LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
“MINIMAL AREA”
Nama
Ayu Wulandari
Nim
F1071151004
Kelas
Kelas.B
Kelompok
1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu organisme yang me miliki jumlah varietas yang sangat banyak tersebar di muka bumi ini. Persebaran tumbuh an relatif bergantung pada jenis tumbuhan dengan kondisi wilayah yang ditempatinya. Persebaran tumbuhan sangat dipengaruhi oleh kualitas tanah, kondisi cuaca atau iklim dan juga kekerabatannya dengan species lain. Keragaman species yang terdapat dalam suatu wilayah cenderung memiliki jumlah yang sedikit pada musim kemarau jika dibandingkan dengan keragamana species pada musim penghujan. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasan ya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lainlain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik. Istilah ekologi juga berkaitan dengan komunitas dan populasi. Populasi merupakan kumpulan individu dari jenis yang sama dalam suatu daerah, maka komunitas merupakan kumpulan populasi dari berbagai jenis dalam suatu daerah. Setiap dari satu jenis komunitas bisa saja terdapat berbagai macam spesies. Dan tentunya jumlah spesies yang satu dengan yang lainnya dalam suatu komunitas tidaklah sama. Bisa saja terdapat spesies yang lebih mendominasi, bahkan terdapat p ula jumlah spesies yang terlalu sedikit pada komunitas tersebut.
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya yang banyak ditemukan. Untuk mempelajari suatu kelompok tumbuhan yang belum diketahui yaitu baik digunakan dengan cara tehnik yang dapat berupa bidang (plot, kuadrat) garis atau titik. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dilakukan praktikum perhitungan jumlah vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat atau plot pada suatu area tertentu. Lingkungan sebagai faktor ekologi yang terdapat disekitar tumbuhtumbuhan dan makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.Habitat sebagai faktor lingkungan tempat tinggal dalam melaksanakan kehidupannya. Dalam mempelajari ekologi tumbuhan kita tidak dapat melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati komunitas tumbuhan, terutama apabila area itu cukup luas.Dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili komunitas tumbuhan yang ada. Prinsip penentuan ukuran plot adalah plot dibuat dari ukuran terkecil hingga pada ukuran terbesar dengan spesies yang bervariasi dari satu plot ke plot yang lain sampai pada tidak ada lagi keaneka ragaman spesies. Ukuran plot terkecil yang digunakan yaitu 25 x 25 cm hingga plot area dengan ukuran tertentu sesuai dengan pertambahan jenis specses. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hasil pengamatan yang di dapat pada masing- masing plot ? 2. Bagaimana kondisi lingkungan yang ada di sekitar plot ? 3. Apa kekurangan dan kelebihan metode petak atau minimal area ? 4. Bagaimana karakteristik tumbuhan (habitus, bentuk daun, pertulangan daun) yang di dapat pada masing- masing plot ? C. Tujuan Untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang memiliki kemampuan berbiak silang di suatu tempat pada waktu tertentu. Komunitas adalah kumpulan populasi yang saling berinteraksi di suatu daerah. Ekosistem adalah sistem hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan komponen abiotik yang mempengaruhinya. Biosfer adalah bagian bumi yang ditempati oleh makhluk hidup (Odum, 2001). Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik (Odum,2001). Mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati oleh komunitas, terutama apabila area tersebut sangat luas. Oleh karena itu kita dapat melakukan penelitian disebagian area komunitas tersebut dengan syarat begian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas. Suatu metode untuk menentukan luas minimum suatu daerah disebut metode luas minimal. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan dalam metode tersebut (Heddy,1986). Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat
terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur(Natassa dkk, 2010). Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada, baik secara ruang maupun waktu. Rawa-rawa, hutan, dan padang rumput dapat dijadikan contoh dari tipe vegetasi. Suatu tipe vegetasi kadangkala dibagi lagi menjadi beberapa komunitas yang predominan atau disebut asosiasi yaitu sekumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama di suatu lingkungan. Komunitas tumbuhan (asosiasi) sering kali digunakan oleh para ahli ekologi untuk menjelaskan vegetasi. Sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh suatu komunitas tumbuhan adalah mempunyai komposisi floristic yang tetap, fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dan sebagainya) yang relatif seragam, dan mempunyai penyebaran yang karakteristik dalam lingkungan atau habitat dengan ciriciri tertentu (Sastroutomo, 2009). Untuk memahami luas, metode manapun yang dipakai untuk menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Anwar,1995). Suatu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal atau minimal area. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komun itas atau vegetasi tersebut (Odum, 2001). Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yakni penyebaran acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yakni penyebaran
percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik (Rahadjanto, 2001). Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas kurva spesies areanya. Bentuk luasan kurva spesies area dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Petak contoh dapat ditambahkan jika terjadi penambahan spesies dalam petak contoh yang sedang di amati lebih dari 10 %. Luasan petak contoh pada praktikum yaitu 25 cm / 0,25 m. Pemilihan ukuran tersebut dikarenakan pada vegetasi padang rumput selain tumbuhannya kecil juga pada analisis vegetasinya dalam ukuran petak contoh belum mencapai 1 m semua spesies di situ sudah terdata semua. Luasan petak contoh pada praktikum yang dilakukan yaitu: Petak contoh 1 = 25 cm2 Petak contoh 2 = 25 x 50 cm Petak contoh 3 = 50 x 50 cm Petak contoh 4 = 50 x 100 cm Petak contoh 5 = 100 x 100 cm (1 m2) Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Kimball, Jhon W. 1994). Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies yang sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam. Istilah keragaman spesies seprti yang digunakan oleh para ahli ekologi. Mepertimbangkan kedua komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kelimpahan relatif (Kimball, Jhon W. 1994). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang
membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam. Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).
BAB III METODOLOGI A. Waktu dan Tempat a) Hari/ tanggal : Senin, 17 Oktober 2017 b) Waktu : 13.00 – 15. 00 WIB c) Tempat : Laboratorium Biologi FKIP Untan B. Alat dan Bahan a) Alat 1. 6 buah pancang 2. Meteran 3. Tali rapia 4. Gunting 5. Alat tulis 6. Buku identifikasi b) Bahan C. Cara Kerja 1. Dibuat plot/ petak dengan ukuran 25 × 25 cm 2. Di catat dan amati jenis- jenis tumbuhan yang terdapat pada plot tersebut 3. Di perbesar plot dengan ukuran 25 × 50 cm 4. Dicatat penambahan jenis pada plot tersebut 5. Diperbesar plot dua kali lipat menjadi 50 × 50 cm. dan dicatat penambahan jenis tumbuhannya 6. Hal yang sama dilakukan untuk perbesaran plot selanjutnya yaitu 50 × 100 cm, 100 × 100 cm dan seterusnya sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru
7. Apabila pertumbuhan jenis relatif kecil (persentase penambahan jenis kira- k ira 10 %) maka ukuran plot tidak diperluas lagi 8. Plot yang terakhir inilah yang disebut minimal area 9. Dibuat grafik kurva dari hasil percobaan ini Contoh pembuatan plot dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 5 (100 × 100 cm)
3 (50 × 50 cm)
1 (25 × 25 cm))
4 (50 × 100 cm)
2 (25 × 50 cm)
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1) Tabel hasil pengamatan Petak contoh No
Jenis
1
2
3
4
5
Total individu
1
Spesies A
30
15
-
-
-
45
30
15
-
-
-
45
Total spesies semua plot
Gambar
Keterangan
Habitus herba dengan sistem perakaran serabut. Bentuk daun bangun lanset dengan ujung runcing (acutus) dan pangkal daun runcing dengan pertulangan daun sejajar dan tepi daun rata (integer)
2) Grafik hasil pengamatan
Grafik Minimal Area 35
n a m30 a n 25 a t s 20 e i s 15 e p S 10 h a l 5 m u J 0
30
15
Plot 1
Plot 2
Plot keSpesies A
B. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan “Minimal Area/ Kurva Spesies” yang bertujuan untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal. Suatu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal atau minimal area. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Praktikum ini dilakukan di lapangan FKIP Universitas Tanjungpura. Untuk suatu kondisi padang rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum pada luas minimum di suatu areal vegetasi komunitas. Pengamatan dilakukan melalui pengukuran dengan membuat bujur sangkar ( plot ) dengan ukuran plot 1 = 25 x 25 cm, plot 2 = 25 x 50 cm, plot 3 = 50 x 50 cm, plot 4 = 50 x 100 cm dan plot 5 = 100 x 100 cm di lapangan (suatu ekosistem) dari tumbuhan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa, untuk pengukuran pertama dengan ukuran 25 x 25 cm (plot 1) ditemukan 1 spesies tanaman A yang berjumlah 30, dimana pada areal atau komunitas tersebut sangat mendukung pertumbuhan tumbuhan tersebut. Selanjutnya luas areal ( plot ) tersebut diperluas menjadi 25 x 50 cm (plot 2), ternyata dengan penambahan luas, tidak terjadi penambahan jenis spesies yang ditemukan dalam ekosistem tersebut. Adapun di dalamnya ditemukan jenis tumbuhan yang sama, yaitu tanaman spesies A tetapi dengan jumlah yang lebih sedikit dari plot 1 yaitu sebanyak 15. Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan tanah, senyawa organik dan lain-lain. Selain itu penambahan suatu areal akan dihentikan bila pengamatan pada areal areal berikutnya ditemukan jenis tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya. Dimana pengamatan, area sekitar plot banyak dijumpai tanaman berhabitus herba, karena lokasi pembuatan plot berada dibawah pohon besar dan teduh yang memungkinkan tanaman jenis lain kurang dapat tumbuh di sekitarnya. Kondisi area yang lembab dan cahaya yang cukup memungkinkan tanaman spesies A dapat tumbuh lebih banyak pada lokasi tersebut, sehingga tanaman spesies A dapat dijumpai pada plot 1 dan plot 2 tanpa adanya penambahan spesies tanaman lain. Selain itu pada lokasi lahan tersebut persebaran
vegetasi spesies tanaman masih kurang dikarenakan adanya faktor internal dan eksternal yang memungkinkan tanaman jenis lain tidak dapat tumbuh. Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masingmasing spesies. Pada plot 1 dan plot 2, ditemukan spesies tanaman yang sama yaitu spesies A. Berdasarkan hasil identifikasi secara morfologi, tanaman spesies A memiliki Habitus herba dengan sistem perakaran serabut. Bentuk daun bangun lanset dengan ujung runcing (acutus) dan pangkal daun runcing dengan pertulangan daun sejajar dan tepi daun yang rata (integer) (Tjitrosoepomo, ) Menurut Nurman (2014), kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC), dalam ekologi, adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis pen yusun. Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendata jenis-jenis spesies tanaman yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didata. Adapun kelebihan dari menggunakan metode minimal area plot ini adalah kita dapat menentukan luas minimum untuk suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur dan sangat objektif untuk daerah padang rumput karena vegetasinya yang homogen. Sedangkan kekurangannya, yaitu tidak dapat mengukur keseluruhan vegetasi yang ditemukan pada suatu ekosistem karena apabila ditemukan jenis tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya maka penambahan areal akan dihentikan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penentuan minimal area (kurva spesies) dilakukan untuk mengetahui luasan plot minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu petak. 2. Keanekaragaman spesies pada kelima plot tidak begitu bervariasi, karena spesies yang sama ditemukan pada plot 1 dan plot 2 3. Luas plot mempunyai kaitan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut 4. Area pengamatan dapat dikategorikan memiliki keanekaragaman yang kurang beragam 5. Jumlah spesies A yang ditemukan pada plot 1 sebanyak 30 sedangkan pada plot 2 sebanyak 15 6. Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan tanah, senyawa organik dan lain-lain. 7. Kelebihan metode minimal area yaitu dapat menentukan luas minimum untuk suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur dan sangat objektif untuk daerah padang rumput karena vegetasinya yang homogen. 8. Kelemahan metode minimal area yaitu tidak dapat mengukur keseluruhan vegetasi yang ditemukan pada suatu ekosistem karena apabila ditemukan je nis tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya maka penambahan areal akan dihentikan. B. Saran Sebaiknya asisten praktikum memahami prosedur praktikum dengan baik sebelum praktik di lapangan secara langsung untuk menghindari kesalahan percobaan dan hal yang tidak diinginkan lainnya. Untuk alat yang akan dibawa saat praktikum sebaiknya diberitahu saat praktikum akan diakhiri, begitu juga dengan kisi- kisi penulisan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 1995. Biologi Lingkungan . Bandung: Ganesa exact. Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Bina Pustaka. Heddy. 1986. Pengantar Ekologi . Bandung : Angkasa. Kimball, Jhon W. 1994. Biologi Jilid II . Jakarta : Erlangga. Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology . New York: Macmillan Publishing Co. Natassha, dkk. 2010. Laporan Analisis Vegetasi . Makassar: Pendidikan Biologi Universitas Makassar. Nurman, Rusdianto. 2014. Laporan Ekologi Tumbuhan: Vegetasi (Kurva Spesies Area). Makassar : Pendidikan Biologi Universitas Negeri Makassar. Odum, Eugene P. 2001. Dasar-dasar Ekologi . Yogyakarta : UGM University Press. Rahardjanto, Abdulkadir.2001.Ekologi Umum. Malang : UMM Press. Sastroutomo. 2009. Ekologi Gulma . Jakarta : Erlangga. Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan . Yogyakarta : UGM Press.