Penetapan Waktu Waktu Pengambilan Cuplikan dan Asumsi Model Kompartemen serta Pemilihan Dosis dalam Farmakokinetik
I. TUJUA
1. Agar Agar mahasis mahasiswa wa mampu mampu memperk memperkirak irakan an model model kompar kompartem temen en berdas berdasark arkan an kurva kurva semilogaritmik kadar obat dalam darah/plasma lawan waktu. 2. Agar Agar maha mahasi siswa swa mamp mampu u mene meneta tapk pkan an jadwal jadwal dan dan penc pencup upli lika kan n untu untuk k peng penguk ukur uran an parameter farmakokinetik berdasarkan model kompartemen suatu obat. 3. Agar mahasiswa mahasiswa mampu mampu menggu menggunakan nakan dosis dosis yang yang tepat untuk untuk suby subyek ek uji.
II. DA!A" T#$"I
Konsentrasi obat dalam bak setelah pemberian suatu dosis ditentukan oleh dua parameter 1. !olume lume cair cairan an bak bak 2. "limin "liminasi asi obat obat persa persatua tuan n wakt waktu u Kons Konsen entr trasi asi obat obat berg bergan antu tung ng pada pada waktu waktu## yang yang diseb disebut ut sebag sebagai ai vari variab able le tergan tergantun tung g dan bebas. bebas. $ari data data ini dapat dapat diperk diperkirak irakan an model model farmako farmakokin kinetik etik yang yang kemudian diuji kebenarannya# dan selanjutnya diperoleh parameter farmakokinetiknya. %&hargel# 1'(() *odel farmakokinetik adalah suatu hubungan matematik yang menggambarkan perubahan konsentrasi terhadap waktu dalam sistem yang diperiksa. %*utschler# 1''1) *etode analisis kompartemental digunakan untuk memperkirakan dan menentukan secara kuantitatif apa yang terjadi terhadap obat sebagai fungsi waktu dari saat diberikan sampai waktu dimana obat tersebut sudah tidak ada lagi di dalam tubuh. &ehingga salah satu masalah yang muncul dalam menentukan dosage regimen yang lebih akurat atau dalam hal interpretasi yang lebih tepat terhadap respons biologis terhadap dosis yang diberikan diberikan adalah sulitnya menentukan konsentrasi obat pada tempat aktifnya dapat diatasi. *odel farmakokinetik berguna untuk 1. *emp *emper erki kira raka kan n kada kadarr obat obat dala dalam m plas plasma ma## jari jaring ngan an## dan dan urin urin pada pada berb berbag agai ai pengaturan dosis. 2. *enghitung *enghitung pemgat pemgaturan uran dosis dosis optimum optimum untuk untuk setiap penderita penderita secara secara individual. individual. 3. *emperkirak *emperkirakan an kemungkina kemungkinan n akumulasi akumulasi obat dan atau atau metabolit+me metabolit+metaboli tabolitnya. tnya. ,.
*enghu *enghubun bungka gkan n kons konsent entrasi rasi obat obat denga dengan n aktiv aktivita itass farmako farmakolog logik ik atau atau toksik toksikolo ologik gik..
-.
*enila *enilaii perbe perbedaa daan n laju laju atau atau tingka tingkatt availa availabil bilitas itas antar antar form formula ulasi si %bioe %bioekiv kivale alensi nsi). ).
.
*eng *engga gam mbark barkan an peru peruba baha han n faal faal atau atau peny penyak akit it yang ang memp mempen enga garu ruhi hi abso absorp rpsi si## distribusi atau eliminasi obat.
.
*enj *enjel elas aska kan n int inter erak aksi si oba obat. t. %&ha %&harg rgel el## 1'( 1'(() () &uatu kompartemen bukan suatu daerah fisiologik atau anatomik yang nyata# tapi
dianggap sebagai suatu jaringan atau kelompok yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat yang sama. 0encampuran obat dalam suatu kompartemen terjadi secara cepat dan homogen homogen sehingga kadar obat mewakili konsentrasi konsentrasi rata+rata dan tiap+tiap molekul obat mempunyai kemungkinan yang sama untuk meninggalkan kompartemen.
MACAM%MACAM M$D#& K$MPA"T#M# K$MPA"T#M#
bat dalam tubuh berada dalam keadaan dinamik dan mengalami berbagai proses kinetik secara serentak. ntuk mempermudah memperkirakan aksi obat# maka dibuat penyederhanaan suatu anggapan mengenai pergerakan obat dalam sebuah model yang menggambar menggambarkan kan sistem biologis dalam istilah matematik. matematik. *odel ini dirancang dirancang untuk menir meniru u pros proses es laju laju abso absorb rbsi si## dist distri ribu busi# si# dan dan elim elimin inasi asi obat obat yang yang memu memung ngki kink nkan an pengembangan persamaan untuk menggambarkan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu. '. Mode Modell Mamm Mammil ilar ar( ( *odel *ammillary merupakan model kompartemen yang paling umum digunakan
dalam farmakokinetika. *odel ini terdiri atas satu atau lebih kompartemen perifer yang dihubungkan dalam satu kompartemen sentral. Kompartemen senntral mewakili plasma
dan
jaringan+jaringan
yang
perfusinya
tinggi
dan
secara
cepat
berkesetimbangan dengan obat. *odel *ammillary dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berhubungan secara erat# karena jumlah obat dalam setiap kompartemen dalam sistem tersebut dapat diperkirakan setelah obat dimasukkan ke dalam suatu kompartemen tertentu. ila suatu obat diberikan secara intravena %i.v.)# maka obat secara secara langsu langsung ng akan akan masuk masuk ke dalam dalam kompart kompartemen emen sentral sentral.. "limin "liminasi asi obat obat dari dari kompartemen sentral terjadi karena organ+organ yang terlibat dalam eliminasi obat# terutama ginjal dan hati# merupakan jaringan yang diperfusi secara baik. 4erdapat 4erdapat beberapa model kompartemen *odel satu kompartemen terbuka# menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kada kadarr obat obat dalam dalam jari jaring ngan an.. 4etap etapi# i# mode modell ini ini tida tidak k meng mengan angg ggap ap bahw bahwaa
-.
*enila *enilaii perbe perbedaa daan n laju laju atau atau tingka tingkatt availa availabil bilitas itas antar antar form formula ulasi si %bioe %bioekiv kivale alensi nsi). ).
.
*eng *engga gam mbark barkan an peru peruba baha han n faal faal atau atau peny penyak akit it yang ang memp mempen enga garu ruhi hi abso absorp rpsi si## distribusi atau eliminasi obat.
.
*enj *enjel elas aska kan n int inter erak aksi si oba obat. t. %&ha %&harg rgel el## 1'( 1'(() () &uatu kompartemen bukan suatu daerah fisiologik atau anatomik yang nyata# tapi
dianggap sebagai suatu jaringan atau kelompok yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat yang sama. 0encampuran obat dalam suatu kompartemen terjadi secara cepat dan homogen homogen sehingga kadar obat mewakili konsentrasi konsentrasi rata+rata dan tiap+tiap molekul obat mempunyai kemungkinan yang sama untuk meninggalkan kompartemen.
MACAM%MACAM M$D#& K$MPA"T#M# K$MPA"T#M#
bat dalam tubuh berada dalam keadaan dinamik dan mengalami berbagai proses kinetik secara serentak. ntuk mempermudah memperkirakan aksi obat# maka dibuat penyederhanaan suatu anggapan mengenai pergerakan obat dalam sebuah model yang menggambar menggambarkan kan sistem biologis dalam istilah matematik. matematik. *odel ini dirancang dirancang untuk menir meniru u pros proses es laju laju abso absorb rbsi si## dist distri ribu busi# si# dan dan elim elimin inasi asi obat obat yang yang memu memung ngki kink nkan an pengembangan persamaan untuk menggambarkan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu. '. Mode Modell Mamm Mammil ilar ar( ( *odel *ammillary merupakan model kompartemen yang paling umum digunakan
dalam farmakokinetika. *odel ini terdiri atas satu atau lebih kompartemen perifer yang dihubungkan dalam satu kompartemen sentral. Kompartemen senntral mewakili plasma
dan
jaringan+jaringan
yang
perfusinya
tinggi
dan
secara
cepat
berkesetimbangan dengan obat. *odel *ammillary dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berhubungan secara erat# karena jumlah obat dalam setiap kompartemen dalam sistem tersebut dapat diperkirakan setelah obat dimasukkan ke dalam suatu kompartemen tertentu. ila suatu obat diberikan secara intravena %i.v.)# maka obat secara secara langsu langsung ng akan akan masuk masuk ke dalam dalam kompart kompartemen emen sentral sentral.. "limin "liminasi asi obat obat dari dari kompartemen sentral terjadi karena organ+organ yang terlibat dalam eliminasi obat# terutama ginjal dan hati# merupakan jaringan yang diperfusi secara baik. 4erdapat 4erdapat beberapa model kompartemen *odel satu kompartemen terbuka# menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kada kadarr obat obat dalam dalam jari jaring ngan an.. 4etap etapi# i# mode modell ini ini tida tidak k meng mengan angg ggap ap bahw bahwaa
konsen konsentras trasii obat obat dalam dalam tiap jaringa jaringan n tersebu tersebutt adalah adalah sama sama dalam dalam berbag berbagai ai waktu.
*odel dua kompartemen terbuka# dianggap bahwa obat terdistribusi dalam dua kompar kompartem temen. en. Kompar Kompartem temen en pertam pertamaa dikena dikenall sebaga sebagaii kompar komparteme temen n sentral yaitu darah# cairan ekstravaskuler# dan jaringan+jaringan dengan perfusi tinggi# kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen kedua meru merupak pakan an komp kompart artem emen en jarin jaringa gan n yang yang beris berisii jarin jaringa gan+ n+jar jarin inga gan n yang berkesetimbangan secara lambat dengan obat. *etode ini menganggap obat tereliminasi dari kompartemen sentral.
*odel *odel tiga tiga kompart kompartemen emen terbuka terbuka## adalah adalah suatu suatu perlua perluasan san dari dari model model dua komparteme kompartemen# n# dengan dengan tambahan tambahan komparteme kompartemen n jaringan jaringan dalam. &uatu obat yang yang menunj menunjuka ukan n perlun perlunya ya model model tiga tiga kompar kompartem temen en terbuk terbukaa didist didistrib ribusi usi secara cepat dalam kompartemen sentral dengan perfusi tinggi# kurang cepat ke dala dalam m komp kompar arte teme men n kedu keduaa atau atau jari jaring ngan an## dan dan sang sangat at lamb lambat at pada pada kompart komparteme emen n ketiga ketiga atau atau jaringa jaringan n dalam# dalam# yang yang terdiri terdiri dari dari jaringa jaringan n yang yang
rendah perfusinya seperti tulang dan lemak. Kompartemen jaringan dalam# mungkin juga memerankan ikatan obat yang kuat dalam jaringan tersebut.
1
k *odel 1 *odel satu kompartemen terbuka# injeksi intravena %i.v)
K a
1
K
*odel 2
*odel satu kompartemen terbuka dengan absorbsi orde pertama
1
K 12
2
K 21 *odel 3 *odel dua kompartemen terbuka# injeksi intravena %i.v)
1
K 12
K a
2
K 21 *odel ,
*odel dua kompartemen terbuka dengan absorbsi orde pertama % &hargel# 1'(( ) ). Mode Modell Cat Cater erna nar( r( *odel ini terdiri atas kompartemen+kompartemen yang bergabung jadi satu dengan
yang lain menjadi satu deretan kompartemen. leh karena model carternary tidak dapat dipakai pada sebagian besar organ yang fungsional dalam tubuh yang secara langsung berhubungan dalam plasma# maka model ini tidak digunakan sesering model mammillary. *. Model Model Fisiologi Fisiologik k +model +model aliran aliran darah darah atau atau per per,usi ,usi-*odel ini merupakan model farmakokinetik yang didasarkan atas data anatomik dan fisio fisiolo logi gik k yang yang dike diketa tahu huii perb perbed edaa aan n utam utamaa anta antara ra model model perf perfus usii dan dan mode modell kompartemen yang la5im adalah 1) 0ertam 0ertama# a# tidak tidak dibutu dibutuhka hkan n data data yang yang tepat tepat dalam dalam model model perfusi. perfusi. Konsentr Konsentrasi asi obat dalam berbagai berbagai jaringan jaringan diperkirakan diperkirakan melalui ukuran ukuran jaringan jaringan organ# organ# aliran aliran darah# darah# dan melalui melalui percob percobaan aan ditent ditentuka ukan n perban perbandin dingan gan obat obat dalam dalam jaringan darah.
2) Kedua# aliran darah# ukuran jaringan# dan perbandingan obat dalam jaringan darah dapat berbeda sehubungan dengan kondisi patofisiologik tertentu. 3) Ketiga# model ini dapat diterapkan pada beberapa spesies dan dengan beberapa data obat pada manusia dapat diekstrapolasikan. 6umlah kompartemen jaringan# dalam satu model perfusi berbeda+beda tergantung dari obatnya. &ebagai ciri khas# jaringan atau organ yang tidak ditembus oleh obat dikeluarkan dari model ini. $engan demikian# organ+organ seperti otak# tulang+ tulang# dan bagian+bagian lain sistem saraf pusat sering tidak dimasukan dalam model# karena hampir semua obat mempunyai daya tembus yang kecil ke dalam organ+organ tersebut. %&hargel# 1'(()
&atu Kompartemen
$ua Kompartemen
7ntravaskuler
"kstravaskuler
bat mempunyai model satu kompartemen jika setelah diberikan obat segera terdistribusi dalam ruang distribusi yang dapat dilalui dengan merata. 6ika mungkin terjadi proses eliminasi# model satu kompartemen disebut satu kompartemen terbuka. Kinetika obat dikatakan mengikuti model satu kompartemen jika kurva yang didapat menunjukkan kurva berupa garis lurus %monofase). 0ada model dua atau lebih kompartemern terjadi distribusi obat ke dalam ruangan distribusi yang dapat dilewatinya dengan kecepatan yang berbeda+beda. &ehingga dapat dibedakan antara kompartemen pusat dan kompartemen perifer. Apabila pertukaran 5at antara kompartemen perifer dan kompartemen pusat sangat lambat disebut kompartemen dalam. *odel dua kompartemen kurva yang terjadi berbentuk lengkungan %bifase).
&alah satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan terapi selain dosis dan frekuensi pemberian# adalah cara pemberian obat yang tepat karena sangat berpengaruh terhadap kadar obat dalam darah %8owland 9 4o5er# 1'(:). ;aktu pengambilan obat dalam media cairan hayati %sampling time) dan perkiraan model kompartemen memiliki hubungan keterkaitan. ntuk menghindari kesalahan dalam penetapan model farmakokinetik# terutama untuk obat yang diberikan secara i.v# waktu sampling hendaknya dilakukan sedini mungkin sesudah pemberian obat. Analisis model kompartemen dikerjakan mengikuti metode plot kurva semilogaritmik antara kadar obat vs waktu dan atau dihitung secara matematika. 6ika kinetika obat setelah pemberian ekstravaskuler mengikuti model dua kompartemen terbuka# dianjurkan pada waktu pencuplikan adalah tiga titik pada tiap tahap absorbsi# sekitar puncak# distribusi# dan eliminasi. 0encuplikan pada tahap distribusi tidak diperlukan jika kinetiknya mengikuti model satu kompartemen terbuka.
eliminasi obat karena diasumsikan kadar obat yang dapat dianalisis pada waktu tersebut mencapai ':+'-? kadar obat total. 6ika digunakan urin# pencuplikan dilakukan = 1: 4> eliminasi berdasarkan asumsi bahwa pada waktu tersebut kadar obat yang diekskresikan sudah mencapai ''? kadar obat total. $osis yang akan diberikan pada subyek uji harus diketahui terlebih dahulu. 0emilihan dosis dapat mengacu pada <$ -: obat yang akan diuji. 0erbandingan harga <$ -: oral
lawan intra vena dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
absorbabilitas obat sebagai fungsi dari pemberian peroral. 6ika informasi ini tidak tersedia dapat digunakan dosis awal sebesar -+1: ? dari <$ -: intravena. %Kaplan#1'3) 0emilihan dosis juga harus memperhatikan adanya fenomena kinetika yang tergantung dosis# yaitu fenomena yang menunjukkan adanya perubahan parameter farmakokinetika obat bila dosisnya berubah. Keadaan ini berkaitan dengan asumsi orde kinetika obat tersebut. Kinetika diasumsikan mengikuti orde nol bila menunjukkan fenomena tergantung dosis. 4api bila parameter farmakokinetika obat tidak dipengaruhi oleh perubahan dosis# maka dianggap mengikuti orde pertama. @al ini dapat diketahui dengan membandingkan harga waktu paruh eliminasi %4>) obat setelah pemberian beberapa dosis yang berbeda. 6ika harga 4> yang diperoleh berbeda akibat perbedaan dosis yang diberikan# maka kinetika obat tersebut menunjukkan fenomena tergantung dosis.
III. A&AT DA A/A '. Alat 0
a. b. c. d. e. f. g.
h. 0ipet volume :.1ml :.2 ml 1#2 ml i. *outh block j. 0rototip k. &entrifuge l. &topwatch m. kalkulator n. "pendorf
). ahan 0
a. Asam 4rikloroasetat %4CA) 2:? b. Datrium nitrit :#1? c. Amonium &ulfamat :.-? d. D %1+Daftil ) "tilen diamin :.1? e. &ulfametoBa5ol -:mg/ml dan 2-mg/ml f. g.
@eparin $arah 4ikus ;instar
h. $arah kelinci i.
I1.
AEuadest &tock &ulfametoksa5ol ,: mg/ml
CA"A K#"JA
uat &tock seri kadar -# 1:# 2-# -:# 1::# dan 2:: µg/ml 1. 0embuatan &ulfametoBa5ol 4imbang larutan &ulfametoBa5ol Ambil 2-: µg/ml darah blankoF2-: µg/ml aEuadest F :.2 ml 4CA1:? 4ambah Da@ 1D !orteB selama 3: detik "ncerkan dengan aEuadest hingga kadar 2:: mg/ kg &entrifuge 2-:: rpm 1: menit 2. 0enentuan Kurva aku
eningan diambil 1#- ml dan encerkan aEuadest ad 2#: ml
4ambah :.1 ml larutan DaD 2 :#1?
$iamkan selama 3 menit
4ambah :#2 ml larutan Amonium &ulfamat :.- ?
$iamkan selama 2 menit
4ambah :#2 ml D %1+Daftil ) "tilendiamin :#1? &tock &*G 3: mg/ml untuk tikus dan 3:: mg/ml untuk kelinci $iamkan selama - menit di uat kadar- mg/kg untuk tikus dan 1:: mg/kg untuk kelinci tempat gelap erikan pada tikus secara peroral sedangkan kelinci secara vena aca absorbansinya pada λ -,- nm $an buat Kurva bakunya Ambil darah tikus melalui vena lateralis pada ekor tikus 3. 0enetapan Kadar bat dan 0enentuan *odel Kompartemen %tikus dan kelinci) sebanyak :#2 ml dan kelinci pada vena marginalis sebanyak :#- ml pada menit ke -#1: 1-#3:# ,-# :# -# ':# 12: 4ambah dengan @eparin 4ambah :.2 ml larutan 4CA 1:? # lalu divorteB 3: detik &entrifuge pada 2-:: rpm selama 1: menit
eningan diambil :.2 ml
4ambah :.- ml larutan DaD 2
$iamkan selama - menit
4ambah :.- ml larutan Amonium &ulfamat :.- ?
$iamkan selama menit
4ambah 2 ml D %1+Daftil ) "tilendiamin :#1?
$iamkan selama menit aca absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ -,: nm
Analisis model kompartemen dan hitung kadarnya
1. DATA DA P#"/ITU2A '. /e3an U4i Tikus 0erhitungan volume kurva baku
!1.*1 H !2.*2# !1H !1H !olume &ulfametoksa5ol *1HKadar stoksulfametokdsa5ol !2H !olume injeksi *2H kadarsulfametoksa5ol yang diinginkan
+5g6ml+5g6ml7 '8 )7 78 '88 )88
+ml-
1::: 1::: 1::: 1::: 1::: 1:::
+5l-
2-: 122-: -:: 1:::
Kurva baku tikus kadar
Absorbansi
sul,a
+;-
+5g6ml-
Data a.
+:-
:#:1
1:
:#:'-
2-
:#13,
-:
:#2,
1::
:#3,
2::
:#'-
A H :#:,-( H :#::33 8 H :#''3 0ersamaan kurva baku y H :#::33B F :#:,-( Per9obaan Tikus !olume 0emberian obat &ulfametoksa5ol volume pemberian %ml)
Tikus '
erat tempat
(2 gram
erat tempat F tikus 2:,#- gram erat
122#- gram
H
&tock sulfametoksa5ol 3: mg/ml $osis - mg/kg volume pemberian %ml) H H :#3:2- ml Tikus )
4ikus 77 %$osis 1-:mg/ kg) obot badan tikus 77
1,' gram
$osis sulfametoksa5ol
1-: mg/kg
Kadar larutan stock
3: mg/ml
Tikus *
obot 4ikus 3 11#- gram $osis 2-:mg/kg &tok sulfametoksa5ol 3:mg/ml !olume pemberian &ulfametoksa5ol
H
:#'' ml
erdasarkan kurva baku kadar sulfametoksa5ol pada darah tikus# didapat persamaan ;<8=88**>?8=8@7 dimana y adalah absorbansi dan B adalah kadar sulfametoksa5ol
dalam darah%Ig/ml). *aka dari persamaan tersebut dapat dihitung kadar sulfametoksa5ol dalam darah tiap kali pengambilan cuplikan.
Adapun hasilnya sebagai berikut
4ikus 1 %dosis - mg/kg) menit
absorbansi Kadar
ke%
+Cp-
7 '8 '7 *8 @7 B8 7 8 ')8
+5g6ml2#(( 1#(' 3#:'1 1-#(1( 1#2 32#,(23#:'1 -#(1( 2#'3'
:#:-:#:-2 :#:- :#:'( :#1:1 :#1-3 :#122 :#::#13(
&og kadar
1#:2:#31 1#12( 2#1 2#(1 3#,(1 3#13' 1#1 3#33:
•
*enit ke - kadar %
H
H
•
*enit ke 1: kadar %
H
H
•
*enit ke 1- kadar %
H
H
•
*enit ke 3: kadar %
H
H
•
*enit ke ,- kadar %
H
H
•
*enit ke : kadar %
H
H
•
*enit ke - kadar %
H
H
•
*enit ke ': kadar %
H
H
•
*enit ke 12: kadar %
H
H
0erhitungan 0arameter Jarmakokinetika &ulfametoksa5ol%41/2 dan AC) a. Fase eliminasi $ilakukan regresi linier terhadap menit ke :# - dan ':. L ln Cp M L waktu a H #:'3 b H +:#:- r H +:#',, sehingga diperoleh persamaan regresi linier y H #:'3 = :#:-B ln Cp H ln = kt + K eliminasi H :#:-/menit +
*enit ke+1:
CpN ln CpN
*enit ke+1-
CpN ln CpN
*enit ke+3:
CpN ln CpN
*enit ke+,-
CpN ln CpN CpN
T +menit7 '8 '7 *8 @7
Cp
H #(:( H ':-#: H #:'3 = :#:-%1:) H #-23 H (:#2 H #:'3 = :#:-%1-) H #23( H -11#(3 H #:'3 = :#:-%3:) H -#3(3 H 21# H #:'3 = :#:-%,-) H ,#-2( H '2#-
&n CpE
2#(( 1#(' 3#:'1 1-#(1( 1#2
+5g6ml#(:( #-23 #23( -#3(3 ,#-2(
CpE
Cr +CpE%
&n Cr
':-#: (:#2 -11#(3 21# '2#-
Cp':2#22 (#,1 -:(#3' 2:1#(-2 -#(,3
#(:#-2: #232 -#3:( ,#32'
$ari regresi linier antara
&n Cr #(:#-2: #232 -#3:( ,#32'
$ari regresi linier antara
A H #1,: H + :#:2 8 H + :#''' &ehingga didapat persamaan regresi linier H #1,: = :#:2B
&og kadar
1#:2:#31 1#12( 2#1 2#(1 3#,(1 3#13' 1#1 3#33:
a H #:'3 b H +:#:- r H +:#',, sehingga diperoleh persamaan regresi linier y H #:'3 = :#:-B ln Cp H ln = kt ln Cp H ln = Pt ln Cp H #:'3 = :#:-t + P H :#:-/menit +
b.
c.
d. e. 2:k H 2: B :#:-'- H1#1'/menit f. 2:k Q iv.
artinya sulfametoksa5ol dalam tubuh tikus mengikuti
model 2 kompartemen. 0arameter Jarmakokinetika
•
4 maBH
H 1#(2 menit
4maBH
• •
Cp H AF Cp H 121#,3 F 12:3#-1 H 2,,#', Ig/ml Cp maB Cp maB H H 12:3#-1
+A = 121#,3
1#(: Ig/ml
•
0erhitungan AC + *etode trape5oid
)
H :#13- Ig.menit/ml
H :#2- Ig.menit/ml
H :#2 Ig.menit/ml
H 1#1-- Ig.menit/ml
H 1#,'2- Ig.menit/ml
H 1#':- Ig.menit/ml
H 2#:2- Ig.menit/ml
H 1#,:2- Ig.menit/ml
H 3#:,-Ig.menit/ml
H
H 2#,21 Ig.menit/ml H 1,#1-'
Ig.menit/ml
•
H H
•
H (#- Ig.menit/ml !d %!olume $istribusi) !d H
•
H
H
Cl %Clearance 4otal) Cl H K elim B ! H
•
4 > absorbsi 4>H
•
H
H 11#1( menit
4 > eliminasi 4>H
B :#::1,'1< H :#::(,'
H
H 12#1 menit
4ikus 2 %dosis 1-:mg/kg) Data absorbansi darah tikus I I tiap satuan 3aktu0 Waktu +menit-
Absorbansi
Kadar +5g6ml-
ln Kadar
7
+
+
+
'8
:.123
2,.1-
3.1(-
'7
:.:(-
12.2(1
2.-:(
*8
:.1
3.':
3.3-
@7
:.12
3.3,,
3.-'3
B8
:.1
,1.:31
3.1,
7
:.11'
22.':
3.131
8
:.2-2
,.,'
,.1
')8
:.3:(
(1.''
,.,:
Persamaan regresi linear dari kura baku0 (< 3.2B1:+3 B F :#:,-
Ig/ml Kadar &ulfametoksa5ol dalam darah %Cp)
•
•
*enit ke -
*enit ke ,-
Ig/ml Ig/ml
Dilai y tidak memenuhi sehingga kadar H 3.3,, Ig/ml
tidak bisa dihitung • *enit ke 1:
• Ig/ml
Ig/ml
H2,.1- Ig/ml
•
*enit ke 1-
*enit ke :
•
H ,1.:31 Ig/ml *enit ke - Ig/ml
H 12.2(1 Ig/ml
•
*enit ke 3:
•
H 22.': Ig/ml *enit ke ': Ig/ml
H 3.': Ig/ml
•
H ,.,' Ig/ml *enit ke 12:
H (1.'' Ig/ml
A H 2.:1 H :.:23
k
H + H +:.:23
r H :.((
Parameter parameter ,armakokinetik
•
t>H
•
sehingga tidak dimungkinkan waktu paruh bernilai negatif k eliminasi %kecepatan eliminasi) tidak dapat ditentukan karena 3 titik terakhir
H +3:.13 %4idak *emenuhi karena nilai k yang diperoleh negative
menunjukkan kadar obat menuju maksimal atau mencapai maksimal# yang ketiganya tentu tidak bisa dianggap sebagai titik di mana diasumsikan terjadi fase eliminasi
•
ermula dari perolehan k yang bernilai negatif mengakibatkan parameter farmakokinetik yang terkait seperti ka# t maks# cp maks# AC%dengan rumus)# !$# k#t1/2# clearance total%Cl 4) pun tidak dapat ditentukan. 0enentuan AC
•
dengan trape5oid masih bisa ditentukan. AC *etode 4rape5oid Menghitung AUC +Area Under Cure- dilakukan untuk semua data menggunakan metoda trapeGoid
H AUC <
4ikus 3 %dosis 2-:mg/kg) Perhitungan
y H :#::33B F :#:,-( BH
Ig/ml
Kadar &ulfametoksa5ol dalam darah %Cp) 1. 0ada menit ke - BH
Ig/ml
2. 0ada menit ke 1: BH
Ig/ml
BH
Ig/ml
BH
H ,#3: µg/m<
Ig/ml H 1#-( µg/m<
3. 0ada menit ke 1-
,. 0ada menit ke 3:
BH
BH
Ig/ml
H
Ig/ml
Ig/ml
H
Ig/ml
H 1::# µg/m<
H 11#, µg/m<
-.0ada menit ke ,-
. 0ada menit ke :
BH
BH
H
Ig/ml
Ig/ml H (,#1 µg/m<
H
Ig/ml
Ig/ml
H (:# µg/m<
.0ada menit ke -
(. 0ada menit ke ':
BH
BH
H
Ig/ml
Ig/ml H 131#2 µg/m<
'.0ada menit ke 12: BH
BH
Ig/ml
Ig/ml
H 1,µg/m<
H H 1:'#1-
Ig/ml
Ig/ml
Waktu +menit ke%-
Absorbansi Tikus *
Cp + g6m&-
&n Cp + g6m&-
7 '8 '7 *8 @7 B8 7 8 ')8
:#:: :#2(2 :#3( :#,3, :#32:#312 :#,' :#,: 8=7
,#3: 1#-( 1::# 11#, (,#1 (:# 131#2 1:'#1'B@
'=@7 @=)' @=B') @=B @=@* @=*8 @= @=B) 7='88
•
*enghitung AC %Area nder Curve) dilakukan untuk semua data menggunakan metoda trape5oid
AUC 0-5 AUC 5-10 AUC 10-15 = AUC 15-30 = AUC 30-45 = AUC 45-60 = AUC 60-75 = AUC 75-90 = AUC 90-120 = H AUC < '))7=8
Penentuan Parameter Farmakokinetika Jase "liminasi
0ada percobaan ini# fase eliminasi tidak dapat dihitung karena kurva kadar vs waktu yang dihasilkan tidak menunjukkan adanya fase eliminasi %tidak ada kurva yang menurun# kurva naik terus). @al ini menyebabkan tidak dapat dilakukan perhitungan regresi linear pada fase eliminasi ini untuk mendapatkan regresi linear 7. Akibatnya# parameter farmakokinetik yaitu Cl# t > eliminasi# dan k tidak dapat dihitung. RJase Absorbsi leh sebab tidak ada fase eliminasinya dan tidak dapat dilakukan perhitungan regresi linear dari fase eliminasi# sehingga kami tidak dapat menghitung kadar eBtrapolasi dan kadar residual. Akibatnya tidak dapat juga dilakukan perhitungan regresi linear pada fase absorpsi untuk mendapatkan persamaan regresi linear 77. @al ini menyebabkan tidak dapat ditentukannya parameter farmakokinetik yaitu tmaB# CpmaB# Ka# dan !d.
). /e3an u4i kelin9i 0erhitungan volume kurva baku
!1.*1 H !2.*2# !1H !1H !olume &ulfametoksa5ol *1H Kadar stoksulfametokdsa5ol !2H !olume injeksi *2H kadar sulfametoksa5ol yang diinginkan +5g6ml+5g6ml7 '8 )7 78 '88 )88
+ml-
1::: 1::: 1::: 1::: 1::: 1:::
Kurva aku kelinci Kadar
Absorbansi
+5g6ml7 '8 )7 78 '88 )88
Kelin9i :#:31 :#:3:#:2 :#13, :#2-' :#'-
+5l-
2-: 122-: -:: 1:::
AH :#:1, H :#::22 r H :#''( y H :#::22B F :#:1,
Data Per9obaan Kelin9i a. !olume 0emberian obat &ulfametoksa5ol
volume pemberian %ml) H
Kelin9i
erat kelinci 2#2 kg &tock sulfametoksa5ol 3:: mg/ml $osis 1:: mg/kg !olume pemberianH H :#3 ml erdasarkan kurva baku kadar sulfametoksa5ol pada darah kelinci# didapat persamaan ( < 8=88))> ? 8=8'@ dimana y adalah absorbansi dan B adalah kadar sulfametoksa5ol dalam
darah%Ig/ml). *aka dari persamaan tersebut dapat dihitung kadar sulfametoksa5ol dalam darah tiap kali pengambilan cuplikan.
Adapun hasilnya sebagai berikut
Kelinci %dosis 1:: mg/kg) t
Absorbansi
Kadar +Cp
&n Cp
+menit7 '8 '7 *8 @7 B8
kelin9i :#:1 :#:13 :#:12 :#:1 :#:2' :#:-3
+5g6ml-: : : : -#2 1#1(
+ + + + 1#2: 2#(3
7 8 ')8
:#:3 :#:3( :#:21
(#,'#3 1#3
•
*enit ke - kadar %
H
•
*enit ke 1: kadar %
H
•
*enit ke 1- kadar %
H
•
*enit ke 3: kadar %
H
•
*enit ke ,- kadar %
H
•
*enit ke : kadar %
H
•
*enit ke - kadar %
H
•
*enit ke ': kadar %
H
•
*enit ke 12: kadar %
H
2#13, 2#23, :#,((-
Perhitungan regresi linear
&n Cps t +pada saat ,ase eliminasi diambil @ titik
terakhirt +menit-
kadar
+5g6ml-7 (#,'#3 8 1#3 ')8 8egresi
+Cp
&n Cp
2#13, 2#23, :#,((-
AH -#3(' H +:#:3' r H + :#'2 y H A F B yH -#3(' = :#:3'B
yH -#:, + :#:3B
yH-#:,+:#:3 %-) H
4H 1:menit
yH-#:,+:#:3 %1:) H
4H 1-menit
yH-#:,+:#:3 %1-)
H
yH-#:,+:#:3 %3:) H
t
&n CpE
CpE
Cp
+menit+5g6ml7 ,#('2 133#21' +3#3 H : '8 ,#:( 11:#(3: +2 H : $ari ,#-2'2#2' +2#,- H : '7 3#' -3#3:3 +:#3 H : *8 regresi linier antara
Cr
133#21' 11:#(3: '2#2' -3#3:3
&n Cr
,#('2 ,#:( ,#-23#'
AH -#:H +:#:3 rH +:#''' sehingga didapat persamaan y H AFB y H -#:- = :#:3B ln CrN H ln Cr = kt ln CrN H ln A = kt 6adi Kabsorbsi H :#:3/menit
•
persamaan otar( Jase Absorbsi %menit ke -#1:#1-#3:) Waktu +menit7 '8 '7 *8 AH -#:-
&n Cr ,#('2 ,#:( ,#-23#'
H + :#:3 rH +:#''' sehingga didapat persamaan y H AFB y H -#:- = :#:3B ln CrN H ln Cr = kt ln CrN H ln A = kt
ln CrN H ln = kt 6adi H :#:3
•
Jase eliminasi %menit ke -# ':# 12:) Waktu
&n 9p
+menit-
+5g6ml2#13, 2#23, :#,((-
7 8 ')8
AH -#3(' H +:#:3' r H + :#'2 y H A F B yH -#3(' = :#:3'B lnCpN H lnCp = kt lnCpN H ln = kt ln CrN H lnP= kt 6adi P H :#:3'
<
<
<:#:3'/menit
KH
H
H:#:3(3/ menit
H %OFP) = %kFk21) H %:#:3F:.:3') =%:#:3(3 F :#:3') H :#:::1/menit F
H :#:3'/menit F :#:::1/menit H :#:3(/menit
)8 H 2: B :#:3(3 H :#/ menit )8 K
?
artin(a sul,ametoksaGol dalam tubuh kelin9i mengikuti model )
kompartemen *. Parameter Farmakokinetika
H 2#23 menit
•
4 maB H
• •
Cp H AF H 1-'#'F21(#'(H 3(#'- Ig/ml Cp maB
H
Cp maB H H 21(#'(
•
+A = 1-'#'
1#:, Ig/ml
0erhitungan AC + *etode trape5oid ) H : Ig.menit/ml
H : Ig.menit/ml
H : Ig.menit/ml
H : Ig.menit/ml
H 3'#-2- Ig.menit/ml
H 1:#(- Ig.menit/ml
H 1(,#2- Ig.menit/ml
H 133#-- Ig.menit/ml
H 21(#2-Ig.menit/ml
H
H ,1#:- Ig.menit/ml H (#:: Ig.menit/ml
+
*etode residual H /K F A/ Ka H %21(#'(/
•
H
H :#-( ml
Cl %Clearance 4otal) Cl H K elim B !d H
•
B :#-( ml H:#:23 ml/menit
4 > absorbsi 4>H
•
H '((#3
Ig.menit/ml !d %!olume $istribusi) !d H
•
F %1-'#' /
H
H1(#'3 menit
4 > eliminasi 4>H
H
H 1#, menit
1I. Pembahasan
bat berada dalam suatu keadaan dinamik dalam tubuh. $alam suatu sistem biologis peristiwa+peristiwa yang dialami obat sering terjadi serentak. ntuk menggambarkan sistem biologi yang kompleks tersebut dibuat penyederhanaan anggapan mengenai pergerakkan obat dalam tubuh dalam suatu model farmakokinetika. *odel kompartemen merupakan suatu model farmakokinetika. $alam percobaan ini# akan dilakukan penentuan model kompartemen sulfametoBa5ol dengan pemberian secara intravena# berdasarkan kurva semilogaritma kadar obat dalam plasma / darah versus waktu. Apabila model kompartemennya diketahui# ditentukan pula parameter farmakokinetiknya. &elain itu# ditentukan pula dosis yang paling tepat dengan melihat kurva yang dihasilkan oleh pemberian dosis yang berbeda. $alam model kompartemen# suatu kompartemen# suatu kompartmen itu bukan suatu fisiologik atau anatomi yang nyata# tetapi dianggap sabagai suatu kelompok jaringan yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat yang sama serta obat terdistribusi merata. Karena terdistribusi merata# maka konsentrasi obat dalam suatu kompartemen adalah homogen.
ntuk menganalisis model kompartemen ini# digunakan data darah selama selang waktu tertentu. $arah merupakan pilihan utama yang sering digunakan untuk penetapan farmakokinetika karena darah merupakan tempat yang paling cepat dicapai oleh obat dan paling logis bagi penetapan kadar obat di dalam badan# sebab darahlah yang mengambil obat dari tempat absorpsi# mendistribusikan ke jaringan sasaran dan juga menghantarnya ke organ eliminasi. %4o5er# 1'') agi kebanyakkan obat# senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi adalah bentuk obat yang tidak berubah. Karena itu# penetapan kadar obat pada cuplikan darah akan memberikan suatu indikasi langsung betapa kadarnya yang mencapai sirkulasi. @ewan uji yang digunakan adalah kelinci. bat yang diuji adalah sulfametoBa5ol. Ada beberap asenyawa yang terlibat dalam anSlisis sulfametoBa5ol yaitu heparin# DaD2# Da@# @Cl# 4CA# dan ammonium sulfamat.
Pro,il bahan tersebut adalah0
!ul,ameto>aGol+!ul,ametho>aGolum-
%Jarmakope 7ndonesia 7!)
N 1-(metil-3-isoksazolil)sulfanilamia C1:@11 D33&
* 2-3#2(
&ulfametoksa5ol mengandung tidak kurang dari ''#:? dan tidak lebih dari 1:1#:? C1:@11 D33 dihitung terhadap 5at yang etlah dikeringkan. 0emerian &erbuk hablur# putih sampai hampir putih praktis tidak berbau Kelarutan 0raktis tidak larut dalam air# dalam eter# dan dalam kloroform mudah larut dalam aseton dan dalam natrium hidroksida encer agak sukar larut dalam etanol. &ulfametoksa5ol merupakan derivat dari &ulfisoBasol yang mempunyai absorbsi dan ekskresi yang lebih lambat. ersifat tidak larut dalam air# tetapi larut dalam Da@ encer. $ari sifat+ sifat itu# larutan obat ini dibuat dengan melarutkan terlebih dahulu &*G dalam Da@
kemudian diencerkan dengan menggunakan aEuadest hingga konsentrasi yang dikehendaki. bat ini biasa digunakan dalam bentuk sediaan tablet# injeksi# suspensi# tetes mata# dan salep mata. ;aktu paruh plasma &ulfametoksa5ol adalah 11 jam &ulfametoksa5ol absorbsi dalam saluran cerna cepat dan sempurna dan T 2: U terikat oleh protein plasma. $alam darah# 1:+2: obat terdapat dalam bentuk terasetilasi. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam , jam setelah pemberian secara oral# dengan waktu paro 1:+12 jam. $osis oral awal 2 g diikuti lagi 2+3 dd sampai infeksi terjadi. Jungsi untuk infeksi sistemik# untuk infeksi saluran seni.
/eparin
@eparin natrium adalah garam natrium dari glioksaminoglikan
sulfat
dalam
campuran
mukopolisakarida dengan bobot molekul variasi. 4erdapat dalam jaringan tubuh manusia dan pada umumnya diperoleh mukosa dari usus halus atau jaringan tubuh yang lain yang sesuai dari manusia yang dapat dimakan oleh manusia. 4erdiri dari komponen polimer dari turunan berseling $+ glioksamina %D+tersulfatasi atau D+terasetilasi) dari asam uronat %Asam <+lauronat atau asam $+glukoronat) berkaitan dengan ikatan glikosida komponen yang akan dibebaskan dalam bagian bervariasi pada hidrolisa sempurna. *erupakan campuran 5at aktif yang mempunyai sifat memperlambat waktu jendal darah terutama melalui pembentukan kompleks dengan protein plasma. Antitrombin 777 memperkuat inaktivasi trombin dan menghambat en5im protease koagulasi. 0otensi heparin natrium terhadap 5at yang telah dikeringkan tidak kurang dari 1,: unit heparin J7 per mg dan tidak kurang dari ':#:? dan tidak lebih dari 11:? dari jumlah yang tertera pada etiket. %Anonim# hal ,2(# 1''-)
0emerian serbuk amorf putih atau pucat tidak berbau# higroskopis. %Anonim# hal ,2(# 1''-) @eparin mengikat antitrombin 777 membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari antitrombin 777 sendiri# terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif# terutama trombin dan faktor Ma. leh karena itu heparin mempercepat inaktivasi faktor pembekuan darah. %Uaniswara# hal ,'# 1''-) $osis kecil heparin dengan A4+777 menginaktifasi faktor Ma dan mencegah perubahan protrombin menjadi trombin. @eparin dengan jumlah lebih besar bersama A4+777 menghambat pembekuan dengan menginaktivasi trombin dari faktor+faktor pembekuan sebelumnya# sehingga mencegah perubahan fibrinogen menjadi fibrin yang stabil. %Uaniswara# hal ,'# 1''-) ila ditambahkan pada darah# heparin tidak merubah hasil pemeriksaan rutin kimia darah# tetapi heparin merubah bentuk eritrosit dan leukosit. % Uaniswara# hal -:# 1''-) @eparin juga mempunyai kerja menjernihkan plasma yang berlipid %membebaskan lipoproteilipase dari endotelium pembuluh yang mampu melarutkan khilomikron). @eparin mempercepat
penguraian
histamin
dengan
membebaskan
diaminooksidase
yang
mengoksidasi histamin dan mereduksi pembentukan aldosteron. Kerja heparin ditentukan oleh banyaknya muatan negatif dalam molekul %yang akan meningkat jika sisa asam sulfat tinggi) dan kerja heparin dapat dihentikan spontan oleh polikation# misalnya protamin sulfat. Keuntungan utama penggunaan heparin adalah karena dapat bekerja langsung setelah pemakaian.
TCA +Asam Trikloro Asetat-
C2@Cl32
* 13#3'
Asam trikloro asetat mengandung tidak kurang dari '(#:? C 2@Cl32. 0emerian @ablur atau massa hablur# sangat rapuh tidak berwarna# rasa lemah atau getir dan khas. Kelarutan &angat mudah larut dalam air# dalam etanol %'-?) dalam dalam eter 0enyimpanan $alam wadah tertutup baik Khasiat dan penggunaan Kaustikum %Anonim# hal -'# 1''-)
Ammonium !ul,amat
Dama lain &ulfamic acid mono ammonium salt A*& Amcidc Ammate
4erbuat dari ammonium dan asam sulfamat 0emerian Kristal higroskopis Kelarutan
atrium itrit
Dama lain &odium nitrit# nitrous acid sodium salt# erinitrit# DaD2 0emerian 0utih atau sedikit kuning# granul higroskopis# batang atau serbuk# sangat lambat teroksidasi menjadi nitrat di udara. Kelarutan
*etode yang digunakan untuk analisis sulfametoBa5ol dalam darah kelinci adalah metode ratton+*arshal yang telah dimodifikasi. *etode ini berdasarkan prinsip kolorimetri yaitu terbentuknya
senyawa berwarna yang intensitasnya
dapat ditentukan secara
spektrofotometri visibel. *etode ini melalui 2 tahap
•
DiaGotasi
0ada proses ini akan terbentuk garam dia5onium yang dihasilkan dari reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit @D 2 %yang berasal dari natrium nitrit yang dilarutkan dalam asam mineral @Cl).
•
Kopling
0ada proses ini# garam dia5onium yang sudah terbentuk segera direaksikan lebih lanjut dengan reagen kopling membentuk senyawa kopling yang memiliki gugus kromofor yang lebih panjang sehingga dapat dideteksi oleh spektrofotometer !+!is. 8eagen kopling yang khas dalam metode ratton+*arshall adalah D+%1+Daftil) etilen diamine %D"$). 4etapi dalam percobaan ini digunakan Da@ sebagai reagen pengkopling. 0enambahan Da@ pada akhir reaksi adalah untuk memberi suasana basa. $alam suasana basa kemungkinan dia5onium yang berikatan dengan ion Cl akan lepas dan membentuk DaCl sehingga garam dia5onium kembali terionkan. $engan demikian terjadi pengeseran bathokromiB sehingga panjang gelombangnya menjadi lebih panjang sementara intensitas warnanya menjadi lebih tajam. @asilnya senyawa menjadi lebih mudah dideteksi oleh spektrofotometer !+!is.
mengetahui kadar obatnya. &elanjutnya diukur pada spektrofotometer !isibel %X ,::+(:: nm). 4ikus dan kelinci yang diketahui beratnya# dimasukkan ke dalam holder. ntuk tikus dibersihkan bulu ekor sekitar vena lateralis# sedangkan untuk kelinci dibersihkan bulu telinga sekitar vena marginalis. 0encukuran menggunakan skalpel bertujuan agar darah yang keluar tidak tertahan oleh bulu+bulu yang akhirnya darah akan membeku atau menjendal di bulu+ bulu tersebut. 6ika terjadi penjendalan# maka darah yang keluar berupa serumnya# sedangkan yang digunakan untuk pemeriksaan adalah plasma darah. *aka# jika hal ini terjadi# darah yang menjendal dibersihkan dengan kapas kemudian ekortikus di pijat+pijat agar darah keluar dan ditampung sampai volume yang diinginkan. 6ika luka menutup# maka luka digores kembali# bisa pada tempat yang sama atau membuat luka yang baru. &el darah diambil dari vena lateralis ekor tikus dan dari vena marginalis telinga kelinci karena bagian ini kaya akan pembuluh darah sehingga darah akan mudah didapat. $arah tikus ini ditampung dalam eppendorf yang telah berisi heparin. @eparin dimasukkan ke dalam eppendorf dengan menggunakan spuit injeksi dan diratakan ke seluruh dinding eppendorf. @eparin berguna untuk mencegah koagulasi darah. 6ika sampel darah mengalami koagulasi# yang didapat setelah sentrifugasi adalah serumnya. &edangkan yang ingin digunakan adalah plasma darah# heparin dapat mencegah koagulasi darah selama 3+, jam. @eparin merupakan satu mukopolisakarida dengan berat molekul terentang mulai :::+2::::. Karena sifat keasamannya# heparin juga disebut asam heparinat. &ecara kimia senyawa ini mirip asam hialurona# kondroitin# serta kondroitin sulfat A dan . @eparin berfungsi sebagai antikoagulan# yaitu mencegah pengumpalan darah melalui mekanisme penghambatan efek trombosit. &ifat koagulan diyakini akibat penghambatan pengubahan protombin ke trombin dalam pengumpalan darah. 0roses penghambatan penjendalan darah oleh heparin ini dilakukan dengan memperpanjang waktu clothing dan menghambat terbentuknya benang+benang fibrin. *ekanisme koagulan dapat dilihat sebagai berikut /eparin ? antitrombin III ? ,aktor penggumpalan
kompleks terner
L Protrombin trombin
$arah yang diambil pertama kali untuk tikus sebanyak 2 ml serta untuk kelinci , ml. $arah ini yang diambil ketika tikus dan kelinci belum diberi injeksi sulfametoBa5ol. Kemudian tikus diberi injeksi larutan sulfametoBa5ol dosis - mg/kg secara oral dan kelinci diberi injeksi larutan sulfametoBa5ol dosis 1:: mg/kg secara oral# kemudian
dihitung sebagai menit ke+:. 0engambilan cuplikan darah dilakukan pada menit ke -# 1:# 1-# 3:# ,-# :# -# ':# 12:# 1-:# dan 1(: setelah obat diberikan. &ecara teoritis untuk percobaan pendahuluan# lama pengambilan c uplikan perlu diperhatikan. 6ika darah digunakan sebagai cuplikan# pencuplikan dilakukan sampai 3+- B t1/2 dari fase eliminasi. 6ika digunakan urine# sampai +1: B t1/2 eliminasi. !olume darah tikus diambil sebanyak :#2 ml dari vena lateralis ekor tikus sedangkan kelinci diambil sebanyak :#- ml dari vena marginalis telinga# kemudian dimasukkan ke dalam eppendorf. &aat pengambilan darah untuk menghindari koagulasi# darah diberi heparin. @eparin merupakan suatu polisakarida yang bermuatan sangat negatif. @eparin ini tidak memiliki sifat anti koagulan atau bias dikatakan sifatnya sedikit sekali. Akan tetapi# jika berikatan dengan antitrombin 777 yang merupakan suatu O2+globulin akan menginaktifkan thrombin dari peredaran darah. $engan hilangnya trombin# maka tak ada lagi yang akan mengkatalisi spembentukan benang+benang fibrin dari fibrinogen# sehingga tidak terjadi proses pembekuan darah. leh karenaitu# kompleks heparin+anti trombin 777 berfungsi sebagai anti koagulan. *ekanisme kerja heparin sebagai antikoagulan dapat dihambat dengan penambahan protamin# dimana protamin ini akan memulihkan mekanisme pembekuan darah kembali ke keadaan normal. 0erlu diketahui bahwa protamin bermuatan positif kuat sedangkan heparin bermuatan negative kuat. leh karenaitu# protamin akan berikatan dengan heparin dan kemudian akan menonaktifkannya. 0embekuan darah dapat terjadi secara normal pada saat terluka karena adanya protrombin yang dibentuk terus menerus oleh hati dengan dibantu oleh vitamin K dan faktor+ faktor lain. 0rotrombin yang berada dalam plasma darah akan berubah menjadi thrombin dengan bantuan ion kalsium. 4rombin kemudian akan mengkatalisis perubahan fibrinogen dalam plasma menjadi benang+benang fibrin. enang+benang fibrin inilah yang akan menutup luka dengan bantuan ion kalsium dengan cara menjaring thrombin sel+sel darah dan plasma hingga terjadi pembekuan darah. &elanjutnya# darah ditambah 4CA 1:? sebanyak :#-ml. 0enambahan 4CA bertujuan untuk mengendapkan protein plasma yang ada dalam sampel. $enaturasi protein %presipitasi) ini bertujuan untuk membebaskan obat+obat yang terikat dengan protein dan untuk menghilangkan protein supaya tidak mengganggu dalam proses analisis. 0engendapan protein terjadi karena 4CA bersifat asam lemah sehingga dapat memutuskan ikatan peptida dari suatu polipeptida albumin. 4idak digunakan asam kuat karena protein akan mengendap sekaligus terpecah+pecah struktur primernya menjadi asam aminonya. $i sinilah kerugiannya# karena
asam amino akan banyak menyebabkan Nionic strengthN berubah dan terjadi dehidrasi yang akan mengubah struktur atau merusak struktur sekunder dan tersier tetapi tidak struktur primernya. 0erlu diketahui bahwa asam amino mempunyai sifat amfoter. Asam amoni yang bermuatan negatif akan berikatan dengan muatan positif dari asam amino lain sehingga akan terbentuk gumpalan. Karena gumpalan tersebut memiliki bobot molekul yang besar maka protein akan mengendap. &elain itu# 4CA berfungsi memberikan suasana asam pada reaksi dia5otasi dan sebagai donor proton untuk reaksi selanjutnya. &emua eppendorf divorteB selama 3: detik agar komponen di dalam larutan tersebut bercampur secara homogen. &upaya endapan memisah dengan baik# larutan disentrifugasi dengan kecepatan 2-:: rpm selama 1: menit. &entrifugasi ini akan menyempurnakan pemisahan endapan protein dengan supernatan yang mengandung sejumlah sulfametoBa5ol yang tidak ikut mengendap bersama protein. &elain itu# sentrifugasi akan membuat senyawa yang memiliki berat jenis yang berbeda memisah dan membentuk lapisan. &emakin besar berat jenis suatu senyawa# maka senyawa tersebut berada di lapisan yang rendah. &upernatan yang bebas endapan merupakan obat yang bebas dari protein plasma. &edangkan obat yang terikat pada protein plasma# tidak aktif secara farmakologis dan tidak memiliki efek terapetis sehingga dalam pengambilan supernatan harus dilakukan secara hati+hati# agar jangan sampai endapannya ikut terambil. 0ada percobaan# setelah sentrifugasi selesai akan terbentuk 2 lapisan.
4etapi asam nitrit juga bersifat sebagai oksidator yang dapat mengoksidasi senyawa kopling hasil reaksi antara garam dia5onium dengan Da@ sehingga terlepas sebagai gas D 2 dan fenol. Kelebihan asam nitrit harus dihilangkan. Caranya adalah dengan menambahkan asam sulfamat 1-? sebanyak :#2ml dan divorteB selama - menit. 0enambahan asam sulfamat harus dilakukan secara berhati+hati untuk menghindari pembentukan gelembung gas yang terlalu banyak. Asam sulfamat merupakan reduktor sehingga akan bereaksi redoks dengan asam nitrit. @ilangnya kelebihan nitrit ditandai dengan tidak adanya gas nitrogen lagi terbentuk atau secara visual ditandai dengan hilangnya gelembung+gelembung gas. Kemudian larutan ditambah Da@ 1:? sebanyak :#ml dan divorteB. Da@ ditambah untuk memberikan suasana basa sehingga garam dia5onium kembali terionkan dan agar terbentuk senyawa kopling yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi yang lebih panjang sehingga bisa dibaca serapannya pada panjang gelombang 23-nm.
akan didapat persamaan regresi linearnya# maka dapat ditentukan nilai dari parameter farmakokinetiknya# namun dikarenakan kadar %tikus) yang diperoleh kelompok kami bernilai negatif# maka digunakan hasil absorbansi dari golongan 2 kelompok 1 sehingga kadarnya tidak negatif# maka dapat diperoleh sebagai berikut +
1olume distribusi
!olume distribusi menyatakan suatu faktor yang harus diperhitungkan dalam memperkirakan jumlah obat dalam tubuh dari konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen cuplikan. !olume distribusi juga merupakan parameter yang berguna untuk mengkaitkan konsentrasi plasma dengan jumlah obat dalam tubuh. @arga !d yang didapati adalah &ulfametoBa5ol tikus dosis -mg / kg H
dan kelinci dosis 1:: mg/kg H
:#:::-(<. $ari hasil percobaan diatas menunjukkan bahwa volume distribusi tikus lebih besar daripada kelinci. @arga !d yang semakin besar berarti obat akan tersebar makin luas dalam tubuh. +
Area Under the Cure
Area nder the Curve atau area di bawah kurva merupakan suatu ukuran dari bioavailabilitas suatu obat. AC mencerminkan jumlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. leh karena itu# AC sangat bermanfaat dalam studi bioekivalensi suatu formulasi. %&hargel# 1'((). Dilai AC total yang didapat dari tikus senilai 1,#1-' Ig.menit/ml dan kelinci (#:: Ig.menit/ml. AC kelinci lebih besar daripada AC tikus. +
Klirens +Cl-
Klirens merupakan suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya. 6uga bias diartikan sebagai volume cairan yang dibersihkan dari obat per satuan waktu. %&hargel# 1'((). &ebenarnya klirens ada bermacam+macam# namun yang dihitung dalam percobaan adalah klirens total dari suatu obat. @arga klirens yang didapat adalah &ulfametoBa5ol untuk tikus dosis -mg /kg H :#::(,'
Waktu paro
;aktu paro menunjukkan waktu yang diperlukan oleh sejumlah obat atau konsentrasi untuk berkurang menjadi setengahnya. @arga waktu paro pada percobaan ini adalah 4ikus &ulfametoBa5ol dosis -mg /kg pada fase absorpsi H 11#1( menit &ulfametoBa5ol dosis -mg /kg pada fase eliminasi H 12#1 menit
Kelinci &ulfametoBa5ol dosis 1::mg /kg pada fase absorpsi H1(#'3 menit &ulfametoBa5ol dosis 1::mg /kg pada fase absorpsi H1#, menit *akin kecil harga t> suatu obat maka akan semakin cepat pula eliminasi obat tersebut dalam tubuh. 1II. Kesimpulan
1. *etode penetapan kadar &ulfametoBasol dalam darah yang dilakukan pada percobaan ini adalah metode ratton *arshall. 2. *etode perhitungan farmakokinetika pada percobaan ini menggunakan metode residual. 3. @arga !d yang didapati adalah &ulfametoBa5ol
tikus dosis -mg / kg H
dan kelinci dosis 1:: mg/kg H :#:::-( l. !d tikus lebih besar daripada !d kelinci. ,. Area nder Curve &ulfametoBa5ol dari tikus senilai 1,#1-' Ig.menit/ml dan kelinci (#:: Ig.menit/ml. AC kelinci lebih besar daripada AC tikus. AC yang semakin tinggi# menunjukkan bioavailabilitas yang se makin tinggi. -. @arga klirens yang didapat adalah &ulfametoBa5ol dosis tikus dosis -mg /kg H :#::(,' suatu obat maka akan semakin cepat pula eliminasi obat tersebut dalam tubuh. . $apat diperkirakan model kompartemen berdasarkan kurva semilogaritmik kadar obat dalam plasma/darah lawan waktu. (. *odel kompartemen dapat menentukan waktu pencuplikan.
1III. DAFTA" PU!TAKA
Anonim# 1'(# !a"mako#e $nonesia %isi $$$ # $epkes 87# 6akarta. Anonim# 1''-# !a"mako#e $nonesia %isi $& # $epkes 87# 6akarta. Uandjar# 7bnu Uholib 9 Abdul 8ohman# 2::# 'imia !a"masi Analisis# 0ustaka 0elajar# ogyakarta. Uibson# Uordon 9 0aul &kett# 1''1# enanta" *eta+olisme ,+at # 7 0ress# 6akarta. Uaniswara# 1''-# !a"makoloi an e"a#an eisi 4# agian Jarmakologi JK7# 6akarta. @akim#
Kat5ung# ertam.# 1''(# !a"makoloi .asa" an 'linik # 0enerbit uku Kedokteran "UC# 6akarta. *utschler# "rnest# 1''-# .inamika ,+at # 0enerbit 74# andung. Dotari# 8."# 1'(:# /io#a"maeutis an Clinial a"makokinetis# 3rd ed.# *arcel $ekker. 7nc# Dew ork. &hargel <# ;u = 0ong i AC# 2::-# A##lie /io#a"maeutis an a"maokinetis# - th ed.# *cUraw+@ill *edical 0ublishing $ivision# oston. &iswandono 9 ambang &ukarjo# 2:::# 'imia *eisinal # edisi kedua# Airlangga niversity 0ress# &urabaya. 4anu# 7an# 1''-# !a"makoloi an e"a#i# edisi keempat# 7# 0ress.
ogyakarta# 21 Dovember 2:12 Asisten koreksi#
0raktikan#
1. !inni Alvionita
2. $ewi Dur Cahyaning &. 3.
,. "tsha
-. A5a &avitri
&AP$"A "#!MI FA"MAK$&$2I #K!P#"IM#TA& II 0"D"4A0AD ;AK4 &A*0<7DU $AD A&*&7 *$"< K*0A84"*"D &"84A 0"*7<7@AD $&7& $A
$osen pendamping
Asisten 6aga
Asisten koreksi
$isusun oleh
Kelas
2:11