BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan kandun gan melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi (APN, 2016).Persalinan sering kali mengakibatkan robeknya perineum atau rupture perineum. Ruptur perineum menjadi salah satu penyebab perdarahan post partum yang menjadi penyebab utama kematian ibu (Partiwi, 2009). Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan jalan lahir maupun karena episiotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi pada persalinan pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya. Luka perineum yang tidak dilakukan perawatan yang baik akan menyebabkan infeksi. Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri (personal hygiene) sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk dijaga. Saat ibu mandi bersihkan seluruh tubuh sampai ke perineum.. pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus (Saleha, 2010). 1
2
Laporan dari organisasi kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2002-2003 insiden infeksi nifas berkisar 4,5%-7,6%. Infeksi nifas menjadi penyebab utama kematian ibu di Negara-negara berkembang seperti di Afrika yang angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kurang dari 50% (WHO, 2012). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin, angka ini diperkirakan akan meningkat mencapai 6,3 juta pada tahun 2020seiring dengan bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik dan kurang pengetahuan ibu tentang perawatan perineum mandiri ibu dirumah. Di Asia robekan perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian robekan perineum di dunia terjadi di Asia (Bascom, 2011). Penyebab langsung angka kematian ibu (AKI) adalah pendarahan (42%), eklampsi atau preeklampsi (13%), abortus (11%), infeksi (10%), partus lama (9%) dan penyebab lainnya (15%). Komplikasi kehamilan dan persalinan sebagai penyebab kematian ibu dialami sekitar 15-20% dari seluruh kehamilan. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Kemenkes RI, 2013).
3
Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24% sedangkan pada ibu bersalin usia 32-39 tahun sebesar 62%. Perdarahan post partum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Peristiwa-peristiwa dalam bidang kebidanan yang dapat menimbulkan perdarahan adalah gangguan pelepasan plasenta, atonia uteri post partum dan rupture jalan lahir. Ruptur jalan lahir menjadi penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang pula pada persalinan berikutnya. (Champion dalam Bascom, 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelanggaraan praktek bidan pada pasal 10 menjelaskan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana di maksud pada ayat 2 berwenang untuk melakukan episiotomy, dan melakukan penjahitan luka perineum derajat I dan II (PERMENKES 1464), penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat III dan IV sehingga penanganan dilanjutkan dengan rujukan. Ruptur perineum menjadi salah satu penyebab perdarahan post partum yang menjadi merupakan penyebab utama kematian Ibu (APN, 2011). Angka kematian ibu dikepulauan riau tahun 2015 adalah sebesar 146,50/100.000 kelahiran hidup, Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015 diperoleh jumlah ibu bersalin sebanyak
4
48.549 jiwa. Dari 48.549 jiwa tersebut, 92,7% diantaranya ditolong oleh tenaga kesehatan. Penyebab kematian ibu yaitu, hipertensi dalam kehamilan (35%), perdarahan (24%), infeksi (2%), gangguan sistem peredaran darah (3%), dan lain-lain (36%). (Dinkes Provinsi Kepri, 2015). Data dinkes tahun 2016 untuk kota Batam, dari 31. 159 jiwa ibu bersalin. Sebanyak 29 orang ibu meninggal disebabkan oleh perdarahan 8 orang (27%), hipertensi dalam kehamilan 10 orang (34%), gangguan sistem peredaran darah 2 orang (6%), lain-lain (Ruptur uteri, kelemahan jantung, retensio plasenta, atonia uteri, CA mammae) yaitu 9 orang (31%). Jumlah ibu bersalin di Kota Batam berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Batam Tahun 2016 didapatkan jumlah ibu bersalin tertinggi di Puskesmas Batu Aji sebanyak 4372 (14.0%) ibu, terdapat satu kematian ibu, satu orang disebabkan hipertensi dalam kehamilan dan selama periode januari-juli
2017 terdapat
2 kematian, satu orang disebabkan
perdarahan. Sedangkan terendah di Puskesmas Bulang sebanyak 250 (0,8%). (Dinkes Kota Batam, 2016). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Batam pada tahun 2016, diperoleh data persalinan terbanyak terletak pada Puskesmas Batu Aji dengan jumlah 4372 orang Di wilayah kerja Puskesmas Batu Aji di kota Batam terdapat 21 jumlah BPM. BPM dengan persalinan terbanyak terdapat 3 bidan praktek swasta. BPM dengan persalinan tertinggi yaitu BPM. Mariana Munthe, BPM Walladatun Islah, dan BPM Rosmeri. BPM dengan jumlah
5
persalinan tertinggi yaitu BPM. Mariana Munthe den gan 93 persalinan selama periode Januari-Mei 2017. Dari 93 persalinan didapatkan 82 orang (88,2%) mengalami laserasi perineum. BPM dengan jumlah persalinan tertinggi kedua yaitu BPM Walladatun Islah, selama periode Januari-Mei 2017 dari 86 persalinan didapatkan 66 orang (76,7%) mengalami laserasi perineum. Dan BPM dengan jumlah persalinan tertinggi ketiga yaitu BPM Rosmeri, selama periode Januari-Mei 2017 dari 65 persalinan didapatkan 48 orang (73,8%) mengalami laserasi perineum. Faktor Penyebab rupture perineum diantaranya adalah faktor paritas yaitu keadaan kelahiran atau partus, Pada primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan biasanya perineum tidak dapat menahan tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sedangkan Faktor janin yaitu Berat Badan Bayi Baru lahir dapat menyebabkan laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum terutama pada kasus bayi besar (makrosomia). Dan faktor penolong persalinan, Pimpinan persalinan, yang salah merupakan salah satu penyebab terjadinya ruptur perineum, sehingga sangat diperlukan kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi. Posisi persalinan juga sangat Mempengaruhi kemungkinan terjadinya robekan pada jalan lahir (Saiffudin, 2010).
6
Penelitian yang dilakukan oleh Siswanti dengan judul Asuhan kebidanan post partum hari pertama dengan rupture perineum tingkat II di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassat tangggal 12 s/d 14 Maret 2013, di peroleh kesimpulan bahwa setelah dilakukan perawatan selama 3 hari dengan cara mengobservasi lochea, mengkaji tingkat nyeri, melakukan vulva hygiene dan vagina toilet, tidak ada tanda-tanda luka infeksi pada jahitan perineum, nyeri yang dirasakan Ny. “T” mulai berkurang. Penelitian dilakukan juga oleh Yunni dengan judul perawatan luka perineum post episiotomy di BPM. Puji setiani tahun 2013, diperoleh kesimpulan interpretasi data meliputi diagnose kebidanan Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan perawatan luka perineum derajat II post episiotomy. Masalah yang muncul yaitu nyeri pada luka jahitan perineum post episiotomy dan mules-mules pada perut, sehingga kebutuhan yang diberikan adalah penjelasan tentang nyeri perineum dan cara perawatannya, serta ajarkan teknik relaksasi. Penelitian yang dilakukan Yeni handriyani (2015), dengan judul prilaku merawat luka perineum pada ibu nifas diwilayah kerja puskesmas darma rini kabupaten temanggung yaitu diperoleh pengetahuan merawat luka perineum pada ibu nifas sebanyak 17 orang (54,8%), sikap merawat luka perineum pada ibu nifas sebanyak 22 orang (71,0%), praktek merawat luka perineum pada ibu nifas sebanyak 15 orang (48,4%).
7
Bahaya dan komplikasi laserasi perineum antara lain perdarahan, infeksi, dan disparenia (nyeri selama berhubungan seksual). Perdarahan pada laserasi perineum dapat menjadi hebat khusunya pada laserasi derajat dua dan tidak atau jika rupture perineum meluas kesamping atau naik ke vulva mengenai klitoris, karena dekat dengan anus, laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses, infeksi juga dapat menjadi sebab luka tidak dapat segera menyatu sehingga timbul jaringan parut,. Jaringan parut yang terbentuk sesudah laserasi perineum dapat menyebabkan nyeri selama berhubungan (Prawirohardjo dan Sarwono, 2007). Salah satu upaya yang dapat dilakukan petugas untuk mencegah terjadinya ruptur perineum adalah dengan melakukan penatalaksanaan persalinan yang sesuai dengan standar asuhan persalinan normal ( 58 langkah APN ) untuk mengontrol lahirnya kepala, bahu, lengan dan kaki dan akan memberikan waktu bagi kulit untuk meregang sehingga, bekerja sama dengan ibu saat meneran untuk mengendalikan kecepatan dan pengaturan diameter kepala, menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi serta menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran sehingga mengurangi kemungkinan laserasi perineum (APN, 2008). Berdasarkan permasalahan diatas Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Dengan Laserasi Perineum Pada Ny. X Usia X Tahun P XAXHX Di BPM. M Wilayah Kerja Puskesmas Batu Aji Kota Batam Tahun
2017”
8
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
dalam
penelitian
adalah
”Bagaimana
Pelaksanaan Asuhan
Kebidanan Persalinan Normal Dengan Laserasi Perineum Pada Ny. X Usia X Tahun PXAXHX Di BPM. M Wilayah Kerja Puskesmas Batu Aji Kota Batam Tahun 2017”? 1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Dapat melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Dengan Laserasi Perineum Derajat II Pada Ny. X Usia X Tahun GXPXAXHX dengan management 7 langkah varney yang didukung SOAP di BPM. M Wilayah Kerja Puskesmas Batu Aji Kota Batam Tahun 2017 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1. Dapat Melakukan Pengumpulan data subjektif dan objektif Pada Ny. “X” Usia X Tahun PXAXHX dengan laserasi Perineum Derajat II di BPM. M Tahun 2017 1.3.2.2 Dapat menemukan identifikasi diagnosa masalah dengan Asuhan Kebidanan Pada Ibu bersalin Ny. “X” Usia X Tahun PXAXHX dengan laserasi Perineum.
9
1.3.2.3 Dapat menentukan diagnosa pontesial dengan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. “X” Usia X Tahun PXAXHX dengan laserasi Perineum 1.3.2.4 Dapat melaksanankan tindakan segera dengan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. “X” Usia X Tahun PXAXHX dengan lasera Perineum 1.3.2.5 Dapat membuat perencanaan tindakan segera dengan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. “X” Usia X Tahun PXAXHX dengan Laserasi Perineum 1.3.2.6 Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. “X” Umur X Tahun PXAXHX dengan Ruptur Perineum 1.3.2.7 Dapat melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. X Umur X Tahun PXAXHX dengan Laserasi Perineum. 1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan laserasiperineum.
10
1.4.2
Bagi Profesi Dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan laserasi perineum.
1.4.3
Bagi Klien Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan pada masyarakat khususnya bagi ibu-ibu nifas.
1.4.4. Bagi lahan praktek Penulis berharap study kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi bidan praktek mandiri dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan dan dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen
kebidanan
khususnya pada ibu nifas.
yang
diterapkan
oleh
lahan
praktek,