LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF
PERAN KADERKESEHATAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI DI DESA JENGGRIK, SRAGEN, JAWA TENGAH.
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Kedawung II
Ditulis oleh :
DioVaszdly Pramana S. (09711286/13712171)
KEPANITERAAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS KEDAWUNG II KABUPATEN SRAGEN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2015
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan izinNya, kami dapat menyelesaikan penugasan elektif tentang “ Peran Kader Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan P ersalinan dan Pencegahan Komplikasi” dengan tepat waktu. Alhamdulillah, penugasan Elektif ini dapat terselesaikan dengan baik, selesainya penugasan ini tidak lepas berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga hambatan maupun kekurangan selama proses pembuatan tugas ini dapat dilewati dengan baik. Dengan selesainya tugas ini kami berharap tugas ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerluhkan, terutama untuk kepentingan Puskesmas Kedawung II , tenaga medis, serta pihak – pihak lain yang membutuhkan informasi mengenai peran kader dalam pelaksanaan P4K. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. dr. Wisnu Retnanigsih selaku kepala Puskesmas Kedawung II, yang telah berbagi banyak ilmu dan memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kedawung II. 2. dr. Mafthuhah Nurbeti, MPH, selaku dokter pembimbing stase Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan banyak bekal dan membimbing kami selama kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat berlangsung 3. Para tenaga kesehatan beserta staf Puskesmas Kedawung Kedawung II yang selalu mendukung dan banyak membantu selama terlaksananya kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat 4. Para tokoh masyarakat, bidan Desa, dan ibu-ibu kader Kedawung II yang sudah banyak membantu terlaksananya kegiatan ini. 5. Orang tua kami yang telah banyak memberikan doa dan dukungan selama kami menjalani kegiatan kepanitraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat ini. 6. Rekan – rekan rekan sejawat dokter muda FKUII seperjuangan. 7. Serta pihak- pihk lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Tugas yang sudah diselesaikan ini tentu memiliki kekurangan sehingga kami mengharapkan saran dan masukan yang membangun agar dapat menjadi sebuah koreksi dan perbaikan dimasa yang mendatang. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak. Sragen, September 2015
Dokter Muda FKUII
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan izinNya, kami dapat menyelesaikan penugasan elektif tentang “ Peran Kader Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan P ersalinan dan Pencegahan Komplikasi” dengan tepat waktu. Alhamdulillah, penugasan Elektif ini dapat terselesaikan dengan baik, selesainya penugasan ini tidak lepas berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga hambatan maupun kekurangan selama proses pembuatan tugas ini dapat dilewati dengan baik. Dengan selesainya tugas ini kami berharap tugas ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerluhkan, terutama untuk kepentingan Puskesmas Kedawung II , tenaga medis, serta pihak – pihak lain yang membutuhkan informasi mengenai peran kader dalam pelaksanaan P4K. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. dr. Wisnu Retnanigsih selaku kepala Puskesmas Kedawung II, yang telah berbagi banyak ilmu dan memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kedawung II. 2. dr. Mafthuhah Nurbeti, MPH, selaku dokter pembimbing stase Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan banyak bekal dan membimbing kami selama kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat berlangsung 3. Para tenaga kesehatan beserta staf Puskesmas Kedawung Kedawung II yang selalu mendukung dan banyak membantu selama terlaksananya kegiatan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat 4. Para tokoh masyarakat, bidan Desa, dan ibu-ibu kader Kedawung II yang sudah banyak membantu terlaksananya kegiatan ini. 5. Orang tua kami yang telah banyak memberikan doa dan dukungan selama kami menjalani kegiatan kepanitraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat ini. 6. Rekan – rekan rekan sejawat dokter muda FKUII seperjuangan. 7. Serta pihak- pihk lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Tugas yang sudah diselesaikan ini tentu memiliki kekurangan sehingga kami mengharapkan saran dan masukan yang membangun agar dapat menjadi sebuah koreksi dan perbaikan dimasa yang mendatang. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak. Sragen, September 2015
Dokter Muda FKUII
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..…………………....…………………………………………..…...…1 KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… PENGANTAR………………………………………………………………………. ….2 DAFTAR ISI………………….…………….………………………………………………..3 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang…………………...…...…………………………………………4 1.2 Rumusan Masalah ……….……..…………….…………………………………..6 1.3 Tuj uan Penelitiaan……...…………...……………………………………………6
1.4 Keaslian Penelitian………………….....…………….…………………………...6 1.5 Manfaat penelitian............................ penelitian.................................................. ............................................ ............................................. ..........................7 ...7
BAB II. METODE 2.1 Metode Penelitian………………………………………………………………..8 2.2 Tahap kegiatan ………...……………….………………………………………..8 BAB III. HASIL 3.1 Hasil observasi………………………….……………………………………….9 3.2 hasil wawancara....................... wawancara............................................. ............................................ ............................................ ................................10 ..........10 3.3 hasil kuisioner...................................... kuisioner............................................................ ............................................ ...........................................1 .....................10 0 3.4 rencana intervensi........................ intervensi.............................................. ............................................ ............................................ .............................14 .......14 BAB IV. INTERVENSI 4.1Kegiatan Intervensi dan respon
…………….…………………………………...15
4.3Perubahan yang terjadi…………………………………………………………..16 4.4Harapan Masyarakat………………………………………………….……….....16 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan………………………………....................…………………….....17 5.2 Kesimpulan………………………………….........………………………….....21 5.3 Saran…………………………………………...................………………….....22 DAFTAR PUSTAKA …………………………………….................……………………...23 LAMPIRAN Jadwal kegiatan elktif ……………………………………………………………...24 Foto kegiatan dan Produk elektif
…………………………………………..……....27
Kuesioner…………………………………………………………………………...30 3
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam rangka pembangunan kesehatan maka perlu memberikan perhatian khusus kepada penduduk rentan, penduduk rentan termasuk didalamnya ibu, bayi, anak, manula, & keluarga miskin. Pembangunan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak bukan hanya menjadi tanggung jawab bidan dan tenaga kesehatan, namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat itu sendiri. Maka agar masyarakat dapat berperan aktif dalam mendukung pembangunan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari pemberdayaaan pada ibu hamil, kader kesehatan, suami, keluarga serta msyarakat secara keseluruhan untuk ikut mengawasi, mendata,serta mencatat pada stiker dan menempelkan disetiap rumah ibu hamil. Bukan hanya itu masyarakat juga harus memastikan ibu hamil harus mendapatkan sesuai standar sehingga ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dilahiran dengan aman dan selamat. Namun pada era seperti sekarang sangat sulit untuk langsung menggerakan masyarakat secara serentak bersamaan menjadi aktif dalam memberikan perhatian khusus kepada ibu dan anak. Saat ini masyarakat cenderung disibukan dengan kepentingan masingmasing. Masyarakat sibuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan mencari nafkah, bekerja sesuai dengan profesinya masing-masing. Namun diberbagai daerah khususnya seperti di desa Jenggrik telah terbentuk kader kesehatan yang memiliki kepedulian dalam menjaga dan meningkatkan pembangunan kesehatan bagi masyarakat sekitarnya. Kegiatan kader-kader ini perlu didukung dan dibimbing agar dapat membantu melaksanakan pembangunan kesehatan terutama memberi perhatian khusus kepada kesehatan ibu dan anak. Di desa jaenggrik Angka kehamilan resiko tinggi sudah dicatat dengan baik oleh bidan desa. Selama periode tahun 2012 secara komulatif terdapat 29 kehamilan resiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi ini terdiri dari kehamilan dengan pre-eklamsia, eklamsia, plasenta letak rendah, solusio placenta dan lain sebagainya. Keadaan
– keadaan tersebut perlu
mendapat perhatian khusus karena ibu dengan resiko yang sudah disebutkan dapat mengalami keadaan yang membahayakan sewaktu – waktu dapat mengancam nyawa ibu dan nyawa bayi dalam kandungannya.
4
Ibu hamil dengan resiko jika tidak mendapatkan perhatian khusus dapat menyebabkan kematian ibu. Penyebab kematian ibu dibedakan menjadi kematian langsung dan kematian tidak langsung. Kematian langsung terjadi saat persalinan atau sekitar persalinan seperti pendarahan, infeksi, partus lama, toksemia gravidarum dan komplikasi abortus. Kematian paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan, dan pada masa ini sebenarnya kematian
ibu dapat dicegah (depkes RI, 2004). Kematian tidak langsung disebaabkan karena “3 terlambat” yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan menganbil keputusan, terlambat sampai ditempat rujukan, terlambat mendapatkan penanganan ditempat rujukan. Agar tidak terjadi kematian ibu maka dapat ditanggulangi dengan melaksanakan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi atau dikenal dengan P4K. P4K ini dikenalkan pemerintah pada tahun 2007 untuk menurunkan AKI (angka kematian ibu) dana AKB (Angka kematian bayi). P4K dapat didefiniskan sebagai adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan dan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (depkes RI, 2009). Secara umum tujuan dari P4K Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir. Peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan aman. Persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat (depkes RI, 2009). Sasaran program ini bukan hanya tenaga kesehatan melainkan termasuk didalamnya kader kesehatan. Kader adalah anggota masyarakat yang ditunjuk untuk menangani masalah kesehatan, baik perseorangan, maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang sangat dekat dengan tempat pelayanan kesehatan dasar (depkes RI, 2005). Didesa jenggrik aktivitas kader sudah cukup aktif. Namun selama kami magang dan mengikuti program P4k didesa jenggrik kami tidak selalu menjumpai kader yang ikutserta. Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini, penelitian ini bertujuan untuj mengetahu peran kader kesehatan dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi disesa jenggrik.
5
1.2 Rumusan Permasalahan
Selama magang di poli KIA dan selama mengikuti kegiatan P4K di Puskesmas Kedawung 2 terutama di desa Jenggrik dengan mengunjungi rumah rumah ibu hami dengan resiko tinggi kami jarang menemui kader yang ikut serta, maka untuk mengetahui bagaimana peran kader kesehatan di desa Jenggrik perlu diajukan judul penelitian yaitu “ Peran Kader Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi” . 1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran kader kesehatan dalam pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Sragen Jawa Tengah. 1.4 Keaslian Penelitian
(2011), dengan judul “ Gambaran Peran Kader dalam
2. Penelitian oleh Utami
Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Wilayah Kerja Puskesmas Padureso Kabupaten Kebumen”. Didaptkan hasil gambaran peran kader dalam pelaksanaan program perencanan persalinan dan pencegahan
komplikasi
(P4K)
masih
perlu
ditingkatkan.
Sehingga
dapat
meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan bayi. 3. Penelitian Eliadnyani pada
tahun 2013, dengan judul “ Gambaran Pengethuan dan
Peran Kader Dalam Mendukung Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komlikasi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang ”. Didaptkan Hasil sebagian besar peran kader dalam mendukung P4K yang paling banyak adalah katagori tinggi yaitu 28 responden (46,7%) ini di karenakan sebagian besar kader telah mengetahui tentang P4K dan telah mendapat informasi dari bidan, . 4. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari pada tahun 2014, dengan judul “ Hubungan Karakteristik Dengan Peran
Kader Dalam Deteksi
Dini Risiko Kehamilan di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang” . Didapatkan hasil tidak terdapat hubungan karakteristik dengan peran serta kader dalam deteksi dini risiko kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Perbedaan dengan peneliltian ini adalah dapat dilihat dari tempat penelitian yang berbeda dengan
peneliltian terdahulu. Judul penelitian yang dilakukan ini
6
adalah “ Peran Kader Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di desa Jenggrik kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen” 1.5 Manfaat penelitian 2. Mendapatkan gambaran bagaimana Peran Kader Dalam Pelaksanaan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di desa Jenggrik
kecamatan
Kedawung, Kabupaten Sragen. 3. Mendapatkan informasi kegiatan apa saja yang belum pernah dilakukan oleh kader
kesehatan di desa Jenggrik. 4. Informasi yang di dapat, bisa digunakan sebagai acuan dalam strategi penentuan tema
penyuluhan. 5. Bahan sebagai pengambilan kebijakan kepala puskesmas Kedawung II. 6. Menambah wawasan mengenai peran Kaderkesehatan dalam pelaksanaan P4K.
7
BAB II METODE 2.1 Metode penelitian
a. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Desain yang dipilih menggunakan desain cross sectional . Penelitian Penelitian dilakukan didesa Jenggrik, sesuai dengan penempatan tugas co assistant ilmu kesehatan masyarakat oleh dokter kepala puskesmas Kedawung II. b. Populasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kader aktif perempuan di desa Jenggrik jumlah sampel penelitian ini adalah 23 kader aktif di desa Jenggrik . Data yang digunakan merupakan data primer. Data diambil dengan menggunakan media kuisioner, kuisioner yang digunakan merupakan kuisioner yang sudah di validasi karena menggunakan kuisoner yang sudah pernah digunakan dalam penelitian di tempat lain. Analisis Data dilakukan secara deskriptif data akan ditampilkan dalam bentuk tabel.
2.2 Tahapan Kegiatan
Nama kegiatan
: pembagian kuisioner tentang “ Peran Kader Dalam Pelaksanaan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi” .
di Desa Jenggrik,
Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen. Tujuan Kegiatan
:
1. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana Peran Kader Dalam Pelaksanaan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di desa Jenggrik
kecamatan
Kedawung, Kabupaten Sragen. 2. Untuk mendapatkan informasi kegiatan apa saja yang belum pernah dilakukan oleh
kader kesehatan di desa Jenggrik. 3. Untuk mendapatkan informasi kegiatan apa saja yang sudah pernah dilakukan oleh
kader kesehatan di desa Jenggrik.
Sasaran kegiatan
: Kader Kesehatan Desa Jenggrik
Tempat dan waktu
: 16 September 2015 di Balai desa
8
BAB III. HASIL 3.1 Hasil Observasi
Selama magang berlagsung sejak tanggal 14 September hingga 19 kami mendapatkan gambaran mengenai rutinitas poli Kesehatan Ibu dan Anak. Di poli KIA terbagi menjadi 2 ruangan, ruangan pertama untuk poli pelayanan Anak , sedangkan poli kedua untuk poli pelayanan ibu. Kedua poli dijaga oleh 1 dokter, di poli anak terdapat 2 perawat, di poli ibu terdapat 2 perawat. Poli anak dilengkapi dengan peralatan pengukuran panjang badan dan tinggi badan anak, timbangan, bed pemeriksaan, senter, stetoskop, tensi meter khusus anak, lemari pendingin khusus untuk menyimpan vaksin imunisasi, dan beberapa poster promosi kesehatan terkait kesehatan anak. Kegiatan dipoli anak terdiri dari pelayanan kesehatan anak dan pelayanan imunisasi. Pelayanan kepada pasien dan orang tua pasien sudah baik. Anamnesis dilakukan sistematis dengan bahsa yang sopan dan mudah dipahami. Saran pemeriksaan penunjang sudah berdasarkan permasalahan keluhan pasien. Penggunaan obat sudah rasional dengan dosis yang menyesuaikan dengan berat badan anak. Poli kesehatan ibu dilengkapi dengan peralatan berupa tensi meter, stetoskop, bed pemeriksaan, laynec, meteran, alat pengukur tinggi badan, timbangan, senter, dan USG. Kegiatan di poli kesehatan ibu meliputi pelayanan ANC, pengisian buku KIA, pemeriksaan USG , penjaringan ibu dengan kehamilan resiko tinggi bersama bidan desa dan kader, serta pelayanan keluhan selama kehamilan. Anamnesis sudah dilakukan dengan baik, menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti, pemeriksaan sudah cukup mendukung dengan adanya USG, pemeriksaan penunjang sudah memanfaatkan laboatorium puskesmas yang ada. Pemberian obat sudah rasional dan memperhatikan pemilihan obat yang diberikan kepada pasien ibu. Dipoli kesehatan ibu dokter muda juga ikut melakukan kunjunga ibu dengan kehamilan resiko tinggi dalam rangkapelaksaan program P4K. Kunjungan ini bertujuaj untuk melakukan pemeriksaan, pemeriksaan buku KIA, penulisan dan penempelan stiker P4K. Selain itu juga mengunjungi bayi bayi yang memiliki riwayat lahir dari ibu yang memiliki resiko tinggi selama
9
kehamilan. Selam melakukan kunjungan P4K sangat jarang anggota kader kesehatan yang hadir. 3.2 hasil wawancara
Selama magang didapatkan dilakukan wawancara baik kepada dokter, perawat, maupun bidan. Secara umum berbagai masalah yang disampaikan selama wawancara diantaranya : 1. Kurangnya tenaga dokter, sehingga dokter kesulitan membagi waktu untuk menjaga poli. 2. Keterlambatan pencatatan data mengenai pasien baik poli KIA dan poli anak. 3. Selama dokter muda bertugas di poli anak ditemukan 8 anak dari 20 anak total pasien selama 1 minggu yang tidak mendapatkan asi eksklusif. 4. Tidak ada media pengingat yang berisi pesan kesehatan yang dapat membantu ibu dalam menerapkan pola hidup sehat pada anak sehingga harus melakukan edukasi yang berulang – ulang. 5. Selama dokter muda bertugas dipoli kesehatan ibu didapatkan 4 pasien dengan resiko kehamilan tinggi yaitu preeklamsi berat 2 orang , anemia gravidarum, dan gemeli letak lintang. Pasien datang dengan kondisi yang sudah cukup berat sehingga memberikan kesan penjaringan kehamilan resiko tinggi yang menjadi program poli kesehatan ibu berupa pelaksanaan P4K blm efektif. 6. Dalam pelaksanaan P4K sangat jarang kader yang ikut hadir.
3.3 Hasil Kuisioner.
Penyajian hasil secara umum menggambarkan Kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pada Kader kesehatan didesa Jenggrik secara lebih detail berikut ini: Tabel 1. Karakteristik Kader Kesehatan di desa Jenggrik
no
1
2
Variabel
Jumlah (%)
Usia 21-30 tahun
0%
31-40 tahun
41%
41-50 tahun
50%
>50 tahun
9%
Jumlah Anggota Rumah Tangga 10
3
4
5
6
0-3 orang
25%
>3 orang
75%
Status Pernikahan Sudah Menikah
91%
Belum menikah
0%
Janda
9%
Pendidikan Tidak Tamat Sekolah Dasar
16%
Tamat Sekolah Dasar
9%
Tamat Sekolah Menengah Pertama
25%
Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir
50%
Tamat D3/ sederajat
0%
Tamat Sarjana / S1
0%
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
50%
Buruh/ Nelayan
0%
Petani
9%
Pedagang / Wiraswasta
41%
PNS / TN I/ POLRI
0%
Penghasilan Tetap
33%
Tidak Tetap
67%
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia kader posyandu terbanyak pada 41 – 50 tahun (50%) dan paling sedikit kader berusia >50 tahun sebanyak (9%) sedangkan yang berusia 21-30 tahun tidak ada. Jumlah ART dalam rumah kader posyandu paling banyak >3 orang (75%). Sedangkan status sebagian besar sudah menikah (91,0%). Pendidikan kader posyandu kebanyakan dari tingkat SLTA/MA (50%). Untuk jenis pekerjaan terbanyak pada kategori Ibu RT (50%) dan kebanyakan berpenghasilan tidak tetap (67,%).
Tabel 2. Peran Kader desa Jenggrik. No
Variabel
P (%)
TD (%)
16% 16% 59%
84% 84% 41%
1 2 3
Penyuluhan kepada dukun bayi Penyuluhan kepada tokoh agama Penyuluhan kepada tokoh masyarakat
4 5 6
Penyuluhan kepada Ibu Hamil Pemeriksaan kehamilan sesuai ketentuan Masukan dan saran untuk menjaga kesehatan ibu hamil
91% 59% 100%
9% 41% 0%
7 8
Masukan dan saran untuk melahirkan di faskes Masukan dan saran untuk menabung persiapan melahirkan
83% 41%
17% 59%
11
9 10 11
Usulan kepada Pemerintah desa agar masyarakat dapat mengakses faskes dengan lebih mudah
12
Mencari calon pendonor darah Menyiapkan dan mencari ambulans desa Menunjukkan pada Ibu hamil cara memperoleh SKTM/BPJS/Jamkesmas/Jamkesda
13
Memberikan buku KIA kepada Ibu Hamil
59% 33% 59%
41% 67% 41%
75%
25%
33%
67%
Ket. P = Pernah, TD = Tidak Dilakukan Pada Tabel 2 dan Tabel 3 yang menunjukkan peran yang tidak dilakukan oleh kader kesehatan masih cukup tinggi di desa Jenggrik dalam penyuluhan kepada dukun bayi (84%), tokoh agama (84%) dan tokoh masyarakat (41%), Pemeriksaan kehamilan sesuai ketentuan (41%), Masukan dan saran untuk menabung persiapan melahirkan (59%) usulan kepada Pemerintah desa agar masyarakat dapat mengakses faskes dengan lebih mudah (41%), mencari calon pendonor darah di sekitar posyandu (67%). Meminta bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan terkait KIA (54%) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) (75%), Kunjungan kader kesehatan dalam sebulan (84%), Pemasangan stiker P4K di rumah ibu hamil (41%) Menyiapkan dan mencari ambulans desa (41%), memberikan buku KIA kepada Ibu Hamil masih rendah (67%). Selanjutnya, menunjukkan peran yang dilakukan oleh kader kesehatan cukup tinggi di desa jenggrik dalam Penyuluhan kepada Ibu Hamil (91%), Masukan dan saran untuk menjaga kesehatan ibu hamil (100%) Masukan dan saran untuk melahirkan di fasilitas kesehatan (83%) Menunjukkan pada Ibu hamil cara memperoleh SKTM/BPJS/Jamkesmas/Jamkesda (75%). Pendataan Ibu Hamil di setiap dasa wisma mencapai sangat tinggi (75%) dan penyimpanan buku KIA sebagian besar telah disimpan oleh Ibu Hamil (100%).
Tabel 3.
NO
1 2 3
4
Peran Kaderkesehatan di desaJenggrik
VARIABEL Meminta bimtek kepada nakes terkait KIA Pendataan Ibu Hamil di setiap dasa wisma Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Melakukan Sendiri Melakukan Sbersama Bidan Kunjungan kader kesehatan dalam sebulan ≤1 kali 2 kali 3 kali ≥ 4 kali
5 6
Pemasangan stiker P4K di rumah ibu hamil Penyimpanan Buku KIA, oleh: Ibu Hamil
P (%) 66% 75%
TD (%) 54% 25% 75%
0% 25% 84% 16% 0% 0% 0% 59%
41%
100% 12
Kader Petugas Kesehatan Lainnya
0% 0% 0%
Ket. P = Pernah, TD = Tidak Dilakukan Tabel 4. Menunjukkan peran yang tidak pernah dilakukan oleh kader kesehatan cukup tinggi yaitu Pencatatan dan Pelaporan KIA tentang kematian Ibu dan Anak kepada tenaga kesehatan (58%) Sedangkan peran yang dilakukan oleh kader kesehatan tinggi yaitu mengingatkan bumil dan keluarganya untuk memanfaatkan buku KIA jika diakumulasi baik secrara rutin (33%) maupun kadang kadang (58% ), pencatatan dan pelaporan KIA tentang kehamilan kepada nakes (83%%), pencatatan dan pelaporan KIA tentang persalinan kepada nakes (91,%), dan Pernah menemui kasus komplikasi kehamilan (91 %). Tabel 4. Peran Kader Kesehatan Di desa Jenggrik NO
Variabel
R (%)
K (%)
TD (%)
33%
58%
9%
83%
17%
0%
91%
0%
9%
4
Mengingatkan Ibu Hamil dan keluarganya untuk Memanfaatkan buku KIA Pencatatan dan Pelaporan KIA tentang kehamilan kepada Nakes Pencatatan dan Pelaporan KIA tentang persalinan kepada Nakes Pencatatan dan Pelaporan KIA tentang kematian Ibu dan Anak kepada Nakes
18%
42%
58%
5
Pernah menemui kasus komplikasi kehamilan
0%
91%
9%
1 2 3
Ket. R = Ya, Secara rutin, K = Ya, Kadang-kandang, TD = Tidak Dilakukan Tabel 5 menunjukkan peran yang dilakukan oleh kader kesehatan di desa jenggrik palinng banyak tanpa melalui pentahapan rujukan berjenjang yaitu Menunjukkan tempat pelayanan kesehatan rujukan sebanyak 91 % dan paling sedikit yaitu hanya melakukan rujukan sampai ke puskesmas Puskesmas (PPK 1) saja sebanyak 9%. Sedangkan yang lainya sampai pada RS. Rujukan (PPK 3) sesuai tingkat komplikasi, infrastruktur yang tersedia serta kelas RS tidak pernah dilakukan atau 0%. Tabel 5. Peran Kader kesehatan menurut kegiatan rujukan didesa Jenggrik NO
1
Variabel
Rujukan Kasus Komplikasi Kehamilan
P (%)
9%
MR (%) 91%
MT (%) 0%
L (%) 0%
ST (%) 0%
Ket. P= Merujuk ke Puskesmas, MR = Menunjukkan tempat pelayanan kesehatan rujukan, MT = Mengantar ke tempat rujukan, L = Lainnya, ST = Melakukan semua tahapan
13
3.4.Rencana Intervensi
Dari berbagai masalah yang ditermukan rencana intervensi akan berfokus pada pelaksanaan P4K lebih khususnya lagi kepada peran serta kader. Pemilihan peran kader dalam pelaksanaan P4K berdasarkan saran dan masukan dari dokter, tenaga medis yang berkerja di poli KIA, dan bidan desa. Rencana intervensi yang akan dilakukan adalah laporan hasil observasi yang telah dilakukan beserta data yang didapatkan kepada kepala Puskesmas Kedawung II dan bidan desa. Rencana selanjutnya adalah memberikan penyuluhan mengenai Program Perencanaan Persalinan dan Penjegahan Komplikasi yang materinya disesuaikan dengan kapasitas kader kesehatan. Untuk mengoptimalkan pemberian penyuluhan tentang Program Perencanaan Persalinan dan Penjegahan Komplikasi, saya menggunakan bantuan side agar materi lebih menarik. Selain itu juga menggunakan Leaflet sebagai bahan pengingat agar kader dapat mengulang dan memahami materi dirumah sehingga suatu saat dapat digunakan jika sewakti-waktu diperluhkan. Leaflet berisi tentang materi P4K yang materinya dipersingkat sehingga mudah dipahami dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari kader. Materi tersebut berisi tentang 10 cara perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Dengan adanya pemberian materi dan Leaflet tersebut diharapkan dapat membantu para kader dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat. adanya media
berupa slide diharapkan
Dengan
dapat membantu kader kesehatan dalam
memhami materi tentang P4K dengan lebih baik.
14
BAB IV INTERVENSI 4.1 Intervensi dan Respon
Intervensi
Respon
Penyampaian laporan hasil observasi
Kepala Puskesmas Kedawung II dan
beserta data yang didapatkan selama bidan desa memberikan respon yang baik magang kepada Kepala Puskesmas dan
dengan adanya laporan hasil magang ini.
bidan desa.
Diharapkan hasil ini dapat membantu bidan desa untuk mengetahui bagaimana peran kader kesehatan mengenai P4K sehingga
bidan
memotivasi
desa
kader
dapat
untuk
lebih
melakukan
kegiatan yang mendukung terlaksananya kegiatan P4K di Desa Jenggrik serta mengetahui kegiatan apa saja yang pernah dilakukan dan belum dilakukan tentang P4K..
Penyuluhan tentang 10 cara Perencanaan
Penyuluhan
persalinan dan pencegahan komplikasi
Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi kepada
mengenai
ini
melaksanakan
cara
memberikan
wawasan
kesehatan
tentang
mudah
dalam
sehingga
dapat
kader
bagaimana
10
cara P4K
mendukung terlaksananya program P4K secara mandiri dan berkesinambungan. Para Kader
memberikan respon yang
baik dan antusias ketika penyuluhan berlangsung. 4.2 Perubahan yang Terjadi
Perubahan yang terjadi dengan pemberian hasil kuisioner beserta data selama magang kepada kepala Puskesmas dan bidan desa adalah para bidan desa lebih 15
mengetahui peran kader kesehatan tentang P4K serta kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan belum dilakukan oleh kader tentang kegiatan P4K. Kepala puskesmas dan bidan desa mendapatkan data tambahan dalam mempertimbangkan program apa selanjutnya yang dapat dilakukan guna mendukung terlaksananya P4K yang lebih baik. Perubahan yang terjadi dengan penyuluhan mengenai 10 cara Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi adalah peningkatan pengetahuan kader kesehatan desa Jenggrik tentang cara mudah dalam mendukung terlaksananya Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi . sehingga kader lebih siap jika menghadapi kondisi kehamilan dengan komplikasi. Perubahan yang terjadi setelah pemberian Leaflet mengenai 10 cara Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi diharapkan kader memiliki materi yang dapat diingat dan disebarkan sehingga dapat mendukung kegiatan P4K secara berkesinambungan dan mandiri.
Bidan desa dan tenaga kesehatan Puskesmas
kedawung II diharapkan dapat membimbing dan mengawasi selam a kontinu. 4.3 Harapan Masyarakat
Dengan diberikannya sarana pemberdayaan kader tentang 10 cara Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi diharapkan kader dapat ikut mengawasi, mendata,serta mencatat pada stiker dan menempelkan disetiap rumah ibu hamil. Bukan hanya itu masyarakat juga harus memastikan ibu hamil harus mendapatkan sesuai standar sehingga ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dilahiran dengan aman dan selamat. Dengan adanya evaluasi ini, harapan masyarakat, masyarakat berharap para kader lebih siap dalam membantu melakukan perencanaan persalinan dan mampu membantu dalam pencegahan persalinan dengankomplikasi. serta kader memberikan yang terbaik bagi masyarakat terutama untuk kesehatan ibu dan anak sehingga terciptanya peningkatan pemberdayaan kesehatan yang menyeluruh. Terciptanya rasa aman dan nyaman saat menjalani masa kehamilan hingga nanti memasuki proses persalinan.
16
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan
Untuk meningkatkan proporsi yang masih rendah diperlukan peran kader posyandu yang lebih masif dengan cara upaya promosi pada sasaran dan kegiatan yang mendukung pelaksanaan P4K terutama penyuluhan ditujukan kepada dukun dan kemitraan antara kader kesehatan, dan pada dukun mengenai program P4K di Posyandu yang meliputi pengetahuan mengenai komplikasi kehamilan, deteksi dini oleh tenaga kesehatan mengenai gangguan kehamilan, kemitraan bidan dan dukun seperti kerja sama dalam merujuk ke bidan terdekat untuk pertolongan persalinan yang memenihi standar. Usia Kader didapatkan kebanyakan berusia antara 41 sampai 50 tahun menunjukkan semakin matang dan pengetahuan maupun pengalaman juga bertambah. Namun, Puspasari (2002) menyatakan bahwa usia kader kesehatan antara 41-50 tahun (50%), hal ini terkait dengan adat ketimuran yang menyatakan yang muda tidak boleh mengajari yang lebih tua namun kader muda lebih mudah menerima informasi seperti perkembangan program posyandu dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan posyandu. Dari kuisioner didapatkan anggota Rumah Tangga kader kebanyakan 4 orang dengan status menikah. Menurut Hartoyo et al. (2000) cit. Puspasari (2002) menyatakan bahwa masyarakat yang telah menikah dan memiliki Balita memiliki perhatian lebih terhadap Posyandu sehingga tidak mengherankan bahwa mereka yang memiliki kepentingan dengan Posyandu mempunyai keinginan untuk menjadi kader. Pendidikan SLTA/MA dari aspek pengetahuan, kemampuan daya pikir dan keterampilan akan lebih baik dalam menjalankan tugas sebagai kader, menurut Puspasari (2002) menyatakan pendidikan kader rata-rata SLTA (50%), sedangkan kader minimal pendidikan SLTP karena mempunyai pengetahuan dan daya pikir yang cukup untuk menjalankan peran sebagai kader Posyandu dan pendidikan berhubungan dengan keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas di Posyandu oleh sebab itu kinerja Posyandu sangat tergantung pada kualitas kadernya. Dari kuisioner didapatkan kebanyakan yang menjadi kader Posyandu pada Ibu yang berpenghasilan tidak tetap dan status Ibu Rumah Tangga. Menunjukkan bahwa cenderung lebih fleksibel dan dapat mengatur waktu untuk kegiatan ksder. Widiastuti (2006) cit. Maisya & Putro (2011) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemandirian kader perlu dilakukan pelatihan, pembekalan kader tentang kegiatan posyandu dan perlunya jadwal yang teratur dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Kader perlu 17
dijelaskan tentang fungsi posyandu dan manfaat bagi kader dan ibu yang memanfaatkan kegiatan posyandu tersebut. Pranata et al . (2011) menyatakan bahwa tidak ada kader posyandu yang menggunakan prinsip pemberdayaan sebagai upaya untuk melakukan pemberdayaan. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan posyandu lebih berupaya untuk meningkatkan pengetahuan, bukan cepat mengambil keputusan dan memudahkan akses ke pelayanan kesehatan, membuktikan masih rendahnya penerapan pemberdayaan di Posyandu dalam pelaksanaan P4K. Kemudian penyuluhan kepada tokoh agama mengenai pengetahuan dasar mengenai penanganan rujukan Ibu Hamil, pentingnya menjaga kesehatan Ibu dan Anak terutama ibu sejak masa kehamilan sampai pasca nifas menurut agama, serta penyuluhan kepada tokoh masyarakat mengenai pengetahuan tentang penanganan komplikasi masa hamil, pemeriksaan berkala di Posyandu, merujuk ke bidan dan atau ke Puskesmas bila ditemukan kelainan ( misalnya komplikasi ). Peran kader berikutnya yang perlu ditingkatkan adalah dalam upaya mencarikan calon pendonor darah yang tepat bagi Ibu yang membutuhkan darah saat melahirkan di sekitar wilayah kerja Posyandu dengan masyarakat setempat dan memeriksakan golongan darah calon pendonor yang tepat baik di RS PMI setempat maupun laboratorium Puskesmas. Kemudian menyiapkan dan mencarikan ambulans desa dengan bergotong royong (swadaya) masyarakat menyiapkan dana untuk memiliki ambulans desa pada saat dibutuhkan untuk kegiatan mobilisasi Ibu Hamil yang akan melahirkan di fasilitas kesehatan (Polindes, Puskesmas perawatan/ PONED) dan tujuan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap (RS PONEK). Meningkatnya persentase penyimpanan, penyediaan, dan pemanfaatan buku KIA oleh Ibu hamil menunjukkan bahwa dari sisi partisipatif para kader posyandu di desa jenggrik disebabkan oleh pengetahuan, informasi kegiatan posyandu, motivasi internal seperti penghargaan, aktualisasi diri, prestasi, dan tanggung jawab sedangkan dari sisi Ibu hamil disebabkan juga meningkatnya pengetahuan, informasi serta motivasi akan esensi pelayanan maternal terutama antenatal merupakan bukti yang empiris. Dengan demikian, perlu dipertahankan serta ditingkatkan peran partisipatif kader kesehatan dan ibu hamil dalam penggunaan buku KIA melalui pemahaman secara lebih dalam mengenai pelayanan kesehatan maternal dipadukan dengan pelayanan P4K di Posyandu. Iswarawanti (2010) menyatakan bahwa Kader diharapkan dapat menjembatani antara petugas/ahli kesehatan dengan masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan menghadapi / menjawab kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pejabat kesehatan yang berwenang mungkin tidak dapat 18
mencapai masyarakat langsung, serta mampu mendorong para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar memahami dan merespons kebutuhan masyarakat. Kader dapat membantu mobilisasi
sumber
daya
masyarakat,
mengadvokasi
masyarakat
serta
membangun
kemampuan lokal. Bhattacharyya et al (2001) cit. Iswarawanti (2010) menyatakan bahwa lima faktor yang menghambat kinerja kader posyandu yaitu faktor finansial yang mendorong secara individu (misalnya remunerasi yang tidak konsisten, adanya peluang menjadi karyawan yang digaji tetap, Insentif berubah secara nyata, distribusi insentif yang tidak sama antara satu kader dengan kader lainnya), faktor non-finansial yang mendorong secara individu (misalnya bila kader bukan berasal dari masyarakat lokal, Kurangnya pelatihan penyegaran bagi kader, kurangnya
supervise
atau
pengawasan,
beban/waktu
yang
berlebihan,
kurangnya
penghargaan dari petugas kesehatan kepada kader); Faktor di masyarakat yang dapat memotivasi kader (misalnya proses pemilihan kader yang tidak tepat, Kurangnya keterlibatan masyarakat pada, pemilihan, pelatihan kader dan kurangnya dukungan masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam pelatihan kader; Faktor yang memotivasi mendukung dan mempertahankan kader (misalnya harapan dan peranan yang tidak jelas (cara preventif versus kuratif), Perilaku kader yang tidak tepat, Tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat); Faktor yang memotivasi staf kesehatan guna mendorong dan mempertahankan kader (misalnya kurangnya staf dan peralatan). Persentase pemasangan stiker P4K di rumah ibu hamil yang dilakukan oleh kader di desa jenggrik 59%. Adapun isi dari stiker P4K meliputi: Nama Ibu, Taksiran/perkiraan persalinan, Penolong persalinan, Tempat persalinan, pendamping persalinan, transaportasi serta calon pendonor darah. Metode pemasangan stiker P4K pada Ibu Hamil dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada saat kunjungan ke rumah Ibu Hamil terkait kunjungan umum kader dan atau bidan (pelayanan umum dan P4K) dan pada saat kunjungan Ibu Hamil di Posyandu. Manfaat dari pemasangan stiker P4K yang ditempelkan di rumah Ibu Hamil adalah setiap Ibu Hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara cepat dan tepat . Dengan data dalam stiker, suami, keluarga, kader, dukun, bersama bidan di desa dapat memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan Ibu Hamil, untuk memperoleh pelayanan
yang sesuai
standar pada saat
antenatal
termasuk
menurunkan angka
ketidakcukupan pelayanan K1 sampai K4 (missed opportunity), persalinan dan nifas sehingga proses persalinan sampai nifas termasuk rujukan dapat berjalan dengan aman dan selamat sehingga dapat mencegah kematian Ibu dan Bayi lahir selamat. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan buku petunjuk teknis P4K sudah sesuai standar (Depkes RI, 2008). 19
Ambrusso et al. (2009) menyatakan bahwa keluarga serta masyarakat tidak menyediakan emergensi dengan dukungan finansial atau transportasi secara terpisah dikarenakan kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem asuransi kesehatan didukung kurangnya jaminan asuransi dalam pelayanan ibu hamil. Di sini diperlukan suatu program yang terintegrasi antara pelayanan P4K dengan jaminan pelayanan Kesehatan seperti meningkatkan kepesertaan bantuan sosial dalam bentuk jaminan persalinan bagi Ibu hamil hingga pelayanan KB. Persentase deteksi kasus komplikasi kehamilan yang dilakukan oleh kader kesehatan di desa jenggrik sudah cukup baik. Namun pengetahuan dan keterampilan serta teradopsinya piranti PWS KIA didesa jenggrik masih rendah, adapun kegiatan PWS KIA
yang
dilaksanakan baik kader maupun bersama bidan adalah terutama PWS KIA yang meliputi identifikasi Wanita Usia Subur (WUS), Register Ibu Hamil, Pemeriksaan Antenatal Care ( ANC), Persalinan Ibu, Bayi Baru Lahir (BBL), Pemeriksaan Postnatal Care (PNC), Pemeriksaan Neonatus, Bayi-Balita, Kematian Ibu dan Bayi dan kunjungan desa/kelurahan yang status KIA jelek termasuk catatan khusus dalam deteksi dini Ibu Hamil yang mengalami risiko tinggi kehamilan (high risks pregnancy) dengan kriteria usia ibu (kurang 23 tahun dan lebih 35 tahun), riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya kurang baik, Pre Eklampsia/Eklampsia, telah memiliki anak lebih dari 4 orang, DM, HIV/AIDS, kelainan letak janin dan bentuk panggul tidak normal, penyakit jantung serta anemia dan kondisi medis lainnya seperti hipertensi, gangguan pernapasan, dan gangguan ginjal, tidak terdatanya sasaran Ibu Hamil serta kurangnya informasi dan laporan dari warga/ masyarakat juga berkontribusi terjadinya kejadian tersebut. Penemuan kasus komplikasi yang sering terjadi adalah abortus, hiperemesis gravidarum, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini,hipertensi kehamilan (eklampsi, per eklampsi), letak bayi sungsang dan kehamilan lewat waktu. Peran kader kesehatan terkait rujukan kasus komplikasi kehamilan, persentase rujukan ke Puskesmas berupa menunjukan layanan rujukan mencapai 91%. Namun, masih terdapat persentase rujukan rata-rata 9% yang merujuk ke puskesmas .Untuk pemberi pelayanan kesehatan tingkat 1, pemberi pelayanan kesehatan tingkat 2 maupun pemberi pelayanan kesehatan tingkat 3 (mulai dari Puskesmas sampai pada RS Rujukan) bahkan tidak dilakukan sama sekali. Hal ini menunjukkan masih belum efektifnya penanganan kasus komplikasi terutama masa kehamilan tidak melalui sistem rujukan berjenjang (referrals system) sehingga fungsi penapisan kasus sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan indikator outcome dalam pelayanan KIA tidak dapat berjalan dengan baik. 20
Pilkington et al (2012) menyatakan bahwa sekitar 1/3 dari wanita memilih fasilitas bersalin berdasarkan kedekatan. Proporsi ini meningkat tajam karena suplai yang terbatas. Jarak yang lebih besar antara fasilitas bersalin pertama dan kedua terdekat yang sangat terkait dengan preferensi meningkat untuk kedekatan, lebih dari 85% perempuan memilih fasilitas terdekat dan lebih dari 70% melaporkan bahwa kedekatan adalah alasan untuk pilihan mereka. Perempuan yang hidup pada jarak pendek ke fasilitas bersalin terdekat tampaknya lebih sensitif terhadap kenaikan jarak antara fasilitas Kesehatan pertama dan kedua mereka paling dekat fasilitas bersalin yang tersedia. Pemilihan fasilitas Kesehatan tersebut juga terkait dengan karakteristik demografi dan sosial perempuan dari rumah tangga di kelas pekerja pengguna memilih fasilitas bersalin berdasarkan kedekatannya lebih sering dan juga pergi ke fasilitas terdekat bila dibandingkan dengan perempuan dari profesional dan manajerial. 5.2 Kesimpulan
Peran Kader dalam upaya promotif di Posyandu dalam pengembangan peningkatan persentase adalah melakukan penyuluhan pada dukun bayi, Pencarian calon pendonor darah untuk kepentingan Ibu melahirkan, ketersediaan ambulans desa serta ketersediaan buku pegangan KIA kepada Ibu Hamil. Pemantauan Wilayah Setempat secara berkala dengan mengadopsi piranti lunak PWS termasuk pencatatan dan pelaporan KIA terkait kematian Ibu dan Anak kepada tenaga kesehatan. Peran Kader dalam upaya preventif Posyandu dalam pengembangan peningkatan persentase dalam deteksi dini kasus komplikasi kehamilan dan meningkatkan penggunaan sistem rujukan berjenjang. Meningkatkan partisipasi aktif peran kader kesehatan dengan cara: 1) Melalui penyuluhan kepada kelompok sasaran terutama melalui kemitraan dengan para dukun bayi, tokoh agama, dan masyarakat; 2) Mengusulkan kepada pemerintah desa dan pihak posyandu agar masyarakat dapat mengakses fasilitas kesehatan menjadi lebih mudah; 3) Membantu menemukan pendonor darah di sekitar wilayah kerja; 4) Menyiapkan dan mencarikan ambulans di desa; 5) Membantu bidan dalam tugas memberikan buku KIA kepada para Ibu hamil; 6) Meningkatkan kemampuan kader dengan cara memberikan pelatihan dalam membuat PWS KIA/Gizi, listing Ibu Hamil, metode cara mendeteksi secara cepat rumah penduduk yang ada ibu hamil, dan kasus komplikasi kehamilan.
21
5.3 Saran Meningkatkan pemberdayaan kader ( health cadres empowerment ) terkait peran aktif dalam upaya revitalisasi posyandu dengan cara : 1) Penyuluhan kepada kelompok sasaran khususnya melalui kemitraan dengan para dukun bayi, tokoh agama, dan tokoh masyarakat; 2) Membantu menyediakan calon pendonor darah di sekitar wilayah kerja Posyandu melalui pendataan pendonor darah yang sesuai ; 3) Menyiapkan dan mencari ambulans desa dengan memanfaatkan usaha swadaya masyarakat; 4) Membantu bidan dalam memberikan, mendistribusikan dan menjelaskan manfaat buku KIA kepada Ibu hamil sesuai buku petunjuk teknis; 5) Meningkatkan kemampuan kader dengan melakukan pelatihan dalam membuat PWS KIA/Gizi dan mengoperasikan piranti PWS, listing Ibu Hamil, metode mendeteksi secara cepat rumah penduduk yang terdapat ibu hamil, dan kasus komplikasi kehamilan ( sweeping ); 6) Memfasilitasi Ibu hamil dalam program Mom’s Magic Car (MMC) untuk meningkatkan pengetahuan seputar pelayanan kesehatan maternal yang terdiri dari terapi musik klasik, internet online, dan CD Interaktif; 7) Membantu tenaga kesehatan (bidan dan dokter) dalam menerapkan model rumah tunggu di desa Jenggrik dengan Puskesmas untuk pencegahan terhadap komplikasi pada masa persalinan. 5.4 Keterbatasan Penelitian:
Penelitian ini tidak dapat mengukur peran kader kesehatan mengenai kepatuhan membawa buku KIA (bringing rate) serta kelengkapan pengisian buku KIA ( fi lling rate) pada Ibu hamil saat ke Posyandu serta tidak dapat mengukur tingkat kemandirian posyandu di desa Jenggrik karena ketidak cukupan data dalam instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbangkes (2007) Laporan Hasil Riskesdas- Indonesia Tahun 2007, Depkes. Jakarta. Depkes RI (2008) Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes. Jakarta. Djuhaeni H., Gondodiputro S., & Suparman R. (2010) Motivasi Kader meningkatkan keberhasilan kegiatan Posyandu. MKB, 42(4): 140 – 8. Eliadnyani 2013,
“Gambaran Pengethuan dan Peran Kader Dalam Mendukung Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komlikasi di Desa Kebondalem Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang ”. STIKES Ngudi Waluyo : Ungaran Jawa Tengah Kemenkes RI (2012) Perpres No. 74 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional, Biro Hukor, Jakarta. Lestari. 2014. “ Hubungan Karakteristik Dengan Peran Kader Dalam Deteksi Dini Risiko Kehamilan
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Nanggalo
Padang”.
STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang. Pilkington H, Blondel B, Drewniak N, & Zeitlin J (2012) Choice in maternity care: associations with unit supply, geographic accessibility and user characteristics. International Journal of Health Geographics, 11; 35. Pranata S., Pratiwi NL, Rahanto S. (2011) Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan, Gambaran Peran Kader Posyandu dalam upaya penurunan AKI dan AKB di Kota Manado dan Palangkaraya. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 14(2): 174 – 182. Utami , 2011, “Gambaran Peran Kader dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Wilayah Kerja Puskesmas Padureso Kabupaten Kebumen” :STIKES Muhammadiah : Gombong Jawa Tengah Yenny, 2009. Skripsi pengaruh pendidikan kesehataan tentang sadari terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam upaya deteksi dini kanker payudara di Kelurahan Petisan Hulu . Medan:USU
23
LAMPIRAN A.
Jadwal Kegiatan Elektif
Hari/tanggal
Jam
Kegiatan
Senin,
07.00 – 09.30
- Apel pagi bersama pegawai PuskesmasKedawung
14/09/2015
II -Briefing dengan dr.Wisnu dan dr.Maya tentang penugasan Elektif - Prosedur Teknis magang di Poli Kesehatan Ibu dan Kebidanan 09.31 - 13.00
- Magang di Poli Kesehatan Ibu dan Kebidanan - Membantu melaksanakan kegiatan di poli KIA dan melakukan ANC pada ibu hamil
Hasil
13.01 – 14.00
Istirahat
14.01 – 15.00
Wawancara bersama perawat dan bidan di poli KIA
-
Mendapatkan informasi tentang program Pendataan dan Pemeriksaan pada Ibu hamil di Puskesmas Kedawung II
-
Mengetahui macam-macam program yang berjalan di poli KIA di Puskesmas Kedawung II
-
Selasa,
Berdiskusi mengenai tindakan ANC.
07.00 – 13.00
15/09/2015
- Apel pagi bersama pegawai PuskesmasKedawung II -Magang di Poli Kesehatan Ibu dan Kebidanan
13.00 – 14.00
Isho
14.00 – 15.00
Mengumpulkan data skunder tentang kehamilan dengan resiko tinggi selama tahun 2012
24
Hasil
Rabu,
-
Melihat kinerja bidan dalam menangani pasien secara langsung.
-
Melakukan pemeriksaan kehamilan
-
Mendapatkan data kehamilan dengan resiko tinggi selama 2012
07.00 – 09.00
16/09/2015
- Apel pagi bersama pegawai PuskesmasKedawung II -Magang di Poli Kesehatan Ibu dan Kebidanan
09.01 – 13.00
-Mengikuti kunjungan rumah kehamilan dengan resiko tinggi di desa Jengkrik
13.01 – 14.00
Isho
14.01 – 15.00
-Mengikuti acara perkumpulan kader desa jenggrik -menngambil data primer dengan menyebar kuisioner tentang P4K kepada kader kesehatan desa jenggrik
Hasil
-
Mewawancarai dan berdiskusi dengan pasien tentang gemeli.
-
Mendapatkan gambaran tentang home visite kehamilan dengan resiko tinggi
-
Mendapatkan data primer dan data kuisioner tentang peran kader dalam pelaksanaan P4K
Kamis,
07.00 – 09.00
17/09/2015
- Apel pagi bersama pegawai PuskesmasKedawung II -Magang di Poli Kesehatan Ibu dan Kebidanan
09.00-13.00
-Berdiskusi dengan dr. Wisnu tentang kemajuan penugasan Elektif
13.00-14.00 14.00-15.00
Isho -Berdiskusi dengan bidan poli KIA tentang pelaksanaan home visite dan P4K
Jumat,
07.00 – 09.00
- Apel pagi bersama pegawai PuskesmasKedawung
25
18/09/2015
II -Magang di Poli Kesehatan Ibu dan Kebidanan 09.00 - 13.00
-Mengikuti home visite pemeriksaan bayi dengan riwayat kehamilan resiko tinggi
13.00 -14.00
Isho
14.00 -15.00
Berdiskusi dengan dr. Wisnu tentang intervensi yang akan dilakukan pada program elektif.
Hasil
-
Mendapatkan gambaran pemeriksaan pada bayi dengan riwayat kehamilan dengan resiko tinggi.
-
Mendapatkan gambaran tentang materi yang akan disampaikan pada intervensi elektif.
Sabtu,
07.00 – 09.00
19/09/2015
- Apel pagi bersama pegawai PuskesmasKedawung II -Magang di Poli Kesehatan Ibu dan Kebidanan
09.00 – 13.00
-Melakukan penyuluhan tentang 10 cara perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi - Berdikusi tentang 10 cara perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
13.00 - 14.00
Isho
14.00 - 15.00
- Berdiskusi dengan bidan dan kader tentang 10 cara perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
Hasil
-
.kader kesehatan pendapatkan pengarahan tentang 10 cara perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
-
Mendapatkan masukan dan saran tentang P4K
26
B.
Dokumentasi foto 1. Kegiatan Magang kunjungan P4K pada ibu dengan kehamilan resiko tinggi.
2. Kegiatan magang kunjungan P4K pada bayi dengan riwayat i bu kehamilan resiko
tinggi.
27
3. Pengisian kuisioner tentang P4K oleh kader
4. Intervensi pemberian penyuluhan tentang 10 cara pelaksanaan P4K kepada kader.
5. Pembagian Leaflet tentang 10 cara pelaksanaan P4K kepada Kader.
28
6. Produk Elektif
29
30
FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN (Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Dio Vaszdly Pramana
NIM
: 13712171
Adalah dokter muda Universitas Islam indonesia Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Masyaraka Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan karakteristik kader kesehatan dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di desa Jenggrik dan mengembangkan peran kader kesehatan dalam Program Perencanaan Persalinan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi. Penelitian ini dilaksanakan di desa jenggrik pada bulan September tahun 2015. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu selaku kader kesehatan di desa Jenggrik untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika ibu bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu. Identitas pribadi sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Ibu berhak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipan tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk dikemudian hari. Jika ada hal yang kurang dipahami ibu dapat bertanya langsung kepada peneli ti.
Atas perhatian dan kesediaan ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih. Kedawung, Peneliti
Dio Vaszdly Pramana
September 2015 Partisipan
(
)
Petunjuk pengisian 31
a. b. c. d. e. f. g.
Isilah identitas partisipan sesuai petunjuk dengan lengkap. Bacalah pertanyaan kuisioner dengan teliti sebelum menjawab Isilah kuesioner dengan jujur dan apa adanya.
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai menurut anda. Untuk soal no 17 jika jawaban ya , maka isilah titik – titik yang disediakan. Untuk soal no 19 lingkari jawaban yang sesuai. Setiap pertanyaan hanya dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda
A. Identias
a. Nama (boleh inisial)
:
b. Usia
:
c. Status pernikahan
:
d. Jumlah Anggota rumah tangga
:
e. Pendidikan terakhir
:
f.
:
Pekerjaan
g. Penghasilan
: tetap / tidak tetap
B. Kuisioner
no
Kegiatan
Pernah
Tidak dilakukan
1
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan penyuluhan kepada dukun bayi ?
2
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan penyuluhan kepada tokoh agama ?
3
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan penyuluhan kepada tokoh masyarakat ?
4
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan penyuluhan kepada Ibu Hamil ?
5
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai ketentuan ?
32
6
Apakah ibu selaku kader pernah memberikan masukan dan saran untuk menjaga kesehatan kepada ibu hamil ?
7
Apakah ibu selaku kader pernah memberikan masukan dan saran untuk melahirkan di fasilitas kesehatan ? ( poli klinik desa / puskesmas / rumah sakit )
8
Apakah ibu selaku kader pernah memberikan masukan dan saran untuk menabung persiapan melahirkan ?
9
Apakah ibu selaku kader pernah memberikan usulan kepada Pemerintah desa agar masyarakat dapat mencapai fasilitas kesehatan dengan lebih mudah ?
10
Apakah ibu selaku kader pernah membantu mencari calon pendonor darah?
11
Apakah ibu selaku kader pernah menyiapkan dan mencari ambulans desa ?
12
Apakah ibu selaku kader pernah menunjukkan pada Ibu hamil cara memperoleh SKTM/BPJS/Jamkesmas/Jamkesda ?
13
Apakah ibu selaku kader pernah memberikan memberikan buku KIA kepada Ibu Hamil ?
14
Apakah ibu selaku kader pernah meminta bimbingan teknis kepada tenaga kesehatan (bidan / perawat / mantri / dokter) tentang kesehatan Ibu dan Anak ?
15
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan pendataan Ibu Hamil di Dasa Wisma atau 10 rumah sekitar
33
anda ? 16
Apakah ibu selaku kader pernah
Melakukan
Bersama
memberikan membuat Pemantauan
Sendiri
Bidan
Wilayah Setempat (PWS) ? 17
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan kunjungan kader kesehatan dalam sebulan terakhir ?
18
Jika ya ,Berapa kali ................................
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan pemasangan stiker P4K di rumah ibu hamil ?
19
Disekitar rumah anda siapa yang
Penyimpanan Buku KIA, oleh Ibu hamil /
bertugas menyimpan buku KIA ?
kader / petugas kesehatan / lainya (lingkari jawaban anda)
No
20
Variabel
Rutin
Kadang –
Tidak
kadang
Dilakukan
Apakah ibu selaku kader pernah mengingatkan Ibu Hamil dan keluarganya untuk Memanfaatkan buku KIA ?
21
Apakah ibu selaku kader pernah melakukan pencatatan dan Pelaporan KIA tentang kehamilan kepada tenaga kesehatan ?
22
Apakah ibu selaku kader pernah pencatatan dan Pelaporan KIA tentang persalinan kepada tenaga kesehatan ?
34