1.
CHEMICAL OXYGEN DEMANDS (COD)
Parameter COD digunakan secara luas untuk menentukan tingkat pencemaran oleh senyawa organik dari suatu air limbah domestik maupun air limbah industri. Definisi COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik, sehingga dapat dikatakan parameter COD sebagai parameter untuk mengetahui konsentrasi senyawa organik yang dapat dioksidasi oleh oksidator kuat dalam suasana asam. Selama penentuan COD, senyawa organik hampir sepenuhnya teroksidasi menjadi karbon dioksida dan air. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk untuk mengoksidasi mengoksidasi senyawa organik organik menjadi karbon dioksida, amonia, dan air diperlihatkan pada persamaan:
Hal ini tidak termasuk kebutuhan oksigen yang disebabkan oleh oksidasi amoniak menjadi nitrat. Proses amoniak amoniak diubah menjadi nitrat disebut disebut nitrifikasi. Berikut ini adalah persamaan untuk oksidasi amoniak menjadi nitrat.
Dikromat tidak mengoksidasi mengoksidasi ammonia menjadi nitrat, sehingga reaksi nitrifikasi ini dapat diabaikan dalam dala m uji COD. Oksidator kuat yang sudah lama digunakan untuk mengukur konsentrasi senyawa organik yang dapat dioksidasi adalah KMnO4. Satuan yang digunakan adalah mg/L KMnO4. Oksidator lain yang diteliti untuk analisis COD adalah CeSO 4, KIO3, dan K 2Cr 2O7. Ternyata oksidator K 2Cr 2O7 dipilih sebagai oksidator untuk analisis COD karena kemampuannya, hampir semua senyawa organik dapat dioksidasi dalam suasana asam dan panas. Senyawa organik yang mudah menguap akan hilang selama pemanasan, untuk mencegah penguapan tersebut, pengukuran pengukuran COD dilakukan dengan kondensor atau refluk r efluk secara tertutup. Reaksi oksidasi zat organik oleh K 2 Cr 2O7 adalah sebagai berikut
Dimana: d = 2n/3 + a/6 - b/3 - c/2 Umumnya digunakan larutan kalium dikromat 0,25 N dalam penentuan COD, meskipun untuk sampel dengan COD di bawah 50 mg/L, konsentrasi yang rendah dari kalium dikromat lebih sering digunaka n. Dalam proses oksidasi zat organik yang ditemukan dalam contoh air,
kalium dikromat berkurang (karena dalam reaksiredoks, satu reagen teroksidasi dan yang 3+
lainnya berkurang), membentuk Cr .Karena COD berfungsi mengukur kebutuhan oksigen dari senyawa organik dalam sampel air, penting bahwa t idak ada bahan organik di luar itu yang tidak sengaja terhitungdaricontoh air yang akan diukur. Untuk mengontrol ini, diperlukanlarutan blanko dalam penentuan COD. Blanko dibuat dengan menambahkan semua reagen (misalnya asam dan agen oksidasi) ke dalam air suling (aquadest). COD diukur untuk sampel air dan blanko kemudian dibandingkan. Kebutuhan oksigen dalam blanko dikurangkan dari COD untuk contoh air untuk menjamin pengukuran bahan organik.
Reagen Indikator Ferroin
Solusi dari 1,485 g 1,10 - fenantrolin monohidrat ditambahkan ke dalam larutan 695 mg FeSO4·7H2O dalam air, dan solusi yang dihasilkan merah diencerkan sampai 100 mL. Rumus berikut ini digunakan untuk menghitung COD:
di mana
b
adalah volume FAS yang digunakan dalam larutan blanko, s adalah volume FAS
dalam sampel, dan n adalah kenormalan FAS. Jika mililiter digunakan secara konsisten untuk pengukuran volume, hasil perhitungan COD diberikan dalam mg/L. Karena konsentrasi yang tinggi di sebagian besar air limbah, klorida seringkali merupakan sumber yang paling serius dari gangguan. Reaksinya dengan kalium dikromat diperlihatkan dalam persamaan berikut:
Sebelum penambahan reagen lain, sulfat merkuri dapat ditambahkan ke sampel untuk menghilangkan gangguan klorida. Metode
pengukuran
Metode yang standar digunakan adalah metode refluk terbuka, metode ini cocok untuk berbagai jenis contoh air limbah tetapi membutuhkan jumlah contoh air dan pereaksi yang lebih banyak, sehingga kurang ekonomis. Sedangkan metode refluk tertutup lebih ekonomis karena volume contoh air dan pereaksilebih sedikit, akan tetapi contoh air harus homogen terutama terhadap suspended solid . Prinisp pengukuran COD adalah reaksi oksidasi senyawa organik oleh larutan K 2 Cr 2O7 berlebih dalam suasana asam dan dipanaskan. Kelebihan kalium dikromat ditentukan dengan
1|Page
titrasi oleh larutan ammonium ferro sulfat dengan indikator ortofenantrolin. Selain dengan metode titrasi, kelebihan K 2Cr 2 O7 dapat ditentukan secara colorimetri. Senyawa alifatik rantai lurus yang mudah menguap tidak dapat dioksidasi dengan sempurna karena terjadi penguapan selama pemanasan. Senyawa tersebut dapat teroksidasi sempurna jika ada katalis silver sulfat (Ag 2SO4). Akan tetapi silver sulfat dapat bereaksi dengan klorida, bromida, dan iodida menghasilkan endapan yang dapat teroksidasi sebagian. Oleh sebab itu, adanya halida yang dapat dioksidasi oleh kalium dikromat dapat mengganggu pengukuran. Untukmenghilangkan gangguan halida (klorida, bromida, dan iodida) ditambahkan kristal HgSO4 dengan perbandingan HgSO4:Cl = 10:1. Senyawa nitrat akan dapat teroksidasi oleh kalium dikromat sehingga akan memberikan nilai COD yang lebih tinggi yaitu 1,0 mg COD/ 1 mg NO2-N. Untuk menghilangkan gangguan tersebut ditambahkan 10 mg asam sulfamat untuk 1 mg nitrit. Senya wa anorganik reduktor seperti ferro, sulfida, dll akan teroksidasi oleh kalium dikromat sehingga akan memberikan angka COD yang tinggi.
2.
BOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)
BOD didefinisikan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama menguraikan senyawa organik (dekomposisi) pada kondisi aerob. Penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme dapat diartikan bahwa zat organik sebagai bahan makanan untuk mikroorganisme dan diuraikan melalui rangkaian reaksi biokimia yang panjang dan rumit di dalam sel. Hasil akhir dari penguraian zat organik tersebut adalah energi untuk kebutuhan hidup mikrorganisme sendiri, H2 O, CO2, dan sebagainya. Hasil pengukuran senyawa BOD digunakan secara luas untuk menentukan tingkat pencemaran dalam air yang disebabkan oleh zat orga nik, baik dalam air limbah domestik maupun dalam air limbah industri. Hasil tes juga digunakan dalam aktivitas pengontrolan pencemaran sungai dan evaluasi suatu sistem pengolahan air dalam menurunkan atau mengolah senyawa organik dalam air limbah. Pengukuran BOD berdasarkan prosedur uji hayati ( bioassay) yang menyangkut pengukuran oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam menguraikan zat organik. o
Karena kelarutan oksigen di dalam air terbatas kira-kira 9 mg/L pada suhu 20 C, maka air yang mengandung zat organik tinggi harus diencerkan agar pada akhir percobaan masih tersisa oksigen yang masih dapat diukur. Percobaan BOD harus bebas dari zat-zat yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme seperti klor dan pestisida, tetapi harus mengandung elemen esensial (Fe, Mg, dsb) yang 2
|Page
diperlukan oleh bakteri sehingga pertumbuhan mikroorganisme tidak terganggu. Penguraian zat organik secara biologis terjadi di alam oleh berbagai jenis mikroorganisme. Oleh karena itu dalam percobaan BOD harus mengandung bakteri yang cukup untuk terjadi reaksi penguraian zat organik secara sempurna. Oleh sebab itu, untuk air yang miskin dengan mikroorganisme ditambahkan mikroorganisme dari luar (seedling ). Reaksi penguraian zat organik dalam percobaan dapat dituliskan sebagai berikut: CnHaObNc + (n+a/4-b/2-3/4c) O2 nCO2 + (a/2 ± 3/2c) H 2 O + cNH3 Reaksi yang terjadi pada percobaan BOD adalah hasil aktifitas mikroorganisme, kecepatan reaksi penguraian sangat dipengaruhi oleh konsentrasi zat organik. Sebenarnya reaksi penguraian zat organik oleh mikroorganisme tidak sesederhana yang tertulis di atas, karena penguraian zat organik membentuk CO2 dan H2 O memerlukan banyak sekali reaksi kimia yang terjadi di dalam sel mikroorganisme yang dikatalisis oleh berbagai enzim. Reaksi di atas hanya menuliskan produk akhir dari serangkaian reaksi kimia yang terjadi di dalam sel mikroorganisme (bakter i). Temperatur percobaan BOD sangat mempengaruhi kecepatan penguraian zat organik. Untuk percobaan BOD ditentukan temperatur inkubasi adalah 20oC merupakan temperatur rata-rata badan air. Secara teoritis waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik secara sempurna dalam percobaan BOD adalah kira-kira 20 hari (BOD ultimate). Akan tetapi karena waktu tersebut terlalu lama maka dipilih waktu yang diperkirakan sebagian besar zat organik telah terurai. Berdasarkan hasil percobaan ternyata dalam waktu 5 hari percobaan BOD kira-kita 70-80% zat organik telah terurai (7-89 dari BOD ultimate). Besarnya persen penguraian tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis zat organik dan jenis mikroorganisme yang terdapat pada percobaan BOD. Selain itu, alasan dipilih waktu 5 hari untuk mengurangi gangguan dari oksidasi senyawa nitrogen oleh mikroorganisme (reaksi nitrifikasi). Oksidasi senyawa nitrogen organik oleh mikroorganisme (proses nitrifikasi) dapat mengganggu penentuan BOD karbon. Jika di dalam seed mengandung mikroorganisme yang dapat mengoksidasi senyawa nitrogen organik (protein atau asam amino) membentuk senyawa amoniak yang selanjutnya senyawa ammonium tersebut dioksidasi membentuk senyawa nitrat dan nitrit. Maka akan mengganggu hasil pengukuran BOD 5 hari. Untuk itu dalam percobaan BOD yang banyak mengandung nitrogen organik ditambahkan zat inhibitor nitrifikasi yaitu senyawa 2-chloro-6 (trichloro methyl) pyridine (TCMP). Metode
3
Pengukuran BOD
|Page
Pengukuran BOD berdasarkan percobaan uji hayati yaitu penentuan oksigen terlarut pada o
hari dan hari ke lima, setelah diinkubasikan pada temperatur 20 C. Akibatnya ketelitian hasil pengukuran BOD sangat dipengaruhi oleh ketelitian pengukuran oksigen tersebut. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengukuran BOD diantaranya: -
Bebas dari bahan-bahan beracun
-
Kondisi pH dan tekanan osmosa yang optimum
-
Mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme
-
Mengandung populasi mikroorganisme yang cukup Metode pengukuran BOD dapat dilakukan dengan metode langsung dan pengenceran
a.
MetodeLangsung
Jika sampel air diperkirakan mengandung BOD tidak boleh lebih besar dari 7 mg/L, mengandung mikroorganisme yang cukup daaan memenuhi persyaratan lainnya, maka pengukurannya dapat dilakukan tanpa melakukan pengenceran. Hal ini dapat dilakukan pada air sungai yang belum tercemar. Cara kerja dari pengukuran BOD dengan metode langsung yaitu sampel air diaerasi untuk menambah oksigen agar mencapai konsentrasi jenuh, kemudian dimasukkan dalam 2 botol BOD. Botol pertama ditentukan kadar DO (DO 0 hari) sedangkan botol kedua diinkubasikan o
pada temperatur 20 C selama 5 hari, kemudian ditentukan ka dar DO 5 hari. b. Metode Pengenceran
Metode pengenceran merupakan metode yang paling banyak digunakan, terutama untuk air limbah industri dan domestik. Hal ini disebabkan karena iar limbah tersebut mengandung bahan organik yang tinggi sedangkan kelarutan oksigen di dalam air terbatas. Selain itu tidak selalu air limbah industri mengandung cukup populasi mikroorganisme dan nutrien untuk pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Air yang biasanya digunakan sebagai pengencer adalah air a lam. Kualitas air pengencer tidak boleh mengandung senyawa toksik seperti klor, kloramin, dan tembaga yang sering ditemukan dalam aquadest. pH air pengencer berkisar antara 6,5-8,5. Untuk menjaga agar pH air pengencer stabil ditambahkan buffer fosfat. Mikroorganisme ditambahkan kedalam air pengencer sebanyak 2 ml air limbah domestik untuk setiap 1 L air pengencer. Dalam percobaan BOD yang menggunakan metode pengencer harus melakukan percobaan blanko. Percobaan blanko untuk koreksi terhadap air pengencer. Sebagaimana diketahui air pengencer ditambahkan seed yang mengandung zat organik. Percobaan blanko dilakukan minimal 3 botol sehingga diperoleh nilai rata-rata.
4
|Page
Pengenceran contoh air limbah dengan pengencer harus dilakukan dalam 3 set pengenceran dengan angka pengenceran yang berbeda, untuk menjaga agar jika terjadi kegagalan satu set pengenceran terdapat dua set pebgenceran sebagai cadangan. Untuk menentukan besarnya pengenceran contoh air harus mengetahui perkiraan angka BOD contoh air tersebut. Jika pengenceran terlalu kecil, dikhawatirkan DO menjadi 0,0 mg/L sehingga percobaan BOD gagal. Jika pengenceran terlalu tinggi maka dikhawatirkan penurunan DO sewaktu selama percobaan terlalu kecil sehingga diperoleh hasil pengukuran BOD yang kurang valid.
3. OIL &GREASE
Pengertian pengukuran oil dan grease adalah pengukuran senyawa organik dalam air yang dapat diekstraksi dengan pelarut organik tertentu seperti heksana atau 1,1,2-trikloro-1,2,2triflorouethana (CFC 113). Dengan demikian senyawa-senyawa hidrokarbon, minyak, lilin (waxes) dan senyawa asam lemak dengan berat molekul tinggi dapat larut dalam pelarut organik tersebut, dan dapat dikelompokkan sebagai oil dan grease. Sumber oil dan grease di dalam air dapat berasal dari air limbah domestik, industri pengolahan daging dan makanan dan air limbah industri lainnya. Sifat oil dan grease merupakan senyawa organik yang kurang larut dalam air sehingga adanya senyawa-senyawa oil dan grease di dalam air akan cenderung membentuk lapisan yang terpisah di bagian atas air juga sebagian oil dan grease dalam air membentuk emulsi di dalam air. Tingginya kadar oil dan grease di dalam air limbah dapat menimbulkan berbagai gangguan teknis dalam pengolahan air misalnya pengolahan air menggunakan trickling filter dan activated sludge akan berpengaruh terhadap performance dari alat tersebut. Lapisan oil dan grease di permukaan air juga akan mengganggu transfer oksigen dari atmosfer kedalam air yang sangat dibutuhkan oleh biota air. Metoda
Pengukuran
Metoda yang umum digunakan untuk pengukuran oil dan grease adalah a. Metode ekstraksi-gravimetrik b. Metode ekstraksi-infrared spectrofotometri c. Metode ekstraksi-sokhlet Metode-metode diatas dimulai dari ekstraksi dengan pelarut tertentu maka oil dan grease di dalam air akan tertarik kedalam pelaruut organik t ertentu. Selanjutnya senyawa oil dan grease yang ada di dalam pelarut organik tersebut diukur baik dengan metode gravimetri atau dengan spektrofotometri infrared. 5
|Page
Teknik pengambilan contoh air untuk pengukuran oil dan grease harus menggunakan wadah yang terbuat dari gelas dengan mulut lebar. Gelas harus dicuci dengan sabun kemudian dibilas dengan air sampai bersih dan selanjutnya dibilas dengan pelarut organik. Wadah diisi dengan contoh air, diharuskan tidak meleber keluar dan tidak dibagi-bagi karena oil dan grease dalam air tidak bercampur homogen. Contoh air diawetkan dengan penambahan HCl sampai pH < 2, kemudian didinginkan.
4. ZAT AKTIF
PER MUKAAN (SURFAKTAN)
Surfaktan atau surface active agents atau
wetting
agents merupakan bahan organik yang
berperan sebagai bahan aktif pada deterjen, sabun dan shampoo. Bahan aktif yang terdapat dalam deterjen ini merupakan zat organik yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga kotoran yang menempel pada permukaan material dapat dengan mudah untuk dipisahkan. Semua jenis senyawa zat aktif permukaan adalah senyawa organik yang terdiri dari gugus polar yang larut dalam minyak. Gugus polar yang larut dalam air adalah gugus karboksil, hidroksil, sulfonat yang berikatan dengan kation natrium atau kalium membentuk garamnya. Sedangkan gugus non polar adalah rantai senyawa organik dimana gugus polar terikat pada rantai organik tersebut. Deterjen atau sintetik deterjen terbagi atas: a. Anionik deterjen adalah semua garam natrium yang terionisasi menghasilkan Na+ dan anionik sulfat atau sulfonat contohnya adalah natrium laurel sulfat atau sulfonat alkil benzena. b. Non ionik deterjen, atau deterjen yang tidak terionisasi contohnya adalah senyawa polimer dari etilen oksida. c. Kationik deterjen, adalah gara m dari senyawa ammonium hidroksida quartener Selain digunakan sebagai sabun, surfaktan juga digunakan dalam industri tekstil dan pertambangan baik sebagai lubrikan, emulsi, maupun flokulan. Komposisi surfaktan dalam deterjen berkisar 10-30% disamping polifosfat dan pemutih. Kadar surfaktan 1 mg/L dapat mengakibatkan terbentuknya busa di perairan. Meskipun tidak bersifat toksik, keberadaan surfaktan dapat menimbulkan rasa pada air dan dapat menurunkan absorbsi oksigen di perairan. Hingga tahun 1965, jenis surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah AlkylBenzene
Sulfonate(ABS) yang bersifat resisten terhadap dekomposisi biologis.
Kemudian jenis surfaktan ini diganti dengan Linear
Alkyl
Sulfonat (LAS) yang dapat
diuraikan secara biologis. Surfaktan berinteraksi dengan sel dan membran sel sehingga 6
|Page
menghambat pertumbuhan sel. Kadar surfaktan kaionik 0,1-10 mg/L dan surfaktan non-ionik 1-10000 mg/L dapat menghambat pertumbuhan algae.
Metode
pengukuran
Jenis deterjen yang sering digunakan adalah jenis anionik. Salah satu metode pengukuran untuk jenis anionik adalah dengan sifat deterjen tersebut yang mampu bereaksi dengan senyawa metilen biru sehingga hasil pengukuran tersebut dinyatakan dengan MBAS (M ethylen Blue
Active
Substances) yaitu senyawa aktif yang dapat berikatan dengan metilen
blue.
5. T OT AL ORGANIC CARBON (TOC)
Selain karbon anorganik yang terdapat dalam komponen penyusun alkalinitas, karbon di perairan juga terdapat dalam bentuk karbon organik yang berasal dari tumbuhan atau biota akuatik. Baik yang hidup atau yang mati dan menjadi detritus, maupun karbon yang terdapat pada bahan organik yang berasal dari limbah industri dan domestik. Penjumlahan karbon organik total dan karbon anorganik total (karbonat, bikarbonat, dan asam karbonat) merupakan nilai karbon total (total car bon). Total Organic Car bon(TOC) adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan sering digunakan sebagai indikator non spesifik dari kualitas air atau kebersihan peralatan pabrik farmasi. Analisis yang sering dilakukan untuk mengukur TOC yaitu dengan total karbon serta karbon anorganik (IC). Mengurangkan karbon anorganik dari total karbon hasil TOC. Karbon organik total atau Total Organic Car bon (TOC) terdiri atas bahan organik terlarut atau DOC (Dissolved Organic Car bon) dan partikulat atau POC (Particulate Organic Car bon) dengan perbandingan 10:1. Bahan organik yang tercakup dalam TOC misalnya asam amino dan karbohidrat. DOC dan POC dapat diukur secara terpisah dengan menyaring air sampel menggunakan filter berdiameter 0,7 µm, sedangkan pengukuran TOC tidak membutuhkan penyaringan. TOC juga dapat menggambarkan tingkat pencemaran, terutama apabila nilai TOC antara bagian hulu dan bagian hilir dari tempat pembuangan suatu limbah dibandingkan. Pada penentuan nilai TOC, bahan organik dioksidasi menjadi karbondioksida yang diukur dengan non disperisve infrared analyzer . Pengukuran TOC juga dapat dilakukan dengan
7
|Page
menggunakan flame ionization detector . Pada metode ini karbondioksida direduksi menjadi gas metana. Pengukuran TOC relatif lebih cepat daripada pengukuran COD dan BOD. Pada perairan alamiyang relatif jernih, nilai DOC biasanya lebih besar daripada POC. Pada saat sungai mengalami banjir, nilai POC akan lebih besar daripada DOC. Pada perairan alami, nilai DOC biasanya berkisar antara 1-30 mg/L sedangkan pada air tanah nilai TOC biasanya lebih kecil yaitu kurang lebih 2 mg/L. Nilai TOC perairan yang telah menerima limbah baik domestik maupun industri atau perairan pada daerah berawa-rawa dapat lebih dari 10-100 mg/L. Kadar DOC dalam air tanah kira-kira 0,5 mg/L sedangkan pada air laut sekitar 30 mg/L. Nilai DOC pada perairan tawar ala mi yang mengalir berkisar antara 1-3 mg/L. Danau da n sungai memiliki nilai DOC sekitar 2-10 mg/Lsedangkan pada perairan rawa berkisar antara 10-60 mg/L DOC. Nilai POC pada air tanah sangat kecil atau sama sekali tidak ada. Nilai POC pada air laut berkisar antara 0,01-0,1 mg/L terutama berupa algae sedangkan pada danau berkisar antara 0,1-1,0 mg/L. Untuk memahami proses analisis lebih baik, beberapa terminologi dasar yang harus dipahami yaitu: y
Total Karbon (TC) yaitu semua karbon pada sampel termasuk karbon organik dan anorganik.
y
Total Anorganik Karbon (TIC) yaitu karbon anorganik (IC) berupa karbonat, bikarbonat, dan karbon dioksida (CO 2)terlarut.
y
Karbon Organik Total (TOC) yaitu material yang berasal dari vegetasi yang membusuk, pertumbuhan bakteri, dan kegiatan organisme hidup atau bahan kimia.
y
Non-Purgeable Karbon Organik (NPOC) atau biasa disebut sebagai TOC yaitu karbon organik yang tersisa dalam sampel yang diasamkan setelah membersihkan sampel dengan gas.
y
Purgeable (volatile) Karbon Organik (VOC) yaitu karbon organik yang telah netral atau diasamkan sampel dengan pembilasan dengan gas inert. Disebut sebagai senyawa organik volatil (VOC) dan biasanya ditentukan ol eh Purge dan P erangkap Gas Kromatografi .
y
Karbon Organik Terlarut (DOC) yaitu sisa karbon organik dalam sampel setelah penyaringan, biasanya menggunakan filter 0,45 µm.
y
Suspended
Karbon
Organik(POC)
-
juga
disebut
partikulat
organik
karbon
(POC)merupakan partikulat karbon dalam bentuk yang terlalu besar untuk melewati filter.
8
|Page
Karena semua analisa TOC hanya benar-benar mengukur t tal karbon, analisis TOC selalu membutuhkan beberapa perhitungan untuk karbon anorganik yang selalu hadir. Salah satu analisis yang melibatkan proses dua-tahap umumnya disebut sebagai TC-IC. Yaitu dengan mengukur jumlah karbon anorganik (IC yang diasamkan alikuot sampel dan juga jumlah karbon total (TC yang ada di sampel. TOC dihitung dengan pengurangan nilai IC dar i TC sampel. Analisis TOC adalah oleh TC-IC atau metode NPOC, dibagi menjadi tiga tahap utama: 1. Oksidasi 2. Deteksi 3. Kuanti ikasi Tahap per tama adalah pengasaman sampel untuk menghilangkan IC dan gas POC. Pelepasan gas-gas ke detek tor untuk pengukuran atau ke udara tergantung pada jenis analisis yaitu TC-IC dan yang kedua untuk TOC (NPOC . Pengasaman
Penghapusan dan ventilasi dar i IC dan gas POC dar i sampel cair oleh pengasaman dan sparging ter jadi dengan cara sebagai ber ikut.
Oksi asi
Tahap kedua adalah oksidasi dar i karbon dalam sampel yang tersisa dalam bentuk karbon dioksida (CO2) dan gas lainnya. Analisis modern mengukur TOC dalambeberapa langkah proses oksidasi oleh: 1.
Suhu Tinggi Pembakaran
2.
Suhu tinggi katalitik (HTCO) oksidasi
3. Foto-oksidasi sendir ian 4.
Thermo-k imia oksidasi
5. Foto-k imia oksidasi 6. Elek troda Oksidasi
9
|Page
DAFTAR PUSTAKA
1.
Effendi,
H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi P engelolaan Sumber Daya d an
Lingk ungan P erairan.
2.
Yogyakarta: Kanisius
Press.
Irsyad, Moh. dan Damanhuri, Tri Padmi. (2008). M odul P raktik um Laboratori um Lingk ungan T L 3103. Bandung: Prodi. Teknik Lingkungan FTSL ITB.
3.
Sawyer, Clair N; Mc Carty, Perry L; Parkin, Gene F. (2003). C hemistry f or E nvironmental E ngineering and Science. Fifth Edition. New York: Mc. Graw Hill.
4.
Anonim
a.
Total
Organic
Car bon.
Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Total_organic_carbon [Online]. Tanggal akses: 15 Februari 2010. 5.
Anonim
b.
Biochemical
Oxygen
Demand .
Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Biochemical_oxygen_demand [Online]. Tanggal akses: 15 Februari 2010. 6.
Anonim
c.
Chemical
Oxygen
Demand .
Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Chemical_oxygen_demand [Online]. Tanggal akses: 15 Februari 2010.
10 | P a g e