LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK
Status Faali Domba
“
”
Oleh : Kelompok 3 Kelas B
Reza Surya Effendi
200110160030 200110160030
Indah Komalasari
200110160028 200110160028
Giri Wahyu Perdana
200110160228 200110160228
Hilmawan Yusuf H
200110160173 200110160173
Maulia Indriana G
200110160171\ 200110160171\
Tanggal percobaan : 8 November 2017
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017
I PENDAHULUAN
1.1
Deskripsi
Status faali ternak akan tergantung pada kondisi ternak dan lingkungannya itu sendiri yang mempengaruhinya. Namun faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan kondisi atau status faali suatu ternak, yang dapat meneyebabkan terjadinya evaporasi pada ternak. Sehingga hal ini dapat menentukan daya adaptasi ternak terhadap lingkungan. Faali merupakan sifat otomatis atau kodrati mengenai kerja atau gerak alat tubuh. Domba termasuk golongan hewan homoetherm, sehingga selalu berusaha untuk mempertahankan temperatur tubuhnya dalam batas-batas yanag optimal bagi status faalinya. Kenaikan temperatur tubuh melampaui batas-batas ptimal akan segera diikiuti oleh abnormalitas di dalam status faali dan perubahan pada konsentrasi maupun komposisi darah (Siregar, 1982). Temeratur suhu ternak merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan pelepasan panas tubuh (Swenson and Reece, 1993). Perubahan status faali pada domba dalam keadaan normal menjadi tidak normal bisa dikarenakan domba tersebut melakukan aktivitas-aktivitas seperi makan atau berjalan-jalan. Hal tersebut menjadikan status faali domba menjadi tidak stabil. Status faali yang dilihat dalam domba yaitu Frekuensi pernafasan, Frekuensi denyut nadi, Frekuensi denyut jantung, dan subu tubuh.
.1.2 Tujuan Praktikum
Dapat menentukan status faali pada ternak dengan cara mengukur beberapa komponen diantaranya Suhu tubuh, Frekuensi denyut nadi, Frekuensi denyut jantung, Frekuensi pernafasan.
1.3 Tempat dan Waktu Hari
: Rabu , 8 November 2017
Waktu
: 07.30 – 07.30 – 09.10 09.10
Tempat
: Kandang Domba Padjadjaran
II MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
2.1
Status Faali Domba
Pada praktikum yang telah dilaksakan, status faali domba yang diperiksa meliputi: suhu tubuh, denyut jantung, denyut nadi, dan frekuensi pernafas an. 2.2
Alat dan Bahan
Nama Alat dan Bahan
Domba
Termometer klinik
Statoscope
Vaselin
Gambar
2.3
Cara Kerja A. Suhu Tubuh
Menurunkan termometer klinik sampai angka 0
Mengolesi ujung termometer dengan vaselin
Mengembala domba agar melakukan aktivitas
Memasukkan termometer ke dalam anus domba dan mendiamkan selama 5 menit
Menghentikan aktivitas domba
Menghitung kembali suhu tubuh domba yangselama 5 menit
B. Denyut Jantung
Mengukur dengan stestoscope pada daerahkostal (dada) sebelah kiri.
Menghitung kembali denyut jantung domba saat aktivitas selama 1 menit sebanyak 1 kali
Menghentikan aktivitas domba
Menghitung denyut jantung dalam 1 menit, mengulangnya selama 3 kali.
Mengembala domba agar melakukan aktivitas
Menghitung kembali denyut jantung domba selama 1 menit sebanyak 3 kali dengan selang
C. Denyut Nadi
Mengukur denyut nadi dengan meraba pada ateri
Mengembala domba agar melakukan aktivitas
Menghitung kembali denyut nadi domba saat aktivitas selama 1 menit sebanyak 1 kali
Melakukan perabaan dengan unung jari tangan di pangkal paha bagian dalam
Menghitung banyak denyut nadi selama 1 menit secara 3 kali berturut-turut
Menghentikan aktivitas domba
Menghitung kembali denyut nadi domba selama 1 menit sebanyak 3 kali dengan selang waktu selama 5. D. Frekuensi Pernafasan
Menyiapkan domba yang akan di hitung frekuensi pernafasannya.
Menghitung kembali hembusan nafas domba saat aktivitas selama 1 menit sebanyak 1 kali
Menghentikan aktivitas domba
Menghitung hembusan nafas domba sebelum beraktivitas selama 1 menit sebanyak 3 kali
Mengembala domba agar melakukan aktivitas
Menghitung kembali hembusan nafas domba selama 1 menit sebanyak 3
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan Pengamatan
Pengamatan No
Kondisi
1
F.
F. Denut
F. Denyut
Suhu
Pernapasan
Nadi
Jantung
Tubuh
(x/menit)
(x/menit)
(x/menit)
(oC)
25
86
90
26
82
72
27
80
73
Rata-rata
26
82,6
78,3
2
Kerja Fisik
Tidak diukur
3
Setelah
Tenang (Awal)
39,4
39,4
Kerja
Fisik 5’ pertama
42
82
83
5’kedua
40
79
81
5’ketiga
38
77
79
40,3
3.2 Pembahasan
a. Suhu Tubuh
Berdasarkan data hasil pengamatan yang kami peroleh, ternyata suhu tubuh domba saat awal (sebelum kerja fisik/pemanasan) dan setelah dilakukannya pemanasan mempunyai selisih 0,9 °C, setelah diberi pemanasan selama kurang lebih 15 menit pada domba. Hasil pengamatan kami terhadap suhu tubuh domba
sesuai dengan pendapat ahli yaitu Smith yang menyatakan bahwa rata-rata temperatur rektal domba adalah 38,75 °C dengan kisaran 38,5-39,0 °C. Terdapat kenaikan suhuh setelah domba diberikan perlakuan (pemanasan) dikarenakan ternak dapat bergerak karena kontraksi otot rangka. Kontraksi otot terjadi akibat perubahan energy kimia yang menjadi energy mekanis. Hal ini menyebabkan pelepasan kalor tubuh, sehingga terjadi peningkatan temperature tubuh Temperatur rektal digunakan sebagai ukuran temperatur suhu tubuh karena pada suhu rektum merupakan suhu yang optimal. Hewan homoiterm sudah mempunyai pengatur panas tubuh yang telah berkembang baik. Temperatur rektal pada ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperatur lingkungan, aktivitas, pakan, minuman, dan pencernaan. Produksi panas oleh tubuh secara tidak langsung bergantung pada makanan yang diperolehnya dan banyaknya persediaan makanan dalam saluran pencernaan. Seperti halnya manusia, hewan ternak akan lebih banyak minum pada waktu temperatur lingkungannya panas dan akan lebih banyak makan pada waktu temperatur lingkungannya dingin. Pembuangan panas dilakukan dengan penguapan air lewat saluran pernafasan yang dilakukan secara cepat. Menurut Smith (1988), rata-rata temperatur rektal adalah sebagai berikut: No
Jenis Ternak
Rata-rata Temperatur (0C)
1
Sapi
38
2
Kambing
39,1
3
Domba
38,75
4
Kelinci
39,5
5
Ayam
41,7
b. Denyut Jantung dan Denyut Nadi
Denyut jantung dan nadi memiliki perbedaan yang tidak jauh berbeda, rata-rata denyut jantung yang kami hitung sebelum pemanasan berkisar pada angka ± 78,3 kali selama satu menit. sedangkan denyut nadi yang kami hitung sebelum pemanasan adalah sekitar ± 82,6 kali selama satu menit. Lalu, denyut jantung yang kami hitung setelah pemanasan berkisar pada angka ± 81 kali selama satu menit. Sedangkan denyut nadi yang kami hitung setelah pemanasan dan beraktivitas adalah sekitar ± 79.3 kali selama satu menit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Duke’s (1995) yang menyatakan bahwa kisaran denyut jantung ternak normal yaitu 60-120 kali/menit. Pulsus atau gelombang pulsus merupakan gelombang yang terjadi akibat naiknya tekanan sistole mulai dari jantung dan kemudian menjalar sepanjang arteri dan kapiler. Pulsus akan meningkat seiiring dengan meningkatnya panas tubuh pada hewan ternak. c. Frekuensi Pernafasan
Respirasi adalah semua proses kimia maupun fisika dimana organisme melakukan pertukaran udara dengan lingkungannya. Respirasi menyangkut dua proses, yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Terjadinya pergerakan karbon dioksida ke dalam udara alveolar ini disebut respirasi eksternal. Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen berdifusi ke dalam darah. Respirasi eksternal tergantung pada pergerakan udara kedalam paru-paru paru-p aru (Frandson, 1992). Respirasi berfungsi sebagai parameter yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui fungsi organ-organ tubuh bekerja secara normal.
Pengukuran terhadap parameter terhadap fisiologis yang biasa dilakukan di lapangan tanpa alat-alat laboratorium adalah pengukuran respirasi, detak jantung dan temperature tubuh (Kasip, 1995). Frekuensi pernafasan rata-rata yang kami dapatkan pada praktikum sebelum pemanasan terhadap domba yaitu 26 kali setiap satu menit sedangkan setelah pemanasan sebesar 40 kali setiap satu menit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yang menyatakan bahwa frekuensi pernapasan domba yaitu 26-32
kali/menit. Namun, kemungkinan data yang kami peroleh tidak begitu akurat karena domba yang kami amati sangat sulit untuk tenang, sehingga sulit untuk diamati. Sistem respirasi disebut juga sistem pulmoner karena yang dimaksud hanyalah struktur yang terlihat dalam pertukaran gas atau sistem eksternal. Respirasi pada domba digunakan juga sebagai media untuk pembuangan panas. Respirasi bergantung pada pada pergerakan udara ke dan dari paru-paru Paru-paru yang normal akan menghasilkan bunyi yang disebut murmur vesikuler, paru-paru yang tidak normal dapat menimbulkan suara keras yang disebut rales atau tidak menimbulkan suara sama sekali bergantung be rgantung pada kondisinya. Respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu respon fisiologis akibat berubahan temperatur lingkungan, temperatur lingkungan, suhu tubuh, ukuran tubuh dan keadaan bunting. Temperatur lingkungan yang panas menyebabkan meningkatnya frekuensi pernafasan. Itulah mengapa terjadi kenaikan frekuensi pernapasan setelah domba diberi perlakuan (pemanasan).
IV KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Frekuensi pernafasan domba adalah Normal
Frekuansi denyut nadi dan Jantu domba adalah Normal
Suhu tubuh agak tinggi dari seaharusnya
Suhu denyut jantung, nadi dan pernapasan juga meningkat setelah kerja fisik untuk suhu yang kurang sesuai disebabkan oleh domba yang agak st ress dan tidak tenang pada ssat dilakukan pemeriksaan status faali domba.
DAFTAR PUSTAKA
Duke’s. 1995. Physiology of Domestic Animal Comstock Publishing : New York University Collage, Camel. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV . Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Henry Hugh Dukes, Melvin J. Swenson, William O. Reece Comstock, 1993 New edition of a textbook on animal physiology for veterinary undergraduates. Iowa State University, Ames Kasip. 1995. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba . Penebar Swadaya: Jakarta. Siregar, S. B. 1982. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Penggunaan makanan, Status Faali, dan Pertumbuhan Kambing dan Domba Lokal . Lokal . Tesis.Pascasarjana Peternakan UGM. Yogyakarta. Smith, J. J dan J. P Kamping. 1988. Sirkulatory physiology. 2 physiology. 2nd edition. Baltimore, wiliam and wilkins