I. Judul Percobaan Percobaan
: Analisis Kation & Anion
II. Tujuan Percobaan
: 1. Menentukan Kation yang terdapat dalam analit 2. Menentukan Anion yang terdapat dalam analit
III. Dasar Teori
:
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Dua langkah utama dalam analisisa kimia adalah identifikasi dan estimisi komponenkomponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur atau senyawa senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan dengan penentapan berapa berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandunng dalam sutu sampel. Analisis kualitatif terdapat dua aspek penting yaitu, identifikasi dan pemisahan, aspek ini didasari oleh kelarutan, keasaman, kebasaan, pembentukan senyawa kompleks, kompleks, oksidasi-reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Analisi kualitatif biasanya diguakan dalam identifikasi kation dan anion dengan melakukan uji sesifik. Uji spesifik dilakukan dengan penambahan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan warna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka percobaan identifikasi kation dan anion ini dilakukan. Analisis kation dapat memberikan kepastian hasil uji jika dalam sampel mengandung suatu macam kation. Untuk itu diperlukan metoda pemisahan kation dari campurannya. Pemisahan kation cara-caranya pada prinsipnya adalah sebelum uji reaksi dilakukan kation dipisahkan terlebih dahulu dari campurannya. Setelah kation dipisahkan kemudian dilakukan dilakukan uji reaksi yang dapat dilihat hasilnya hasilnya yaitu endapan atau warna kedua-duanya. Cara ini membutuhkan sampel yang agak banyak lebih kurang 10 ml tergantung kepekatan larutan sampel. Kation – kation kation golongan pertama membentuk klorida-klorida yang tidak larut. Namun, timbel klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbel tidak pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada
suatu cuplikan yaitu ion timbel yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasan asam bersama-sama kation golongan golongan kedua. Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbel sulfat praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat terletak diantara kedua zat diatas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangkan pengendapan timbel halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas. Asetat – Asetat – asetat asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan, ia dapat bertindak dengan bermacammacam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat – zat – zat zat ini terhadap amonia. Kation golongan 1 mengandung kation logam yang terendapkan sebagai senyawa klorida yang tak larut. Kation – kation ini dapat diendapkan dengan pereaksi asam klorida. Kation golongan 1 hanya ada tiga yaitu : Pb, Hg, dan Ag. Yang terendapkan te rendapkan sebagai PbCl2, Hg2Cl2
dan agCl. Karena pereaksi pereaksi pengendapnya pengendapnya HCl maka
kelompok kation ini sering disebut sebagai golongan asam klorida. Endapan PbCl 2 akan larut dengan kenaikan suhu. Karena itu PbCl 2 dapat dipisahkan dari kedua kation yang lain dengan menambahkan air panas kemudian mensentrifus dan memisahkannya dari larutan. Adanya Pb 2+ dapat diidentifikasi dengan penambahan K 2CrO4 membentuk endapan kuning atau dengan H 2SO4 membentuk endapan putih. Hg1+ dan Ag+ dapat dipisahkan dengan penambahan NH 3. Jika ada Hg2Cl2 maka dengan NH3 akan bereaksi: Hg2Cl2 + 2NH3 HgNH2Cl + Hg + NH 4Cl Endapan putih hitam yang teramati menjadi berwarna abu-abu. Sedangkan penambahan amonia terhadap Ag+ menyebabkan endapan AgCl larut kembali karena terjadi pembentukan kompleks Ag(NH 3)2. Ag+ dapat diuji dengan menambahkan asam kuat HNO 3 6 M. Ion akan mendekomposisi kompleks Ag(NH3)2, sehingga Ag+ akan bebas dan bereaksi dengan Cl - yang sudah ada membentuk endapan AgCl kembali.
Golongan II mengandung kation logam yang dalam bentuk kloridanya larut dalam air atau asam encer tapi dalam bentuk sulfidanya tidak larut. Kation-kation golongan ini adalah Hg, Pb, Cu, Bi, Cd, As, Sb, dan Sn yang terendapkan dengan H2S sebagai senyawa sulfidanya ; PbS, CuS, BiS, CdS, As 2S3, SbS dan SnS. Kation - kation ini sering disebut sebagai golongan H 2S. Kation golongan II diperoleh dengan cara mengendapkannya dengan asam sulfida. Pengendapan ini berhasil baik jika tidak diganggu oleh asam-asam; asam posfat, asam oksalat, dan asam borat. Jika asam-asam ini ada maka harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengendapan dengan asam sulfida dilakukan. Ketiga asam ini dapat dihilangkan dengan cara memperlakukan sampel dengan natrium karbonat.Dalam pengendapan kation golongan II ini perlu diperhatikan keasaman larutan sampel, karena kepekatan ion sulfida dipengaruhi oleh keasaman. Larutan yang terlalu asam dapat menurunkan kepekatan ion sulfida, dan sebliknya larutan basa dapat menurunkan kepekatan ion sulfida. Pengaturan pH dilakukan dengan mebuat konsentrasi ion H + dibuat menjadi sekitar 0,3 M (pH=0,5). Kondisi pH ini penting karena jika konsentrasi asam terlalu tinggi maka tembaga, kadmium, kobalt dan timbal tidak akan sempurna pengendapannya, sebaliknya jika keasaman terlalu rendah maka sulfida dari golongan 3 dapat ikut terendapkan. Larutan kemudian dijenuhkan dengan sulfida. Ion sulfida terbentuk dari ionisasi asam lemah H 2S yang berasal dari gas H2S yang dilarutkan dalam air atau dari tioasetamida yang terhidrolisis. Penambahan hidrogen peroksida dapat dilakukan untuk mengoksidasi Sn 2+ menjadi Sn4+ sehingga endapan SnS yang agak gelatin menjadi SnS 2. Reaksi Amonium sulfida (NH4)2S tidak dapat melarutkan SnS, karena itu SnS harus dioksidasi telebih dahulu. Hal ini dapat dilakuka dengan penambahan hidrogen peroksida sebelum pengendapan sulfida atau mengganti ammonium sulfida dengan amonium polisulfida (NH4)2S2 ) yang yang dapat mengoksidasi kation tersebut 2CuS (endapan hitam). Endapan kation lainnya adalah CdS(kuning), Bi2S3(hitam), SnS2(kuning), dan Sb2S3(jingga). PbCl 2 mempunyai Ksp yang cukup tinggi sehingga agak mudah larut dalam larutan asam klorida encer, karena itu dalam kation golongan 2 ini kemungkinan kation Pb masih ditemukan. • Pemisahan kation gol 2 menjadi: sub gol tembaga dan arsen
Kation gol 2 dibagi menjadi dua sub golongan yaitu sub-gol tembaga dan arsen.pembagian ke dua sub-gol ini berdasarkan kelarutan endapan garam sulfida dan amonium polisulfida. Sulfida dari sub-gol tembaga yaitu PbS, CuS, CdS, HgS dan Bi2S3 tidak larut dalam pereaksi ini, sedangkan sulfide dari sub gol arsen yaitu As2S3, As2S5, SnS2 dan Sb 2Sb3 akan larut membentuk garam tio. • Pemisahan dan identifikasi Hg Sulfida dari tembaga, kadmium, bismut, dan timbal larut dalam asam nitrat, sedangkan merkuri tidak. Berdasarkan hal tersebut, maka merkuri dapat dipisahkan dari kation lainnya yang ada dalam sub gol tembaga. Sulfida tembaga, kadmium, bismut dan timbal larut dengan asam nitrat. Endapan HgS HgS berwarna hitam, bila ada warna lain misalnya putih atau kuning maka perlu dilakukan uji kemungkinan adanya Hg. HgS dapat larut dengan aqua regia (campuran HCl:HNO 3=3:1). • Pemisahan Pemisahan dan identifikasi Pb dari Bi, Cu, dan Cd PbSO4 sangat tidak larut dalam air, sedangkan sedan gkan sulfat dari Bi, Cu dan Cd sebaliknya, sebali knya, mudah larut. Hal ini menjadi dasar pemisahan Pb dengan ketiga kation tersebut. Identifikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan melarutkan endapan dengan amonium asetat membentuk kompleks Pb-asetat Kemudian dengan penambahan K 2CrO4 akan terbentuk endapan PbCrO 4 yang berwarna kuning. Kation Pb sebagaian besar sudah diendapkan dalam kelompok kation gol 1 sehingga uji pada gol 2 ini tidak akan begitu seperti yang terlihat pada uji kation lainnya. • Pemisahan dan identifikasi Bi dari Cu dan Cd Penambahan NH4OH pada larutan yang mengandung kation Bi,Cu dan Cd pada awalnya akan mengendapkan ketiga hidroksida kation tersebut. Tetapi jika pereaksi diberikan secara berlebih, hidroksida Cu akan larut membentuk kompleks Cu(NH3)4 Warna larutan akan berubah dari warna biru muda menjadi biru gelap. Hidroksida kadmium, Cd(OH) 2 (putih) akan larut dalam pereaksi berlebih membentuk kompleks Cd(NH3) 4, Tetapi tidak demikian dengan hidroksida bhismut, Bi(OH)3, tidak akan larut dalam pereaksi berlebih. Karena itu adanya
endapan putih menunjukkan adanya kation Bi. Identifikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan mereduksi Bi(OH) 3 menjadi logam Bi yang merupakan endapan berwarna hitam. • Identifikasi Cu dan Cd Cu dapat diidentifikasi secara visual lewat warna larutan yang berwarna biru (jika konsentrasi Cu dalam larutan 1 bag per 25000 air). Jika larutan tidak berwarna maka sebaiknya tetap dilakukan uji Cu dengan penambahan Fe(CN) 6 3- yang dengan Cu akan membentuk endapan warna merah dari 25 kompleks [Cu 2Fe(CN)6]. Pereaksi ini dapat mengidentifikasi Cu sampai konsentrasi 1 ppm. Jika Cu tidak ada, maka pada larutan yang tidak berwarna dapat langsung ditambahkan amonium sulfida. Jika terbentuk endapan kuning,CdS, maka Cd ada. Tetapi jika Cu ada, maka untuk mengidentifikasi Cd dilakukan dengan membentuk Cu dan Cd menjadi kompleks Cu(CN)42- dan Cd(CN) 42- Cd yang dihasilkan cukup untuk membentuk endapan sulfida dengan penambahan amonium sulfida menghasilkan sulfida kadmium yang berwarna kuning. Kation golongan III disebut juga golongan ammonium sulfi da karena kation golongan ini dapat diendapkan dengan amonium sulfida, membentuk endapan sulfida. Berbeda dengan golongan asam sulfida (gololnan II), untuk mengendapkan kation golongan III memerlukan kepekatan ion sulfida yang lebih tinggi disebabkan hasil kali kelarutannya yang besar. Dengan meaikkan pH larutan kepekatan ion sulfida akan menjadi besar. Untuk tujuan ini digunakan larutan amonium klorida (NH4Cl) atau amonium hidroksida (NH 4OH) 0,1N. Kemudian dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi ini kesetimbangan: H2S → 2H+ + S2akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S 2- akan meningkat dan cukup untuk mengendapkan kation golongan 3. H 2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S. Penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapa mencegah kemungkinan mengendapnya Mg menjadi Mg(OH) 2. Penambahan kedua pereaksi ini menyebabkan mengendapnya kation Al 3+, Fe3+ dan Cr 3+ sebagai hidroksidanya, Fe(OH) 3 (merah), Al(OH)3(putih) dan Cr(OH) 3 (putih). Hidroksida
kation yang lain pada awalnya juga akan mengendap tetapi penambahan amonium hidroksida berlebih menyebabkan hidroksida kation-kation tersebut menjadi kompleks Zn(NH 3)4
2+
, Ni(NH3)6
bereaksi dengan Zn(NH3)4
2+
2+
, Co(NH 3)62+ yang larut. Ion sulfida dapat
, Ni(NH3)6
2+
, Co(NH 3)62+ membentuk endapan
sulfida CoS (hitam), NiS(hitam), dan ZnS (putih) dengan reaksi seperti berikut: Ni(NH3)62+ + S2-→2NiS + NH3 Sedangkan Mn2+ dan Fe2+ akan bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS (hitam) dan MnS(coklat). • Pemisahan Sub golongan Aluminium dan Nikel Hidroks ida aluminium, kromium dan seng bersifat amfoter sehingga larut dengan NaOH. Sebaliknya hidroksida besi, mangan, kobalt dan nikel tidak bersifat amfoter sehingga kation tersebut tidak larut dengan NaOH. Hal ini yang mendasari pemisahan kedua subgolongan dalam kation golongan 3. Endapan kation golongan 3 larut dengan HCl, kecuali NiS dan CoS yang agak sullit, keduanya dapat larut cepat dengan aqua regia (HCl dan HNO3). Aqua regia juga akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Jika NaOH ditambahkan maka hidroksida ke tujuh kation tersebut akan terbentuk, tetapi aluminium, kromium dan seng yang bersifat amfoter akan larut membentuk kompleks Al(OH) 4- , Cr(OH)4- , Zn(OH) 4- , sedangkan kation yang lain tidak larut. Mn(OH) 2 dan Co(OH)2 akan teroksidasi oleh udara menjadi MnO 2 dan Co(OH)3 yang berwarna hitam. Penambahan hydrogen peroksida mempercepat oksidasi kedua zat tersebut, juga mengoksidasi Cr(OH)4- menjadi CrO42- . Hidroksida besi dan nikel cepat larut dalam asam sulfat menjadi Fe2+ dan Ni2+, tetapi MnO2 dan Co(OH)3 lambat larut. Hidrogen peroksida ditambahkan untuk mempercepat kelarutan endapan ini dengan cara mereduksinya menjadi MnO dan Co(OH) 2. • Identifikasi besi Identifikasi besi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya: 1. Kalium heksasianoferat(II), K4Fe(CN)6 Membentuk endapan biru Prussian 4Fe3+ + 3Fe(CN)6 4- Fe4[Fe(CN)6]3 2. Kalium tiosianat, KSCN Larutan berwarna merah
Fe3+ + SCN- Fe(SCN)6 3Identifikasi kobalt Identifikasi kobalt dapat dilakukan dengan pereaksi yang sama dengan besi yaitu KSCN dalam alkohol memberikan warna larutan biru. Kompleks besi dengan tiosianat merupakan kompleks yang stabil sedangkan kompleks Co dengan tiosiant merupakan kompleks yang kurang stabil sehingga untuk penentuan besi dengan adanya Co tidak akan mengganggu. Tetapi untuk identifikasi Co harus ditambahkan NaF untuk mengkompleks Fe menjadi FeF6 3- yang tidak berwarna sehingga tidak mengganggu kompleks Co tiosianat. Kompleks Co tiosianat ini akan lebih stabil dalam alkohol. Co2+ + 4SCN Co(SCN)4 2Identifikasi Ni Buat larutan menjadi basa dengan penambahan NH3. Jika pada penambahan ini terbentuk endapan hidroksida besi dan mangan, sentrifus dekantasi. Pada filtrat yang tidak berwarna ditambahkan dimetil Kation golongan IV adalah golongan yang terendapkan oleh pereaksi amonium karbonat setelah kation I , II , dan III terendapkan. Pemisahan pada golongan ini sama seperti kation golongan klorida, terisolasi karena terendapkan dan memisah dengan yang lainnya. Kation golongan V atau golongan sisa terdiri dari Mg 2+, K +, Na+, dan NH4+. Disebut golongan sisa karena kation-kation ini adalah sisa dari kation-kation yang telah terendapkan dengan pereaksi-pereaksi kation sebelumnya, dan tidak ada pereaksi khusus yang dapat mengendapkan kation golongan ini. Sebagai kation sisa, kation golongan V tidak berea ksi dengan HCl, hidrogen sulfida, ammonium sulfida atau (jika ada serta garam-garam ammonium) dengan ammonium karbonat. Reaksi-reaksi khusus atau uji-uji nyala dapat dipakai untuk mengidentifikasi ion-ion ini. Reagensia Golongan, tak ada reagensia umum untuk kation – kation golongan ini. Reaksi golongan: kation-kation golongan kelima tidak bereaksi dengan asam
klorida, hydrogensulfide atau garam-garam amonium dengan ammonium karbonat. Reaksi ion ammonium sangat serupa dengan reaksi-reaksi ion kalium, karena jari jair ion dari kedua ion ini hampir identik. A. Magnesium, Mg ( Ar : 24,305). Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan diliat. Ia melebur pada 650 o C. logam ini mudah terbakar dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk oksida MgO dan beberapa nitride Mg 3 N2. Logam ini perlahan-lahanterurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik didih air reaksi berlangsung secara cepat . Magnesium hidroksida, jika tak ada garam ammonium, praktis tak larut. Magnesium larut dengan mudah dalam asam. Magnesium membentuk kation bivalen Mg 2+ oksida, hidroksida, karbonat, dan fosfatnya tak larut : garam-garam lainnya larut. B. Natrium, Na (Ar: 22,99) Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5. Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hydrogen. Dalam garam-garamnya, natrium berada sebagai kation monovalen Na +. Garam-garam ii membentuk larutan tak berwarna kecuali jika anionnya berwarna; hampir semua garam natrium larut dalam air. C. Kalium, K (Ar=39,098) Kalium adalah logam putih-perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5o C. Ia tetap tak berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjaditertutup dengan suatu lapisan biru. Logan itu menguraikan air dengan dahsyat, sambil melepaskan hydrogen dan terbakar dengan nyala lembayung. Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garam kalium mengandung kation monovalen K +, garam-garam ini biasanya larutdan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna. D. Ion Amonium, NH 4+ (Mr: 18,038). Ion-ion ammonium diturunkan dari ammonia, NH 3, dan hydrogen H+. Ciri-ciri khas ion ini adalah serupa dengan cirri-ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan
elektrolisis memakai katode dari merkurium dapat dibuat ammonium amalgam, yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan amalgam dari natrium atau kalium. Garam-garam ammonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalamair, dengan membentuk larutan yang tak berwarna (kecuali bila anionnya berwarna). Dengan pemanasan, semua garam ammonium terurai menjadi ammonia dan asam yang sesuai. Kecuali jika asamnya tak mudah menguap, garam ammonium dapat dihilangkan secara kuantitatif dari campuran kering dengan memanaskan. Reaksi-reaksi ion ammonium umumnya serupa dengan reaksi -reaksi kalium,karena ukuran kedua ion itu hampir identik. Identifikasi NH 4+ dengan NaOH adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kation NH 4+ dalam suatu sampel
yang
ditandai
dengan perubahan warna lakmus merah menjadi biru
karena adanya gas NH3+. Analisis jenis dilaksanakan dengan reaksi – reaksi yang mudah diamati dengan indera mata. Analisis terhadap Kation dan anion ini dilakukan dengan menambahkan pereaksi yang dapat menghasilkan reaksi yang spesifik agar dapat terlihat dan diamati oleh mata sehingga uji terhadap anion-kation dapat teridentifikasikan dengan benar. Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya kenaikan jumlah elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida (Cl -). Natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik compound) karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S2-, dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena ion-ion ini mengandung hanya satu atom. Pengujian anion dilakukan setelah uji kation. Pengujian terhadap anion relatif lebih sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Golongan sulfat: SO 42-, SO32-, PO43-, Cr 2O42-, BO33- -, Cr 2O42-, AsO43,AsO33-. Anion-Anion ini mengendap dengan Ba 2+ dalam suasana basa. 2. Golongan halida : Cl -, Br -, I, S2-
Anion golongan ini mengendap dengan Ag + dalam larutan asam (HNO3). 3. Golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2-. 4. Semua garam dari golongan ini larut. NO 3-, NO2-, CH3OO- . Kelarutan
Beberapa kelarutan garam-garam dan anion-anion dengan di identifikasi sebagai berikut: 1. Ion Klorida (Cl-) Garam-garam yang mengandung ion klorida umumnya larut dalam larut dalam air dan asam kuat encer, kecuali AgCl (berwarna putih). Hg 2Cl2 ( berwarna putih) dan PbCl2 (berwarna putih), khusus PbCl 2 mudah larut dalam air panas. sedangkan AgCl larut dalam amonia encer. 2. Ion Bromida (Br-) Garam-garam yang mengandung ion bromida kebanyakan mudah larut dalam air dan asam kuat encer. kecuali AgBr (berwarna kuning ), HgBr 2 (berwarna putih) dan PbBr 2 (berwarna putih) khusus PbBr 2 mudah larut dalam air panas. 3. Ion Iodida (I-) Garam- garam yang mengandung ion iodida umunya larut dalam air dan asam kuat encer, kecuali AgI (berwarna kuningg muda ), Hg 2I2 ( berwarna kuning) PbI 2 ( berwarna kuning) dan HgI2 (berwarna merah). khusus PbI 2 larut dalam air panas. 4. Ion Sulfat (SO4 2-) Garam-garam yang mengandung ion sulfat umunya larut dalam air dan asam kuat encer kecuali CaSO4, SrSO4, BaSO4, dan PbSO 4 dengan semuanya berwarna putih. dalam larutan BaCl2 membentuk endapan putih. BaSO 4 yang larut dalam HCl encer panas, asam nitrat encer, larut dalam HCl pekat panas. 5. Ion Sulfit (SO3 2-) Garam-garam yang mengandung ion sulfit umunya sukar larut dalam air kecuali garam yang berpasangan dengan kation Na +, K +, dan NH+ endapan dengan berbentuk berwarna putih. 6. Ion Nitrat (NO3-) Garam-garam yang mengandung ion nitrat semuanya mudah larut dalam asam kuat encer. identifikaasi dapat dilakukan dengan tes cincin coklat. 7. Ion Nitrat (NO2-)
Garam-garam yang menagndung ion nitrit. semuanya larut dalam air kecuali perak nitrit yang sedikit larut dalam air.
"MAGNESIUM KLORIDA"
Magnesium KLORIDA adalah logam yang kuat, putih keperakan, ringan (satu pertiga lebih ringan daripada aluminium) dan akan menjadi kusam jika dibiarkan pada udara. Dalam bentuk serbuk, logam ini sangat reaktif dan bisa terbakar dengan nyala putih apabila udaranya lembab. Apabila pita logam magnesium dibakar lalu direndam dalam air, maka akan tetap terbakar hingga pita magnesiumnya habis. Magnesium, ketika dibakar dalam udara, menghasilkan cahaya putih yang terang. Ini digunakan pada zaman awal fotografi sebagai sumber pencahayaan (serbuk kilat). Rapat massa magnesium adalah 1,738 gram/cm3. Massa atom relatimya adalah 24, dan nomor atomnya 12. Magnesium meleleh pada suhu 111°C. Sifat utama Magnesium agak kuat, berwarna putih keperakan dan ringan (satu pertiga lebih ringan daripada aluminium). Magnesium berubah kusam apabila terdedah kepada udara, tetapi berlainan dengan LOGAM-LOGAM ALKALI penyimpanan dalam persekitaran yang bebas oksigen tidaklah diperlukan kerana ia akan membentuk satu lapisan pelindung oksida yang sukar ditembus atau diasingkan. Dalam bentuk serbuk, logam ini terbakar dengan nyalaan putih apabila terdedah kepada keadaan lembap. Magnesium sukar terbakar jika dalam bentuk pukal, dan adalah lebih mudah
untuk
dibakar
jika
dipotong
dalam
bentuk
jalur
nipis.
Adalah amat sukar untuk mematikan pembakaran magnesium, oleh sebab ia boleh
terbakar bersama nitrogen (membentuk magnesium nitrida), dan karbon dioksida (membentuk magnesium oksida dan karbon). Pembakaran pita magnesium akan tetap berterusan jika pita direndam dalam air, sehinggalah pita magnesium habis terbakar. Magnesium menghasilkan cahaya putih yang terang apabila dibakar dalam udara. Ini digunakan pada zaman awal fotografi di mana serbuk magnesium digunakan sebagai sumber pencahayaan (serbuk kilat). Kemudiannya, pita magnesium digunakan dalam mentol denyar yang dinyala secara elektrik. Serbuk magnesium masih digunakan dalam pembuatan mercun dan nyala marin apabila cahaya putih terang diperlukan. Magnesium klorida juga merupakan senyawa ionik, tetapi dengan pengaturan ionion yang lebih rumit karena jumlah ion kloridanya dua kali lebih banyak dari ion magnesium. Sama dengan natrium klorida, panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga besar, sehingga titik leleh dan titik didihnya juga tinggi. Magnesium klorida padat bukan konduktor listrik karena ion-ionnya tidak bergerak bebas. Namun demikian, dapat mengalami elektrolisis jika ion-ionnya menjadi bebas karena meleleh. Magnesium klorida larut dalam air menghasilkan larutan asam lemah (pH = kirakira 6). Jika ion magnesium dipecah dari kisi padatannya dan berubah menjadi larutan, ada daya tarik yang cukup antara ion-ion 2+ dan molekul air untuk membentuk ikatan koordinasi (kovalen dativ) antara ion magnesium dan pasangan elektron bebas di sekitar molekul air. Ion heksaakuamagnesium terbentuk, [Mg(H 2O)6]2+.
Ion ini bersifat asam – tingkat keasamannya tergantung pada berapa banyak elektron dalam molekul air yang didorong ke arah logam sebagai ion pusat. Hidrogen menjadi lebih positif dan lebih mudah ditarik oleh basa. Pada contoh magnesium, banyaknya perubahan sangat kecil, dan hanya dalam proporsi yang kecil dari atom hidrogen yang diambil oleh basa – pada contoh ini, oleh molekul air dalam larutan. Catatan: alasan penanda warna adalah untuk mencoba menghindari kekeliruan antara molekul air yang menempel pada ion dengan molekul air dalam lar utan. Keberadaan ion hidroksonium dalam larutan menyebabkannya terlalu asam. Faktanya ion-ion hidroksonium itu tidak terbentuk (posisi keseti mbangan bergeser ke kiri), artinya larutan hanya sebagai asam lemah. Anda dapat juga mengubah persamaan terakhir dalam bentuk yang disederhanakan: Ion-ion hidrogen dalam larutan merupakan ion-ion hidroksonium. Jika anda menggunakan bentuk ini, perlu dituliskan bentuk/wujudnya.
IV. Alat dan Bahan Alat
Tabung Reaksi
Spatula
Gelas Kimia
Sentrifuge
Kertas saring
Pipet
Bahan
HCl 6M
H2O2 3%
HNO3 pekat
NH4Cl 20% Gas H2S (HCl pekat + FeS)
NH3 pekat
NH3 encer
HCl encer
CH3COOH 6M
NH4OH 6M
NaHPO4
(NH4)2CO3 NaOH
AgNO3
Kertas Lakmus Biru
Kertas Lakmus Merah
Aquades
Pembakar Spirtus, Kaki tiga, kassa
V. Cara Kerja
Analisis Kation
Larutan Analit -Dimasukkan
kedalam tabung reaksi -Ditambahkan beberapa tetes HCl 6 M Endapan -Ditambahkan 1-2 tetes HCl
-Disentifuge
Residu Golongan
Filtrat
-Ditambah
4 tetes H2O2 3 % -Dibuat konsentrasi [H+] sekitar 0,3 M dicek dengan indikator universal -Dipanaskan dalam penangas air selama 2-3 menit -Dialiri gas H2S (HCl + FeS) -Disentrifuge Residu Golongan II
Filtrat -Dididihkan
sampai H2S hilang -Ditambahkan 3 tetes HNO 3 pekat,didihkan lagi -Ditambah 0,25-0,5 mL larutan NH4Cl 20 % -Dipanaskan dalam penangas -Ditambah NH3 pekat sampai bersifat basa -Dimasukkan dalam penangas air selama 2-3 menit -Disentifuge
Residu Golongan IIIA
Filtrat IIIB,IV,V
Filtrat IIIB,IV,V -Ditambah
1-2 tetes NH3 encer -Dipanaskan dan dialiri gas H2S selama 1 menit -Disentifuge
Residu Golongan IIIB
Filtrat IV,V -Diasamkan
dengan asam asetat -Diuapkan menjadi pasta -Didinginkan dan ditambah asam nitrat pekat 5-10 tetes -Dipanaskan dan ditambah 5 tetes HCl encer dan 0,5 mL air -Dipindahkan larutan jernih dalam tabung sentrifuge -Ditambahkan NH4Cl 20 % 5 tetes -Ditambahkan NH4OH tetes demi tetes -Ditambahkan (NH4)2CO3 6 tetes -Dipanaskan dalam penangas air beberapa menit -Disentrifuge, pisahkan endapan dengan fitrat Filtrat -Dibagi
menjadi 4 bagian larutan -Larutan dipanaskan ditabung 1 -Ditambah 1 tetes NH4OH 6 M -Ditambah 1 tetes NaHPO4 -Dibiarkan beberapa menit
Residu Kristal putih MgNH 4PO4 (+Mg)
Analisis Kation ( Uji penegasan )
Analit -Ditambahkan Aquades Larutan jernih -Ditambah NaOH Endapan putih -Ditambah NH4Cl
Endapan larut
Analisis Anion Analit -Ditambahkan dan dipanaskan dengan Na2CO3 jenuh filtrat -Ditambahkan larutan AgNO 3
Endapan putih -Ditambahkan larutan NH4OH Endapan larut ( + Cl - )
VI. Hasil Pengamatan No.
Prosedur Percobaan
Perc.
1.
Analisis Anion
Hasil Pengamatan
Sebelum
Analit = tidak berwarna, kristal kasar, mengkilat
Na2CO3 = tidak berwarna
AgNO3 = tidak berwarna
Dugaan / Reaksi
NH3 = tidak berwarna
Cl- (aq) + Ag+ (aq) = AgCl↓(s) AgCl(aq) + 2NH3 (aq) [Ag(NH 3)2]+ (aq) + Cl(aq)
Sesudah Analit + Na2CO3 = larutan
Fungsi AgNO3 adalah untuk membentuk endapan AgCl atau perak klorida yang berwarna putih
jernih Analit + Na2CO3 + AgNO3 = endapan putih
Analit + Na2CO3 + AgNO3 + NH3 = larut
+ Cl-
Fungsi Na2CO3 untuk menangkap Kation H+ hingga larutan awal akan tersisa menjadi Clsaja Fungsi NH4OH untuk melarutkan endapan
Kesimpulan
Sampel mengandung anion Cl-
No. Perc.
2.
Prosedur Percobaan
Analisis Kation
Dugaan / Reaksi
Hasil Pengamatan
Sebelum
Analit = tidak berwarna, kristal kasar, mengkilap
Tujuan ditambahkan NH4Cl 20% untuk mencegah
HCl = tidak berwarna
H2O2 3% = tidak berwarna
mengendapnya Mg2+
FeS= butiran
sebagai Mg(OH)2
HNO3 pekat = tidak berwarna
NH4Cl = tidak berwarna
NH3 pekat = tidak berwarna
Fungsi penambahan NH3 encer adalah sebagai pemeberi suasana asam
Sesudah
Filtrat gol.I = tidak berwarna Filtrat gol.II = tidak berwarna Filtrat gol.III = tidak berwarna Filtrat gol.IV = tidak berwarna
Kesimpulan
No. Perc.
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
Sebelum
Dugaan / Reaksi
Fungsi penambahan
Filtrat = tidak berwarna
CH3COOH sebagai
HNO3 pekat = tidak berwarna
pelarut
HCl encer = tidak berwarna
Fungsi penambahan
NH4Cl = tidak berwarna
NH4OH = tidak berwarna
(NH4)2CO3 untuk
(NH4)2CO3 = tidak berwarna
mengendapkan larutan
sebagai garam karbonat menjadi barium
Sesudah
Filtrat gol.IV = tidak berwarna
karbonat
Filtrat gol.V = tidak berwarna Filtrat NH4OH + NaHPO4 = endapan kristal putih Mg(NH4)PO4
+ Mg2+
Mg2+ (aq) + NH3(aq) + HPO42-(aq)
Mg(NH4)PO4(s)
Kesimpulan
No. Perc.
Prosedur Percobaan
Uji Penegasan Kation
Dugaan / Reaksi
Hasil Pengamatan
Sebelum
Analit = tidak berwarna, kristal kasar, mengkilap Aquades = tidak berwana NaOH = tidak berwana NH4OH = tidak berwana
Sesudah
Analit + aquades = larutan jernih Analit + aquades + NaOH berlebih = endapan putih Mg(OH)2 endapan putih Mg(OH)2 + NH4OH = endapan larut
MgCl2(aq) + NaOH(aq)
Sampel
Mg(OH) 2(s) +
mengandung kation
NaCl(aq)
Kesimpulan
Mg(OH) 2(s) + NH4Cl(aq) MgCl2(aq) +
NH4OH(aq)
Mg2+
VII. Analisis dan Pembahasan
Analisis Kation Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kation dan anion apa
yang terdapat pada suatu analit. Pertama kali yang kami lakukan adalah melarutkan dengan aquades. Pelarutan ini bertujuan untuk merubah fase analit yang beruapa padatan (tak berwarna, kristal kasar, dan mengkilap) menjadi larutan (aq). Kemudian sampel yang dilarutkan dibagi menjadi 2 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama untuk mengidentifikasi adanya kation, sedangkan tabung reaksi kedua digunakan untuk mengidentifikasi adanya anion. Pertama-tama yang kami lakukan adalah identifikasi kation dengan melarutkan sampel yang tak berwarna, kristal kasar dan mengkilap) kedalam tabung reaksi dan ditambahkan aquades. Kemudian ditambahkan 2 tetes HCl 6M. Penambahan HCl 6 M bertujuan untuk untuk memberikan suasana asam pada larutan dan untuk mengendapkan kemungkinan adanya kation golongan I (Ag +, Pb2+, Hg2+), ketiga kation ini dapat mengendap karena Q (Kelarutan) dari ketiga kation lebih besar daripada HCl 6 M. Ternyata, tidak ada endapan yang terbentuk, melainkan terbentuk filtrat yang tak berwarna. Sehingga tidak perlu untuk disentrifuge. Ini menunjukkan analit kami bukan kation golongan I. Jadi kemungkinannya adalah kation golongan II, III, IV, atau V. Kemudian, analisis dilanjutkan ke tahap selanjutnya sebagai filtrat kation golongan I. Filtrat yang terbentuk berisi golongan II, III, IV, atau V ditambahakan 4 tetes H2O2 3 %. Penambahan ini berguna untuk mengoksidasi kemungkinan adanya Sn2+ menjadi Sn4+ agar menghasilkan pengendapan SnS 2. Kemudian larutan tersebut dibuat [H+] = 0,3M (pH=0,5) dengan indikator universal sebelum dialiri gas H2S. Kondisi pH ini diperlukan, karena dengan konsentrasi asam yang lebih tinggi, maka timbel, kadmium, dan timah (II) akan tak sempurna diendapkan. sebaliknya jika keasaman terlalu rendah maka sulfida dari golongan III mungkin dapat mengendap. Karena pada dasarnya kation golongan II membutuhkan suasana asam mineral encer. Kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 2-3 menit. Pemanasan ini bertujan untuk menguraikan kelebihan H 2O2 sebelum mengalirkan gas H2S. Setelah dipanaskan, kemudian dialiri gas H 2S. Dikarenakan gas H 2S dapat mengendapkan kation golongan II yaitu dengan mengatur konsentrasi H +sehingga
kesetimbangan bergeser ke kiri, ion sulfida dan ion logam dalam larutan dapat membentu garam sulfida yang mengendap. Fungsi dari gas H 2S adalah untuk mengetahui apakah analit akan mengendap atau tidak, endapan tersebut berasal dari pembentukan senyawa kompleks yang di hasilkan dari H 2S berubah menjadi HS, dengan reaksi Gas H2S dapat dibuat dengan memasukkan butiran FeS kedalam labu erlenmeyer yang ditambahkan HCl pekat). Reaksi yang terbentuk : FeS(s) + 2HCl (aq) H2S(g) + FeCl2(aq) Gas H2S termasuk diploatik. Dimana atom H + akan lepas satu persatu. Dengan reaksi sebagai berikut : H2S(g) ↔ H+(aq) + HS(aq) HS (aq) ↔ H+(aq) + S2-(aq) Gas H2S yang keluar dialirkan dengan menggunakan selang yang dimasukkan kedalam larutan yang terdapat dalam tabung reaksi. Ternyata tidak terbentuk endapan, melainkan terbentuk filtrat yang tak berwarna. Ini menunjukkan bahwa analit kami bukan golongan II. Sehingga filtrat mungkin mengandung kation golongan III, IV, atau V. Kemudian, analisis dilanjutkan ke tahap selanjutnya sebagai filtrat kation golongan II. Filtrat yang kemungkinan mengandung kation golongan III, IV, atau V kemudian didihkan sampai gas H 2S hilang. Cara untuk mengetahui gas H 2S hilang adalah dengan cara kertas saring dibasahi dengan timbal asetat (CH3COOH)2Pb) diletakkan diatas mulut tabung reaksi yang dipanaskan. Apabila kertas timbal aseta t tidak berwarna hitam, menandakan bahwa gas H 2S sudah hilang. Kemudian ditambahkan 3 tetes HNO 3 pekat. Lalu ditambahkan 0,5 mL NH 4Cl 20% yang bertujuan untuk menggeser reaksi kesetimbangan ke arah kiri sehingga konsentrasi OH- tidak cukup banyak untuk mengendapkan Mg(OH) 2 jika terdapat ion Mg2+. Kemudian dipanaskan dengan penangas air selama 2-3 menit. Lalu ditambahkan NH4OH encer sampai bersifat basa yaitu dengan cara meneteskannya sedikit demi sedikit kedalam kertas lakmus merah yang dimasukkan kedalam kedalam larutan (filtrat) sampai lakmus berubah warna menjadi biru. Pemberi suasana basa
bertujuan untuk mengendapkan kation golongan III yang berbentuk endapan hidroksida, namun sebaliknya jika pH terlalu basa maka kation golongan IV atau V juga ikut mengendap bersama-sama dengan golongan III. Karena pada dasarnya kation golongan III membutuhkan hanya sedikit suasan basa (buffer). Setelah itu dimasukkan dalam penangas selama 3 menit. Ternyata tidak menghasilkam endapan, melainkan berbentuk filtrat yang tak berwarna. Ini menunjukkan analit kami bukan golongan III. Sehingga filtrat mungkin mengandung kation golongan IIIB, IV, atau V. Filtrat yang kemungkinan mengandung kation golongan IIIB, IV atau V ditambah 2 tetes NH4OH encer. Penambahan ini berfungsi untuk menjadikan suasana basa dan agar mudah menyerap gas H 2S. Kemudian dipanaskan dan dialiri gas H2S selama 1 menit. Ternyata tidak terbentuk endapan, melainkan berbentuk filtrat yang tak berwarna. Ini menunjukkan analit kami bukan golongan IIIB. Sehingga filtrat mungkin mengandung kation golongan IV, atau V. Filtrat yang kemungkinan mengandung kation golongan IV atau V diasamkan dengan asam asetat yang berfungsi sebgai pelarut dan diuapkan menjadi pasta. Namun ketika sampai tahap ini, kami tidak berhasil menjadikan pasta. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti ketika dialiri gas H2S pada tahap-tahap sebelumnya terjadi secara tidak sempurna, atau karena kurang tepatnya jumlah penambahan reagensia-reagensia. Dalam mengidentifikasi kation, dilakukan uji penegasan dikarenakan ketika identifikasi golongan IV tidak berhasil diuapkan menjadi pasta dengan car a sampel yang sudah dilarutkan dalam aquades tersebut ditambahkan NaOH berlebih. Penambahan ini bertujuan untuk mengendapkan ion Mg 2+ menjadi Mg(OH) 2. Kemudian ditambahkan NH 4Cl maka endapan akan larut karena NH4Cl bertujuan untuk melarutkan endapan dan sebagai pembuktian bahwa Mg mudah larut dalam garam Ammonium. Ini menjukkan sampel mengandung kation Mg 2+. Persamaan reaksinya adalah : MgCl 2(aq) + NaOH(aq) Mg(OH)2(s) + NaCl(aq) Mg(OH)2(s)+ NH4Cl(aq) MgCl2(aq) + NH4OH(aq)
Analisis Anion Untuk mengidentifikasi anion yang terdapat di dalam analit, digunakan
tabung reaksi kedua untuk membuat larutan persiapan. Larutan persiapan in i dibuat dengan analit dipanaskan dengan Na 2CO3 jenuh. Fungsi penambahan Na 2CO3 jenuh adalah untuk membentuk endapan dan filtrat. Kemudian terbentuk filtrat tidak berwarna. Kemudian ditambahkan AgNO 3 ternyata membentuk endapan putih, Penambahan AgNO 3 ini bertujuan untuk mebentuk endapan putih AgCl. Selanjutnya ditambahkan larutan NH 4OH. Dan ternyata endapan larut. Penambahan NH3 bertujuan untuk melarutkan endapan. Karena dengan penambahan NH 3 maka terbentuk ion kompleks [Ag(NH3)2]+ yang berbentuk larutan. Hal ini menunjukkan bahwa sampel mengandung anion Cl -. Persamaan reaksinya adalah: Cl-(aq) + Ag+(aq) AgCl↓(s) AgCl(aq)+ 2NH3(aq) [Ag(NH3)2]+ (aq) + Cl-(aq)
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa: a. Dalam sampel yang tidak berwarna, serbuk kasar dan mengkilap mengandung kation Mg 2+ b. Dalam sampel yang tidak berwarna, serbuk kasar dan mengkilap mengandung anion Cl c. Jadi, sampel yang diuji merupakan senyawa MgCl 2
IX. Tugas dan Jawaban Pertanyaan
1. Tuliskan reaksi umum untuk masing-masing golongan!
Golongan I : M + + Cl- MCl(s) (putih)
Golongan II : Mn+ + S 2-
M2Sn (warna endapan tergantung masing-
masing kationnya, yaiu HgS, Bi 2S3, CuS berwarna hitam, CdS,As 2S3, SnS2 berarna kuning dan Sb 2S3, Sb2S5 berwarna merah)
Golongan III A: M 3+ + OH- M(OH)3 (s) (warna endapan tergantung kation, yaitu Fe(OH) 3, Al(OH)3, berwarna putih dan Cr(OH) 3 berwarna abu-abu kehijauan)
Golongan IIIB : M 2+ + S2-
MS (s) (warna endaan tergantung
kationnya, yaitu NiS, CoS berwrna hitam, MnS berwarna merah jambu, ZnS berwarna putih)
Golongan IV : M 2+ + CO32- MCO3 (s) (putih)
Golongan V : tidak ada reagensia khusus, digunakan reaksi khusus uji kering untuk mengidentifikasi ion-ionnya
2. Mengapa oksidator yang digunakan dalam analisis kation secara sistem H 2S adalah H2O2 atau air brom, bukan HNO3? Karena H2O2 mudah menguap jika ditambahkan air sehingga didapatkan endapan garam sulfida dan H 2S. Jika menggunakan HNO 3 karena semmua asam harus dihilangkan sehingga endapan garam sulfida tidak akan terbentuk karena gas H 2S dialirkan dalam analit dalam suasana asam. 3. Bagaimana cara mengetahui bahwa H2S, H2O2, atau Br 2 sudah tidak terdapat di dalam larutan? H2S dinyatakan tidak ada dalam larutan bila kertas Pb-asetat tidak berwarna hitam H2O2 dinyatakan tidak ada dalam larutan bila kertas saring yang telah dicelupkn HCl yang dihadapkan pada lubang selang H 2O2 tidak ada noda hitam Br 2 dinyatakan tidak ada dalam larutan bila kertas kanji yang diletakkan pada asap larutan yang diuapkan tidak berwarna jingga 4. Mengapa menentukan adanya kation NH 4+ harus digunakan analitnya langsung?
Karena filtrat golongan IV sudah mengandung ion NH4 + yang ditambahkan pada pemisahan golongan sebelumnya 5. Bagaimana reaksinya secara umum pada pembuatan larutan persiapan untuk menentukan adanya anion? MA2+ + CO32- MCO3 + 2A6. Pengendapan garam sulfida pada analisis kation golongan II dan golongan III B dilakukan pada suasana larutan yang berbeda. Jela skan? Karena pada gologan II, pengendapan garam sulfida dilakukan dalam suasana asam, yakni dalam H2S yan mengandung HCl encer. Hal ini dikarenakan filtrat yang digunakan untuk mendapatkan endapan garam sulfida tadi berasal dari filtrat golongan I yang masih mengandung HCl encer. Pada golongan III B, pengendapan garam sulfida dilakukan dalam suasana basa yaitu dalam H2S yang mengandung larutan NH 3 dan NH4Cl. Hal ini karena filtrat yang digunakan untuk mendapatkan endapan garam sulfida berasal dari filtrat golongan III A yang masih mengandung NH 3 dan NH4Cl 7. Mengapa pada pengendapan golongan IV harus dalam suasana basa? Karena larutan amonia dalam air, NH4OH, yang ditambahkan sebelum filtrat diletakkan pada penangas air dapat mencegah hilangnya asam-asam yang mudah mengua sehingga akan menghasilkan garam-garam karbonat yang berasal dari larutan amonium karbonat
X. Daftar Pustaka
Anonim. 2006. Lembaran Data Keselamatan Bahan. Online. Web Publikasi. http://www.merck-performance-materials.com/. Diakses pada tanggal 17 Mei 2016. Icha. 2012. Unsur-Unsur Periode Ketiga. Online. Web Publikasi : https://ichadoank18.wordpress.com/2012/03/07/unsur-unsur-periode-ke3/. Diakses pada tanggal 16 Mei 2016. Pradana, Dirjahayu. 2012. Senyawa Magnesium Klorida. Online. Web Publikasi : http://dirjahayupradana.blogspot.co.id/2012/12/natrium-klorida.html. Diakses pada tanggal 16 Mei 2016. Saputro, Agung Dwi. 2015. Kimia Analisis Uji Kation. Online. Web Publikasi : http://dokumen.tips/documents/kimia-analisis-uji-kation.html. Diakses pada tanggal 13 Mei 2016. Sari, Gina. 2014. Laporan Praktikum Kimia Analisis Pemeriksaan Kation Anion. Online. Web Publikasi : http://www.slideshare.net/ghinnakuts/laporan praktikum-kimia-analisis-pemeriksaan-kation-anion-gina. Diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Svehla, G. Vogel Bagian 1.1990. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka. Svehla, G. Vogel Bagian II .1990. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 Revisi tanggal 16.03.2015
Versi 1.3
BAGIAN 1. Identitas Bahan dan Perusahaan 1.1 Pengidentifikasi produk No katalog Nama produk
130150 RonaCare® Magnesium Chloride
Nomor Registrasi REACH Nomor registrasi tidak tersedia untuk bahan ini karena bahan atau penggu naannya dibebaskan dari pendaftaran sesuai dengan Pasal 2 peraturan REAC H (EC) No 1907/2006, tonase tahunan tidak memerlukan pendaftaran atau pe ndaftaran diantisipasi untuk batas waktu pendaftaran akan datang. No-CAS 7791-18-6 1.2 Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran yang diidentifikasi dan penggunaan yang disarankan terhadap Penggunaan yang teridentifikasi
Bahan baku kosmetik Untuk informasi tambahan mengenai penggunaan, silakan rujuk ke portal Merck Chemicals (www.merckgroup.com).
1.3 Rincian penyuplai lembar data keselamatan Perusahaan Bagian Yang Menangani 1.4 Nomor telepon darurat
Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 EQ-RS * e-mail:
[email protected] Customer Call Centre : + 62 0800 140 1253 (TollFree)
BAGIAN 2. Identifikasi bahaya 2.1 Klasifikasi bahan atau campuran Bahan ini tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut undang-undang Uni Eropa. 2.2 Elemen label Pelabelan (PERATURAN (EC) No 1272/2008) Bukan bahan atau campuran berbahaya menurut Peraturan (EC) No 1272/2008. 2.3 Bahaya lain Tidak ada yang diketahui.
BAGIAN 3. Komposisi Bahan 3.1 Bahan
Rumus
MgCl * 6 H O
No-EC Massa molar
O (Hill) 232-094-6 203,30 g/mol
₂
₂
Cl Mg * 6 H ₂
₂
3.2 Campuran Tidak berlaku
BAGIAN 4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) 4.1 Penjelasan mengenai tindakan pertolongan pertama Setelah menghirup: hirup udara segar. Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Setelah tertelan: beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat. 4.2 Kumpulan gejala / efek terpenting, baik akut maupun tertunda efek iritan, paralisa pernapasan, Diare, Mual, Muntah, gangguan kardiovaskular, kelemahan otot, Kecapekan, gejala kelumpuhan
4.3 Indikasi pertolongan medis pertama dan perawatan khusus yang diperlukan Tidak tersedia informasi.
BAGIAN 5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran 5.1 Media pemadaman api Media pemadaman yang sesuai Gunakan tindakan pemadaman kebakaran yang sesuai untuk situasi lokal dan lingkungan sekeliling. Media pemadaman yang tidak sesuai Untuk bahan/campuran ini, tidak ada batasan agen pemadaman yang diberika n. 5.2 Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran Tidak mudah terbakar. Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya. Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: Gas hidrogen klorida 5.3 Saran bagi petugas pemadam kebakaran Alat pelindung khusus bagi petugas pemadam kebakaran Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung pernapasan. Untuk menghindari kontak dengan kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian pelindung yang sesuai. Informasi lebih lanjut Tekan (pukul kebawah) gas/uap/kabut dengan semprotan air jet. Cegah air pemadam kebakaran mengkontaminasi air permukaan atau sistim air tanah.
BAGIAN 6. Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran 6.1 Langkah-langkah pencegahan diri, alat pelindung dan prosedur tanggap darurat Nasihat untuk personel nondarurat Hindari penghisapan debu. Evakuasi dari daerah bahaya, amati prosedur darurat, hubungi ahli.
Saran bagi responden darurat: Perlengkapan pelindung, lihat bagian 8. 6.2 Langkah-langkah pencegahan bagi lingkungan Jangan biarkan produk masuk ke saluran pembuangan. 6.3 Metode dan bahan untuk penangkalan (containment) dan pembersihan Tutup saliran. Kumpulkan, ikat dan pompa keluar tumpahan. Amati kemungkinan pembatasan bahan (lihat bagian 7 dan 10). Ambil dalam keadaan kering. Teruskan ke pembuangan. Bersihkan area yang terkena. Hindari pembentukan debu. 6.4 Rujukan ke bagian lainnya Indikasi mengenai pengolahan limbah, lihat bagian 13.
BAGIAN 7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan 7.1 Kehati-hatian dalam menangani secara aman Langkah-langkah pencegahan untuk penanganan yang aman Taati label t indakan pencegahan. Tindakan higienis Ganti pakaian yang terkontaminasi . Cuci tangan setelah bekerja dengan bahan tersebut. 7.2 Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas Kondisi penyimpanan Tertutup sangat rapat. Kering. Suhu penyimpanan yang direkomendasikan, lihat label produk. 7.3 Penggunaan akhir khusus Selain penggunaan yang disebutkan dalam bagian 1.2, tidak ada penggunaan spesifik lain yang diantisipasi.
BAGIAN 8. Pengendalian pemajanan dan perlindungan diri 8.1 Parameter pengendalian
Tidak mengandung bahan-bahan yang mempunyai nilai batas eksposur pekerjaan. 8.2 Pengendalian pendedahan Pengendalian teknik yang sesuai Langkah-langkah teknis dan operasi kerja yang sesuai harus diberikan prioritas dalam penggunaan alat pelindung diri. Lihat bagian 7.1. Tindakan perlindungan individual Pakaian pelindung harus dipilih secara spesifik untuk tempat bekerja, tergantung konsentrasi dan jumlah bahan berbahaya yang ditangani. Daya tahan pakaian pelindung kimia harus dipastikan dari masing-masing suplier. Perlindungan mata/wajah Kacamata-pengaman Perlindungan tangan kontak penuh: Bahan sarung tangan: Karet nitril
kontak percikan:
Tebal sarung tangan: Waktu terobosan: Bahan sarung tangan: Tebal sarung tangan: Waktu terobosan:
0,11 mm > 480 min Karet nitril 0,11 mm > 480 min
Sarung tangan pelindung yang digunakan harus mengikuti spesifikasi pada EC directive 89/686/EEC dan standar gabungan d EN374, untuk contoh KCL 741 Dermatril® L (kontak penuh), KCL 741 Dermatril® L (kontak percikan). Waktu terobosan yang disebutkan diatas ditentukan oleh KCL dalam uji laboratorium berdasarkan EN374 dengan sampel tipe sarung tangan yang dianjurkan. Rekomendasi ini berlaku hanya untuk produk yang disebutkan dalam l embar data keselamatan dan disuplai oleh kami sesuai tujuan yang kami maksud. Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier
sarung tangan CE-resmi (misalnya KCL GmbH, D-36124 Eichenzell, Internet: www.kcl.de). Perlindungan pernapasan diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang direkomendasikan: Filter P 1 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat bahan inert Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan, dan pengujian perangkat perlindungan pernafasan telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari pabriknya. Tindakan ini harus didokumentasikan dengan benar. Kontrol eksposur lingkungan Jangan biarkan produk masuk ke saluran pembuangan.
BAGIAN 9. Sifat-sifat Fisika dan Kimia 9.1 Informasi tentang sifat fisik dan kimia Bentuk
padat
Warna
tidak berwarna
Bau
Tak berbau
Ambang Bau
Tidak berlaku
pH
4,5 - 7,0 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur
kira-kira 117 °C (penguraian)
Titik didih/rentang didih
Tidak berlaku
Titik nyala
Tidak berlaku
Laju penguapan
Tidak tersedia informasi.
Flamabilitas (padatan, gas)
Produk ini menyala.
tidak
mudah-
Terendah batas ledakan
Tidak tersedia informasi.
Tertinggi batas ledakan
Tidak tersedia informasi.
Tekanan uap
Tidak tersedia informasi.
Kerapatan (densitas) uap relatif
Tidak tersedia informasi.
Densitas
kira-kira1,57 g/cm³ pada 20 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif Kelarutan dalam air
Tidak tersedia informasi. 1.670 g/l pada 20 °C
Koefisien partisi (n-oktanol/air) Tidak tersedia informasi. Suhu dapat membakar sendiri Tidak tersedia informasi. (auto-ignition temperature) Suhu penguraian > 117 °C Peniadaan air kristalisasi Viskositas, dinamis
Tidak tersedia informasi.
Sifat peledak
Tidak diklasifikasikan meledak.
Sifat oksidator
tidak ada
9.2 Data lain Suhu menyala
sebagai
mudah
tidak mudah terbakar
BAGIAN 10. Reaktifitas dan Stabilitas 10.1 Reaktifitas Lihat bagian 10.3. 10.2 Stabilitas kimia melepaskan air kristal jika dipanaskan. 10.3 Reaksi berbahaya yang mungkin di bawah kondisi spesi fik/khusus tidak ada informasi yang tersedia
10.4 Kondisi yang harus dihindari Pemanasan kuat ( penguraian). 10.5 Bahan yang harus dihindari tidak ada informasi yang tersedia 10.6 Produk berbahaya hasil penguraian Pada saat kebakaran. Lihat bab 5.
BAGIAN 11. Informasi Toksikologi 11.1 Informasi tentang efek toksikologis Toksisitas oral akut LD50 Tikus: > 2.000 mg/kg Pedoman Tes OECD 423 Toksisitas inhalasi akut Tanda-tanda: iritasi mukosa ringan Toksisitas kulit akut LD50 Tikus: > 2.000 mg/kg Pedoman Tes OECD 402
Iritasi kulit Kelinci Hasil: Tidak mengiritasi Pedoman Tes OECD 404 iritasi ringan
Iritasi mata Kelinci Hasil: Tidak menyebabkan iritasi mata Pedoman Tes OECD 405
Sensitisasi Tes maksimumisasi (GPMT) Kelinci percobaan Hasil: Negatif Metoda: Pedoman Tes OECD 406
Mutagenisitas pada sel nutfah Genotoksisitas dalam tabung percobaan Tes Ames Bacillus subtilis Hasil: Negatif (Lit.)
Mutagenisitas (uji sel mammal) : aberasi kromosom. Lymphosit manusia Hasil: Negatif Metoda: Pedoman Tes OECD 473 Karsinogenisitas Informasi ini tidak tersedia. Toksisitas terhadap Reproduksi Informasi ini tidak tersedia. Teratogenisitas Informasi ini tidak tersedia. Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan tunggal Informasi ini tidak tersedia. Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan berulang Informasi ini tidak tersedia. Bahaya aspirasi Informasi ini tidak tersedia.
11.2 Informasi lebih lanjut Setelah penggunaan dalam jumlah besar : Demam uap logam setelah terhirup dalam jumlah besar. Mual, Muntah, Diare Efek sistemik : tekanan darah turun, Ketidak-teraturan jantung, kelemahan otot, gejala kelumpuhan, Kecapekan Setelah penyerapan dengan jumlah besar : paralisa pernapasan, gangguan kardiovaskular Diharapkan tidak terdapat efek toksik jika produk ditangani dengan tepat. Tangani sesuai dengan praktik kebersihan dan keselamatan industri yang baik.
BAGIAN 12. Informasi Ekologi
12.1 Toksisitas Keracunan untuk ikan LC50 Pimephales promelas: 2.120 mg/l; 96 h (senyawa anhydrat) (Database ECOTOX)
Derajat racun bagi daphnia dan binatang tak bertulang belakang lainnya yang hidup dalam air EC50 Daphnia magna (Kutu air): 1.400 mg/l; 48 h (senyawa anhydrat) (Database ECOTOX)
Keracunan untuk ganggang IC50 Desmodesmus subspicatus (Ganggang hijau): 2.200 mg/l; 72 h (senyawa anhydrat) (IUCLID)
Keracunan untuk bakteria EC50 Photobacterium phosphoreum: 36.300 mg/l; 30 min (senyawa anhydrat) (IUCLID)
12.2 Persistensi dan penguraian oleh lingkungan Daya hancur secara biologis Metode untuk menentukan tingkat-penguraian hayati tidak berlaku untu bahan anorganik.
12.3 Potensi bioakumulasi Tidak tersedia informasi.
12.4 Mobilitas dalam tanah Tidak tersedia informasi.
12.5 Hasil dari asesmen PBT dan vPvB Penilaian PBT/vPvB tidak dilakukan karena penilaian keamanan bahan kimia tidak diperlukan/tidak dilakukan.
12.6 Efek merugikan lainnya Informasi ekologis tambahan Pelepasan ke lingkungan harus dihindarkan.
BAGIAN 13. Pembuangan limbah Metode penanganan limbah Limbah harus dibuang sesuai dengan Petunjuk mengenai l imbah 2008/98/EC s erta peraturan nasional dan lokal lainnya. Tinggalkan bahan kimia dalam wadah aslinya. Jangan dicampurkan dengan limbah lain. Tangani wadah koto r seperti produknya sendiri..
Lihat www.retrologistik.com untuk mengetahui proses pengembalian bahan k imia dan wadah, atau hubungi kami di sana jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut.
BAGIAN 14. Informasi pengangkutan Transpor jalan (ADR/RID) 14.1 - 14.6
Tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut peraturan
pengangkutan. Transpor air sungai (ADN) Tidak bersangkut-paut Transpor udara (IATA) 14.1 - 14.6
Tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut peraturan
pengangkutan. Transpor laut (IMDG) 14.1 - 14.6
Tidak diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut peraturan
pengangkutan. 14.7 Transportasi dalam jumlah besar berdasarkan pada MARPOL 73/78 Lampiran II dan IBC Code Tidak bersangkut-paut
BAGIAN 15. Peraturan Perundang - undangan 15.1 Regulasi tentang lingkungan, kesehatan dan keamanan untuk produk ters ebut Perundang-undangan nasional Kelas penyimpanan
10 - 13
15.2 Asesmen Keselamatan Kimia Untuk produk ini, penilaian keselamatan kimia sesuai dengan peraturan EU REACH No 1907/2006 tidak dilakukan.
BAGIAN 16. Informasi lain Nasehat pelatihan Menyediakan informasi, instruksi dan pelatihan yang memadai bagi operator. Pelabelan (67/548/EEC atau 1999/45/EC) Produk ini tidak perlu dilabel menurut arahan EC atau hukum nasional yang terkait. Legenda atau singkatan dan akronim yang digunakan dalam LDK Singkatan dan akronim yang digunakan dapat dicari di http://www.wikipedia.org. Perwakilan regional Alamat Merck Indonesia Kantor Pusat: Jl T.B Simatupang No 8 Pasar Rebo Jakarta 13760 * Phone: +62 21 8400081, +62 21 87791415 Kantor Marketing: Gedung PP Plaza Jl. T.B Simatupang No 57 Jakarta 13760 * Phone: +62 21 8413889* email: Chemicals@merck
Informasi yang terkandung di dalam ini berdasarkan pada pengetahuan terkini. Informasi ini menggambarkan produk sesuai dengan ti ndakan pencegahan dan keselamatan.
Lampiran Foto
No.
Keterangan
1.
Sampel tidak berwarna, mengkilap seperti Gula
2.
Larutan sampel di encerkan dengan air
3.
Alat dan bahan yang digunakan : a. Gelas kimia b. Corong c. Pipet tetes d. Pegangan e. Tabung reaksi f. Gelas ukur g. Spatula h. Rak tabung reaksi i. Beberapa reagen
Gambar
a.
c.
b.
d.
e.
g.
i
3.
Anion yang ditemukan yaitu Cl- . Merupakan larutan tidak berwarna
4.
Larutan sampel dipanaskan sampai gas H2S menghilang
f.
h.