Penggunaan pupuk organik atau kompos wajib dijalankan pada proses produksi bahan pangan organik. Keberadaan pupuk organik atau kompos ini tidak terlepas dari peran seorang seor ang ilmuwan besar bernama Teruo Teruo Higa melalui me lalui teknologi efective microorganism (EM ciptaann!a. Menciptakan terobosan Teruo Higa lahir pada "# $esember %&'% di kinawa) *epang. $alam bidang peternakan) EM dapat digunakan pada makanan ternak) pengomposan) dan meningkatkan kesehatan ternak. $i luar kedua bidang itu) EM masih dapat diaplikasikan dalam bidang lain. $engan alasan itulah Higa mengelompokkan EM sesuai dengan tujuan penggunaann!a. +etidakn!a ada %, jenis EM !ang memiliki -ungsi berbedabeda. +alah satun!a adalah EM%) EM% /okashi) EM") EM') EM,) dan 0ctivated EM (0EM. +aat ini) sebagian besar mas!arakat dunia meman-aatkan EM sebagai bahan untuk membuat kompos) jenis EM !ang digunakan adalah EM% /okashi dan EM'. Pada pembuatan kompos) larutan EM' ber-ungsi sebagai aktivator untuk berjalann!a proses pengomposan dengan cara pemberian langsung pada campuran kotoran ternak dan bahan organik.
Produk EM4 Pertanian merupakan bakteri fermentasi bahan organik tanah menyuburkan tanaman dan menyehatkan tanah. Terbuat dari hasil seleksi alami mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah yang dikemas dalam medium cair. EM4 Pertanian dalam kemasan berada dalam kondisi istirahat (dorman (dorman). ). Sewaktu diinokulasikan dengan cara menyemprotkannya ke dalam bahan organik dan tanah atau pada batang tanaman, EM4 Pertanian akan aktif dan memfermentasi bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, dll) yang yang terdapat dalam tanah. asil fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alcohol, asam amino, protein, karbohidrat, !itamin dan senyawa organik lainnya. Pemberian bahan organik ke dalam tanah tanpa inokulasi EM4 Pertanian akan menyebabkan pembusukan bahan organik organik yang terkadang akan menghasilkan unsur unsur anorganik sehingga akan menghasilkan panas dan gas beracun yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Selain mendekomposisi bahan organik di dalam tanah, EM4 Pertanian juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya lainnya yang menguntungkan untuk untuk pertumbuhan tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan mikori"a. #ikori"a membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekilingnya. $on fosfat dalam tanah yang sulit bergerak menyebabkan tanah kekurangan fosfat. %engan EM4 Pertanian hife mikori"a hife mikori"a dapat meluas dari misellium dan misellium dan memindahkan fosfat secara langsung kepada inang dan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap tanaman. ' Pertanian juga melindungi tanaman dari serangan penyakit karena sifat antagonisnya terhadap pathogen yang dapat menekan jumlah pathogen di dalam tanah atau pada tubuh tanaman. tanaman. Manfaat EM4 Pertanian •
#emperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
•
#eningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.
•
#emfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat (bokashi).
•
#enyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
•
#eningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.
Pada proses pembuatan kompos, rasio C/N merupakan salah satu faktor paling penting. Hal ini disebabkan proses pengomposantergantung dari kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan pembentukan sel, dan nitrogen untuk membentuk sel. Besaran nilai rasio C/N tergantung dari jenis sampah organik. Proses pengomposan yang baik akan menghasilkan rasio C/N yang ideal sebesar 20 !0, tetapi rasio yang paling baik adalah "0. #ika rasio C/N tinggi, akti$itas biologi mikroorganisme akan berkurang. %elain itu, diperlukan juga beberapa siklus mikroorganisme untuk menyelesaikan degradasi bahan kompos sehingga &aktu pengomposan akan lebih lama dan kompos yang dihasilkan akan memiliki mutu rendah. Namun bila rasio C/N terlalu rendah, kelebihan mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui $olatisasi sebagai amonia atau terdenitrifikasi. Rasio karbon terhadap nitrogen atau rasio C/N adalah rasio dari massa karbon terhadap massa nitrogen di suatu 1at. $i antara 1at !ang dianalisis menggunakan metode ini adalah sedimen dan kompos. 2asio 345 digunakan untuk mengetahui kondisi iklim di masa lalu. 2asio karbon dan nitrogen dapat digunakan untuk mempelajari keberadaan tumbuhan di suatu tempat karena nitrogen diserap tumbuhan dan mikroorganisme) dan tumbuhan dan mikroorganisme !ang mati meninggalkan sedimen karbon. /esarn!a perbedaan antara nitrogen dan karbon tersebut juga membedakan jenis ekosistem !ang pernah berada di atasn!a
aktor faktor yang mempengaruhi proses pengomposan yaitu •
*asio +*asio + yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara / 0 hingga '/0. #ikroba memecah senyawa + sebagai sumber energi dan menggunakan untuk sintesis protein. Pada rasio + di antara / sd '/ mikroba mendapatkan cukup + untuk energi dan untuk sintesis protein. 1pabila rasio + terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
•
2kuran Partikel1kti!itas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. 2kuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). 2ntuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
•
1erasiPengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). 1erasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. 1erasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). 1pabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. 1erasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. •
Porositasadalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur !olume rongga dibagi dengan !olume total. *onggarongga ini akan diisi oleh air dan udara. 2dara akan mensuplay 3ksigen untuk proses pengomposan. 1pabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
•
4elembaban (#oisture content)4elembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. 4elembaban '/ 5/ 6 adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. 1pabila kelembaban di bawah '/6, akti!itas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 076. 1pabila kelembaban lebih besar dari 5/6, hara akan tercuci, !olume udara berkurang, akibatnya akti!itas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
•
Temperatursuhu panas dihasilkan dari akti!itas mikroba.
Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara / 5/o+ menunjukkan akti!itas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 5/o+ akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. •
•
p,Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran p yang lebar. p yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 5.7 sampai 8.7 9ama pengomposan
9ama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan akti!ator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai : tahun hingga kompos benar-benar matang.(;akmi,://<) #engetahui kematangan kompos dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu 0. %icium kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. 1pabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi ta naman. 1pabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang.
:. 4ekerasan bahan kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. =entuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas remas akan mudah hancur. . >arna kompos kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam hitaman. 1pabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih. '. Penyusutan terjadi penyusutan !olumebobot kompos seiring dengan kematangan kompos. =esarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara :/ '/ 6. 1pabila penyusutannya masih kecilsedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang. 7. Suhu suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 7/ o+, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang.
ari dan aerasi ari ke-0
ari ke-' aerasi 0
ari ke-? aerasi :
ari ke-0: aerasi
4ompos starter ' 4ompos starter air sampah %edaunan hijau segar, bau %edaunan hijau segar, bau khas ' khas air sampah yang busuk %edaunan tidak nampak %edaunan tidak nampak berubah drastis seperti berubah drastis seperti semula, semula, aroma tidak terlalu aroma tidak terlalu bau. bau %edaunan me-layu agak %edaunan me-layu melebihi kecoklatan, masih terdapat substrat ', masih terdapat daun yang hijau, aroma sangat daun hijau, aroma tidak sebau menusuk ' yang menusuk %edaunan terlihat melayu %edaunan terlihat melayu keseluruhan, berwarna coklat keseluruhan, berwarna coklat lebih gelap dari semula, lebih gelap dari semula, aroma aroma tetap menusuk tetapi sangat menusuk, melebihi bau tidak sebau substrat kompos yang ditimbulkan dari '. air sampah di hari akhir ini.
P=11S1
=erdasarkan pustaka yang dipakai, tata cara atau langkah yang kami kerjakan sama, hanya saja sedikit perbedaan, yaitu pada starter. 4ami menentukan !ariabel kontrol dengan perbedaan pada starter antara starter organik yang berasal dari air sampah pasar dan starter buatan yaitu ' komposisinya mengandung beragam jenis bakteri yang ditentukan. Tata cara yang kami gunakan dengan kondisi anaerob dimana starter dan substrat dibiarkan kedap udara yaitu dengan penaruhan pada kantung polibag yang diikat rapat. %engan tiga hari sekali dilakukan aerasi dan pemberian gula sebagai makanan tambahan bagi dekomposer. Substrat
yang kami pakai yaitu dedaunana seperti jenis rumput yang masih hijau, daun singkong segar, dua genggam tanah, serbuk kayu gergaji yang gunanya sebagai penyerap air dan penambahan gula sebagai awal makanan starter. Pada percobaan ini suhu yang dipakai sama dengan keadaan ruang yaitu :5 o+. Pengomposan ini berlangsung selama dua minggu. =erdasarkan sumber, untuk mendapatkan hasil kompos yang baik yaitu dengan mel ihat perubahannya terutama pada warna, semakin hitam bertandakan kompos ini sudah jadi atau siap untuk digunakan. %ilihat dari data hasil praktikum, kedua kompos yang kami buat mengalami pembusukan dengan menunjukan perubahan warna tetapi warna dari kedua kompos belum terlihat hitam hanya berwarna coklat, ini mungkin disebabkan substrat yang kami pakai hanyalah dedaunan dan sedikit penambahan tanah serta serpihan kayu gergaji, selain itu dedaunan yang kami gunakanpun bukanlah dedaunan kering tetapi dedaunan yang sengaja dipotong karena pertumbuhannya sudah melebihi, s eperti rumput dan penambahan lainnya adalah daun singkong hijau sisa pasar. Pada aerasi pertama belum terlihat perubahan spesifik dari dedaunan kedua kompos tetapi pada aerasi kedua sudah terlihat kondisi pengomposan yaitu dedaunan mulai melayu berwarna coklat muda terlihat kedua kompos mengalami ini hanya saja perbedaan juga nampak pada kompos dengan starter air sampah organik membuat substrat lebih lunak atau melayu, sedangkan pada ' tidak selayu pemakaian air sampah, nampak masih terdapat dedaunan yang agak terlihat segar. %isini terlihat kerja air sampah organik lebih baik dibanding starter '. Selain warna yang berubah dapat dirasakan aroma kedua kompos yang berbau busuk, awalnya substrat yang diperlakukan dengan starter ' memiliki aroma ' seperti bau madu yang menusuk sedangkan substrat yang diperlakukan dengan starter air sampah memiliki bau sampah yang juga menusuk seperti bau busuk, setelah dibiarkan selama tiga hari dalam kondisi anaerob dan akhirnya dilakukan aerasi dihari ketiga, (aerasi merupakan pemberian udara pada kompos dengan cara pengadukan) tercium bau berasal dari kedua kompos, dilihat dari peristiwa ini dapat diketahui bahwa kedua kompos ini sama-sama diuraikan oleh bakteri-bakteri penghasil sulfur yaitu jenis bakteri anaerob yang juga selama proses pengomposanpun wadah dibiarkan tertutup tanpa oksigen, selain sulfur bakteri-bakteri ini menghasilkan senyawa lain dan macam asam oraganik seperti asam asetat, butirat, !alerat, puttrecine, amonia dan :S(httpid.wikipedia.orgwiki4ompos). 1dapun perbedaan yang muncul dari aroma, ketika kompos berstarter air sampah pada aerasi kedua tidak berbau setajam mulanya, berbeda dengan kompos berstarter ' yang memiliki aroma menusuk pada aerasi kedua. %isini dapat dilihat adanya kerja bakteri ' aktif ekstra ketika semakin lama diperam. Tetapi pada aerasi berikutnya kedua kompos memberikan aroma yang tetap menusuk, pada starter air sampah mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat dan melebihi bau kompos berstarter '. %ari beberapa kondisi yang terlihat, pengomposan tanpa udaraanaerob memacu bakteri bakteri yang suka tanpa oksigen untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka oksigen terhambat akibatnya bakteri anaerobik ini yang mendominasi dan mereduksi senyawa-senyawa khas beraroma tak sedap. %ari segi ukuran antara sebelum pengkomposan dengan yang sudah terlihat perubahan, ini yang mengakibatkan proses pengkomposan terlaksana.
Kesimpulan
%ari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut %. juga nampak pada kompos dengan starter air sampah organik membuat substrat lebih lunak atau mela!u) sedangkan pada EM' tidak sela!u pemakaian air sampah) nampak masih terdapat dedaunan !ang agak terlihat segar. $isini terlihat kerja air sampah organik lebih baik dibanding starter EM'. ". $ari beberapa kondisi !ang terlihat) pengomposan tanpa udara4anaerob memacu bakteribakteri !ang suka tanpa oksigen untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka oksigen terhambat akibatn!a bakteri anaerobik ini !ang mendominasi dan mereduksi sen!awasen!awa khas beraroma tak sedap. $ari segi ukuran antara sebelum pengkomposan dengan !ang sudah terlihat perubahan) ini !ang mengakibatkan proses pengkomposan terlaksana.
Daftar pustaka
https644wicaktini.wordpress.com4"7%'4784794laporanpraktikumpembuatan pupukkomposorganikmenggunakanbioaktivatorem'danairsampah4
ANALISIS DATA
Tan!!al Pen!amatan Aktivator/ Starter
'
Banyaknya Sampa
:/ +up@
Kematan!an Kompos
"ari ke#$ %& april
"ari ke#'
"ari ke#(
"ari ke#%%
1roma
Sedikit wangi Tidak kulit jeruk berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
=entuk
ancur, Sedikit hancur masih dan di tumbuhi banyak sedikit jamur di potongan bagian daun yang permukaan besar
ancur, masih banyak potongan daun yang besar
ancur, dengan sedikit potongan daun besar.
>arna
ijau tua
+oklat
itam
Terdiri dari sampah kering dan basah
+oklat
kecoklatan
kehitaman
kehitaman
Pemadatan
Aolume Aolume Aolume Aolume belum berkurang berkurang berkurang berkurang sekitar / 6 sekitar '/6 sekitar '/6
Suhu
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
4elembapan
9embab
9embab
=asah
9embab
0. Penambahan akti!ator Sampel yang pertama menggunakan #ikroorganisme &fektif () yang merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomisetes dan jamur peragian). %an pada sampel kedua menggunakan Pupuk yang sudah jadi berisi campuran kotoran ternak, sekam,tanah dan lain-lain. Penambahan acti!ator dilakukan untuk mempercepat proses pengomposan. :. Temperatur Suhu panas dihasilkan dari akti!itas mikroba. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa- senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepa. Suhu akan meningkat hingga di atas 7/ o 8/o +. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. #ikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisipenguraian bahan organik yang sangat aktif. #ikroba-mikroba di dala m kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi +3:, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur- angsur mengalami penurunan. amun dari hasil pengomposan yang kami lakukan tidak terdeteksi peningkatan suhu ketika di pegang secara langsung. amun terdapat tetes uap dibawah permukaan tutup ember, pada pupuk yang menggunakan ' lebih banyak uap yang di hasilkan setiap kali pengamatan dilakukan. Sehingga dapat dikatan bahwa terjadi peningkatan suhu yang menimbulkan tetes air dan perubahan warna menjadi semakin hitam. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. . Sumber 4arbon dan itrogen Sampah hijau sebagai sumber dan sampah kering sebagai sumber +. Sampah dapur berupa sayuran hijau, buah-buahan (kulit jeruk, melon), sedangkan sampah kering yaitu daun-daun kering, sekam, serbuk gergaji. #ikroba memecah senyawa + sebagai sumber energi dan menggunakan untuk sintesis protein. Sehingga pada sampel pertama yang menggunakan ', terjadi pemadatan !olume sampah lebih cepat dibandingkan yang menggunakan pupuk jadi. 4arena pada sampel yang pertama ,sampah yang digunakan lebih banyak sebingga sumber energy dan nitrogen untuk sintesis protein bagi mikroba lebih tersedia.
'. 4elembaban 4elembaban ( Moisture content ). 4elembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. 4elembaban '/ 5/ 6 adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. 1pabila kelembaban di bawah '/6, akti!itas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 076. 1pabila kelembaban lebih besar dari 5/6, hara akan tercuci, !olume udara berkurang, akibatnya akti!itas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. 4ompos yang kami buat sampai hari ke-? memiliki kelembaban yang diinginkan, namun pada hari selanjutnya kompos menjadi lebih basah dari sebelumnya sehingga ditambahkan dengan serbuk kayu sebanyak satu genggaman tangan. 7. 1erasi pengadaan oksigen (termasuk pengadukan) Proses pengomposan ini terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen), dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. 1erasi secara al ami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. 1erasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan (kelembaban). 1pabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. 1erasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. 5. 2kuran partikel 4ompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. =entuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas remas akan mudah hancur. =eberapa jenis sampah ada yang sudah hampir menyerupai tanah, namun ada beberapa yang bentuknya masih sama seperti daun-daun kering, hal ini dikarenakan potongan daun yang kurang kecil sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat hancur. Selain itu terjadi penyusutan !olumebobot kompos seiring dengan kematangan kompos. =esarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara :/ '/ 6. 1pabila penyusutannya masih kecilsedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang. Penyusutan kompos lebih terlihat pada kompos yang menggunakan akti!ator ', hal ini dikarenakn ' lebih cepat dalam memproses bahan limbah menjadi kompos. KESIMP)LAN
%ari pembahasaan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa 0. Pembuatan kompos yang berasal dari sampah sayuran dan daun kering sangat dipengaruhi oleh penambahan akti!ator, suhu, sumber karbon dan nitrogen, kelembaban, aerasi dan ukuran partikel. :. %alam melakukan pengomposon yang baik dan cepat diperlukan teknologi mempercepat pengomposan seperti menambah mikroba untuk menguraikan menjadi kompos sempurna.
. 4ompos yang menggunakan akti!ator ' lebih menghasilkan banyak uap dan mengalami penyusutan yang lebih banyak dibandingkan dengan akti!ator pupuk jadi. '. 4ompos yang telah matang ditandai dengan warnanya yang berubah menjadi coklat kehitaman menyerupai tanah, tidak berbau, teksturnya menyerupai tanah (remah), suhu pupuk mendekati suhu ruang dan telah mengalami penyusutan