KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG POLA DIET DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANGAN INTERNIS RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
Oleh: FENNY MARIANA HUTAGAOL NIM: 012014008
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN 2017
GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG POLA DIET DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANGAN INTERNIS RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN KARYA TULIS Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan menyelesaikan pendidikan DiplomaIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesehatan Santa Elisabeth Medan
Oleh: FENNY MARIANA HUTAGAOL NIM: 012014008
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN 2017
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Fenny Mariana Hutagaol
Nim
: 012014008
Program Studi
: DIII Keperawatan
Institusi
: STIKes Santa Elisabeth Medan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Medan, Mei 2017
Pembuatan Pernyataan
Materai Fenny Mariana Hutagaol
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
Tanda Persetujuan Nama Nim Judul
: Fenny Mariana Hutagaol : 01201008 : Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Menyetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang Ahli Madya Keperawatan Medan, 23 Mei 2017
Mengetahui Ketua Prodi DIII Keperawatan
Pembimbing
(Nasipta Ginting, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Pd)(Paska R.Situmorang, SST.,M.Biomed)
Telah diuji
Ketua
: Nasipta Ginting, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Pd
Anggota
: 1. Paska R. Situmorang, SST.,M.Biomed
2. Rusmauli Lumban Gaol, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Mengetahui Ketua Prodi DIII Keperawatan
(Nasipta Ginting SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Pd)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKes SANTA ELISABETH MEDAN Tanda Pengesahan Nama Nim Judul
: Fenny Mariana Hutagaol : 012014008 : Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Selasa, 23 Mei 2017 dan dinyatakan LULUS. TIM PENGUJI:
TANDA TANGAN
Penguji I
: Nasipta Ginting, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Pd
Penguji II
: Paska R. Situmorang, SST.,M.Biomed
Penguji III
: Rusmauli Lumban Gaol, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Mengetahui Ketua Prodi DIII Keperawatan
Mengesahkan Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan
(Nasipta Ginting SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Pd) (Mestiana Br. Karo S.Kep.,Ns.,M.Kep)
ABSTRAK
Fenny Mariana Hutagaol 012014008 Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Program Studi DIII Keperawatan STIKes Santa Elisabteh Medan 2017 Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Pengetahuan, Pola Diet (xvi+61+lampiran) Latar Belakang: Diabetes melitus tipe II merupakan salah satu jenis dari diabetes melitus dimana adanya kelainan metabolisme glukosa sehingga tubuh mengalami resistensi insulin dan defisiensi insulin relative. Hal ini terjadi karena, ketidakseimbangan pola makan dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pasien tentang diet yang dianjurkan. Pola diet yang dimaksud yaitu dengan melakukan pembatasan jumlah makan, jadwal makan yang tepat dan jenis makan dikonsumsi. Penderita DM dengan pengetahuan yang cukup tentang DM dapat mengendalikan kondisi penyakitnya. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang pola diet diabetes melitus tipe II di ruangan Imternis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Metode: Studi kasus ini adalah Deskriptif dimana responden studi kasus ini adalah pasien diabetes melitus yang dirawat diruangan internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Hasil: Hasil penelitian yang didapatkan sebagian besar pengetahuan responden tentang diet DM dalam kategori cukup sebanyak 77,8, dan responden dengan pengetahuan kurang tentang pola diet sebanyak 22,2%. Respoden dengan tingkat pengetahuan yang cukup karena pernah mendapatkan informasi tentang pola diet diabetes melitus selama dirawat dibeberapa rumah sakit, tetapi pada umumnya beberapa responden ada yang belum terlalu memahami diet tepat jadwal makan yang dianjurkan, sehingga pengaturan pola diet kurang teratur. Sedangkan responden dengan pengetahuan yang kurang karena belum terlalu banyak menerima informasi keseluruhan tentang pola diet diabetes melitus tipe II sehingga pengetahuannya terbatas. Kesimpulan: Pengetahuan terhadap pola diet merupakan salah satu penatalaksanaan pada penderita diabetes melitus tipe II dalam pengontrolan gula darah.
Daftar Pustaka (2007-2015)
vii
ABSTRAC T
Fenny Mariana Hutagaol 012014008 Patient Knowledge Overview of Diabetes Mellitus Type II Diet In Internal Room at Santa Elisabeth Hospital Medan
DIII Nursing Program of STIKes Santa Elisabeth Medan 2017 Keywords : Type II Diabetes Mellitus, Knowledge, Dietary Patterns (xvi+61+attachments)
Background : Diabetes mellitus type II is one type of diabetes mellitus in which the abnormality of glucose metabolism so that the body experiences insulin resistance and relative insulin deficiency. This happens because, dietary imbalances can be caused by a lack of patient knowledge about the recommended diet. Dietary patterns in question is to make restrictions on the number of meals, proper eating schedule and type of eating consumed. DM patients with sufficient knowledge about DM can control the condition of the disease. Purpose : The objective of this case study is to determine the decription of the knowledge overview of Diabetes Mellitus Type Ii Diet In Internal Room at Santa Elisabeth Medan. Method : This case study is descriptive design where the respondent of this case study was a patient with diabetes mellitus who was treated in the hospital room of Santa Elisabeth Hospital Medan. Result : The results obtained most of the knowledge of respondents about the DM diet in the category quite as much as 77.8% and respondents with less knowledge about the diet as much as 22.2%. Respodents with sufficient level of knowledge because they have been informed about diabetes mellitus diet pattern during hospitalization, but in general some respondents have not understood diet right schedule recommended eating schedule, so the regulation of diet pattern is less regular. While respondents with less knowledge because they have not received much information about the pattern of diabetes mellitus type II diet so that knowledge is limited. Conclusion : Knowledge of dietary pattern is one of management in patient of type II diabetes mellitus in blood sugar control. References (2007-2015)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, dapat selesai pada waktunya. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Studi DIII Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Santa Elisabeth Medan. Adapun judul dari Karya Tulis Ilmiah ini “Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun penulisan. Hal ini dikarenakan kekurangan sumber dan kemampuan penulis. Untuk itu Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan menambah pengetahuan penulis dihari-hari yang akan datang. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik moril, maupun material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Mestiana Br.Karo S.Kep.,Ns.,M.Kepselaku KetuaSTIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di program studi DIII Keperawatan di STIKes Santa Elisabeth Medan.
ix
2. Nasipta Ginting SKM.,S.Kep.,NS.,M.Pd selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan Program Studi DIII Keperawatan. SekaligusDosen Penguji 1 yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan, serta dukungan kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini 3. Dr.Maria Christina, MARS, selaku direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Paska R. Situmorang,SST.,M.Biomed selaku Sekretaris Prodi DIII Keperawatan sekaligus selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan Dosen Penguji II yang telahbanyak memberikan bimbingan, motivasi dan dukungan kepada penulis darimulai pengajuan judul Karya Tulis Ilmiah ini dari mulai pengajuan judul Karya Tulis Ilmiah sampai kepada penyusunan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat dengan baik disusun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 5. Rusmauli Lumban Gaol, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Penguji III saya dalam penyusunan tugas akhir saya yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan dukungan kepada penulis selama dalam mengikuti pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan dan mulai pengajuan judul Karya Tulis Ilmiah sampai kepada penyusunan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat dengan baik disusun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
x
6. Hotmarina Lumbangaol, S.Kep., Ns selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikanSTIKes Santa Elisabeth Medan. 7. Staf Dosen, Karyawan/i pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah di STIKes Santa Elisabeth Medan. 8. Orang tua tercinta M.Hutagaol dan M.br Tambunan juga kakak dan abangabangku tersayang Ranny Hutagaol, Carly Hutagaol, Henri Hutagaol, JefryHutagaol,
Frengky
Hutagaol,
Chandra
Hutagaol
yang
telah
memberikan banyak nasehat,bimbingan,doa,dukungan (motivasi super) baik secara material maupun secara moral selama mengikuti pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang namanya belum disebutkan semoga Tuhan selalu memberikan setiap langkah kita dan kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, untuk meningkatkan
mutu
pelayanan
keperawatan
kearah
keperawatan
yang
propesional. Medan, Mei2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan........................................................................................... i Halaman Sampul Dalam ......................................................................................... ii Halaman Pernyataan Keaslian................................................................................ iii Lembar Persetujuan ................................................................................................ iv Halaman Penetapan Panitia Penguji .......................................................................v Halaman Pengesahan ............................................................................................. vi Halaman Abstrak .................................................................................................. vii Halaman Abstract ................................................................................................ viii Halaman Kata Pengantar ....................................................................................... ix Halaman Daftar Isi ............................................................................................... xii Halaman Daftar Tabel ......................................................................................... xiv Halaman Daftar Gambar .......................................................................................xv Halaman Daftar Singkatan .................................................................................. xvi BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1.LatarBelakangMasalah ..........................................................................1 1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................4 1.3.Tujuan ......................................................................................................3 1.3.1 TujuanUmum.................................................................................... 4 1.3.2 TujuanKhusus ................................................................................... 4 1.4.Manfaat Studi Kasus ..............................................................................4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6 2.1Diabetes MelitusTipe II ...........................................................................6 2.1.1 PengertianDiabetes MelitusTipe II .....................................................6 2.1.2 Etiologi Diabetes MelitusTipe II .........................................................6 2.1.3 Gejala DM Tipe II ...............................................................................7 2.1.4 Patofisiologi DM Tipe II .....................................................................8 2.1.5 Kadar GulaDarah Normal ..................................................................9 2.1.6 Komplikasi ........................................................................................ 12 2.1.7 PemeriksaanLaboratoris .................................................................... 13 2.2 KonsepAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus ................................ 15 2.2.1 Pengkajian ........................................................................................ 15 2.2.2 Diagnosis Keperawatan .................................................................... 16 2.2.3 IntervensiKeperawatan ..................................................................... 17 2.3 Pengetahuan ......................................................................................... 18 2.2.1 PengertianPengetahuan ..................................................................... 18 2.2.2 Tingkat Pengetahuan .........................................................................18 2.2.3 Faktor yang MempengaruhiPengetahuan ......................................... 20 2.2.4 Cara MemperolehPengetahuan .........................................................21 2.2.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan ...........................................................22 2.4 Pola Diet ................................................................................................22 2.3.1 PengertianPola Diet ......................................................................... 22 2.3.2 TujuanPemberianPola Diet ..............................................................23 2.3.3 Syarat Diet DM Tipe II ....................................................................24
xii
2.3.4 AnjuranPola Diet DM Tipe II ..........................................................24 2.3.5 Penatalaksanaan DM Tipe II ............................................................33 2.3.6 Hal-hal yang PerluDiperhatikanDalamPelaksanaan Diet ................39 2.5 Kerangka Konsep .................................................................................40 BAB 3 Metode Studi Kasus .................................................................................41 3.1.Rancangan Studi Kasus ........................................................................41 3.2.Subjek Studi Kasus ...............................................................................42 3.3.Fokus Studi ............................................................................................42 3.4.Defenisi Operasional Fokus Studi ....................................................... 42 3.5.Instrumen Studi Kasus .........................................................................43 3.6.Metode Pengumpulan Data ..................................................................44 3.7.Lokasi Dan Waktu Studi Kasus ...........................................................44 3.8.Analisis Data Dan Penyajian Data ...................................................... 45 3.9.Etika Studi Kasus ..................................................................................46 BAB 4 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilStudiKasus ................................................................................... 48 4.1.2 Gambaran Lokasi Studi Kasus ..................................................... 48 4.1.3 Karakteristik Responden ...............................................................49 4.1.3 Pengetahuan tentang pola diet DM tipe II..................................... 51 4.1.4 Gambaran pengetahuan tentang pola diet DM tipe II berdasarkan karakteristik respoden ................................................................... 51 4.2 Pembahasan ..........................................................................................54 4.3 Keterbatasan Studi Kasus ....................................................................56 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 58 5.2 Saran ..................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................60 LAMPIRAN 1. Informasi dan pernyataan persetujuan (Informed Consent) 2. Bukti Proses Bimbingan 3. Instrumen Studi Kasus 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden
xiii
DAFTAR TABEL
No
Judul
Hal
Tabel 2.1
Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO) ...........................................
10
Tabel 2.2
Kriteria Diagnosis DM (ADA) ..................................................
10
Tabel 2.3
Sumber Karbohidrat dengan 150 Kalori .....................................
26
Tabel 2.4
Bahan Makanan Sumber Karbohidrat.........................................
27
Tabel 2.5
Bahan Makanan Sumber Serat ....................................................
28
Tabel 2.6
Sumber Protein dan Lemak Hewani 50 kalori ............................
30
Tabel 2.7
Sumber Protein dan Lemak Nabati .............................................
31
Tabel 2.8
Bahan Makanan Sumber Vitamin C ...........................................
33
Tabel 2.9
Jenis Diet DM dan Komposisi ZatGizi .......................................
37
Tabel 3.1
Definisi Operasional ...................................................................
43
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pada Pasien Diabetes MelitusTipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Mei 2017 .........................
Tabel 4.2
49
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PengetahuanTentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Mei 2017 .........................................................
Tabel 4.3
51
Gambaran Pengetahuan Pola Diet Diabetes Melitus Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Mei 2017 .....................................................................................
xiv
52
DAFTAR GAMBAR No
Judul
Hal
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Gambaran Pola Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017 .................................................................... 40
xv
DAFTAR SINGKATAN
DM
: Diabetes Melitus
Diet 3 J
: Tepat Jumlah, Tepat Jadwal, Tepat Jenis
ADO`
: Antidiabetik Oral
KH
: Karbohidrat
gr
: Gram
kg
: Kilogram
BB
: Berat Badan
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (American Diabetes Association, 2009a dalam Bruner and Suddarth, 2010). Diabetes mellitus Tipe II salah satu jenis dari Diabetes Melitus yang dimana merupakan adanya kelainan metabolisme glukosa dimana tubuh mengalami resistensi insulin dan defisiensi insulin relative (American Diabetes Association, 2010 dalam Rondhianto, 2013). Diabetes Melitus, penyakit dengan jumlah penderita yang semakin meningkat yang penderitanya adalah usia muda dan usia tua. Kejadian ini disebabkan karena pola makan yang salah sehingga semakin rendah penyerapan karbohidrat dan tidak diikuti olahraga atau kurang efektif. Gaya hidup dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang apabila dikaitkan dengan pola makan yang kini praktis dan diminati banyak orang tanpa memperhatikan kandungan gizi didalamnya gaya hidup seperti ini merupakan gaya hidup kurang sehat. Menurut Witasari, dkk (2009) dalam Insiyah (2016) menyatakan bahwa semakin rendah kadar glukosa darah dan makanan yg dikonsumsi dengan kalori yang berlebih tanpa diikuti olahraga menimbulkan obesitas dan akhirnya timbul masalah pada pancreas yang tidak mampu lagi mengontrol kadar gula dalam darah, sehingga mengakibatkan kenaikan kadar glukosa darah.
1
2
Berkembangnya penyakit Diabetes Mellitus tersebut dibuktikan data berdasarkan WHO (2010) dalam Baequny, Harnany, & Rumimper (2015) jumlah penderita diabetes mellitus di seluruh dunia mencapai 285 juta jiwa dan diperkirakan dapat lebih dari 430 juta jiwa pada tahun 2030, diperkirakan juga Diabetes Mellitus tipe 2 (tidak terkait insulin) merupakan yang terbanyak diderita yaitu 95% dari keseluruhan kasus Diabetes Mellitus. Sedangkan prevalensi di Filipina juga tergolong tinggi (8,4 sampai 12%). Diabetes di Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Berdasarkan data Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013, prevalensi penderita DM cenderung banyak pada usia 55-64 tahun yaitu sebanyak 6,9%. Berdasarkan Riskesdas (2013), proporsi penderita DM meningkat seiring meningkatnya usia dengan kategori umur 15-24 tahun sebesar 1,10%, 25-34 tahun 2,70%, 35-44 tahun 6,10%, 45-54 tahun 9,70%, 55-64 tahun 11,50%, 65-74 tahun 13,20%, 75+ tahun 13,20% sedangkan proporsi penderita DM menurut jenis kelamin laki-laki sebesar 5,60% dan perempuan 7,70%. Berdasarkan Data Rekam Medik Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2016 pasien yang dirawat diruangan internis dengan Diabetes Melitus Tipe 2 berjumlah 286 orang. Diabetes Mellitus merupakan penyakit diabetes melitus di mana kondisi kadar glukosa di dalam darah melebihi batas normal, hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas dan merupakan zat utama yang bertanggung jawab untuk mempertahankan kadar gula darah dalam tubuh agar tetap dalam kondisi seimbang. Insulin berfungsi sebagai alat yang membantu gula
3
Insulin berfungsi sebagai alat yang membantu gula berpindah ke dalam sel berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Mahdiana, 2010 dalam Phitri, 2013). Penderita DM yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang DM dapat mengubah perilakunya, karena peningkatan pengetahuan tentang diet merupakan langkah kedisiplinan untuk mengontrol diabetes dengan. Pengaturan pola diet yang perlu diketahui pasien dengan pasien DM Tipe II yaitu dengan melakukan pembatasan jenis, jumlah makanan yang boleh dikonsumsi serta jadwal makan yang tepat. Didukung dengan teori yang menjelaskan bahwa diet merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan diabetes dan sebagai kunci dalam pengelolaan control gula darah khususnya pada DM tipe 2 (Suyono, 2009 dalam Rondhianto, 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bahri (2013), tentang gambaran pengetahuan pasien diabetes melitus dengan kepatuhan dalam menjalani diet rendah glukosa di wilayah kerja puskesmas Tamalanrea Makass ar bahwa dari 46 (100,0%) responden, tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus yang cukup sebanyak 32 (69,6%) responden, sedangkan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 14 (30,4%), responden sebagian besar responden telah memperhatikan
pola diet dan mematuhi anjuran yang diterima dari tenaga kesehatan yang sesuai dengan penyakitnya tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pengetahuan pasien tentang pola diet Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum Menggambarkan pengetahuan pasien tentang pola diet Diabetes Melitus Tipe II Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. 1.3.2 Tujuan khusus Menggambarkan pengetahuan pasien tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II
1.4 Manfaat Studi Kasus
Karya tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi : (1) Pasien Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pola diet yang diberikan dalam mencegah komplikasi Diebetes Melitus Tipe II. (2) Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan Menambahkan ilmu dan teknologi terapan dalam bidang keperawatan dan meningkatkan pengobatan diabetes melitus tipe II dari komplikasi-komplikasi lainnya.
5
(3) Penulis Memperoleh pengembangan dalam mengimplementasikan pola diet DM tepat jumlah, jadwal , dan jenis pada pasien diabetes melitus tipe II. (4) Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pencegahan komplikasi penyakit diabetes melitus tipe II.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus Tipe II
2.1.1 Pengertian Diabetes melitus merupakan penyakit metabolic yang diletupkan oleh interaksi berbagai factor: genetic, imunologik, lingkungan, dan gaya hidup (Arisman, 2010). Diabetes melitus tipe II adalah terjadinya resistensi insulin yang mengacu pada penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin, Biasanya, insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan memulai serangkaian reaksi yang terlibat dalam metabolisme glukosa sehingga membuat insulin kurang efektif dalam merangsang serapan glukosa oleh jaringan dan mengatur pelepasan glukosa oleh hati (Bruner and Suddarth, 2010).
2.1.2 Etiologi Menurut Pudiastuti (2011) penyebab diabetes melitus adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan.Keturunan merupakan factor yang tidak dapat diubah, tetapi factor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang berolahraga, dan asupan nutrisi yang berlebihan serta kegemukan merupakan factor yang dapat diperbaiki. b. Nutrisi, gaya hidup yang kebarat-baratan dalam mengkonsumsi makanan merupakan factor yang meningkatkan prevalensi DM. c. Obat-obatan yang dapat merusak pancreas
6
7
d. Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yg normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.
2.1.3 Gejala Menurut Porth (2008) dalam Bruner and Suddarth (2010) dijelaskan bahwa Klien dengan diabetes tipe 2 memiliki bertahap gejala. Beberapa timbul masalah kulit, saluran kemih, dan infeksi vagina, mungkin karena tingkat glukosa darah yang tinggi mendukung pertumbuhan bakteri, perubahan ketajaman visual dimanifestasikan oleh penglihatan kabur karena hipertonisitas cairan tubuh yang Mempengaruhi sel-sel di lensa dan retina. Diabetes Melitus jenis ini disebut juga diabetes onset-matur (atau onset-dewasa) dan diabetes Reistan-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya tidak tepat karena 20% diabetes, pada kenyataannya, harus diobati dengan insulin. Gejala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan (kadang-kadang bahkan belum menampakkan gejala selama bertahun-tahun). Progresivitasnya gejala berjalan lambat. Koma hiperosmolar dapat terjadi pada kasus-kasus berat. Kadar insulin menurun (tetapi tidak sampai nol), atau bahkan tinggi, atau mungkin juga insulin bekerja tidak efektif. Pengendaliannya boleh jadi hanya berupa diet dan (jika tidak ada kontraindikasi) olahraga atau dengan pemberian obat hipoglikemik (antidiabetik oral, ADO). Namun, jika hiperglisemia tetap membandel, insulin terpaksa diberikan.
8
2.1.4 Patofisiologi Ketika
glukosa
menerobos
masuk
ke
dalam
jaringan,
“bandul”
keseimbangan antara produksi glukosa endogen dan ambilan glukosa oleh jaringan pun menjadi “oleng”. Peningkatan glukosa plasma merangsang pelepasan insulin oleh sel-sel beta menyebabkan hiperinsulinemia. Kedua keadaan ini, hiperglisemia dan hiperinsulinemia, akan merangsang ambilan glukosa oleh jaringan splanknik (saluran cerna dan hati) dan jaringan perifer (terutama otot lurik) sembari menekan produksi glukosa endogen. Kelainan utama yang tergambar pada diabetes tipe 2 berupa resistensi insulin dan penyusutan fungsi sekretorik sel-sel beta. Ketidakpekaan insulin dalam merespon lonjakan gula darah menyebabkan peningkatan produksi glukosa oleh hal seraya penurunan ambilan glukosa oleh jaringan. Hilangnya respon akut terhadap beban karbohidrat merupakan kelainan khas dini pada DM, biasanya terjadi ketika kadar gula darah puasa mencapai angka 115mg/dL, yang terdiagnosis sebagai hiperglisemia postprandial. Peningkatan kadar glukosa darah dalam keadaan puasa merupakan cerminan dari pengurangan ambilan glukosa oleh jaringan, atau pertambahan glukomogenesis. Jika kadar glukosa darah meningkat, sedemikian tinggi, ginjal tidak akan mampu lagi meyerap-balik glukosa dalam urin ini dinamakan glukosuria. Ketidakpekaan insulin di sel-sel hati dan jaringan tepi, terutama otot rangka mengakibatkan produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terbendung, sementara ambilan dari penggunaan glukosa justru berkurang. Mekanisme keterjadiannya boleh jadi terkait dengan defek pengikatan reseptor insulin,
9
pengurangan jumlah reseptor insulin, atau penurunan kemampuan insulin postreceptor. Selanjutnya, hiperglisemia ini akan menutup “keran” sekresi sembari memperparah
ketidakpekaan
insulin
dengan
jalan
“menciutkan”
(down-
regulation) sistem transportasi glukosa dalam sel-sel beta dan pada jaringan pekainsulin. Pengaruh tingginya kadar glukosa darah yang berlangsung kronis dikenal sebagai toksisitas glukosa. Ketidakpekaan insulin semakin diperberat oleh peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah, dan berdampak lebih buruk pada kinerja sel-sel beta dalam menyekresikan insulin (Arisman, 2010).
2.1.5 Kadar gula darah normal Kadar glukosa dalam darah biasanya naik turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung pada makanan yang dikonsumsi dan aktivitas fisik. Apabila puasa semalam, normal glukosa darah adalah 70-110mg/dl (Tandra, 2007) Menurut kriteria International Diabetes Federation (IDF), American Diabetes Association (ADA), dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), apabila glukosa darah pada saat puasa diatas 126 mg/dl dan 2 jam sesudah makan diatas 200mg/dl, diagnosis diabetes bisa dipastikan. Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum termasuk kriteria diagnosis untuk diabetes, misalnya glukosa darah puasa dibawah 140mg/dl tetapi 2 jam sesudah makan 140-200mg/dl, keadaan ini disebut sebagai Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Impaired Glucose Tolerance (IGT).
10
Secara ringkas kriteria Diagnosis Diabetes Melitus menurut Tandra (2007) dicatat dalam tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO)
Kadar Glukosa Darah mg/dl mmol/dl 2 jam sesudah makan
I mpaired F asting Glucose (Diabetes >126 >200 Melitus Puasa 2 jam sesudah makan(glukosa darah sewaktu)
I mpaired Glucose Tolerance (I GT)
>7,0 >11,1
<126 >140 & <200
<7,0 > 7,8 & <11,1
>110 & <126 <140
>6,1 & < 7,0 <7,8
Puasa
IFG)
Puasa 2 jam sesudah makan Sumber: Buku Panduan Lengkap Mengenal dan mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Tandra, 2007. Selain itu, Kriteria Diagnostik DM menurut American Diabetes Association (2009) dalam Bruner and Suddarth ( 2010) pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM
1
2
Gejala klasik DM+Glukosa Plasma sewaktu > 200 mg/dl(11.1. mmol/L) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir Atau Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 126 mg/dl (7.0 mmol/L) Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam Atau
Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200mg/dl (11.1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air Sumber: American Diabetes Association (ADA).(2009a). Report of the Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care, 32(Suppl 1), S62-S67. 3
11
Peningkatan kadar gula darah yang terjadi pada penderita DM tipe 2 lebih banyak disebabkan karena pola makan yang kurang baik, kondisi tubuh yang kelebihan berat badan/ obesitas, usia dan kurangnya pengetahuan dalam mengelola kadar gula darahnya. 1. Asupan Lemak Tingginya kadar lemak diperut merupakan salah satu faktor yang dapat menggangu kerja insulin. Semakin banyak lemak yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari, semakin banyak pula lemak tersimpan di tubuh. Timbunan lemak dapat membuat sel-sel tubuh menjadi tidak peka terhadap insulin, sehingga kadar glukosa darah meningkat di atas normal karena sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara optimal dan mengakibatkan diabetes (Sutanto, 2013 dalam Suhaema, Sulendri, & Septiana, 2015). 2. Asupan Karbohidrat Asupan karbohidrat yang tinggi terutama karbohidrat sederhana dan rendah serat dapat mengganggu stimulus sel beta pankreas dalam memproduksi insulin sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah (Mahendra dkk, 2008 dalam Suhaema, 2015). Teori ini diperkuat dengan hasil penelitian dijelaskan bahwa faktor risiko kejadian DM yaitu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan rendah serat merupakan salah satu faktor yang paling dominan terhadap kejadian DM tipe II (Aini, 2013 dalam Suhaema, Sulendri, & Septiana, 2015). Asupan makanan yang berenergi tinggi seperti makanan dalam jenis karbohidrat terutama karbohidrat sederhana dan rendah serat dapat mengganggu
12
stimulus sel beta pankreas dalam memproduksi insulin (Mahendra dkk, 2008). Asupan makanan yang berenergi tinggi seperti makanan dalam jenis karbohidrat terutama karbohidrat sederhana dan rendah serat dapat mengganggu stimulus sel beta pankreas dalam memproduksi insulin (Mahendra dkk, 2008 dalam Suhaema, Sulendri, & Septiana, 2015).
2.1.6 Komplikasi Diabetes tipe 2 dapat menyebabkan terjadinya perubahan serius pada jantung, syaraf, ginjal, dan mata. Konsentrasi glukosa darah yang tinggi dapat merusak bagian/organ tubuh. Komplikasi biasanya disebabkan diabetes yaitu : 1. Kerusakan pada pembuluh darah mata menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan retina mata (retinopati diabetikum) 2. Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah (dialisa) 3. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera, gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropat i), maka sebuah lengan atau tungkai biasa seacar tiba-tiba menjadi lemah 4. Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa diarasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.
13
2.1.7 Pemeriksaan laboratoris Pemeriksaan laboratoris (Arisman, 2010) : Pemeriksaan Darah
1. Pemeriksaan kadar gula darah diperlukan untuk menentukan jenis pengobatan serta modifikasi diet. Ada dua macam pemeriksaan untuk menilai ada/tidaknya masalah pada gula darah seseorang. Pertama, pemeriksaan gula darah secara langsung setelah berpuasa sepanjang malam; uji kadar gula darah puasa (fasting blood glucose test) merupakan pemeriksaan baku emas (gold standard) untuk diagnosa DM. Seseorang didiagnosis DM manakala kadar gula darah puasanya, setelah dua kali pemeriksaan, tidak beranjak dari nilai diatas 140mg/dL. Kedua, penilaian kemampuan tubuh dalam menangani kelebihan gula sesuai minum cairan berkadar glukosa tinggi yang diperiksa dengan tes toleransi glukosa oral (oral glucose tolerance test). Caranya, darah pasien yang telah berpuasa selama 10 jam (jangan lebih dari 16 jam) diambil untuk diperiksa. Segera setelah darah diperoleh, pasien diberi minuman yang mengandung 75 gram glukosa (1,75g/kgBB untuk anak-anak dan 100 g bagi wanita hamil). Darah pasien kemudian diambil lagi setelah 1/2, 1, 2, dan 3 jam untuk diperiksa. Kadar gula darah <110 mg/dL dianggap sebagai respon gula darah yang normal. WHO merekomendasikan pengambilan sampel 2 jam sesudah konsumsi glukosa. Rekomendasi dari National Diabetes Group mencakup pula pengambilan sampel darah, 30 dan 60 menit sesudah konsumsi glukosa.
14
2. Pemeriksaan kadar kolestrol dan trigliserida menjadi penting karena diabetes memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami aterosklerosis dan hiperlipoproteinemia tipe IV. 3. Pemeriksaan kadar kalium berguna untuk mengetahui derajat katabolisme protein. 4. Hasil pemeriksaan BUN (Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin serum yang tidak normal menyiratkan nefropati yang membahayakan. 5. Pemeriksaan HbA1c sangat
bermanfaat
dan
akurat,
terutama
selama
pemantauan terapi. Reaksi ini akan bertambah intens jika kadar glukosa darah terus meningkat HbA1c mencerminkan rataan kadar glukosa selama 120 hari. Nilai HbA1c 5% mencerminkan kadar glukosa darah sebesar 90mg/dL. Sekalipun gula darah pasien tidak terkendai, kadar HbA 1c setidaknya diperiksa setiap 3 atau 4 bulan . Jika gula darah diabetes tak terkendali, pemeriksaan sebaiknya dilakukan lebih sering. Pemeriksaan Urin
1. Glukosa akan merembes kedalam urine jika kadar gula darah telah mencapai ambangnya, pada kisaran angka 150-180mg/dL. 2. Keton terutama harus diperiksa selama infeksi, stress emosional, atau jika terjadi peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi 3. Protein urine juga harus diperiksa, terutama jika gejala komplikasi ginjal (nefropati) mulai tampak.
15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe II
Konsep Asuhan Keperawatan menurut Baradero Mary (2009) : 2.2.1 Pengkajian Data Subjektif , berikut hal yang harus dikaji : 1. Psikososial/emosional 2. Persepsi mengenai penyakit DM dan bagaimana DM mempengaruhi hidup pasien 3. Kegiatan sehari-hari (pekerjaan, kegiatan social, peranan pasien dalam keluarga, dan seterusnya) 4. Pengetahuan pasien mengenai stressor dalam hidupnya 5. Strategi koping yang sedang dipakai 6. Sistem pendukung 7. Pengetahuan tentang konsep DM, efek keadaan metabolic yang tidak terkendalikan, pengobatan, serta efek dan efeksamping 8. Riwayat keluarga: perolehan makanan dan konsumsi makanan, cara memasak makanan, serta adanya anggota keluarga dengan DM 9. Kardiovaskular: masalah tekanan darah, nyeri dada, nyeri kaki waktu gerak badan, dan obat yang dipakai. 10. Neurovaskular: riwayat perubahan penglihatan, bicara, pusing, sakit kepala, bingung, dan gejala neuropati (kesemutan, kebas, dan rasa nyeri saat istirahat bisa hilang saat melakukan kegiatan) 11. Gastrointestinal: Perubahan berat badan, diare, dan konstipasi 12. Penglihatan kabur
16
Data Objektif, berikut hal yang harus dikaji : 1. Berat dan tinggi badan 2. Emosional/mental: Orientasi, responsive, kesadaran, dan respons pasien cocok 3. Neuromaskular : ketajaman penglihatan; motorik: rentang gerak dan kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah; sensorik: sentuhan, temperature, nyeri 4. Kardiovaskular: tekanan darah (posisi baring dna berdiri) 5. Gastrointestinal: Bunyi peristaltic 6. Kulit: utuh, temperatur, lembab, lesi, dan distribusi rambut tubuh.
2.2.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul : 1. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan poliuria, asupan kurang, dan kurang pengetahuan 2. Perubahan nutrisi kurang/lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan metabolism, kurang asupan makanan, dan kurang pengetahuan 3. Deficit pengetahuan tentang penyakit DM, diet berhubungan dengan tidak ada informasi baru tentang DM, serta pengobatannya Hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi keperawatan adalah : 1. Menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan
17
a. Berat badan kembali pada nilai dasar b. Turgor kulit dan membrane mukosa normal c. Tekanan darah dan nadi pada batas normal d. asupan cairan 2.500-3.000 ml per hari 2. Menunjukkan tanda nutrisi yang adekuat a. mempertahankan, menurunkan, atau menambah berat badan yang sesuai b. glukosa darah, hemoglobin glikosilat, dan kadar lipid menuju ke batas normal c. asupan makanan terdistribusi sepanjang hari. 3. Memperoleh pengetahuan yang cukup a. Mengungkapkan bahwa diabetes adalah suatu penyakit ketika tubuh tidak bisa menggunakan makanan dengan baik karena kekurangan insulin atau tubuh tidak mampu memakai insulin b. Menjelaskan rencana diet dan cara melakukan modifikasi diet c. Pasien tahu kapan dan pada siapa ia harus melaporkan.
2.2.3 Intervensi 1.
Memperbaiki status cairan. Beri penjelasan bahwa glukosa menarik air, dan apabila glukosanya tinggi, glukosa akan keluar melalui urin beserta air sehingga pasien sering kencing dalam jumlah yang banyak. Apabila tidak minum, pasien akan mengalami kekurangan cairan.
18
2. Mempertahankan nutrisi yang adekuat. Ahli nutrisi merupakan bagian dari tim kesehatan yang bertanggung jawab atas nutrisi dan pendidikan nutrisi
untuk
pasien
DM,
dan
perawat
sendiri
terlibat
dalam
mempertahankan nutrisi yang adekuat pada pasien. Perawat perlu mengkaji pola makan dan diharapkan pasien mampu : a. Mengatur dietnya sendiri b. Menghindari kelebihan garam, mengurangi lemak jenuh dan kafein, serta memasukkan vitamin dan mineral kedalam makanannya. Perawat membetulkan informasi yang keliru tentang penyakit DM.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, dan sebagainya atau hanya menjawab pertanyaan tentang ‘apa’nya objek atau ‘ada’ serta yang ‘apa’nya yang terjadi. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu dan dalam hal pengetahuan, objek yang disadari memang harus “ada” sebagaimana adanya (Notoatmodjo, 2012).
2.3.2 Tingkat pengetahuan Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang snagat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (oventbehaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
19
(abadi/berlangsung lama sekali)daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Wawan, A (2011) dalam Murwani (2014) pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, diantaranya : a. Pengetahuan/Hafalan/Ingatan(Knowledge) Knowledge, adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama,istilah,ide,rumus-rumus, dan sebagainya
tanpa
mengharapkan
kemampuan
untuk
men
ggunakannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. b. Pemahaman (Compherension) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti at au memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui/dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan melihatnya dari berbagai segi. Dengan kata lain, seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian yang lebih rinci tentang hal itu menggunakan kata-katanya sendiri. c. Penerapan (Application) Merupakan suatu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsio-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongret. d. Analisis Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
20
memahami hubungan diantara bagian-bagian -faktor yang satu dengan yang lainnya. e. Sintesis Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yg berstuktur atau berbentuk pola baru. f. Penilaian/penghargaan/evaluasi Adalah merupakan kemammpuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pada umumnya, pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh factor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, yang diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi, perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak dipengaruhi oleh pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek postif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka
21
akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Selain itu adapun teori yang mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh usia, menurut Notoatmojo (2007) menyatakan bahwa semakin bertambah usia, daya tangkap dan pola pikir akan semakin berkembang dengan begitu dipercaya bahwa pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik.
2.3.4 Cara memperoleh pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut : a.Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan 1) Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara ini diperoleh sebelum kebudayaan, bahkan mungkin belum peradaban. Cara coba salah ini menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. 2) Cara Kekuasaan atau Otoritas Cara ini berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau non formal, ahli agama, pemengang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima yang dikemukakan orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Cara ini digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
22
b.Cara Modern Untuk Memperoleh Pengetahuan Metode ini penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian. Mula-mula metode ini dikembangkan Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh DEOBOLD Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
2.3.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) dalam Murwani (2014) Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diintepresentasikan berdasarkan sifat: a. Baik: hasil presentase 76%-100% b. Cukup: hasil presentase 56%-75% c. Kurang: hasil presentase ≤56%
2.4 Pola Diet
2.4.1 Pengertian pola diet Diet adalah komponen utama dari pengobatan untuk setiap orang dengan diabetes. Pola makan atau diet merupakan determinan penting yang menentukan obesitas dan resistensi insulin. konseling diet merupakan komponen penting dari pendekatan intensif untuk pengobatan diabetes pada pasien ini karena dosis insulin pra-makan dan makan (Timby, 2010).
23
2.4.2 Tujuan pemberian pola diet Menurut American Diabetes Association (2008b, 2008a) dalam Bruner and Suddarth (2010), tujuan manajemen gizi diabetes sebagai berikut : 1. Untuk mencapai dan mempertahankan :
Kadar glukosa dalam batas normal
Lipid dan lipoprotein mengurangi resiko penyakit vascular
Tekanan darah dalam batas normal
2. Untuk mencegah atau memperlambat laju perkembangan komplikasi kronis diabetes dengan memodifikasi asupan gizi dan gaya hidup 3. Untuk mengatasi kebutuhan nutrisi individual, dengan mempertimbangkan pribadi dan budaya dan kemauan untuk perubahan 4. Untuk menjaga kenikmatan makan dengan hanya membatasi pilihan makanan 5. Untuk pasien obesitas dengan diabetes yang tidak menggunakan terapi insulin, konsisten dengan pola makan atau waktu adalah penting. Secara konsisten mengikuti rencana makan adalah salah satu aspek yang paling menantang dari manajemen diabetes. Ini mungkin lebih realistis untuk membatasi kalori yang cukup. Menurut Pudiastuti (2011), tujuan pemberian diet : 1. Mencapai dan mempertahankan kadar gula darah mendekati normal 2. Mencapai dan mempertahankan BB normal 3. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi optimal
24
2.4.3 Syarat diet diabetes melitus tipe II Diet DM Tipe II memiliki beberapa syarat, menurut Pudiastuti (2011) syarat diet diantaranya : 1. Memenuhi 3 aspek (tepat jenisnya, tepat jumlahnya, dan tepat jadwalnya) Adapun prinsip diet diabetes mellitus adalah tepat jumlah, jadwal dan jenis. 2. Vitamin, lemak, protein, dan mineral sesuai individu 3. Mudah untuk dicerna, tidak menimbulkan gas, dan tidak merangsang.
2.4.4 Anjuran pola diet pada diabetes melitus tipe II berdasarkan asupan gizi Pada masyarakat dianjurkan untuk menerapkan pola makan yang sehat supaya terhindar dari DM terutama DM tipe 2 dengan cara mengonsumsi makanan secara seimbang terutama mengonsumsi lemak dan karbohidrat cukup serta meningkatkan konsumsi serat, selain melakukan aktifitas fisik atau olah raga secara teratur dan disesuaikan dengan jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan, jadwal sesuai dengan interval yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan(makan kecil), jenis makanan yang manis harus dihindari karena dapat meningkatkan jumlah kadar gula darah (Putro dan Suprihatin, 2012). Terkait dengan makanan yang dikonsumsi, sejumlah factor mempengaruhi respon glikemia terhadap makanan. Faktor tersebut meliputi jumlah karbohidrat, jenis gula, sifat pati, cara memasak dan mengolah makanan serta bentuk makanannya, disamping komponen pangan lainnya.Pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan
25
berat badan yang normal, pergantian sebagian karbohidrat dengan lemak tak jenuh tunggal (MUFA) akan mengurangi kenaikan gula darah setelah makan. Adapun anjuran diet DM Tipe II diuraikan sebagai berikut : 1. Karbohidrat Secara umum, karbohidrat makanan memiliki pengaruh terbesar terhadap kadar glukosa darah karena mereka lebih cepat dicerna dibandingkan makanan lainnya dan diubah menjadi glukosa dengan cepat. Di dalam ilmu gizi, jenis karbohidrat kompleks yang merupakan sumber utama bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh manusia adalah pati ( starch) starch) (Wahyuningsih, 2012 dalam Suhaema, Sulendri, & Septiana, 2015). Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu yang lebih lama dari karbohidrat sederhana untuk dicerna dan jenis ini tidak dapat meningkatkan kadar gula darah secepat karbohidrat sederhana, karbohidrat kompleks yang paling sering dikonsumsi adalah beras, mereka yang mengkonsumsi selingan dari jenis karbohidrat seperti jagung, singkong, dan ubi jalar, inilah yang dapat menyebabkan kadar glukosa darah menjadi tinggi. Menurut Almatsier (2010) menyatakan bahwa karbohidrat sederhana merupakan karbohidrat yang memiliki molekul terkecil karbohidrat. Jenis karbohidrat sederhana tersebut adalah gula pasir, karbohidrat sederhana ini harus dibatasi (5% dari total asupan energi) penggunaannya karena lebih mudah dicerna dan akan masuk ke dalam aliran darah, sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah secara tiba-tiba (Bilous, 2008 dalam Suhaema, Sulendri, & Septiana, 2015). Makanan dengan kandungan gula tinggi sering juga mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan kegemukan.
26
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi dan makanan
harus
mengandung
karbohidrat
terutama
yang
berserat
tinggi
(PERKENI, 2011 dalam Suhaema, 2015). Makanan dengan IG tinggi bisa menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah lebih cepat. Sehingga dianjurkan bagi pasien penderita DM agar memilih makanan dengan IG rendah, diet ini juga dianjurkan pada DM Tipe I. Adapun jenis IG (Indeks Glikemik) rendah yang terkandung dalam makanan yang diantaranya adalah whole grain, buah-buahan, sayuran serta kacang-kacangan yang juga termasuk dalam jenis makanan s eperti kaya serat. Serat yang dikonsumsi sangan bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula dalam darah, hiperinsulinemia dan kadar lipidplasma atau factor risiko kardiovaskuler. Sumber Karbohidrat dengan 150 kalori menurut Tandra (2007) dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Sumber Karbohidrat dengan 150 Kalori
90 gram ½ gelas Nasi 170 gram ¾ gelas Nasi Tim 300 gram 11/2 gelas Bubur beras 90 gram ½ gelas Nasi jagung 150 gram 2 buah ukuran sedang Kentang 100 gram 1 potong Singkong 50 gram 2 helai Roti putih 40 gram ¾ gelas Mie kering 170 gram 1 ¾ gelas Mie basah 170 gram 1 ½ gelas Kuetiau basah 40 gram ½ gelas Bihun 40 gram 5 sendok makan Havermout Sumber: Buku Panduan Lengkap Mengenal dan mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Tandra, 2007. Selain sumber karbohidrat dengan 150 kalori diatas, Berikut ini terdapat bahan makanan sumber karbohidrat karbohidrat menurut Arisman (2010) pada tabel 2.4.
27
Tabel 2.4. Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
1 Satuan Penukar = 175 kalori, 4 gr gr protein, 40 gr karbohidrat Bahan Makanan
Berat
URT
Nasi
100gr
¾ gelas
Nasi Tim
200gr
1 gelas
Bubur beras
400gr
2 gelas
Kentang
200gr
2 biji sedang
Roti putih
80 gr
4 iris
Mie Kering
50 gr
1 gelas
Mie basah
100 gr
1 gelas
Bihun 50 gr ½ gelas Sumber: Buku Ajar Ilmu Gizi. Arisman, 2010.
2. Serat Serat adalah bagian karbohidrat yang tak dapat dicerna. Kelompok ini banyak terdapat pada buah, sayuran, padi-padian, dan produk sereal. Menurut PERKENI (2011) dalam Suhaema (2015) menyatakan bahwa sumber serat yang dianjurkan cukup yaitu ± 25 g/hari, yang berasal dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan serat dalam sehari dapat dikonsumsi dari sayuran minimal 300 g/hari, dan buah-buahan minimal 300 g/hari. Bila makanan yang mengandung banyak serat, maka pada umumnya guloksa darah setelah makan akan meningkat secara perlahan. Makan cukup serat memberikan keuntungan sebagai berikut : 1. Perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan nafsu makan dan penururnan berat badan
28
2. Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori 3. Membantu buang air besar secara teratur 4. Menurunkan kadar lemak darah yang dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung yaitu kolestrol. Dari uraian diatas, Berikut adapun bahan makanan sumber serat menurut Arisman (2010) yang dapat dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Bahan Makanan Sumber Serat
Bahan Berat URT Sayuran A Daun bawang Daun labu siam Kangkung Kandungan KH, Protein, dan Lemak sedikit sekali Ketimun sayuran jenis ini boleh disantap sekehendak Kecipir Tomat Kol Kembang Kol Labu air Pepaya Muda Sayuran B Bayam Buncis Daun Melinjo Daun pakis Mengandung : 50 kalori Daun singkong 3 gr protein Daun papaya 10 gr karbohidrat Kacang panjang 1 satuan penukar = 100 gr sayur mentah bersih, Kacang kapri atau 1 gelas setelah direbus dan ditiriskan Nangka muda Pare, Wortel Sumber: Buku Ajar Ilmu Gizi. Arisman, 2010
29
3. Lemak Membatasi asupan lemak jenuh dan kolesterol dari makanan merupakan diet pada penderita DM. Lemak jenuh merupakan determinan diet yang penting untuk menentukan kadar LDL-kolesterol di dalam plasma. American Diabetes Association (2008c, 2008d) dalam Brunner dan Suddarth (2010)
menyatakan
bahwa asupan kolesterol sebaiknya juga dikurangi, yaitu <300 mg per hari bagi semua penderita diabetes dan <250mgper hari bagi individu yang mengalami peningkatan kolesterol LDL yang terkait dengan perkembangan penyakit arteri koroner, penyebab utama kematian dan kecacatan di antara orang dengan diabetes. Rekomendasi mengenai kandungan lemak untuk diet diabetes mencakup tidak boleh lebih dari 30% atau lemak jenuhnya harus dibawah 10% kalori total. Makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi yang perlu dibatasi adalah terutama dari daging, makanan laut (seafood), jeroan, produk susu, seperti keju dan es krim. Selain itu perlu membatasi konsumsi makanan penganan (snacks), margarin, makanan yang dipanggang atau dibakar dan makanan olahan yang banyak mengandung lemak trans. Asupan gula yang berlebihan dan lemak berlebihan juga dapat mengakibatkan diabetes. Kebiasaan mengkonsumsi lemak hewani berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Mengurangi asupan lemak, terutama lemak jenuh dapat menurunkan resiko DM. Beberapa contoh lainnya sumber asupan lemak jenuh adalah makanan dimasak dengan minyak, mentega ataupun santan, lemak hewan, susu penuh (whole milk ), dan cream. Lemak tidak jenuh omega-3, tidak
30
mempunyai efek samping pada sensitivitas insulin sehingga baik untuk dikonsumsi, contoh makanan sumber asam lemak omega-3 adalah: ikan, kerang, kacang kedelai, tahu dan tempe. Berikut sumber protein dan lemak hewani dengan 50 kalori menurut Tandra (2007) dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Sumber Protein dan Lemak Hewani dengan 50 kalori
40 gram
1 potong sedang
Ikan
40 gram
1 potong sedang
Ayam tanpa kulit
30 gram
1potong sedang
Daging sapi kurus
30 gram
1 potong sedang
Daging babi yang kurus
30 gram
1 potong sedang
Daging kambing yang kurus
35 gram
½ ekor yang sedang
Ikan kakap
35 gram
5 ekor sedang
Udang
50 gram
1 butir
Telur ayam
55 gram
1 butir
Telur bebek
120 gram
8 butir
Bakso sapi
150 gram
3 sendok makan
Susu rendah lemak
100 gram
½ gelas
Yoghurt
30 gram
1 potong kecil
Keju
Sumber: Buku Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Tandra, 2007.
31
Selain itu , adapun sumber protein dan lemak nabati menurut Tandra (2007) pada tabel 2.7. Tabel 2.7 Sumber protein dan lemak nabati
30 gram 2 potong sedang Tempe 60 gram 2 potong sedang Tahu 20 gram 2 sendok makan Kacang hijau 20 gram 2 sendok makan Kedelai 10 gram 1 ½ sendok makan Kacang tanah 15 gram 1 ½ sendok makan Kacang merah Sumber: Buku Panduan Lengkap Mengenal dan mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Tandra, 2007.
4. Protein untuk pasien DM tipe II Protein sebagai sumber energi dan untuk bertumbuh. Rencana makanan yang termasuk dimanfaatkan dari beberapa sumber hewani non protein (telur, kacang-kacangan, biji-bijian seperti kacang polong, buncis, arcis,tahu, tempe) membantu mengurangi lemak jenuh dan kolesterol (American Association of Diabetes, 2008b, 2008c dalam Bruner dan Suddarth, 2010). Pilihlah protein yang rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, keju rendah lemak. Batasi protein yang kaya lemak, seperti daging gemuk, kuning telur, dan keju kaya lemak. Selain itu, jumlah asupan protein dapat mengurangi pada pasien dengan tanda -tanda awal penyakit ginjal. Rekomendasi mengenai kandungan protein dari diet diabetes mencakup persentase total kalori dari protein 10-20%.
5. Natrium untuk pasien DM tipe II Sumber natrium dianjurkan tidak lebih dari 3000 mg atau sama den gan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur. Bagi mereka yang hipertensi, pembatasan
32
natrium sampai 2400 mg. sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit (PERKENI, 2011 dalam Suhaema, Sulendri, dan Septiana, 2015). Pilihlah garam beryodium yaitu garam yang diperkaya dengan kalium iodat sebanyak 30-80ppm. Gangguan akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah gizi yang serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok dan kretin. Kekurangan unsur iodium alam makanan dapat pula menutunkan tingkat kecerdasan seseorang.
6. Asupan Vitamin C Upaya dalam merawat penderita DM melalui suplementasi antioksidan atau
makanan
kaya
dengan
antioksidan
akanmemberikanmanfaat
dalam
memperkuat enzim pertahanan dan menurunkan peroksidasi lipid.13 Hasil penelitian
Afkhami-Ardekani
dan
Shojaoddiny-Ardekani
(2007)
dalam
Azrimaidaliza (2011) dijelaskan bahwa pada pasien diabetes ditemukan, suplementasi 500 mg vitamin C, yaitu 2 kali sehari selama 4 bulan dapat menurunkan plasma Low Density Lipoprotein (LDL), total kolesterol,trigliserida dan insulin secara signifikan. Vitamin C terutama yang bersumber dari bahan makanan alami, yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan apabila dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan akan memberikan manfaat dalam mencegah terjadinya penyakit degeneratif. Menurut hasil penelitian dijelaskan bahwa pola yang ditunjukkan adalah semakin meningkat asupan vitamin C (asupan makanan yang mengandung vitamin C dari sumber alami) maka semakin menurunkan kadar gula (Azrimaidaliza, 2010).
33
Adapun bahan makanan sumber vitamin C menurut Arisman (2010) dicatat pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Bahan Makanan Sumber Vitamin C
1 Satuan penukar
= 40 kalori, 10 gr karbohidrat
Buah Berat Alpokat 50 gr Apel 75 gr Belimbing 125 gr Jambu air 100 gr Duku 74 gr Durian 50 gr Jeruk manis 100 gr Kedondong 100 gr Mangga 50 gr Nenas 75 gr Nangka masak 50 gr Pepaya 100 gr Pisang ambon 75 gr Rambutan 75 gr Salak 75 gr Sawo 50 gr Semangka 150 gr Sumber: Buku Ajar Ilmu Gizi. Arisman, 2010
URT ½ buah besar ½ buah sedang 1 buah besar 2 buah sedang 15 buah 3 buah 2 buah sedang 1 buah besar ½ buah besar 1/6 buah sedang 3 buah 1 potong sedang 1 buah sedang 8 buah 1 buah besar 1 buah sedang 1 potong besar
2.4.5 Penatalaksanaan DM Tipe II Perencanaan diet merupakan langkah kedisiplinan untuk mengontrol diabetes dengan baik. Manajemen diabetes memiliki lima komponen: terapi nutrisi, olahraga, pemantauan, terapi farmakologis, dan pendidikan. Nutrisi, perencanaan makan, dan pengendalian berat badan merupakan dasar pengelolaan diabetes. Tujuan penting dalam diet dan manajemen gizi diabetes adalah pengendalian total kalori, asupan untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang wajar, mengendalikan glukosa darah, dan normalisasi lipid dan tekanan darah untuk mencegah penyakit jantung (Brunner and Suddarth, 2010).
34
Pengaturan makan merupakan pilar utama pengelolaan DM (Wiardani, dkk, 2012), anjuran makan pada penderita DM sama dengan anjuran makanan orang sehat umumnya, yaitu makanan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan energi. Maka dari itu untuk penderita Diabetes Melitus mulailah membuat rencana diet 3J yaitu tepat jadwal makan, jenis makanan, dan jumlah makan. American Dietetic Association merekomendasikan untuk masukan kalori diantaranya mencakup karbohidart 50%-60% dari kalori, lemak harus tidak lebih dari 30%, serta rekomendasi protein sekitar 10%-20%. a. Tepat Jumlah Kalori Diit tepat jumlah adalah jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan. Kalori yang dibutuhkan tergantung pada bagaimana aktivitas sepanjang hari, untuk penentuan jumlah kalori diet DM ditentukan berdasarkan persentase Berat Badan Relatif (Mahendra B, dkk 2008). BBR= BB(kg) X 100% TB(cm)-100 Kurus (underweight)
= BBR<90%
Normal (Ideal)
= BBR 90-110%
Gemuk
= BBR>110%
Obesitas
= BBR>120%
35
Obesitas Ringan
= BBR 120-130%
Obesitas Sedang
= BBR 130-140%
Obesitas Berat
= BBR 140-200%
Obesitas Morbid
= BBR>200%
Pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari bagi penderita DM : Kurus
= BBx40-60kalori
Normal
= BBx30 kalori
Gemuk
= BBx20 kalori
Obesitas
= BBx10-15 kalori
Jumlah kalori yang disarankan berkisar antara 1100-2900 KKal. Contoh
:
Seorang ibu berusia 45 tahun mempunyai tinggi badan 160 cm dan berat badan 65 kg, selama 15 tahun terakhir menderita DM dengan aktivitas biasa. Jawab : BBR =
BB(kg)
X 100%
TB(cm)-100 65 kg 160-100
X 100%
=
65
x 100%
60 = 108% (Normal)
36
Normal
= BBx30 kalori = 65 kg x 30 kalori = 1950 kalori/hari.
Komposisi energi dari karbohidrat 50-60%, protein 10-20%, dan lemak <30% yaitu : a. Makanan sumber karbohidrat sebanyak 3-8 porsi (1 porsi nasi=100 gram) b. 2-3 porsi sayur (1 porsi=satu gelas sayur masak yang sudah ditiriskan) c. 3-5 porsi buah (1 porsi setara satu pisang ambon sedang/50 gram) d. 2-3 porsi protein hewani (1 porsi setara 50 gram daging sapi) e. 2-3 porsi protein nabati (1 porsi setara dua potong sedang tempe/50 gr) f. Gula maksimal 12 sendok teh atau 48 gram per hari (World Health Organization/WHO, 2009). Dalam mengatur jumlah makanan juga dapat dilakukan dengan cara praktis yaitu untuk mengisi separuh piring dengan sayur, seperempatnya dengan nasi dan sisanya dengan lauk setiap kali makan (Lubis, 2011) Berikut dirangkum jenis diet DM dan komposisi zat gizi yang terkandung menurut Arisman, 2010 pada tabel 2.9.
37
Tabel 2.9 Jenis Diet DM dan Komposisi Zat Gizi yang Terkandung
Jenis I
Kalori 1100
KH 160
Protein 50
Lemak 30
II
1300
195
55
35
III
1500
225
60
40
IV
1700
260
65
45
V
1900
300
70
50
VI
2100
325
80
55
VII
2300
350
85
65
VIII 2500 390 90 65 Diet I,II,III diperuntukkan bagi diabetes yang obes; diet IV, V untuk pasien dengan BB normal; diet VI, VII, VII untuk pasien yang kurus, diabetes remaja, atau penyandang DM dengan penyulit. Sumber : Buku Ajar Ilmu Gizi. Arisman, 2010 b. Perlu Konsisten (Tepat Jadwal) Setiap hari harus diupayakan makan pada jam yang sama dengan jumlah yang sama serta komposisi karbohidrat, protein, dan lemak dalam porsi yang sama pula. Misalnya setiap pagi pukul 7 sarapan pagi, 6 jam kemudian makan siang, dan 6 jam kemudian makan malam, jadwal ini perlu dipertahankan secara konsisten setiap hari. Lalu, ada tambahan makanan snack diantara sarapan pagi dan makan siang, serta diantar makan siang dan makan malam atau dengan ketentuan tiga kali makan besar dan tiga kali makan kecil. Bila minum obat atau suntik insulin, jadwal minum obat atau suntik juga harus konsisten seiring jadwal makan. a.Makan Pagi (jam 07.00) b.Snack I (jam 10.00) c.Makan siang (13.00) d.Snack II (jam 16.00)
38
e.Makan malam (jam 19.00) f.Snack III (jam 21.00) c. Perhatikan porsi (Tepat Jenis) Pilih makanan dengan kadar karbohidrat atau gula yang rendah kaya serat, serta rendah lemak atau jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Jenis makanan yang manis harus dihindari karena dapat meningkatkan jumlah kadar gula darah. Jumlah makanan harus disesuaikan dengan berat badan, bila mengalami obesitas atau gemuk porsi dikurangi agar tercapai berat badan normal, sebaliknya bila badan kurus dengan BMI kurang dari 20, kalori yang dikonsumsi perlu lebih agar BB naik. Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat dan produktif. Oleh karena itu setiap orang termasuk penyandang DM perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan. Makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Adapun makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti : roti, mie, kentang, beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, sagu, dll. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral. Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, sedangkan yang berasal dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil olahan seperti, keju, dan lain-lain. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan zat
39
pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan, makanan ini berperan untuk melancarkan fungsi organ-organ tubuh. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi harus berasal dari makanan sumber zat tenaga, pembangun dan pengatur. Setiap kali makan baik makan siang maupun makan malam, sebaiknya hidangan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. Jumlah porsi disesuaikan dengan aktivitas, seperti yang biasanya duduk dikantor cukup mengkonsumsi 1.400-1.600 kalori per hari. J ika banyak menggunakan otot, memerlukan kalori yg banyak. Melalui cara diatas diharapkan insiden Diabetes Mellitus Tipe II dapat memeberi pengaruh yang baik bagi kesembuhan.
2.4.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diet Pelaksanaan diet menjadi kunci utama dalam pengontrolan gula darah, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diet DM
(Pudiastuti, 2011) : 1) Makanlah secara teratur, sesuai dengan jumlah pembagian makanan yang telah ditemukan dokter/ahli gizi. 2) Kelebihan/kekurangan
makanan
yang
dikonsumsi
akan
menghambat
pengaturan gula darah yang normal. Kelebihan makanan akan menaikkan kadar gula darah dan sebaliknya, kekurangan makanan akan menyebabkan hipoglikemi (kadar gula darah yang terlalu rendah). Gejalanya : keringat dingin, pusing, lemas, gemetar, nyeri pada ulu hati, pingsan/shock.
40
3) Bila mengalami hipoglikemi segera minum 1 gelas minuman manis dan memeriksakan ke dokter terdekat.
2.5
Kerangka Konsep Studi Kasus
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2014). Etiologi - Faktor Keturunan - Nutrisi dari gaya hidup kebarat-baratan yang dikonsumsi - Obat-obatan
Diabetes Melitus Tipe II
Gejala Penatalaksanaan dari diabetes melitus tipe II -
-
Mempertahankan nutrisi yang adekuat dengan Diet DM 3 J Jumlah, Tepat Jadwal, Tepat Jenis). Olahraga Pemantauan Terapi farmakologis Pendidikan
Kuesioner
Baik = 80100% Cukup = 60%-75% Kurang =≤56
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017
BAB 3 METODE PENELITIAN
Menurut (Nursalam, 2014: 5) Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan. Metode penelitian adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah (Notoadmojo, 2012). 3.1 Jenis/Desain Penelitian/Rancangan Studi Kasus
Rancangan penelitian studi kasus merupakan strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedeoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2014). Adapun jenis rancangan penelitian keperawatan dibedakan menjadi empat diantaranya deskriptif, factor yang berhubungan (relationship), factor yang berhubungan (asosiasi), pengaruh (casual) (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian studi kasus deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif, sebagaimana dikemukakan oleh William Chang (2014:30) metode penelitian ini menekankan induksi analitik (induksi berdasarkan analisis). Penelitian ini menghimpun data-data naratif dengan katakata (bukan angka-angka, nonnumerical) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Deskriptif adalah penelitian bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi, atau fenomena dalam menemukan ide baru (Nursalam, 2008). Rancangan penelitian studi kasus merupakan jenis rancangan penelitian deskriptif yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif
41
42
3.2 Subyek Studi Kasus
Subjek untuk studi kasus yang peneliti fokuskan adalah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
3.3 Fokus Studi
Pengetahuan pasien tentang pola diet pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah variabel yang telah didefinisikan perlu dijelaskan secara operasional, sebab setiap istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan atau definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2014). Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variable lain. Dalam ilmu keperawatan variabel bebas merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien dan Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Dengan kata lain, variabel terikat adalah factor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh 1dari variabel bebas ( Nursalam, 2014).
43
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II -Tepat jumlah -Tepat jenis -Tepat jadwal
Definisi Alat ukur Skala Operasional -Tepat jumlah Lembar Penilaian : merupakan Kuesioner Ya = 1, makanan sudah (20 pertanyaan, jika pasien sesuai dengan pernyataan) tahu takarannya dan Tidak=0, habis jika pasien dikonsumsi tidak tahu -Tepat jadwal merupakan penyesuaikan dengan waktu makan yang telah ditetapkan untuk penderita DM -Tepat jenis merupakan makanan yang dikonsumsi mengandung karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kebutuhan dan menghindari jenis makanan yang manis yang bisa mempengaruhi kadar gula darah penderita DM
Hasil Ukur Baik: hasil presentase 76%-100% Cukup: hasil presentase 56%-75% Kurang: hasil presentase ≤56%
3.5 Instrumen Studi Kasus
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: kuesioner (daftar pertanyaan), formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
44
sebagainya. Dalam studi kasus ini, peneliti akan mengumpulkan data dengan kuesioner (lembar daftar pertanyaan) yang telah baku. Lembar kuesioner yang telah tersusun dengan beberapa pertanyaan tentang pola diet tepat jumlah, jadwal, tepat jenis serta pola diet secara umum yaitu berjumlah 20 pertanyaan/pernyataan (jumlah kalori makanan yang dikonsumsi ada 8 pertanyaan, tepat jadwal makan dengan 3 pernyataan, jenis makanan yang dikonsumsi dengan 4 pernyataan dan 5 pertanyaan/pernyataan lagi tentang pola diet secara umum.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pada proses pengumpulan data, penulis meminta izin dari Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, setelah mendapatkan izin dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan peneliti sudah mulai dapat mengambil data dan memberikan informed consent, bila responden menyetujui untuk menjadi responden maka responden mengisi data demografi secara lengkap, mengisi kuesioner yang telah diberikan. Setelah responden selesai mengisi kuesioner maka peneliti dapat memeriksa kembali hasil dari kuesioner apakah sudah terisi
semua secara
lengkap, jika belum ada yang terisi secara lengkap, jika belum ada yang terisi secara lengkap maka peneliti bertanya kemabali kepada responden mengapa tidak mengisinya.
45
3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus
a. Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan di Jl. Haji Misbah No.7 Medan tepatnya di Ruangan Internis. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena memiliki jumlah pasien yang memenuhi sesuai dengan target yang ditentukan. b. Waktu Penelitian akan dilaksanakan dalam waktu 2 minggu setelah proposal disetujui dan dilaksanakan sidang proposal.
3.2 Analisis dan Penyajian Data
Dalam penelitian, peneliti menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Salah satu pengamatan yang dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap tabel frekuensi (Nursalam, 2014). Menurut Arikunto (2006) dalam Murwani (2014) Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diintepresentasikan berdasarkan sifat: d. Baik: hasil presentase 76%-100% e. Cukup: hasil presentase 56%-75% f.
Kurang: hasil presentase ≤56% Dalam studi kasus ini kuesioner dengan jumlah sebanyak 20 pertanyaan
dan kuesioner yang telah diisi akan dikumpulkan untuk dianalisa atau diolah.
46
Cara yang dilakukan adalah dengan teknik pengolahan secara manual yang dimana pilihan jawaban dari angket berbentuk “Ya” dan “Tidak”, adapun rumus untuk pengolahan data secara manual yaitu : Rumus :
X
x 100%
jumlah soal Dari hasil penghitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka dikatakan pengetahuan responden : Baik
: menjawab 16-20 pernyataan (80%-100%)
Cukup
: menjawab 12-15 pernyataan (60%-75%)
Kurang
: menjawab 0-11 pernyataan (≤56%)
Dalam studi kasus ini peneliti akan berusaha mengumpulkan data dari hasil kuesioner yang diberikan mengenai Pengetahuan pasien tentang pola diet Diabetes Melitus Tipe II yang dirawat di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
3.9 Etika Studi Kasus
Etika adalah ilmu/pengetahuan tentang apa yang dilakukan (pola perilaku) orang, atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang. Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek peneliti serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi mas yarakat (Notoatmodjo, 2012). Etika penelitian yang peneliti gunakan terhadap calon responden adalah Informed Consent, peneliti memberikan kebebasan kepada subjek untuk
47
memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Maka dari itu peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subjek (Informed Consent), responden yang bersedia akan menandatangani lembar persetujuan yang telah dibuat.
BAB 4 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus
4.1.1 Gambaran lokasi studi kasus Studi kasus dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang terletak di Jl.Haji Misbah No.7 Medan. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta yang ada di kota Medan yang memiliki fasilitas lengkap diantaranya UGD 24 jam, Ruangan rawat inap, Rawat jalan, Ruang Bedah, ICU, Ambulance, sarana dan prasarana Rumah Sakit Santa Elisabeth meliputi: pelayanan medis dan pelayanan penunjang. Adapun pelayanan medis meliputi Medical Check Up, Dokter Umum, Dokter Gigi,
Dokter
Spesialis.
Sedangkan
pelayanan
penunjang
meliputi
Laboratorium Klinik dan Patologi Anatomi, Radiologi, Hemodialisa, Farmasi, EEG. Rumah Sakit Santa Elisabeth memiliki Ruang rawat inap yang terdiri dari 8 ruang internis, 2 ruang rawat pasien bedah, 3 ruang rawat perinatologi, 3 ruang rawat intensif, dan 1 ruang rawat anak. Adapun ruangan internis yang menjadi lahan untuk pelaksanaan studi kasus meliputi St.Fransiskus, St.Pia, St.Yosef, St.Lidwina, St.Ignatius, St.Melania, St. Paulin, St.Laura. Selama pelaksanaan didapatkan 9 responden dengan diabetes melitus tipe II yang dirawat diruangan internis diantaranya 2 responden dirawat di ruangan St.Lidwina, 2 responden dirawat di ruangan St.Yosef, 1 responden dirawat diruangan St.Ignatius, 2 responden dirawat diruangan St.Paulin, dan 2 responden lagi dirawat di ruangan St.Laura.
48
49
4.1.2 Karakteristik Responden Dalam studi kasus ini, didapatkan 9 responden dengan Diabetes Melitus tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Data demografi pasien yang diteliti pada penelitian ini adalah jenis kelamin, agama, usia, pendidikan, pekerjaan, dan suku. Hasil selengkapnya mengenai distribusi data demografi pasien dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Mei 2017
No
1 2
Karakteristik Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Frekuensi (f)
Persentasi (%)
4 5
44,4 55,6
9
100
1 8
11,1 88,9
Total
9
100
Usia 1 50-55 2 56-61 3 62-67 Total
5 1 3 9
55,6 11,1 33,3 100
7 2
77,8 22,2
9
100
2 1
22,2 11,1
Total
1 2
1 2
Agama Katolik Protestan
Pendidikan SMA S1
Total
1 2
Pekerjaan IRT PNS
50
3 4 5 6
Guru POLRI Wiraswasta Pensiun
Total Suku Batak Toba Batak Karo
1 2 Total
1 1 3 1
11,1 11,1 33,3 11,1
9
100
8 1
88,9 11,1
9
100
Berdasarkan tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik pada pasien diabetes mellitus tipe II di ruangan Internis Rumah Sakit Elisabeth Medan, menunjukkan bahwa sebagian besar reponden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang (55,6%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang (44,4%). Responden terbanyak beragama Protestan sebanyak 8 (88,9%) dan responden yang lebih sedikit beragama Katolik sebanyak 1 (11,1%). Responden terbanyak berada pada rentang usia 50-55 sebanyak 5 orang (55,6%), dan responden yang lebih sedikit berada pada usia 56-61 tahun sebanyak 1 orang (11,1%). Responden terbanyak
memiliki pendidikan
terakhir SMA sebanyak 7 orang (77,8%), dan responden lebih sedikit memiliki pendidikan terakhir S1 sebanyak 2 responden (22,2). Responden terbanyak bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 3 orang (33,3%) dan responden terbanyak bersuku Batak Toba sebanyak 8 orang (88,9%).
51
4.1.3
Pengetahuan tentang pola diet DM tipe II Dari hasil pengisian kuesioner dari pertanyaan mengenai pola diet
diabetes melitus tipe II diperoleh gambaran pengetahuan pasien tentang pola diet DM Tipe II di ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Mei 2017
Pengetahuan Pola Diet DM Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi (f) 0 7 2 9
Persentase (%) 0 77,8 22,2 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang diet DM dalam kategori cukup sebanyak 7 orang (77,8%).
4.1.4
Gambaran pengetahuan tentang pola diet DM tipe II berdasarkan karakteristik respoden Gambaran pengetahuan pasien tentang pola diet diabetes melitus tipe
II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berdasarkan factor yang mempengaruhi pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.3.
52
Tabel 4.3 Gambaran Pengetahuan Pola Diet Diabetes Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Mei 2017 Karakteristik Responden Jenis Kelamin
Baik %
f
Cukup F %
Kurang F %
Total %
F
Perempuan
0
0
4
100
0
0
4
100
Laki-laki
0
0
3
60
2
40
5
100
0 0
0 0
0 6
0 85,8
1 1
100 14,2
1 7
100 100
SMA
0
0
6
85,9
1
11,1
7
100
S1 Usia
0
0
1
50
1
50
2
100
50-55 56-61 62-67
0 0 0
0 0 0
3 1 3
60 100 100
2 0 0
40 0 0
5 1 3
100 100 100
Pekerjaan IRT PNS Guru POLRI Wiraswasta Pensiun
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
2 0 1 1 2 1
100 0 100 100 66,7 100
0 1 0 0 1 0
0 100 0 0 33,3 0
2 1 1 1 3 1
100 100 100 100 100 100
Suku Batak Toba Batak Karo
0 0
0 0
6 1
75 100
2 0
25 0
8 1
100 100
Agama
Katolik Protestan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin berada dalam kategori cukup pada responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 4 responden (100%). Sedangkan
53
pengetahuan responden yang berjenis kelamin laki-laki dalam kategori cukup sebanyak 3 responden (60%) dan dalam kategori kurang sebanyak 2 responden (40%). Berdasarkan agama, sebagian besar responden yang beragama Protestan memiliki pengetahuan cukup
sebanyak 6 responden
(85,8%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 1 responden (14,2%) sedangkan responden yang beragama Katolik memiliki pengetahuan kurang yaitu 1 responden (100%). Berdasarkan pendidikan terakhir, sebagian besar responden berada dalam kategori cukup pada jenjang pendidikan SMA sebanyak 6 orang (85,8%), sedangkan jenjang pendidikan S1 dalam kategori cukup sebanyak 1 orang (11,1%). Pengetahuan responden berdasarkan usia sebagian besar berada dalam kategori cukup sebanyak 3 orang (100%) pada usia 62-67 tahun. Berdasarkan pekerjaan, responden dengan pengetahuan cukup memiliki pekerjaan sebagai IRT sebanyak 2 responden (100%), sebagai guru 1 orang (100%), dan pensiun 1 orang ( 100%). Berdasarkan suku, responden dengan pengetahuan cukup bersuku batak toba sebanyak 6 responden (75%), dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (25%). sedangkan responden yang bersuku batak karo sebanyak 1 responden (11,1) memiliki pengetahuan yang cukup (100%).
54
4.2 Pembahasan
Pengetahuan diet diabetes mellitus pada penelitian ini adalah kemampuan pasien DM tipe II menjawab kuesioner tentang diet diabetes mellitus yang termasuk dalam tingkatan tahu atau memahami. Aspek pengetahuan diet diabetes mellitus yaitu tentang diet tepat jumlah, tepat jadwal, tepat jenis dan pola diet diabetes secara umum. Pada hasil studi kasus ini, penulis memperoleh gambaran pengetahuan responden tentang pola diet diabetes melitus tipe II, bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang diet DM dalam kategori cukup sebanyak 77,8%, dan pengetahuan reponden dengan kategori kurang sebanyak 22,2%. Sebagian besar responden dengan pengetahuan cukup mengatakan bahwa sebelumnya pernah mendapatkan informasi mengenai pola diet diabetes melitus selama dirawat dibeberapa rumah sakit, tetapi beberapa responden ini ada yang belum terlalu memahami diet tepat jadwal sehingga belum melakukan pola diet secara teratur. Hasil studi kasus ini didukung dengan teori Tandra (2007) bahwa diet tepat jadwal setiap hari harus diupayakan yaitu makan pada jam yang sama dengan jumlah yang sama serta komposisi karbohidrat, protein, dan lemak dalam porsi yang sama pula. Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Bahri (2013), tentang gambaran pengetahuan pasien diabetes melitus dengan kepatuhan dalam menjalani diet rendah glukosa di wilayah kerja puskesmas Tamalanrea Makassar bahwa dari 46 (100,0%) responden, tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus yang cukup sebanyak 32 (69,6%) responden, sedangkan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 14 (30,4%), responden sebagian besar
responden telah memperhatikan pola diet dan mematuhi anjuran yang diterima
55
dari tenaga kesehatan yang sesuai dengan penyakitnya tersebut. Berdasarkan factor pendidikan, sebagian besar responden berada dalam kategori cukup pada jenjang pendidikan SMA sebanyak 85,8%. Hasil studi kasus ini didukung dengan teori menurut Muwarni (2014) pada umumnya, pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh factor pendidikan formal bahwa pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, yang diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya akan tetapi, perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sonyo, Sri
(2016 menyatakan
bahwa sebagian
besar
responden
berpendidikan SMP sampai dengan SMA yakni 36 (90%) responden, sedangkan yang 10% berpendidikan perguruan tinggi (PT). Pendidikan responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah pendidikan dasar SMP – SMA. Dengan tingginya jumlah responden pada tingkat pendidikan ini menunjukkan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia sudah jauh lebih baik. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya akan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam hal ini adalah pengetahuan tentang pengelolaan penatalaksanaan diet diabetes melitus. Pengetahuan responden tentang pola diet juga dilihat dari factor usianya hasil studi kasus yang diperoleh dimana pengetahuan responden berdasarkan usia sebagian besar berada dalam kategori cukup sebanyak 60% pada rentang usia 5055 tahun , dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak
40% selain itu
responden sebanyak 100% memiliki kategori tingkat pengetahuan cukup pada
56
rentang usia 62-67 tahun. Hasil studi kasus ini didukung dengan teori yang mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh usia, Menurut Notoatmojo (2007) yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia, daya tangkap dan pola pikir akan semakin berkembang dengan begitu dipercaya bahwa pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik. Hasil penelitian ini didukung oleh Gultom (2012) dimana responden dalam penelitiannya yang didominasi oleh usia dewasa madya berada dalam kategori pengetahuan cukup dan kurang.
4.3 Keterbatasan
Pada studi kasus ada beberapa keterbatasan yang didapati oleh penulis selama melakukan studi kasus, yaitu : 1. Pada saat melakukan studi kasus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan waktu yang diberikan sangat singkat untuk mengambil atau mengamati studi kasus, sehingga data yang diperoleh sangat terbatas, dan kurang akurat untuk menggambarkan pengetahuan pasien diruangan internis 2. Pada saat melakukan studi kasus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan jumlah responden yang akan diberikan kuesioner hanya sedikit sehingga kemungkinan dapat mengurangi keakuratan hasil penelitian studi kasus.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah responden sebanyak 9 mengenai Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan maka dapat disimpulkan : 5.1.1
Pengetahuan Pasien Tentang Pola Diet Diabetes Melitus Tipe II menunjukkan bahwa Pada hasil studi kasus dari beberapa pertanyaan diet tepat jumlah, tepat jadwal, tepat jenis dan pola diet diabetes secara umum yang ada dalam kuesioner diperoleh bahwa diketahui sebagian besar pengetahuan responden tentang diet DM dalam kategori cukup sebanyak 7 orang (77,8%) dan pengetahuan responden dengan kategori kurang sebanyak 22,2%. Sebagian besar responden dengan pengetahuan cukup mengatakan bahwa sebelumnya pernah mendapatkan informasi mengenai pola diet diabetes melitus selama dirawat dibeberapa rumah sakit, tetapi beberapa responden ini ada yang belum terlalu memahami diet tepat jadwal sehingga belum melakukan pola diet secara teratur. Berdasarkan teori tentang factor yang mempengaruhi pengetahuan yang dilihat dari pendidikan bahwa dalam hasil studi kasus
ini
responden
berdasarkan
pendidikan berada dalam kategori cukup pada jenjang pendidikan SMA sebanyak 6 orang (85,8%), sedangkan jenjang pendidikan S1 dalam kategori cukup sebanyak 1 orang (11,1%).
Sedangkan hasil
penelitian
yang dilakukan oleh Sonyo, Sri (2016) menyatakan bahwa sebagian besar
57
58
responden berpendidikan SMP sampai dengan SMA yakni 36 (90%) sedangkan yang 10% berpendidikan perguruan tinggi (PT). Pendidikan responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah pendidikan
dasar,
SMP-SMA.Tingginya jumlah responden pada tingkat pendidikan ini menunjukkan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia lebih baik. Responden dengan tingkat pendidikan
sudah
jauh
tinggi biasanya akan
memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam hal ini adalah pengetahuan tentang pengelolaan atau penatalaksanaan diet diabetes
melitus.
Selain
dari
factor
pendidikan,
pengetahuan
responden berdasarkan usia sebagian besar berada dalam kategori cukup sebanyak 3 orang (60%) dan kurang sebanyak 2 orang (40%) pada usia 50-55 tahun dan sebanyak 3 responden memiliki kategori tingkat pengetahuan cukup. Hasil studi kasus ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Gultom
(2012)
dimana
responden
dalam
penelitiannya yang didominasi oleh usia dewasa madya berada dalam kategori pengetahuan cukup dan kurang. Hasil studi kasus ini sesuai dengan teori menurut Notoatmojo (2007) yang menyatakan semakin bertambah usia, daya tangkap, dan dipercaya bahwa pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik.
59
5.2 Saran
Berdasarkan hasil studi kasus mengenai gambaran pengetahuan pasien tentang pola diet diabetes melitus tipe II di ruangan internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, maka dapat disarankan kepada: 5.2.1
Bagi responden Responden diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dengan lebih
aktif mencari informasi tentang diet pada pasien DM sehingga mampu mengelola diabetes dengan baik dan kadar gula darah menjadi terkontrol. 5.2.2
Bagi Institusi Rumah Sakit Santa Elisabeth medan Hasil penelitian ini diharapkan perawat bisa lebih meningkatkan dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya memberikan pendidikan kesehatan terkait pola diet diabetes melitus 3 J tepat jumlah makan, tepat jadwal, dan tepat jenis makanan pada pasien yang dirawat di ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sehingga kadar gula darah pasien terkontrol.
60
DAFTAR PUSTAKA
Arifin dan Santi Damayanti. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Keperawatan Respati 2(2): 55-65 Arisman. 2010. Obesitas, diabetes mellitus, &dislipidemia: konsep, teori, dan penanganan aplikatif . Jakarta: EGC Azrimaidaliza. 2010. Asupan Zat Gizi dan Penyakit Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan Masyarakat 6(1): 40 Baequny,A, Afiyah Sri Haryani, dan Elsye Rumimper. 2015. Pengaruh Pola Makan Tinggi Kalori terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Riset Kesehatan 4(1):688-692 Baradero Mary. 2009. Klien Keperawatan.Jakarta: EGC
Gangguan
Endokrin:
Seri
Asuhan
Bruner, Lilian Sholtis., Smeltzer, Suzanne C.O’Connell. 2010. Text Book of Medical Surgical Nursing. USA Chang, W. 2014. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Penerbit Erlangga Depkes RI Darmowidjojo, B, dkk. 2007. Hidup Sehat dengan Diabetes. FKUI: Jakarta Gultom, Y.T 2012. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Manajemen Diabetes Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Skripsi. Sarjana Keperawatan UI. Depok Insiyah dan Rini Tri Hastuti. 2016. Tingkat Pengetahuan Dan KepatuhanTentang Diit Diabetes Mellitus Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Sibela Kota Surakarta.Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan 5 (1): 01-109 Lubis, J.P.S. 2011. Perilaku Penderita Diabetes Melitus (DM) Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauparapat Kabupaten Labuhanbatu Dalam Pengaturan Pola Makan. Skripsi. Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU). Sumatera Utara Mahendra, B. 2008. Care Yourself Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus+ Murwani, A.2014. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya