keadaan ketika anak sedang berkembang di dalam uterus hewan betina. Gestasi (periode kebuntingan) dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap ovum, tahap embrio, dan tahap fetus. Kelenjar pituitary anterior mensekresi beberapa hormon diantaranya adalah FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH (Luteinising Hormone) dan LTH (Leuteotrophic Hormone), ketiga hormon tersebut
dinamakan hormon Gonadotrophin. Pada pria, gonadotrophin
mengendalikan pembentukan spermatozoa dan sekresi testosterone. Apabila urine yang mengandung hormon tersebut disuntikan pada katak jantan maka setelah beberapa saat urine dari katak tersebut diambil dan dideteksi maka akan terdapat spermatozoa dari katak tersebut. B. Tujuan Praktikum 1. Tujuan
Praktikum
Respirasi
adalah
untuk
mengetahui
dan
membandingkan frekuensi respirasi pada beberapa hewan percobaan, diantaranya adalah sapi, domba, kelinci, marmot, ayam dan burung merpati. 2. Tujuan Praktikum Tekanan Darah / Pulsus adalah untuk mengetahui dan membandingkan frekuensi denyut jantung pada beberapa hewan percobaan, diantaranya adalah sapi, kambing, kelinci, marmot, ayam dan burung merpati. 3. Tujuan Praktikum Waktu Pendarahan adalah untuk mengetahui dan membandingkan waktu pendarahan pada beberapa hewan percobaan, diantaranya adalah kelinci, marmot, ayam dan burung merpati.
4
4. Tujuan Praktikum Pembekuan Darah adalah untuk menentukan waktu beku darah pada beberapa hewan percobaan, diantaranya adalah kelinci, marmot, ayam dan burung merpati. 5. Tujuan Praktikum Termoregulasi adalah untuk mengetahui suhu tubuh, perbandingan suhu tubuh, dan proses pelepasan panas pada beberapa hewan percobaan, diantaranya adalah sapi, domba, kelinci, marmot, ayam dan burung merpati. 6. Tujuan Praktikum Sediaan Apus / Ulas Darah adalah untuk dapat membuat preparat apus darah, mengetahui dan membedakan komponen penyusun darah pada beberapa hewan percobaan, diantaranya adalah kelinci, marmot, ayam, dan burung merpati. 7. Tujuan Praktikum Uji Kebuntingan adalah untuk mengetahui kebuntingan melalui test galimainini. C. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Fisiologi Ternak acara Respirasi, Pengukuran Tekanan Darah dan Termoregulasi pada hewan percobaan domba dan sapi dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 April 2012 pada pukul 10.30-12.00 WIB di Kandang Percobaan Produksi Ternak di Jatikuwung. Praktikum Fisiologi Ternak acara respirasi, pengukuran tekanan darah, termoregulasi, waktu pendarahan pada hewan percobaan kelinci, marmot, ayam dan burung merpati dilaksanakan pada hari Minggu, 22 April 2012 pada pukul 09.00-10.30 WIB di Kandang Percobaan Produksi Ternak di Jatikuwung. Praktikum Fisiologi Ternak acara uji kebuntingan dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012 pada pukul 15.00-16.00 WIB di Laboratorium Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Fisiologi Ternak acara sediaan apus / ulas darah dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2012 pada pukul 15.00-16.00 WIB di Laboratorium Produksi Ternak Jurusan Peternakan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Respirasi Fungsi saluran pernapasan adalah mengangkut udara keluar atau masuk tubuh, melembabkan udara bila kering, menyaring udara bila berdebu dan menampung debu di dinding saluran pernapasan. Saluran pernapasan terdiri dari beberapa organ, secara berurutan sesuai dengan masuknya udara dari luar adalah rongga hidung, kerongkongan, pita suara (larink), batang tenggorokan (trachea), bronkhis (pipa saluran dan paru-paru). Paru-paru terdiri dari banyak kantong atau rongga udara yang kecil. Apabila hewan menelan makanan dan air dapat langsung melewati esophagus memasuki rumen (Akoso 1996). Pernapasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang berbeda tetapi saling berhubungan yaitu pernapasan seluler dan pernapasan mekanik. Pernapasan seluler adalah proses dimana sel memperoleh energi melalui pemecahan molekul organik. Pernapasan mekanik adalah proses melalui mana kebutuhan oksigen untuk pernapasan seluler untuk diserap dari atmosfer ke dalam sistem vaskuler melalui mana karbon dioksida di keluarkan melalui atmosfer (Burkitt et al ., 1995). Udara
dari
luar
akan
masuk
lewat
rongga
hidung
(cavumnasalis).Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat
kelenjar
minyak
(sebasea)
dan
kelenjar
keringat
(sudorifera).Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk (Anonim, 2007). Dua fungsi utama dari sistem rispirasi adalah menyediakan oksigen untuk darah dan mengambil karbondioksida dari dalam darah.
5
6
Keasaman cairan ekstraselluler dalam tubuh, membantu mengendalikan suhu, emulsi air, dan untuk phonasi (pembentukan suara). Sistem respirasi terdiri dari paru-paru dan saluran yang memungkinkan udara dapat mencapai atau meninggalkan paru-paru (Sudarmadji, 2009). Oksigen
merupakan
unsur
yang
sangat
penting
bagi
kelangsungan hidup organisme.Oksigen dihasilkan oleh tumbuhan, ada juga yang dihasilkan oleh jasad renik yang mempunyai klorofil. Terjadi hubungan timbal balik antara hewan dan juga tumbuhan, hewan mengeluarkan CO2 sebagai sisa metabolisme lalu diolah oleh tumbuhan menjadi O2 yang dibutuhkan oleh hewan ( Lehninger, 1994). Sistem pernapasan terdiri atas rongga hidung atau sinus, batang tenggorok atau trakhea, cabang batang tenggorok atau bronkus, paruparu dan kantong udara.Pada bangsa burung, udara dihirup masuk mencapai paru-paru dilanjutkan kekantung udara.Pertukaran tekanan dalam kantung udara menyebabkan udara keluar-masuk paruparu.Gerakan secara aktif menyebabkan terjadinya penghirupan dan penghembusan udara (Akoso, 1996). Sistem respirasi pada ayam terdiri dari nasal cavities, larynx, trachea(windpipe), syrinx (voice box), bronchi, bronchiale dan bermuara di alveoli. Oleh karena unggas memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang, maka unggas memiliki sistem respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar untuk seekor hewan.Untuk melengkapikebutuhan oksigen yang tinggi tersebut maka anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggassangat berbeda dengan mammalia. Perbedaan utama adalah fungsi paru-paru. Pada mammalia,otot diafragma berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi paru-paru. Unggas tidak memilikidiafragma sehingga paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi.Paru-paru hanyalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah (Sembiring,2009).
7
B. Pengukuran Tekanan Darah/Pulsus Jantung adalah organ otot yang memegang peranan penting dalam peredaran darah dan secara anatomis, organ ini terbagi menjadi empat ruang, yaitu dua yakni bilik kiri dan bilik kanan, dan dua serambi yakni serambi kiri dan serambi kanan yang memungkinkan terjadinya peredaran darah secara efisien ke dalam paru-paru untuk melengkapi pergantian O2 (oksigen) dan CO2 (karbondioksida) untuk menyokong proses metabolisme (Akoso, 1993). Tekanan sistole adalah tekanan ruangan dalam suatu bilik maksimum.Pada waktu sistole darah terpompa ke aorta, setelah darah terpompa ke aorta dinding bilik berelaksasi ruangan jantung membesar maksimum sehingga tekanannya menjadi minimum.Tekanan terendah dalam ruangan jantung akibat dari otot jantung berelaksasi disebut tekanan diastole (Prawirohartono, 2004). Gerakan jantung terdiri atas dua jenis yaitu : kontraksi atau sistoledan pengendoran atau diastole. Kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut juga sistole dan diastole ventrikuler. Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikal lebih lama dan lebih kuat. Darah yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena untuk mendorong darah keseluruh tubuh dan harus mempertahankan tekanan darah arteri sistematik. Dalam keadaan normal jantung tidak membuat bunyi lain. Tetapi bila arus garah cepat atau ada kelainan pada katub maka akan timbul suara bising (Pearce, 1993). Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.Faktor yang mempertahankan tekanan darah antara lain kekuatan memompa jantung, banyaknya darah yang beredar, viskositas (kekentalan) darah, elastisitas pembuluh darah dan tahanan tepi.Pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah (Soeharsono, 2010).
8
Sistole menunjukan kontraksi suatu bilik jantung dalam proses pengosongan parsial bilik tersebut. Oleh karena itu dapat terjadi sistole atriol kanan atau kiri maupun sistole ventrikuler kanan atau kiri, sedangkan diastole berarti relaksasi suatu bilik jantung persis sebelum dan selama pengisian bilik tersebut ( Frandson, 1992 ). C. Waktu Pendarahan Sel-sel yang mengalami luka atau kerusakan melepaskan zat histamin yang membantu mengawasi proses peradangan. Histamin menyebabkan
dilatasi
kapiler,
ventriol
dan
anteriol.Hal
ini
menyebabkan timbulnya warna kemerahan pada posisi yang mengalami peradangan itu. Dilatasi kapiler meningkatkan permeabilitasnya yang menyebabkan lebih banyak cairan dan protein yang keluar. Jaringan yang meradang juga melepaskan faktor leukopoletik ke dalam darah atau faktor yang merangsang koloni yang bekerja pada sum-sum tulang untuk melepaskan sebagian dari cadangan neutrofil yang banyak ke dalam darah dan meningkatkan laju pembentukan granulosit (Akoso, 1996). Apabila pembuluh darah seekor hewan terpotong atau rusak, pertama-tama akan terjadi penyempitan bagian yang terluka itu. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik dari otot polos, sebagai suatu spasme lokal dan reflek syaraf simpatik yang merangsang serabut-serabut adrenergik yang menginervasi otot polos dari dinding pembuluh lokal. Kontraksi ini menyempitkan bukaan pembuluh guna mengurangi arus darah yang akan keluar. Waktu pendarahan adalah suatu ukuran dalam proses hemositosis (memancarkan darah keluar sampi berhenti) (Frandson,1992). Bila terjadi pendarahan maka sel darah merah dengan hemoglobinnnya serbagai pembawa oksigen hilang. Pada pendarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya maka diperlukan tranfusi darah ( Pearce, 2002 ).
9
Sistem vasikuler darah terdiri atas lingkaran pembuluh yang aliran darahnya dipertahankan oleh jantung yang memompa terus menerus.Sistem arteri membentuk jalinan yang menuju kapiler yang merupakan tempat utama pertukaran gas dan metabolit antara jaringan darah,
sistem
vena
mengembalikan
darah
dari
kapiler
ke
jantung.Sebaliknya, sistem vasikuler limfe semata-mata adalah sistem drainase pasif untuk mengembalikan cairan ekstra vasikuler yang berlebihan, yaitu limfe kedalam sistem vasikuler darah (Burkitet al ., 1995). Keping darah (platelet) akan bereaksi jika terjadi luka pada pembuluh. Waktu pendarahan adalah waktu pada saat darah keluar hingga berhenti keluar.Darah yang keluar biasanya mempunyai selang waktu antara 15-20 detik. Biasanya setelah terjadi pendarahan akan terjadi koagulasi darah. Jadi waktu pendarahan sangat berkaitan dengan proses koagulasi darah(Swenson, 1997). D. Pembekuan Darah Pembentukan atau penggumpalan darah di sebut juga koagulasi. Koagulasi terjadi bila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu akan terjadi suatu massa yang menyerupai jelli, yang kemudian massa yang memadat dengan meninggalkan cairan jernih yang di sebut serum darah. Gumpalan itu sendiri terdiri dari filamenfilamen fibrin yang mengikat sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Fibrin adalah suatu zat yang membentuk gumpalan lunak.Secara alamiah fibrin tidak ada wujud yang aktif di peredaran darah (Frandson, 1992). Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dikatalis oleh trombin. Trombin adalah suatu serum protease yang terbentuk dari prekusornya disirkulasi protrombin karena kerja faktor x
yang telah diaktifkan.
Faktor x dapat diaktifkan dengan reaksi-reaksi salah satu dari dua sistem, sistem intrinsik dan sistem ekstrisik (Ganong, 1995).
10
Pembekuan darah atau penggumpalan darah atau disebut dengan koagulasi terjadi apabila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja, akan terjadi suatu massa yang menyerupai jeli, yang kemudian menjadi massa yang memadat dengan meninggalkan cairan jernih, yang disebut serum darah. Gumpalan itu sendiri terdiri dari filamen fibrin yang mengikat sel darah merah, sel darah putih atau platelet (Feylana,2008). Penggupalan darah adalah proses majemuk dan berbagai faktor diperlukan untuk melakukan itu. Sebagaimana telah diterangkan, trombin adalah alat dalm mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Untuk menghasilkan penggumpalan darah diperlukan 4 faktor : Garam kalsium yang dalam keadaan normal ada dalam darah, sel yang terluka yang
menghasilkan
trobokinase,
trombin
yang
terbentuk
dari
protrombin bila ada trombokinase, fibrin yang terbentuk dari fibrinogen disamping trombin ( Pearce, 1993 ). Proses pembekuan darah adalah dimulai dari luka yang terdapat pada pembuluh darah sehingga mengenai trombosit, trombosit akan pecah dan pecahnya trombosit tersebut akan menghasilkan anzim trombokinase yang dapat mengubah protrombin menjadi trombin, kemudian trombin yang dibentuk tersebut akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berupa filamen-filamen / jala (Ganong, 1995). E. Sediaan Apus / Ulas Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bagian tersebut adalah plasma darah cairan darah dan sel-sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan. 55% nya berupa cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam angka hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47 (Pearce, 2002). Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%) tidak mempunyai nekleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biolog.Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen.Sel
11
darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah (Anonim, 2007). Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat-zat yang diarbsorsi dari tractus gastrointesial menuju kejaringan, serta mengembalikan CO2 ke paru paru dan hasil metabolisme lainnya menuju ke ginjal.Sistem sirkulasi juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi hormon serta berbagai zat-zat lain yang mengatur fungsi sel (Ganong, 1995). Trombosit jumlahnya antara 350.00-500.00 tiap mm3 darah dan berperan penting dalam pembekuan darah. Penampilan keping darah pada usapan amat berbeda dengan wujudnya di sirkulasi darah yang berbentuk seperti cakram oval. Dan di dalam usapan seperti cakram sirkuler atau gerombolan yang bentuknya irregular (Frandson, 1992). Sel darah merah merupakan bagian utama dari darah.Bentuknya bikonkaf, tidak berinti, tidak dapat bergerak bebas, dan tidak dapat menembus dinding kapiler.Warna sel darah merah sebenarnya kekuning-kuningan, warna ini disebabkan oleh adanya pigmen darah yang disebut hemoglobin.Hemoglobin adalah protein rangkap yang terdiri dari hemin dan globin.Hemin adalah senyawa asam amino yang mengandung zat besi, senyawa inilah yang menyebabkan warna darah menjadi merah (Prawirohartono, 2004). F. Termoregulasi Di dalam tubuh mamalia dan burung yang hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu dihasilkan panas, karena tidak seluruh energi yang terbentukdimanfaatkan. Panas yang terbentuk dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh menjadi panas dan dikenal sebagai suhu tubuh. Suhu tubuh normal adalah panas tubuh yang terdapat dalam zona thermoneutral. Untuk mengetahui suhu tubuh normal sebuah termometer badan di masukkan ke dalam rektum. Dengan cara ini dapat di ketahui batas-batas suhu tubuh normal (Akoso, 1996).
12
Termoregulasi adalah suatu system pengaturan panas pada makhluk hidup agar terdapat keseimbangan antara produksi panas (termogenesis) dan pembuangan panas (thermolisis). Bahwa dapat digolongkan menjadi 2, yaitu : 1. Golongan poikiloterm yaitu golongan berdarah dingin, makhluk hidup yang suhunya dipengaruhi lingkungan. 2. Golongan homioterm yaitu golongan berdarah panas, makhluk hidup yang suhu badannya konstan dan tidak dipengaruhi oleh suhu sekitarnya ( Guyton, 1997 ). Semua
ternak
domestifikasi
termasuk
hewan
berdarah
panasyang berarti ternak berusaha mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran yang paling cocok untuk terjadinya aktivitas biologis yang optimum. Kisaran yang normal pada jenis mamalia adalah 37-39oC. Sedangkan pada burung adalah 40-44oC. Untuk mempertahankan suhu tubuhnya terhadap suhu lingkungan yang sangat bervariasi, ternak domestik harus mempertahankan keseimbangan panas antara panas yang di produksi oleh tubuh dengan panas yang hilang ke lingkungannya. Produksi panas yang bervariasi tersebut tergantung pada cara ternak mengeluarkan panasnya. Mereka dapat mengurangi proses produksi aktivitas otot atau dengan kata lain mereka dapat mengurangi produksi panas basal oleh karena proses tubuh minimal harus tetap di pertahankan (Williams, 1993). Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh suatu makhluk hidup. Temperatur tubuh di ukur secara rektal dengan menggunakan termometer pada kecepatan skala 0,05 oC. Pencatatan dilakukan apabila jarum penunjuk konstan pada suatu angka selama dua menit. Pengambilan data temperatur adalah dua kali sehari yang dilakukan enam hari dalam tiap minggu. Sehingga rata-rata temperatur tubuh pada tiap minggu berasal 12 kali (Soeharsono, 1997). Suhu normal dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara panas yang dihasilkan dengan panas yang hilang dan hal ini
13
dikendalikan oleh pusat pengatur panas di dalam hipothalamus yang sangat peka terhadap suhu dan yang melalui sistem tersebut dan bekerja sebagai thermostateit, panas dihasilkan oleh aktivitas metabolit di dalam otot, tulang dan hati. Panas yang berlebihan biasanya disebabkan kombinasi suhu luar, kegiatan fisik dan keringat tidak sesuai, pelepasan panas dirangsang oleh vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah dalam kulit oleh pengeluaran keringat (Rustaman,1995). G. Uji Kebuntingan Kebuntingan berarti keadaan pada saat anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan, terentang dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi, atau perkembangan membran fetus, dan berlanjut ke pertumbuhan fetus. Periode kebuntingan yang normal sangat bervariasi dari species lain, begitu pula variasi antar individu dalam suatu species tertentu (Frandson, 1992). Prosespembuahan terjadi ketika hewan jantan mengawini hewan betina yang berada pada tahap ovulasi, maka pancaran sperma akan masuk kedalam vagina hewan betina. Berjuta – juta spermatozoa yang dikeluarkan setiap kali pancaran akan bergerak dan berenang dalam getah selaput lendir vagina hewan betina. Spermatozoa yang dapat melewati rahim akan menembus sepanjang uterus untuk menuju oviduk. Sel telur oviduk hanya dapat dibuahi satu spermatozoa (Akoso, 1996). Spermatogenesis merupakan proses perkembangan sel-sel spermatogenik yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap spermatogenesis atau proliferasi, tahap meiosis dan spermiogenesis. Spermatogenesis merupakan poliferasi sel induk spermatogonia yang membelah secara mitosis menjadi spermatosit primer.Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi spermatosit sekunder.Pembelahan meiosis I terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telofase.Profase
14
dari spermatosit primer dibedakan menjadi leptoten, zigoten, pakiten, diploten, dan diakinesis.Spermatosit pakiten merupakan sel yang mudah diamati karena memiliki kromatid tebal, memendek dan ukuran relatif besar dibandingkan sel spermatogenik yang lainnya.Pada pembelahan meiosis II spermatosit sekunder menjadi spermatid. Spermatid mengalami perubahan morfologi dari bentuk bulat menjadi bentuk oval dan
berekor
yaitu
spermatozoa
melalui
proses
permiogenesis
(Sukmaningsih, 2009). Bersatunya sebuah sperma dengan sebuah sel telur disebut fertilisasi. Apabila pada tuba Falopii terjadi pembuahan dan dihasilkan zigot maka zigot yang terbentuk ini akan bergerak ke arah rahim untuk menempel pada dinging rahim. Di rahim, zigot akan berkembang menjadi embrio terus menjadi janin. Agar dapat tumbuh, janin membutuhkan makanan, makanan tersebut diperoleh dari tubuh ibu dengan perantara plasenta.Masa antara penempelan zigot hingga kelahiran janin (fetus) disebut masa kehamilan atau gestasi.Embrio yang berkembang di dalam rahim dibungkus bermacam-macam selaput diantaranya selaput amnion, korion, sakus, vitelinus, dan alantois (Prawirohartono, 2004). Pada tahap blastosis, zona pleuzida makin menipis dan menghilang memungkinkan sel-sel tropoblast, yang berkemampuan menerobos mukosa berkontak langsung dengan endometrium. Segera setelah itu sel-sel tropoblas mulai membelah, jadi menjanin dengan bantuan endometrium, tersedianya makanan bagi embrio, massa sel dalam, yang akan membulatkan badan embrio, bertumbuh sedikit selama tahap ini ( Junqueiraet al ., 1995 ).
III. MATERI DAN METODE
A. Respirasi 1. Materi 1.1 Alat a. Stopwatch b. Kapas 1.2 Bahan a. Kelinci b. Ayam c. Burung merpati d. Sapi e. Domba 2. Metode a. Mendekatkan kapas pada lubang luar alat pernapasan dari hewan percobaan sehingga kapas terlihat bergerak oleh hembusan napas hewan percobaan tersebut. b. Menghitung banyaknya pernapasan selama satu menit. c. Mengulangi sebanyak tiga kali dan merata-rata hasilnya. B. Pengukuran Tekanan Darah / Pulsus 1. Materi 1.1
Alat a. Stetoskop b. Stopwatch
1.2
Bahan a. Kelinci b. Ayam c. Burung merpati d. Sapi e. Domba
15
16
2. Metode a. Menempelkan ujung kepala stetoskop pada bagian dada sebelah kiri dari hewan percobaan sehingga terdengar denyut jantung. b. Menghitung suara denyut jantung selama satu menit. c. Mengulangi sebanyak tiga kali dan merata-rata hasilnya. C. Waktu Pendarahan 1. Materi 1.1
Alat a. Jarum pentul b. Alkohol c. Kapas d. Stopwatch e. Kertas tissue
1.2
Bahan a. Kelinci b. Ayam c. Burung merpati d. Marmot
2. Metode a. Mencari pembuluh darah dari hewan percobaan. b. Membersihkan dengan alkohol 70 % bagian yang akan ditusuk pembuluh darahnya. c. Menusuk bagian pembuluh darahnya dengan jarum pentul yang steril. d. Menempelkan kertas tissue pada darah yang keluar pada pembuluh darah yang ditusuk. e. Mencatat waktu bila pendarahan sudah berhenti. f. Mengulangi sebanyak tiga kali. g. Merata-rata hasilnya. h. Menentukan waktu pendarahan ketika darah keluar hingga pendarahan berhenti.
17
D. Pembekuan Darah 1. Materi 1.1
Alat a. Jarum pentul b. Alkohol 70 % c. Kapas d. Stopwatch
1.2
Bahan a. Kelinci b. Ayam c. Burung merpati
2. Metode a. Mencari pembuluh darah dari hewan percobaan. b. Membersihkan dengan alkohol 70 % bagian yang akan ditusuk pembuluh darahnya. c. Menusuk bagian pembuluh darahnya dengan jarum pentul yang steril. d. Menusuk ke dalam tetesan darah dan mengangkat perlahan-lahan. e. Melakukan penusukan setiap 30 detik, sampai benang fibrin terlihat. f. Mencatat waktu saat benang-benang fibrin terlihat jelas. g. Mengulangi sebanyak tiga kali dan merata-rata hasilnya.
18
E. Sediaan Apus / Ulas Darah 1. Materi 1.1
Alat a. Jarum pentul b. Alkohol 70 % c. Kapas d. Kaca obyek e. Decglass f. Mikroskop
1.2
Bahan a. Kelinci b. Ayam c. Burung merpati d. Marmot
2. Metode a. Mencari pembuluh darah dari hewan percobaan. b. Membersihkan dengan alkohol 70 % bagian yang akan ditusuk pembuluh darahnya. c. Menusuk bagian pembuluh darah darah dengan jarum pentul yang steril. d. Meletakan setetes darah pada dekat ujung kaca obyek yang bersih. e. Memegang ujung decglass dengan sudut kira-kira 45° terhadap kaca obyek dan membiarkannya menyebar sepanjang sisi kaca obyek. f. Membiarkan kering kemudian memfiksasi dengan metil alkohol dan mewarnai dengan warna yang sesuai. g. Melihatnya di bawah mikroskop. h. Menggambar dan memberi keterangan hasil pengamatan.
19
F. Termoregulasi 1. Materi 1.1
Alat a. Termometer b. Stopwatch c. Sangkar jebakan tikus
1.2
Bahan a. Kelinci b. Ayam c. Burung merpati d. Sapi e. Kambing
2. Metode a. Mengukur temperatur rektal. 1) Mengibas-kibaskan termometer. 2) Memasukan termometer ke dalam rektum hewan percobaan sekitar sepertiga bagian selama 5 menit. 3) Mengulangi sebanyak tiga kali. 4) Merata-rata hasilnya. b. Mengukur proses pelepasan panas. 1) Memasukan hewan percobaan pada sangkar tikus. 2) Menjemur dibawah terik sinar matahari. 3) Mengeluarkan hewan percobaan dari sangkar jebakan tikus. 4) Mengukur suhu rektalnya. 5) Mengulangi sebanyak tiga kali. 6) Merata-rata hasilnya.
20
G. Uji Kebuntingan 1. Materi 1.1
Alat a. Spuit b. Decglass c. Mikroskop
1.2
Bahan a. Katak jantan dewasa. b. Urin wanita hamil.
2. Metode a. Menyiapkan urin yang berasal dari wanita hamil ( mengambil saat pertama kali buang air kecil setelah bangun pagi ). b. Memasukkan kira-kira 1 cc urin tersebut ke dalam tubuh katak jantan melalui saccus abdominalis dengan menggunakan spuit. c. Menunggu
beberapa
saat
(5
menit)
kemudian
dengan
menggunakan ujung jari, menekan bagian kloaka hingga urinnya keluar dan menampungnya pada sebuah decglass. d. Mengamati urin katak tersebut dibawah mikroskop. Jika urin yang digunakan benar-benar berasal dari wanita hamil, maka hasil pengamatan dibawah mikroskop akan dijumpai adanya sperma katak.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Respirasi 1. Hasil Pengamatan Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Respirasi Pada Hewan Percobaan. Denyut Jantung / Menit No
Kelinci Marmot
Ayam
Burung merpati
Sapi
Domba
92
117
76
42
32
29
86
100
72
44
28
27
84
110
74
41
29
27
87,3
109
74
42,3
29,6
27,6
Sumber : Laporan Semantara 2. Pembahasan Respirasi adalah proses pengambilan oksigen dari udara bebas untuk memberikan kebutuhan oksigen kepada darah dan dikeluarkan melalui alveoli. Pada percobaan yang dilakukan diperoleh hasil yang berbeda-bed pada tiap hewan percobaan. Berdasarkan hasil percobaan tentang frekuensi rata – rata respirasi tiap menit pada hewan percobaan adalah sebagai berikut : kelinci 87,3 kali; marmot 109 kali; ayam 74 kali; burung merpati 42,3 kali; sapi 29,6 kali serta domba 27,6 kali. Menurut (Akoso, 1996) standar respirasi hewan pada keadaan normal tiap menit adalah sebagai berikut: kelinci 50-60 kali; marmot 60-100 kali; ayam 20-50 kali; burung merpati 20-50 kali; sapi 12-16 kali; dan domba 12-15 kali. Dari standar respirasi diatas terdapat adanya beberapa perbedaan dengan hasil praktikum. Pada pengamatan frekuensi pernafasan pada hewan kelinci adalah 87,3 kali tiap menit. Padahal frekuensi pernafasan normal pada kelinci 50-60 kali tiap menit
21
22
(Akoso, 1996).Hasil ini melebihi dari batas normal hal ini dapat terjadi karena pada saat dilakukan praktikum kondisi kelinci dalam kedaan stress. Kondisi stress tersebut dapat terjadi karena pada saat praktikum terlalu banyak yang memegangi kelinci tersebut serta suara gaduh yang ditimbulkan oleh praktikan. Pada saat dilakukan praktikum cuaca disekitar kandang juga sangat panas. Kondisi stress pada kelinci terlihat dengan frekuensi pernapasan kelinci yang sudah mulai cepat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menujukkan bahwa frekuensi rata-rata pernapasan pada marmot adalah 109 kali tiap menit. Pada hasil ini menunjukkan bahwa frekuensi pernapasan pada marmot pada saat dilakukan praktikum dalam kondisi normal.Tidak terdapat perbedaan yang terlalu mencolok frekuensi pernapasan normal pada marmot dengan kondisi standarnya yaitu 60-100 kali tiap menit (Akoso, 1996). Respirasi normal pada ayam adalah 20-50 kali tiap menit (Akoso, 1996).Dari hasil praktikum diperoleh bahwa frekuensi rata-rata pernapasan pada ayam ialah 74 kali tiap menit.Terdapat perbedaan yang mencolok dari hasil praktikum dengan nilai standar repirasi.Pada saat dilakukan praktikum cuaca disekitar kandang di Jatikuwung sangat cerah dan cukup panas serta pada saat memegangi ayam terlalu kencang oleh praktikan.Kondisi lingkungan tersebut menyebabkan ayam menjadi stress sehingga frekuensi pernapasan ayam menjadi lebih cepat. Pernapasan rata-rata pada burung merpati diperoleh 42,3 kali tiap menit. Standar respirasi burung merpati menurut (Akoso, 1996) adalah 20-50 kali.Dari hasil praktikum tidak ditemukan perbedaan yang mencolok.Respirasi pada burung merpati dalam kondisi normal.Hal ini dapat terjadi pada saat praktikum kondisi burung merpati dalam keadan tenang sehingga tidak terjadi peningkatan frekuensi pernapasan.
23
Dari hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa pernapasan rata-rata pada sapi adalah 29,6 kali tiap menit serta pada domba 27,6 kali tiap menit. Sedangkan frekuensi normal pada seekor sapi adalah 12-16 kali tiap menit.Pada domba 12-15 kali tiap menit.Perbedaan antara hasil yang diperoleh pada saat praktikum dengan standar pernapasan tiap menitnya dapat terjadi karena keadaan sapi pada saat dilakukkan praktikum dalam kondisi ketakutan danstres, sehingga sapi tersebut terlihat emosi dan sempat memberontak. Kemudian setelah dilakukan beberapa kali percobaan, sapi sudah
menjadi lebih tenang.Pada domba juga
terjadi hal yang sama.Domba pada awal dilakukan percobaan mulai berontak dan terus mengembik. Namun, setelah ditenangkan domba
sudah
mulai
disekelilingnya.Kondisi
nyaman ketakutan
dengan dan
adanya
emosi
praktikan
pada
domba
menyebabkan frekuensi pernapasannya menjadi lebih cepat. Frekuensi pernapasan permenit tiap-tiap hewan adalah berbeda-beda, hal ini dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur tubuh, emosi, ketakutan, hormonal, jenis kelamin
dan usia
(Frandson, 1992).
Perbedaan
frekuensi
pernapasan tiap menit pada tiap-tiap hewan karena beberapa faktor tersebut dapat dibuktikan dengan diperolehnya hasil pengamatan pada hewan yang dalam kondisi ketakutan dan emosi frekuensi pernapasannya lebih cepat sedangkan pada hewan yang tidak mengalami ketakutan dan emosi frekuensi pernapasannya normal.
24
B. Pengukuran Tekanan Darah/Pulsus 1. Hasil Pengamatan Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Tekanan Darah/Pulsus Tekanan darah / Menit No
Burung Kelinci Marmot Ayam
merpati
Sapi
Domba
210
227
198
205
68
45
209
168
191
222
53
56
220
172
185
186
55
56
213
189
191,3
204
58,6
52,3
Sumber : Laporan Semantara 2. Pembahasan Ada dua macam tekanan dalam jantung yaitu sistoldan diastol.Sistol adalah kontraksi salah satu ruangan jantung pada proses pengosongan ruang jantung. Untuk menghitung frekuensi denyut jantung digunakan stetoskop yang ditempelkan pada bagian dada sebelah kiri hewan percobaan, sehingga terdengr suara lup dan dup yang dihitung satu denyutan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukn tentang frekuensi rata-rata denyut jantung tiap menit diperoleh data sebagai berikut: kelinci 213 kali, marmot 189 kali, ayam 191,3, burung merpati 204 kali, sapi 58,6 kali, dan domba 52,3 kali. Standar denyut jantung pada keadaan normal tiap menit adalah sebagai berikut: kelinci 120-150 kali, marmot 120-150 kali, ayam 120-170 kali, burung merpati 100-150 kali, sap 40-60 kali, dan domba 70-80 kali tiap menit (Akoso, 1996). Frekuensi denyut jantung kelinci dalam keadaaan normal adalah 120-150 kali tiap menit (Akoso, 1996).Sedangkan frekuensi denyut jantung kelinci pada saat percobaan adalah 213 kali tiap menit.Dari data tersebut diperoleh perbedaan yang cukup
25
mencolok antara denyut jantung normal dan denyut jantung hewan percobaan.Denyut hasil dari hewan percobaan jauh lebih cepat dari denyut jantung saat normal, hal ini dipengaruhi oleh heat stress dari kelinci tersebut serta kondisi kelinci yang ketakutan dan tidak nyaman saat dilaksanakan praktikum mengakibatkan frekuensi denyut jantung meningkat. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa frekuensi denyut jantung pada marmot adalah 189 kali tiap menit.Menurut (Akoso, 1996) frekuensi normal denyut jantung pada marmot adalah 120150 kali tiap menit.Dari hasil percobaan serta standar frekuensi denyut jantung diperoleh peredaan yang mencolok.Frekuensi denyut jantung hewan percobaan lebih cepat dari pada standar frekuensi denyut.Hal ini dapat terjadi karena pada saat dilakukan praktikum kondisi marmot dalam keadaan ketakutan karena pada saat memegangi marmot praktikan terlalu kencang serta ukuran tubuh marmot yang kecil.Semakin kecil ukuran tubuh maka frekuensi denyut jantung semakin cepat. Pada keadaan normal seekor ayam dapt melakukan denyutan jantung sebanyak 120-150 kali tiap menit (Akoso, 1996). Frekuensi denyut jantung hasil percobaan adalah 191,3 kali tiap menit. Hali tersebut menunjukkan bahwa frekuensi denyut jantung ayam melebihi batas normal. Faktor yang menyebabkan antara lain suhu lingkungan yang cukup tinggi, dan suhu tubuh ayam yang tinggi serta kondisi ayam yang stress. Denyut jantung seekor merpati pada keadaan normal adalah antara 40 – 60 kali tiap menit (Akoso, 1996). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, burung merpati dapat melakukan frekuensi denyutan jantungnya jauh di atas keadaan normal, yaitu sebesar 204 kali tiap menit.hal ini dikarenakan burung merpati dalam keadaan stress.
26
Pengukuran frekuensi denyut jantung pada kondisi normal seekor sapi adalah antara 40 – 60 kali tiap menit (Akoso, 1996). Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran yang sebenarnya pada saat praktikum diketahui sebesar 58,6 kali tiap menit. Kondisi ini menunjukkan bahwa sapi mempunyai denyut jantung yang melebihi keadaan normal. Hal ini dikarenakan pada saat dewasa temperatur tubuh sapi sudah dalam kondisi stabil, tingkat hormon juga bekerja dengan baikdan kondisi sapi yang tenang. Selain itu sapi dalam kondisi dalam kondisi yang nyaman dan tidak terganggu dengan aktivitas praktikum. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa seekor domba melakukan denyut jantung sebanyak 52,3 kali tiap menit. Pada keadaan normal seekor domba dapat melakukan denyutan jantung sebesar 70 – 80 kali tiap menit (Akoso, 1996). Frekuensi hasil pengukuran denyut jantung domba dalam kondisi normal. Hal ini dapat terjadi karena pada saat praktikum kondisi domba sudah cukup tenang. C. Waktu Pendarahan 1. Hasil Pengamatan Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Waktu Pendarahan Waktu (detik) No Kelinci
Marmot
Ayam
73
91
40
Burung merpati 53
Laporan Sementara 2. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, waktu hewan percobaan adalah sebagai berikut : kelinci 73 detik; marmot91 detik; ayam 40 detik; burung merpati 53 detik. Penentuan waktu pendarahan ini dihitung mulai dari darah keluar
27
setelah penusukan hingga berhenti.Waktu pendarahan yang normal menurut (Akoso, 1996) adalah 15 detik sampai 2 menit. Faktorfaktor yang mempengaruhi lama atau tidaknya waktu pendarahan antara lain dalam atau tidaknya tusukan jarum terhadap pembuluh darah, lebar dan tidaknya tusukan serta besar kecilny pembuluh darah yang ditusuk (luas penmpng dari pembuluh darah). Semakin luas penampangnya maka proses pmbekuan darah memerlukan waktu yang lebih lama. Berdasarkan tabel diketahui waktu pendarahan terbesar pada marmot 91 detik, sedangkan waktu pendarahan terkecil pada ayam 40 detik. Setelah dilakukan percobaan diketahui bahwa proses waktu pendarahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, faktor efisiensi cairan tenunan darah atau fibrin dalam mempercepat proses koagulasi, faktor fungsi pembuluh kapiler darah, dan faktor adanya trombosit didalam darah serta kemampuan trombosit membentuk trombus. D. Pembekuan Darah 1. Hasil Pengamatan Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Waktu Pembekuan Darah Waktu (detik)
No
1
Kelinci
Marmot
Ayam
Burung merpati
31
27
135
32
Sumber : Laporan Semantara 1. Pembahasan Waktu pembekuan darah dihitung mulai dari darah keluar dari pembuluh darah hingga terbentuknya benang-benang fibrin terjadinya koagulasi darah. Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui waktu pembekuan darah pada masing-masing hewan adalah sebagai berikut : kelinci 33 detik; marmot 27 detik; ayam 135 detik dan merpati 32 detik.
28
Waktu pembekuan darah terlama diperoleh pada percobaan hewan ayam 135 detik sedangkan waktu proses pembekuan darah tercepat terdapat pada hewan percobaan marmot 27 detik. Dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa proses pembekuan darah adalah dimulai dari luka yang terdapat pada pembuluh darah sehingga mengenai trombosit, trombosit akan pecah dan pecahnya trombosit tersebut akan menghasilkan enzim trombokinase yang dapat mengubah protrombin menjadi trombin, kemudian trombin yang dibentuk tersebut akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berupa filamen-filamen atau jala (Ganong, 1995). Setelah dilakukan percobaan diketahui bahwa proses pembekuan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, faktor adanya trombin yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin, ukuran pembuluh darah, adanya vitamin K, dan adanya ion kalsium.
29
E. Sediaan Apus / Ulas Darah 1. Hasil Pengamatan Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Ulas Darah Gambar Apus/Ulas Darah Kelinci
Ayam
Burung Merpati
Ayam
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Ulas Darah
Ulas Darah
Ulas Darah
Ulas Marmot
Kelinci
Ayam
Burung Merpati
Keterangan:
Keterangan:
Keterangan:
Keterangan:
1. Erythrocyt
1. Erythrocyt
1. Erythrocyt
1. Erythrocyt
2. Leucocyt
2. Leucocyt
2. Leucocyt
2. Leucocyt
3. Trombocyt
3. Trombocyt
3. Trombocyt
3. Trombocyt
Sumber : Laporan Sementara 2. Pembahasan Berdasarkan hasil percobaan, sample darah pada tiap-tiap hewan percobaan mengandung eritrocyt, leukocyt, dan trombocyt. Erytrocyt adalah sel darah merah yang bentuknya menyerupai cakra bikonkaf (Pearce, 1993), tepinya sirkuler dan tebal, dan bagian sentralnya tipis, dan mempunyai permukaan yang relatif luas (Frandson, 1992). Leukocyt merupakan sel darah putih yang ciri-cirinya mempunyai inti. Berdasarkan hasil percobaan bentuk leukocyt berbeda dengan eritrocyt, yaitu bentuknya lebih besar dan tengahnya terdapat titik yang merupakan inti dari leukocyt, seperti pada tabel 5. Dalam teori leukocyt dibagi menjadi dua macam
30
yaitu leukocyt granular dan leukocyt agranular (Frandson, 1992), sedangkan pada percobaan perbedaan leukocytgranular dan leukocyt agranular itu tidak terlihat jelas. Bagian yang bergerombol pada gambar 1 adalah trombocyt. Bentuk trombocyt dalam apus darah dan dalam aliran darah berbeda. Trombocyt pada preparat apus darah atau dalam usapan pewarna bentuknya cakram sirkuler, bergerombol yang bentuknya irreguler, sedangkan dalam sirkulasi darah bentuknya cakram oval. Trombocyt
berperan
dalam
mekanisme
pembekuan
darah
(Frandson, 1992). Pada pembuatan apus atau ulas darah ini dimulai dari mengambil darah kemudian diteteskan pada kaca obyek dan dibiarkan menyebar atau setelah itu lalu ujung dari decglass ditempelkan dengan sudut kira-kira 450 terhadap kaca obyek dan dibiarkan menyebar sepanjang sisi kaca obyek. Kemudian ulas dibiarkan kering dan setelah kering diamati apakah sediaan itu sudah memenuhi kriteria atau belum (benar apabila dengan akhir ekor menipis). Setelah diamati pada mikroskop kemudian digambar dengan jelas. Dari
hasil
pengamatan
yang
telah
dilakukan,
yaitu
pengamatan apus darah padabeberapa hewan percobaan, yaitu kelinci, ayam dan burung merpati, dan marmot. Sehingga diperoleh gambar seperti diatas, dari gambar yang telah diperoleh dapat terlihat bahwa meskipun dari keempat gambar tersebut mempunyai gambar yang berbeda, dapat terlihat bahwa dari keempat hewan percobaan yaitu kelinci, ayam, burung merpati dan marmot
mempunyai ketiga
komponen seluler darah yaitu erithrocyt, leucocyt, dan thrombocyt. Dari ketiga komponen penyusun darah tersebut mempunyai warna dan fungsi yang berbeda-beda. Misalnya, pada erythrocyt berfungsi mengangkat oksigen dan hasil metabolisme, cirinya adalah tidak berinti. Kemudian pada leucocyt, leucocyt mempunyai inti dan berfungsi untuk melindungi tubuh. Sedangkan, untuk thrombocyt
31
berperan dalam proses pembekuan darah, trombocyt yang terdapat dalam aliran darah bentuknya berbeda dengan thrombocyt pada preparat apus darah. Penampilan thrombocyt dalam usapan pewarnaan bentuknya berbentuk cakram sirkular, bentuk bidang atau garampolan yang bentuknya irregular, sedangkan di dalam sirkulasi darah bentuknya cakram oval. F. Uji Kebuntingan 1. Hasil Pembahasan Tabel 6.1 Hasil pengamatan uji kebuntingan Gambar
Keterangan 1. Sperma a. Kepala sperma b. Badan sperma c. Ekor sperma
Gambar 8. Urine dan sperma katak jantan Sumber : Laporan Sementara 2. Pembahasan Kebuntingan berarti anak berkembang didalam uterus seekor hewan betina. Suatu interval waktu yang disebut periode kebuntingan (gestasi), terentang dan saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi atau persatuan antara ovum dan sperma, nidasi atau implantasi atau perkembangan membran fetus dan berlanjut ke pertumbuhan fetus (Frandson, 1992) Pada praktikum uji kebuntingan ini untuk mengetahui suatu kerbuningan dilakukan melalui tes galimainini, yaitu suatu cara
32
yang dilakukan untuk melakukan pengamatan terhadap urine wanita yang hamil lebih dari 5 bulan dan diambil saat pertama kali buang air kecil setelah bangun pagi. Jika urine yang dilakukan benar-benar dari wanita hamil maka akan terlihat adanya sperma pada urin wanita tersebut jika dilihat dengan mikroskop. Pada uji
coba
kebuntingan, kurang berjalan baik,
seharusnya setelah urin wanita hamil dimasukkan ke dalam tubuh katak jantan dewasa melalui saccus abdominalis, dengan selang waktu beberapa saat, dengan mudah urin dapat keluar dengan sendirinya. Tetapi dalam pelaksanaan praktikum, setelah urine wanita hamil disuntikkan ke dalam tubuh katak, dan ditunggu beberapa menit urin tidak keluar, sehingga harus dengan bantuan yaitu dipencet pada bagian di sekitar kloaka dengan menggunakan jari. Setelah urin keluar, dan diambil kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop, didalam urine tersebut tampak adanya sperma. Hanya saja sperma sudah dalam keadaan mati. Sperma terdiri tiga bagian yaitu kepala sperma terlihat besar dan menonjol. Bagian kedua adalah badan sperma, yang letaknya dibawah kepala sperma. Ketiga adalah bagian ekor sperma yang terletak di bagian ujung sperma. Pada urin wanita hamil yang merupakan urine pertama pada pagi hari banyak mengandung CG (chorionic gondetropin) yang hanya diproduksi setelah proses pembuahan.
33
G. Termoregulasi 1. Hasil Pengamatan Tabel 7.1 Hasil Pengukuran Termoregulasi Menit (oC) No Kelinci Marmot
Ayam
Burung merpati
Sapi
Domba
1
38,9
36,5
42
40,4
38,7
39,2
2
39,5
36,2
41,2
41,8
38,6
38,8
3
38,9
36
39,4
41,5
39,7
39,4
39,1
36,23
40,86
41,23
38,6
39,13
Sumber : Laporan Semantara Tabel 7.2 Hasil Pengukuran Pelepasan panas Menit (oC)
No Kelinci
Marmot
Ayam
Burung merpati
1
39,1
37
42
41,5
2
39,3
37,7
42
41,4
3
40
38,6
42
42
39,46
37,76
42
41,6
Sumber : Laporan Semantara 2. Pembahasan Termoregulasi adalah suatu sistem pengaturan panas makhluk hidup agar terjadi keseimbangan produksi panas dan pembangunan panas. Panas dikeluarkan tubuh melalui radiasi, konduksi dan penguapan air disalurkan napas dan kulit. Keseimbangan antara pembentukan panas menentukan suhu tubuh (Ganong, 1993). Pada pengukuran rektal rata-rata pada percobaan adalah sebagai berikut : untuk kelinci 39,1oC, ayam 40,86OC, burung
34
merpati 41,23oC, sapi 38,6oC, dan domba 39,13oC. Untuk kelinci suhu rektalnya tergolong di atas normal karena menurut Williams suhu normalnya kelinci 37-39 oC. Menurut Williams temperatur normal untuk ayam 41,9 oC dan buruh merpati 40-44 oC, sedangkan hasil pengukuran diperoleh data bahwa temperatur rektal ayam 40,86OC dan burung merpati 41,23oC. Hal ini menunjukkan bahwa temperatur untuk ayam dan burung merpati dalam kisaran normal. Temperatur rektal normal sapi dan domba adalah 37-39oC (Williams, 1993). Dari hasil pengukuran di peroleh data untuk temperatur rektal sapi 38,6oC dan domba 39,13oC. Sehingga untuk domba suhu rektalnya termasuk tidak normal karena pada saat dilakukan domba tidak tenang dan banyak mengembik namun suhu rectal sapi tergolong normal. Untuk pengukuran temperatur
rektal proses pelepasan
panas diperoleh hasil bahwa kelinci 39,46oC, ayam 42 oC, burung merpati 41,6 oC, marmot 37,76 oC. Untuk bangsa mamalia, suhu pelepasan lebih tinggi kelinci karena saat marmot dipanaskan dibawah sinar matahari lebih banyak bergerak. Temperatur rektal setelah proses pelepasan panas rata-rata untuk untuk semua hewan mengalami kenaikkan. Hal ini dipengaruhi karena suhu lingkungan yang tinggi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Respirasi a. Udara merupakan sesuatu yang sangat penting bagi makhluk hidup. b. Frekuensi respirasi pada kelinci adalah 87,3 kali tiap menit; marmot 109 kali tiap menit; ayam 74 kali tiap menit; burung merpati 42,3 kali tiap menit; sapi 29,6 kali tiap menit dan domba 27,6 kali tiap menit. c. Frekuensi respirasi pada mamalia lebih lambat daripada unggas. Semakin kecil ukuran tubuh maka respirasi semakin cepat. d. Faktor yang mempengaruhi respirasi adalah emosi, temperatur tubuh, ketakutan, hormonal, jenis kelamin dan usia. 2. Pengukuran Tekanan Darah / Pulsus a. yang ditimbulkan oleh jantung disebabkan karena membuka dan menutupnya kleb jantung. b.
Frekuensi denyut jantung pada kelinci 213 kali, marmot 189 kali, ayam 191,3 kali tiap menit, burung merpati 204 kali, sapi 58,6 kali, dan domba 52,3 kali.
c. Semaki kecil ukuran tubuh maka frekuensi denyut jantung. d. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh emosi, temperatur tubuh, ketakutan, hormonal, jenis kelamin dan usia. 3. Waktu Pendarahan a. Waktu pendarahan ditentukan dari saat darah keluar hingga berhenti. b. Waktu pendarahan pada kelinci 73 detik; marmot 91 detik; ayam 40 detik; burung merpati 53 detik. c. Waktu pendarahan terlama pada kelinci yaitu 73 detik dan waktu pendarajan tercepat pada ayam yaitu 40 detik. d. Faktor yang mempengaruhi antara lain, faktor efisiensi cairan tenunan darah atau fibrin dalam mempercepat proses koagulasi, faktor fungsi
35
36
pembuluh kapiler darah, dan faktor adanya trombosit didalam darah serta kemampuan trombosit membentuk trombs. 4. Pembekuan Darah a. Pembekuan darah adalah mekanisme mengubah fibrinogen menjadi fibrin. b. Waktu pembekuan darah adalah waktu yang diperlukan untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin. c. Frekuensi pembekuan darah pada kelinci 31 detik; marmot 27 detik; ayam 135 menit dan burung merpati 32 detik. d. Faktor yang mempengaruhi pembekuan darah antara lain, faktor adanya trombin yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin, ukuran pembuluh darah, adanya vitamin K, dan adanya ion kalsium. 5. Sediaan Apus / Ulas Darah a. Komponen sel darah adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit. b. Eritrosit ( sel darah merah) adalah sel darah yang berbentuk cakram bikonkaf. c. Leukosit ( sel darah putih) adalah sel yang mempunyai inti dan dapat bergerak bebas. d. Trombosit (Keping Darah) adalah sel yang berbentuk cakram oval dan berfungsi mencegah hilangnya darah saat luka 6. Uji Kebuntingan a. Adanya kebuntingan dapat diuji dengan tes galimanini. b. Sperma terdiri dari kepala sperma, badan sperma, dan ekor sperma. 7. Termoregulasi a. Termoregulasi adalah sistem pengaturan panas agar terjadi keseimbangan antara produksi panas dan pembuangannya. b. Temperatur rektal pada kelinci 39,1 oC; marmot 36,23 oC; ayam 40,86 o
C; burung merpati 41,23 oC ; sapi 38,6 oC ; domba 39,13 oC.
c. Temperatur rektal sesudah dijemur kelinci 39,46 oC ; marmot 37,76 oC ; ayam 42 oC ; burung merpati 41,6 oC.
37
d. Faktor yang mempengaruhi suhu rektal antara lain emosi, temperatur tubuh, ketakutan, hormonal, jenis kelamin dan usia. B. Saran Setelah melakukan praktikum, penulis menyampaikan saran yang kemungkinan berguna untuk praktikum yang akan datang : 1. Perlakuan kita terhadap beberapa hewan percobaan harus hati-hati, supaya tidak membuat mereka stress, takut ataupun gugup. 2. Ketersediaan alat praktikum lebih memenuhi. 3. Waktu pelaksanaan praktikum lebih diperpanjang. 4. Jangka pembuatan laporan lebih lama. 5. Laboratorium praktikum lebih sesuai bagi praktikan. 6. Untuk praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA Akoso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta. Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Ternak. Kanisius. Yogyakarta. Anonim. 2007. Darah. http:/www.google.com. Anonim. 2007. Sistem Respirasi Pada Hewan. http:/www.google.com. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada Press. Yogyakarta Ganong. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. Guyton, Arthur C. 1991. Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa : A. Dharma. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Pearce, E. C. 1993. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Gramedia. Jakarta. Pearce, E. C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Gramedia. Jakarta. Soeharsono. 1977. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Universitas Padjajaran Press. Bandung. Sukmaningsih. 2009. Penurunan Jumlah Spermatosit Pakiten dan Spermatid Tubulus Seminiverus Testis pada Mencit (mus musculus) yang dipaparkan asap rokok. Jurusan Biologi, FMIPA,Universitas Udayana. Williamson.1993.Pengantar Peternakan di Daerah tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.