PENENTUAN KOMPOSISI SENYAWA KOMPLEKS Fadila Rizka Aini, Nur Indriani, Bahari Maulana, KIMIA / MIPA
ABSTRAK Telah dilakukan percobaan penentuan komposisi senyawa kompleks dengan menggunakan larutan M3+ 2 x 10-3 M dan larutan larutan asam salisilat 2 x 10-3 M dengan perbandingan fraksi mol yang digunakan 0,1;0,2;0,3;0,4;0,5;0,6;0,7;0,8; dan 0,9; menghasilkan larutan berwarna ungu dan diukur menggunakan alat spektronik-20 pada setiap larutan sehingga didapatkan hasil dari serapan panjang gelombang maksimum dengan panjang gelombang yang digunakan 520 nm.
PENDAHULUAN Senyawa kompleks adalah senyawa yang terdiri dari satu atom pusat atau lebih yang menerima sumbangan pasangan elektron dari atom lain, gugus atom penyumbang elektron ini disebut ligan. Ligan didalam ion kompleks berupa ion-ion negatif seperti F- dan CNatau berupa molekul-molekul molekul-molekul polar dengan muatan negatifnya mengarah pada ion pusat seperti H2O atau NH3. Ligan seperti I-, NH3,CN- hanya memiliki satu atom donor pasangan elektron, dan disebut monodentat. Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari satu disebut multidentat. (Harjadi, 1990). Satu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat dengan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat. Atom pusat ditandai dengan bilangan koordinasi. Suatu angka bulat yang ditunjukkan dengan ligan monodentat yang dapat membentuk kompleks stabil dengan atom pusat. Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif sering trelihat dalam pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum muncul jika ion kompleks terbentuk adalah adanya perubahan warna d dalam larutan. Fenomena lain yang yang terlihat jika adalah kenaikan kelarutan. Banyak endapan yang dapat melarut karena pembentukan pembentukan kompleks. Kemampuan Kemampuan ion kompleks melakukan reaksi yang mengahasilkan mengahasilkan pergantian satu atau lebih ligan li gan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang
lain disebut kelabilan. Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Dengan cara memasukkan bersama-sama zat pereaksi di dalam dalam wadah. wadah. (Vogel, 1985). Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spektra uvvisible disebut spektra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan mengukur absorbansi maksimum. (Pudyaatmaka, 2002) Apabila senyawa fisik tidak berwarna maka senyawa diubah dulu menjadi senyawa berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam daerah sinar tampak . Variasi kontinyu merupakan suatu cabang ilmu kimia yang sangat penting karena dapat menentukan dan melakukan suatu proses perubahan-
perubahan secara fisika maupun kimia yang dapat kita amati melalui variasi kontinyu. Metode variasi kontinyu yang dikemukakan oleh Job dapat menimbulkan kondisi optimum pembentukan pembentukan dan konstanta kestabilan senyawa kompleks yang mengandung konsentrasi ion logam maupun konsentrasi ligan divariasikan . Metode Job dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik fi sik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal maksimal atau minimal yang sesuai dengan titik stoikiometri sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi dalam dalam senyawa. senyawa. (Khopkar. 1990.) 1990.)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 2
0,2
4
0,4
5
0,5
6
0,6
7
0,7
8
0,8
9
0,9
Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu
0,124 0,128 0,116 0,160 0,125 0,105 0,077
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada setiap larutan, larutan asam salisilat 2 x 10 -3 M dengan larutan M3+ 2
Seperti dalam teori dikatakan bahwa salah satu
Dari larutan stok yang diberikan oleh asisten, disiapkan larutan M3+ dan asam salisilat yang konsentrasinya masing-masing 2 x 10-3 M, dan disiapkan juga 10 buah labu ukur 10 mL. Kemdian diisi labu ukur pertama dengan larutan M3+, kemudian dengan menggunakan labu ukur yang lain, buatlah larutan fraksi mol asam salisilat (X) 0,1;0,2;0,3;0,4;0,5;0,6;0,7;0,8; dan 0,9;. Lalu dicari λ maksimal maksimal dari setiap larutan terebut λ pada = 350 – 350 – 700 700 nm, kemudian diukur serapan dari semua larutan itu pada setiap panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh. Dihitung harya Y pada setiap λ untuk semua larutan tersebut. Dibuat kurva hubungan antara Y dengan X untuk setiap λ yang diberikan. Dari harga X yang memberikan kurva maksimum, tentukan harga n untuk kompleks [M(asa) n]3+ yang ada dalam larutan.
Fraksi (X) 0,1
0,3
x 10-3 M, menghasilkan larutan berwarna ungu.
PERCOBAAN
No
3
Pengamatan
fenomena yang paling umum muncul jika ion kompleks terbentuk adalah adanya perubahan warna di dalam larutan. Dapat diartikan bahwa larutan
diuji
merupakan
senyawa
kompleks dilihat dari perubahan warna larutan yang terjadi. Sebelum setiap larutan dalam kuvet diuji absorbansinya dilakukan diuji terlebih dahulu oleh larutan blanko yaitu larutan M3+. Fungsi dari blanko sendiri adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Fe sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel (mengandung pereaksi
dan
Fe)
dikurangi
serapan
pereaksinya. pereaksinya. Kemudian larutan tersebut diuji dengan
Absorban
yang
Metode
alat Job
spektronik-20 yaiitu
menggunakan
dilakukan
dengan
pengamatan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu
0,116 0,130
yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama.
dengan
menghasilkan
λ
yang
absorbansi
digunakan
520
maksimum
pada
larutan dengan fraksi mol 0,6 yaitu 0,160.
lingkungan juga kebersihan alat sehingga ada
Panjang gelombang maksimum yaitu panjang
zat lain yang masuk kedalam larutan saat
gelombang ketika terjadi serapan cahaya
pengenceran. pengenceran.
maksimum oleh senyawa yang dianalisis.
Spektrofotometri
Dari
percobaan
penting
langkah adalah
pembuatan kurva standart. Kurva standar
dilakukan pada saat pengukuran absorbansi
terdiri atas sederetan konsentrasi dari senyawa
larutan 0,2 hasil absorbansi yang di dapatkan
yang diukur. Menurut hukum Beer, suatu
naik lebih tinggi dari larutan 0,1 yang
grafik dari absorbsi terhadap kadar zat
diharapkan turun secara perlahan kemudian
pengabsorbsian pengabsorbsian merupakan garis lurus dengan
didapatkan
slope sebesar b. Tetapi sering kali dijumpai
absorbansi
sudah
tidak
yang
yang
satu
telah
larutan
hasil
Salah
maksimum dapat
dimana
mampu
lagi
bahwa hasilnya tidak berupa garis lurus tetapi
melewati ketinggian serapan maksimumnya.
suatu garis lengkung, ini berarti terjadinya
Absorbansi yang didapatkan dari larutan 0,2
penyimpangan penyimpangan positif/negatif.
yaitu sebesar 0,130 sedangkan larutan 0,1 absorbansinya sebesar 0,116. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya kesalahan
oleh
praktikan
pada
saat
pengenceran pengenceran asam salisilai 0,02 atau faktor
KESIMPULAN 1. Metode Job atau metode kontinyu dapat digunakan untuk menentukan komposisi larutan kompleks ion M salisilat. 2. Pelarutan antara larutan asam salisilat 2 x 10-3 M dengan larutan M3+ 2 x 10-3 M merupakan senyawa kompleks. 3. Absorbansi maksimum didapatkan pada larutan dengan fraksi mol 0,6 yaitu sebesar 0,160.
DAFTAR PUSTAKA Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit Gramedia, Jakarta Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta Pudyaatmaka, A.Hadyana, 2002, Kimia, Balai Pustaka, Jakarta
Kamus
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro , PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta
LAMPIRAN
Bahan yang digunakan
Larutan yang akan dicari absorbansinya
Larutan dicari absorbansinya
Blanko M 3+
Larutan dalam Kuvet
Larutan dicari absorbansinya
4. Grafik X terhadap Y
Grafik X terhadap Y 1,2
1
0,8
0,6
Y
0,4
0,2
0 0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9