LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK
Nama percobaan : Praktikum Darah
Disusun Oleh:
Kelompok :2
Kelas :B
Redy Septiansyah 200110130023
Ridwan Zaelani 200110130027
Latip Mustopa 200110130028
Eulis Diah Sri Rahayu 200110130030
Marsita 200110130032
Deriel Kurniawan 200110130354
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Fisiologi Ternak yang berjudul Darah ini tepat pada waktunya.
Penulis berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca. Namun, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu
penulils harapkan demi perbaikan laporan selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai setiap urusan kita. Amin
Jatinangor, November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap
tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya.
Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat
berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme di dalam tubuh.
Viskositas/kekentalan darah lebih kental dari pada air yang mempunyai BJ
1,041-1,065, temperatur 38 C, dan PH 7,37-7,45.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau
pompa jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap
encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah
tersebut sedikit obat anti-pembekuan/sitrus natrikus. Dan keadaan ini akan
sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-
kira 1/13 dari berat badan. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang
tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh
darah. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit.Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel – sel
yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat –
sifat protektif terhadap organisme sebagai suatu keseluruhan dan khususnya
terhadap darah sendiri. Darah merupakan salah satu media yang membantu
manusia dan hewan dalam melakukan aktivitas hidupnya.Untuk itulah manusia
sangat penting mengetahui dan mengenal darah yaitu melalui laporan hasil
praktikum ini.
2. Tujuan
1.2.1 Rupa Darah dan Tahanan Osmotik
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui secara visual anatomi dari
berbagai sel darah yang diperlakukan secara berbeda
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tahanan osmotik sel-sel
darah merah
2. Penentuan Kadar Hemoglobin, Penentunan Nilai Hematokrit, Penentuan
Waktu Pendarahan Dan Penentuan Waktu Beku Darah
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui kadar hematokrit dan
hemoglobin serta dapat mengetaui waktu pendarahan dan pembekuan
sel-sel darah.
3. Menghitung Jumlah Eritrosit Dan Menghitung Jumlah Leukosit
Agar praktikan dapat menghitung jumlah eritrosit dan leukosit
2. Waktu dan Tempat
1. Rupa Darah dan Tahanan Osmotik
Hari : Rabu, 15 Oktober 2014
Pukul : 10.00-12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
2. Penentuan Kadar Hemoglobin, Penentuan Nilai Hematokrit, Penentuan
Waktu Pendarahan dan Penentuan Waktu Beku Darah
Hari : Rabu, 15 Oktober 2014
Pukul : 10.00-12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
3. Menghitung Jumlah Eritrosit dan Menghitung Jumlah Leukosit
Hari : Rabu, 15 Oktober 2014
Pukul : 10.00-12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
II
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
2.1 Rupa Darah Secara Makroskopis dan Mikroskopis Sebelum dan Sesudah
Hemolisis
Darah dalam keadaan utuh, tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan oleh
sifat optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Darah tidak tembus cahaya
karena adanya sifat catlak (pernis). Darah akan menjadi tembus cahaya,
bilamana sel-sel darah tersebut berada dalam larutan yang berkonsentrasi
rendah (tekanan osmotiknya rendah/hipotonis) sebagai dampak pemberian
cairan hipotonis ke dalam plasma, sehingga sel darah pecah (terjadi
peristiwa pelepasan hemoglobin = proses hemolisa).
Pemberian larutan NaCl pekat (3%) kedalam plasma akan menyebabkan sel-
sel darah merah mengkerut dan masih mengandung hemoglobin, daya penutup
darah akan bertambah sehingga darah masih tetap tidak tembus cahaya.
A. Alat
1 Seri tabung reaksi 9 buah dalam rak.
Pipet tetes ukuran 1 ml atau 2 ml.
B. Bahan
Darah sebagai sampel.
Larutan NaCl 3%
Aquades
C. Cara Kerja
1. Menyediakan 3 buah tabung reaksi A, B, dan C
Tabung A Tabung B Tabung C
2. Menuangkan 2 tetes darah yang telah dibebaskan dari fibrin
3. -Tabung A
-Tabung B
-Tabung C dibiarkan seperti semula
4. Menuangkan beberapa tetes dari setiap tabung A, B, C pada gelas
objek
5. Memperhatikan pada cahaya tembus dengan dasar putih yang ada
hurufnya
6. Membuat gambar tinjauan mikroskopiknya dari setiap objek A, B, dan
C
A B C
Gambar 1. Darah Secara Makroskopik
Sel Darah dalam Bercak-bercak Sel Darah
Keadaan normal pecahan sel darah bila mengkerut
Ditambah larutan bila ditambah
Berkonsentrasi rendah larutan
(aquades) berkonsentrasi
tinggi
(hipertonis/
Nacl 3%)
Gambar 2. Sel Darah Merah secara Mikroskopik
2.2 Tahanan Osmotik Sel-sel Darah Merah
Butir-butir darah merah berbentuk bikonkaf yang berisi cairan
instraselluler. Bila sel-sel ini dimasukan ke dalam suatu cairan hipertonis
atau hipotonis terhadap cairan instraselluler, maka terjadi proses osmose
dan diffusi.
Adanya proses osmosis memungkinkan adanya cairan yang mengalir dari
larutan di luar sel ke dalam sel-sel darah merah, darah tidak mengalami
perubahan bila tekanan osmose cairan tersebut sama dengan tekanan osmose
cairan intraselluler. Bila cairan di luar dari sel-sel tersebut hipertonis
(tekanan osmosenya lebih tinggi), maka sel-sel tersebut akan kehilangan
cairan intrasellulernya sehingga sel darah akan mengkerut. Sedangkan bila
cairan diluar sel tersebut hipotonis (tekanan osmosenya lebih rendah), maka
cairan dari luar sel-sel tersebut akan masuk ke dalam sel sehingga sel akan
membengkak dan lama-lama akan pecah dan hemoglobin akan keluar (proses
Hemolisis).
A. Alat
1 Seri tabung reaksi 9 buah dalam rak
Pipet 1 ml atau 2 ml
B. Bahan
Sampel Darah
Larutan NaCl 0,5%, 0,9% , 1,5% dan 3%.
Aquades
C. Cara Kerja
1. Sediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Buat larutan NaCl 0% (aquades), 0,5%, 0,9%, 1,5%, dan 3%
3. Isi tiap-tiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 ml
4. Teteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam tiap tabung. Biarkan
selama 30 menit
5. Lihat dalam tabung yang mana mulai terlihat lapisan bening di
lapisan atas
6. Teteskan pada gelas objek (lakukan dari setiap tabung) lihat di
bawah mikroskop. Amati
3. Penentuan Kadar Hemoglobin, Penentunan Nilai Hematokrit, Penentuan Waktu
Pendarahan Dan Penentuan Waktu Beku Darah
2.3.1 Penentuan Kadar Hemoglobin
Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks.
Sebenarnya hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin dan zat
warna (Heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat oksigen
dan CO2.
Penetapan kadar hemoglobin digunakan untuk mendiagnosa anemia dan Mean
Corpuscular Hemoglobin. Penetapan kadar Hb dapat dilakukan antara lain :
1. Metoda Hematin asam dengan Hemometer Sahli
2. Metoda Tallquist
3. Cyanomethemoglobin
Metode Tallquist
A. Alat
Kapas, Vaccinoctyle steril
Kertas isap
Buku standart Tallquist Adam
B. Bahan
Darah hewan atau manusia
C. Cara Kerja
1. Ambil contoh darah dengan pipet tetes
2. Teteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian
dikeringkan
3. Bandingkan bercak atau tetesan darah dengan warna standar yang ada
pada buku standart tallquist Adam.
4. Tentukan dan baca kadar Hb-nya
2.3.2 Penentuan Nilai Hematokrit
Penentuan hematokrit adalah suatu cara yang teliti untuk diagnosa
anemia. Prinsipnya menghitung volume sel-sel darah dalam darah.
A. Alat
Centripuge
Kapiler hematokrit
Alat pembaca mikrokapiler (micro capillary reader)
B. Bahan
Darah hewan atau manusia
C. Cara Kerja
1. Masukkan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah mengandung
anti koagulan (mikro kapiler warna merah). Tutuplah salah satu
kapiler dengan kristoseal atau permen karet
2. Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut dipusingkan
dengan centripuge 3000 rpm selama 15 menit
3. Setelah disentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dan
plasmanya, bacalah volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam
kapiler dengan alat pembaca mkrokapiler (micro capillary reader)
yang disediakan
4. Hitunglah nilai hematokritnya
2.3.3 Penentuan Waktu Pendarahan
Waktu perdarahan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar
sampai saat darah tidak keluar lagi.
Menurut Sonjaya (2006) Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan
sebagai waktu ulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi
noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan,
umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar
globulin dalam darah.
A. Alat
Kapas, Vaccinoctyle steril
Kertas isap
B. Bahan
Darah hewan atau manusia
Alkohol
C. Cara Kerja
1. Tusuklah ujung jari, catatlah dengan tepat waktu saat darah pertama
keluar
2. Isaplah tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar
lagi
3. Catat waktunya
4. Penentuan Waktu Beku Darah
Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar
sampai terbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah.
A. Alat
Kapas, Vaccinoctyle steril
Alat pembaca mikrokapiler (micro capillary reader)
B. Bahan
Darah hewan atau manusia
Alkohol
C. Cara Kerja
1. Tusuklah ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikro
kapiler yang tidak berheparin (pipet warna biru). Catatlah dengan
tepat saat tetes darah masuk ke dalam kapiler
2. Genggamlah pipet mikrokapiler tadi dalam tangan selama 5 menit.
Setelah itu patahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap 1
menit sampai terbentuk benang fibrin pada patahannya
3. Catat waktu pada saat terjadi benang fibrin. Waktu antara
pengisapan darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang
fibrin adalah waktu pembekuan.
3. Menghitung Jumlah Eritrosit dan Jumlah Leukosit
2.4.1 Menghitung Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)
A. Alat
1. Pipet yang berisi batu merah dan putih
2. Kamar hitung dan penutup (cover glass)
3. Mikroskop
4. Kertas isap dan kapas
B. Bahan
1. Darah domba
2. Desinfektan
3. Larutan hayem
4. Larutan TURK
C. Cara Kerja
1. Ambi darah yang udah disiapkan
2. Isaplah darah dengan pipet haemocytometer yang berbatu merah sampai
tanda 1
3. Encerkan darah dalam pipet dengan menghisap larutan hayem sampai
tanda 101
4. Kocok darah tersebut secara horizontal (membentuk angka 8) untuk
mencegah tercampurnya larutan hayem dalam kapiler
5. Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit
6. Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet
7. Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan
gelas penutup
8. Lihat di bawah mikroskop, hitunglah butir-butir eritrosit yang
berada dalam kotak-kotak kecil sebanyak 40 kotak
2. Menghitung Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)
A. Alat
5. Pipet yang berisi batu merah dan putih
6. Kamar hitung dan penutup (cover glass)
7. Mikroskop
8. Kertas isap dan kapas
B. Bahan
5. Darah domba
6. Desinfektan
7. Larutan hayem
8. Larutan TURK
C. Cara Kerja
1. Darah diisap sampai tanda 1, kemudian diencerkan dengan larutan
TURK sampai tanda 11. Lakukan pengocokan
2. Setelah dikocok dan dibiarkan selama 15 menit, teteskan ke dalam
kamar hitung
3. Lihat di bawah mikroskop dan hitunglah butir-butir darah putih yang
terdapat dalam kotak besar sebanyak 25 kotak
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Rupa Darah Secara Makroskopis dan Mikroskopis Sebelum dan Sesudah
Hemolisis
A. Hasil
"Tabung A (2 tetes darah + 2 ml "Keterangan "
"aquades) " "
" "Makroskopik : Darah "
" "tembus cahaya, ditandai "
" "dengan bentuk tulisan "
" "yang jelas. "
" " "
" "Mikroskopik : Sel darah "
" "merah bentuknya "
" "mengembang akibat "
" "penambahancairan "
" "hipotonis (aquades). "
"Tabung B ( 2 tetes darah + 2 ml "Keterangan "
"NaCl 3 %) " "
" "Makroskopik : Darah "
" "tidak tembus cahaya, "
" "ditandai dengan tulisan "
" "yang terlihat samar – "
" "samar atau buram. "
" " "
" "Mikroskopik : Terjadi "
" "proses osmosis sehingga "
" "sel darah mengkerut "
" "karena penambahan "
" "larutan hipertonis (NaCl"
" "3%). "
"2 tetes langsung diteteskan di "Keterangan "
"gelas objek " "
" "Makroskopik : Darah "
" "tidak tembus cahaya, "
" "ditandai dengan bentuk "
" "tulisan yang tidak "
" "jelas. "
" " "
" "Mikroskopik : Darah "
" "dalam keadaan yang utuh "
" "dengan bentuk dan ukuran"
" "normal atau isotonis. "
B. Pembahasan
Darah tidak dapat tembus cahaya, disebabkan karena sifat-sifat optik
eritrosit yang terdapat dalam darah. Jika sel-sel ini dilarutkan dalam
suatu cairan yang bebeda konsentrasi garamnya atau jika sel-sel ini
membengkak karena proses difusi atau osmosis. Maka hemoglobin akan lepas
dan darah menjadi tembus cahaya. Darah yang tidak tembus cahaya mempunyai
sifat seperti cat penutup, sedangkan darah yang tembus cahaya mempunyai
sifat seperti cat lak (pernis). Suatu larutan garam yang pekat akan
meyebabkan butir-butir darah mengisut, sehingga konsentrasi hemoglobin
meningkat dan sifat darah yang seperti cat penutup itu bertambah kuat.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin
bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran
eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan
hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan
membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah.
Komposisi elektrolit dalam sel darah merah kualitatif sama
dengan yang terdapat dalam plasma, hanya kuantitatifnya ada perbedaan.
Tekanan osmosis didalam sel sama dengan tekanan osmosis larutan 0,9 %
NaCl yaitu larutan isotonis dalam air. Apabila terjadi perubahan
tekanan osmosis pada larutan diluar sel darah merah akan berpengaruh
terhadap besarnya sel tersebut. Larutan yang hipotonik (aquades, 0,5 %
NaCl) menyebabkan air masuk kedalam sel dan sel akan bertambah besar
kemudian pecah dan hemoglobin keluar dari sel, proses ini disebut
hemolisis. Sebaliknya apabila larutan sekeliling sel hipertonis ( NaCl
1,5 % dan 3%), maka air dari dalam sel akan keluar sehingga sel
mengecil (mengkerut). Tetapi proses hemolisis dapat disebabkan oleh
faktor-faktor lain misalnya ada pelarut lain seperti eter dan
kloroform.
1. Tabung A
Pada tabung A, darah yang ditambahkan aquades mengalami
hemolisis, karena aquades merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan
perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada
konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk
kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang
akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk
menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel darah
merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya,
karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Oleh karena itu, apabila
darah tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut
akan terlihat jelas.
2. Tabung B
Pada tabung B, darah yang ditambahkan NaCl 3% akan mengalami
krenasi, karena NaCl 3% merupakan cairan hipertonis. Jika darah
dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan
(krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar
dari membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam
sel darah merah akan keluar dari sel tersebut. Setelah pengamatan
secara makroskopik telah kita lakukan terhadap darah yang kita kenai
perlakuan seperti ini dan hasilnya tulisan yang dikenakan darah
tersebut akan buram, tidak terlihat terlalu jelas, karena darah tidak
pecah, hanya mengkerut sehingga darah tersebut masih mengandung Hb
yang menghalangi cahaya yang tembus.
3. Tabung C
Sel darah tanpa perlakuan apapun memiliki sifat yang kental dan
tidak dapat tembus cahaya, oleh karena itu tulisan tidak akan terbaca,
terlihat sangat buram sekali.
3.2 Tahanan Osmotik Sel-sel Darah Merah
A. Hasil Pengamatan
"Tabung A (2 tetes darah + 2 ml "Keterangan "
"Aquades) " "
" "Makroskopik : Darah "
" "tembus cahaya, ditandai "
" "dengan bentuk "
" "tulisan yang jelas. "
" " "
" "Mikroskopik : Sel darah "
" "merah bentuknya "
" "mengembang akibat "
" "penambahancairan "
" "hipotonis (aquades). "
"Tabung B ( 2 tetes darah + 2 ml "Keterangan "
"NaCl 3 %) " "
" "Makroskopik : Darah "
" "tidak tembus cahaya, "
" "ditandai dengan tulisan "
" "yang terlihat samar – "
" "samar atau buram. "
" "Mikroskopik : Sel darah "
" "merah bentuknya "
" "mengembang akibat "
" "penambahancairan NaCl "
" "0,5% yang konsentrasinya"
" "rendah sehingga "
" "dikatanak hipotonik. "
"Tabung C (2 tetes darah + 2 "Keterangan "
"mlNaCl 0,9%) " "
" "Makroskopik : Darah "
" "tidak tembus cahaya, "
" "ditandai dengan tulisan "
" "yang terlihat samar – "
" "samar atau buram. "
" " "
" "Mikroskopik : Darah "
" "dalam keadaan yang utuh "
" "dengan bentuk dan ukuran"
" "normal atau isotonis. "
"Tabung D (2 tetes darah + 2 "Keterangan "
"mlNaCl 1,5%) " "
" "Makroskopik : Darah "
" "tidak tembus cahaya, "
" "ditandai dengan tulisan "
" "yang terlihat samar – "
" "samar atau buram. "
" " "
" "Mikroskopik : "
"Tabung E (2 tetes darah + 2 "Keterangan "
"mlNaCl 3%) " "
" "Makroskopik : Tulisan "
" "yang terlihat samar – "
" "samar atau buram. "
" " "
" "Mikroskopik : Terjadi "
" "proses osmosis sehingga "
" "sel darah "
" "mengkerut karena "
" "penambahan larutan "
" "hipertonis (NaCl 3%). "
B. Pembahasan
Pada percobaan menentukan tahanan osmotik sel darah merah, darah yang
dilarutkan pada larutan NaCl 0% (aquadest) memperlihatkan bentuk yang
berbeda dibandingkan dengan yang dilarutkan pada NaCl 0.5%, NaCl 0.9% ,
NaCl 1,5% dan NaCl 3%. Larutan NaCl 0.5% dan aquades mempunyai tekanan
osmotik yang lebih rendah dari darah, sehingga dikatakan hipotonik. Pada
kondisi ini air akan menembus membran sel, akibatnya sel akan menggembung.
Masuknya air ini disebabkan karena perbedaan gradien konsentrasi zat
terlarut dalam sel dan di luar sel. Pada kondisi hipertonik, misalnya pada
sel darah yang dilarutkan dalam larutan NaCl 3% dan NaCl 1,5%, keadaannya
akan terbalik dengan sel yang dalam keadaan hipotonik. Air dalam sel akan
keluar menembus membran, sehingga sel akan mengkerut, atau yang biasa
disebut plasmolisis. Lain halnya dengan sel darah yang dilarutkan dalam
larutan NaCl 0.9%, sel ini tidak mengalami perubahan apa-apa. Pada kondisi
isotonik ini tidak terjadi perbedaan gradien konsentrasi zat terlarut di
dalam maupun di luar sel. Oleh karena itu larutan NaCl 0.9% disebut sebagai
larutan fisiologis.
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga
air bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan
hipotonik tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam
sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi. Yang termasuk
dalam larutan hipotonik adalah quads dan NaCl 0.5%.
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang
lain sehingga air bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik,
tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika cukup air
dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang
sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi. Larutan hipertonik terdiri dari
NaCl 1,5% dan 3%.
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat
terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel
tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis
tidak sempurna. Larutan-larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik
yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Sebuah
larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh
yang normal dan darah. Yang termasuk larutan isotonis adalah NaCl 0,9%. Hal
ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan hipotonik.
Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan mineral yang
digunakan tubuh selama aktifitas fisik.
3.4 Menghitung Jumlah Eritrosit (sel darah merah) dan Menghitung Jumlah
Leukosit (sel darah putih)
A. Hasil Pengamatan
"Kel "Ternak "Umur "Sex "Status "Jumlah "Jumlah "
" " " " "Kesehatan"Eritrosit"Leukosit "
"1. "Domba I " " " " " "
"2. "Domba I " "Betina "Sehat "4.270.000"16.700 "
"3. "Domba I " " " " "31.400 "
" "Rata-rata" " " " "24.050 "
"4. "Domba II " " " "4.390.000"11.200 "
"5. "Domba II " "Betina "Sehat " " "
"6. "Domba II " " " " " "
" "Rata-rata" " " "4.390.000"11.200 "
"7. "Ayam I " "Jantan "Sehat "4.170.000"28.100 "
"8. "Ayam I " " " " " "
" "Rata-rata" " " "4.170.000"28.100 "
"9. "Ayam II " "Betina "Sehat "4.230.000"31.900 "
"10 "Ayam II " " " "4.190.000"29.300 "
" "Rata-rata" " " "4.210.000"30.600 "
B. Pembahasan
Eritrosit adalah sel darah merah. Eritrosit berfungsi untuk mengikat
O2 dan diedarkan ke seluruh tubuh. Eritrosit berbentuk bundar, pipih dan
bikonkaf dengan diameter 7,5 mikron dan tebal 2 milimikron. Menghitung
jumlah eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang
mudah karena sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran
sangat kecil sehingga dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan
Haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel
darah merah dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten dalam cara menghitung.
Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam kamar hitung yang
bersakala atau berukuran kecil dengan jumlah 40 buah.
Namun pada saat dilakukan percobaan, banyak kendala yang dialami
karena keadaan alat yang kurang bagus. Jumlah eritrosit dalam darah domba
itu memiliki kisaran normal ±13,5 juta. Akan tetapi jumlah eritrosit yang
diperoleh dan dihitung dari percobaan yang telah dilakukan hanya mencapai
4,67 juta, sedangkan jumlah eritrosit pada ayam berkisar 3,23 juta. Akan
tetapi jumlah eritrosit yang didapat dari hasil pengamatan mencapai 4,23
juta. Dalam praktikum yang lalu kami menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10x, kami melihat banyak sekali bercak – bercak hitam berkumpul
disekitar sel. Selain itu, sel yang saya amati sangat berdekatan, ditambah
lagi penglihatan yang kurang akurat sehingga kami sulit
menghitungnya. Perbedaan jumlah Eritrosit dari sampel domba betina dan
ayam (jantan dan betina) dipengaruhi genetik (spesies, ras, individual) dan
lingkungan (pakan, iklim, penyakit, managerial).
Jumlah leukosit tergantung pada jenis hewannya. Fluktuasi jumlah
leukosit pada tiap individu meningkat pada kondisi tertentu seperti stress,
umur, serta aktifitas fisiologisnya. Hewan yang terinfeksi juga mengandung
leukosit yang banyak karena leukosit yang banyak karena leukosit berfungsi
melindungi tubuh dari infeksi. Sedangkan penurunan jumlah leukosit dapat
terjadi karena keracunan bakteri, infeksi usus, maupun kehamilan. Pencarian
sel leukosit lebih mudah dikarenakan bentuk selnya lebih besar dari sel
eritrosit, selain itu sel leukosit juga tidak menggumpal, hanya saja yang
digunakan pipet dan kamar hitung yang berbeda, jika tadi pada saat
menghitung sel-sel darah merah dengan kamar hitung yang memiliki skala yang
kecil dengan jumlah 40 kamar akan tetapi sekarang menghitung dalam kamar
hitung yang berukuran besar dengan jumlah 25 kamar. Sampel yang kami
gunakan hanya satu sampel saja sehingga kami tidak bisa dirata-ratakan.
-----------------------
2 tetes darah
2 tetes darah + 2 ml aquades
2 tetes darah + 2 ml larutan NaCL pekat (3%)
2 tetes darah
Darah tidak tembus cahaya akibat penambahan larutan berkonsentras tinggi
(hipertonis). Sel darah mengkerut
Darah akan tembus cahaya akibat penambahan larutan berkonsentras rendah
(hipotonis).Sel darah pecah (Hemolisis)
Darah dalam keadaan utuh tidak tembus cahaya dengan bentuk dan ukuran
normal
2 ml NaCl + 5 tetes darah