Kritik Sastra adalah analisis untuk menilai suatu karya sastra. Tujuan kritik sebenarnya bukan menunjukkan keunggulan, kelemahan, benar/salah sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu, tetapi tujuan akhirnya mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin dan mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik. Ada 2 jenis kritik sastra yang umum digunakan oleh para ahli: 1. Kritik sastra intrinsik -> fokusnya pada karya sastra itu sendiri dan menganalisa unsur-unsur karya sastra itu. 2. Kritik sastra ekstrinsik -> Menghubungkan karya sastra dengan hal-hal diluar karya sastra. Misal: menghubungkan karya sastra dengan pengarangnya, karya sastra dihubungkan dengan ilmu psikologi, agama, sejarah, filsafat. Semoga info seputar "Pengertian Kritik Sastra Menurut Para Ahli" bermanfaat bagi anda.
PADA SUATU HARI NANTI Pada suatu hari nanti Jasadku tak aka ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri Pada suatu hari nanti Suaraku tak terdengar lagi Tapi di antara larik-larik sajak ini Kau akan tetap kusiasati Pada suatu hari nanti Impianku pun tak dikena lagi Namun disela-sela huruf sajak ini Kau takkan letih-letihnya kucari Untuk memahami sebuah puisi ,kita dapat memulai dengan memparafrase. Memparafrase adalah mengubah dari bentuk puisi ke dalam bentuk prosa. Puisi ini apabila diparafrase bentuknya akan seperti ini, Pada suatu hari nanti bila jasadku tak akan ada lagi Tetapi engkau tetap bisa menjumpaiku dalam karyaku yang tertuang dalam bait-bait sajak ini sebab engkau tak akan aku relakan sendiri setelah aku tiada nanti. Pada suatu hari nanti jika suaraku tidak terdengar lagi tetapi kau masih bisa mendengarkan suaraku di antara larik-larik sajak ini yang dibaca oleh orang-orang yang menyukai puisi. Dengan demikian, kau akan tetap menikmati, dengan cara ini aku menyiasati perpisahan denganmu. Pada suatu hari nanti bila impianku pun tak dikenal orang-orang lagi, namun disela-sela huruf sajak ini kau tidak akan bosan dan letih menelaah nilai-nilai yang terkandung di dalam sajak ini yang selama ini aku cari dalam hidupku yang aku tuangkan dalam sajak. Hasil dalam memparafrase di atas dapatlah ditarik simpulan sebuah tema perasaan cinta terhadap seseorang. Perasaan tersebut diungkapkan dengan pernyataan bahwa aku lirik tidak akan meninggalkan seseorang tersebut meskipun ia sudah meninggal dunia. Lewat karyanya, orang yang dicintai akan tetap bersamanya , yang diungkapkan dalam baris “ tapi dalam bait-bait sajak ini”,” kau takkan kurelakan sendiri”. Dengan karyanya juga orang yang dicintai dapat mendengarkan puisi yang dibacakan atau ia baca sendiri yang mana dalam kegiatan ini seolaholah orang yang dicintai mendengar suaranya, hal ini ada pada baris yang berbunyi “tapi di antara larik-larik sajak ini”,” kau akan tetap kusiasati”. Amanat yang terkandung dalam puisi tersebut adalah penulis ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang terdekat, orang-orang yang selama ini dicintai dan mencintainya bahwa dirinya akan selalu ada meskipun secara jasad sudah tiada . Keberadaan dirinya akan selalu dirasakan melalui karya-karya puisi yang ditulisnya. Puisi-puisinyalah yang nantinya akan menemani setiap orangorang yang merindukannya.
Suasana dan nada yang tergambar dalam puisi “Pada Suatu Hari Nanti” tersebut adalah suasana khusuk, sedih, namun menyiratkan optimisme Ada empat unsur hakikat puisi yang harus diperhatikan. Keempat unsur tersebut adalah tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Keempat unsur itu akan menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair. Disinilah kehebatan Sapardi Djoko Damono menyatukan keempat unsur itu ke dalam wujud penyampaian bahasa penyair. Meskipun Sapardi menggunakan bahasa yang lugas dalam menyampaikan perasaanya, ia tidak meninggalkan ciri khas bahasa sastra yaitu bahasa estetik. Oleh karena itu, ia memilih diksi yang berakhir dengan bersajak a a a a pada tiap baitnya.Seperti pada kata nanti, lagi, ini, sendiri dan seterusnya. Ia juga tetap menggunakan kata-kata yang bermakna kias, seperti kata jasadku, suaraku, impianku. Puisi ini isinya sama dengan puisi “Aku” karya Chairil Anwar . Namun Sapardi mampu menyajikan dalam suasana dan nada yang berbeda. Hal ini Karena Sapardi Djoko Damono mengungkapkan suasana dan nada dengan bahasa penyair. Ia sengaja memilih diksi dengan bersajak a a a a agar mampu menciptakan suasana dan nada khusuk, sedih yang cenderung romantis, namun menimbulkan optimisme. Dan masih dalam kehebatan dan kemahiran Sapardi dalam menyatukan keempat unsur puisi dengan bahasa penyair. Ia memilih kata – kata yang sesuai sekali dengan tema dan amanat yang hendak disampaikan pembaca bahwa Ia selalu ada . Sebab karya – karyanya selalu dibaca dan dibicarakan orang. Pada suatu hari nanti Impianku pun tak dikenal lagi Namun di sela-sela huruf sajak ini Kau takkan letih-letihnya kucari