Ciri- ciri Angkatan 30 an
:
1. Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa 2. Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama dalam soal perkawinan. 3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa 4. Pleonasme (menggunakan kata-kata yang berlebihan) 5. Bahasa terkesan kaku dan statis 6. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat 7. Masih bercorak romantik 8.Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia 9. Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat dan timur) 10. Masih bercorak romantik 11. Para penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera
PENGARANG DAN HASIL KARYA: Sultan Takdir Alisjahbana
Diam Tak Kunjung Padam Tebaran Mega – Mega – Kumpulan Kumpulan Sajak Layar Terkembang Kalah dan Menang
Hamka
Di Bawah Lindungan Lindungan Ka’bah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Armijn Pane
Belenggu Jiwa Berjiwa
Sanusi Pane
Pancaran CInta Puspa Mega Madah Kalana Sandhyakala Ning Majapahit Kertajaya
Tengku Amir Hamzah
Begawat Gita Setangga Timur
Rustam Effendi
Indonesia Tumpah Darahku Tanah Air Kalau Dewi Tata Sudah Berkata
LATAR BELAKANG: Pujangga baru adalah majalah kesusastraan yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1933 di Jakarta (waktu itu Batavia). Para pendirinya adalah Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Penerbitan majalah ini berhenti pada saat invasi Jepang ke Hindia Belanda pada tahun 1942. Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Pada mulanya, Pujangga baru adalah nama majalah sastra dan kebudayaan yang terbit antara tahun 1933 sampai dengan adanya pelarangan oleh pemerintah Jepang setelah tentara Jepang berkuasa di Indonesia. Adapun pengasuhnya antara lain Sultan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, Amir Hamzah dan Sanusi Pane. Jadi Pujangga Baru bukanlah suatu konsepsi ataupun aliran. Namun demikian, orang-orang atau para pengarang yang hasil karyanya pernah dimuat dalam majalah itu, dinilai memiliki bobot dan cita-cita kesenian yang baru dan mengarah kedepan.
GENRE PROSA ANGKATAN 30: (a). R O M A N
Roman pada angkatan 33 ini banyak menggunakan bahasa individual, pengarang membiarkan pembaca mengambil simpulan sendiri, pelaku-pelaku hidup/ bergerak, pembaca seolah-olah diseret ke dalam suasana pikiran pelakupelakunya, mengutamakan jalan pikiran dan kehidupan pelaku-pelakunya. Dengan kata lain, hampir semua buku roman angkatan ini mengutamakan psikologi. Isi roman angkatan ini tentang segala persoalan yang menjadi cita-cita sesuai dengan semangat kebangunan bangsa Indonesia pada waktu itu, seperti
politik, ekonomi, sosial, filsafat, agama, kebudayaan.Di sisi lain, corak lukisannya bersifat romantis idealistis. Contoh roman pada angkatan ini, yaitu Belenggu karya Armyn Pane (1940) dan Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. Di samping itu, ada karya roman lainnya, diantaranya Hulubalang Raja (Nur Sutan Iskandar, 1934), Katak Hendak Menjadi Lembu (Nur Sutan Iskandar, 1935), Kehilangan Mestika (Hamidah, 1935), Ni Rawit (I Gusti Nyoman, 1935), Sukreni Gadis Bali (Panji Tisna, 1935), Di Bawah Lindungan Kabah (Hamka, 1936), I Swasta Setahun di Bendahulu (I Gusti Nyoman dan Panji Tisna, 1938), Andang Teruna (Soetomo Djauhar Arifin, 1941), Pahlawan Minahasa (M.R.Dajoh, 1941). (b). N O V E L / C E R P E N
Kalangan Pujangga novel/cerpen.
Baru
(angkatan
33)
tidak
banyak
menghasilkan
Beberapa pengarang tersebut, antara lain: (1). Armyn Pane dengan cerpennya Barang Tiada Berharga dan Lupa. Cerpen itu dikumpulkan dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Kisah Antara Manusia (1953). (2). Sutan Takdir Alisyahbana dengan cerpennya Panji Pustaka. (c). E S S A Y DAN K R I T I K
Sesuai dengan persatuan dan timbulnya kesadaran nasional, maka essay pada masa angkatan ini mengupas soal bahasa, kesusastraan, kebudayaan, pengaruh barat, soal-soal masyarakat umumnya.Semua itu menuju keindonesiaan. Essayist yang paling produktif di kalangan Pujangga Baru adalah STA.Selain itu, pengarang essay lainnya adalah Sanusi Pane dengan essai Persatuan Indonesia, Armyn Pane dengan essai Mengapa Pengarang Modern Suka Mematikan, Sutan Syahrir dengan essai Kesusasteraan dengan Rakyat , Dr. M. Amir dengan essai Sampai di Mana Kemajuan Kita. (d). D R A M A
Angkatan 33 menghasilkan drama berdasarkan kejadian yang menunjukkan kebesaran dalam sejarah Indonesia. Hal ini merupakan perwujudan tentang anjuran mempelajari sejarah kebudayaan dan bahasa sendiri untuk menanam rasa kebangsaan. Drama angkatan 33 ini mengandung semangat romantik dan
idealisme, lari dari realita kehidupan masa penjjahan tapi bercita-cita hendak melahirkan yang baru.
SINOPSIS LAYAR TERKEMBANG tuti adalah putri sulung dari Raden Wiriatmadja. Ia dikenal sebagai seorang gadis yang berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda dengan adiknya, Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang. Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggal di Martapura, Sumatera Selatan. Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang ke rumah. Bagi Yusuf, pertemuan itu berkesan cukup mendalam. Ia selalu teringat dengan kedua gadis tersebut, terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tercurahkan. Menurutnya, wajah Maria yang cerah dan berseri-seri, serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis. Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka, Yusuf bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan hotel Des Indes. Yusuf pun dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Di perjalanan, mereka bercakap-cakap sangat akrab, terutama Maria dan Yusuf. Sejak perkenalan itu, hubungan antara Maria dan Yusuf menjadi hubungan cinta. Sementara, Tuti tidak sempat memikirkan Yusuf karena kegiatan kongreskongres yang amat sering diikutinya sehingga perhatiannya tidak tercurah pada kenalan baru mereka.Suatu ketika terjadi salah paham antara Tuti dan adiknya. Tuti tidak ingin adiknya diperbudak oleh perasaan dan rasa rendah diri di muka laki-laki. Ia ingin Maria tidak tergantung pada Yusuf karena hubungaan cinta itu. Tuti menganggap sikap Maria yang amat mengharapkan Yusuf itulah yang menyebabkan martabat kaum wanita justru direndahkan.Maria menjawab bahwa pikiran Tuti itu mengandaikan bahwa hubungan percintaan selalu diperhitungkan oleh hubungan fungsional. segala sesuatu ditimbang dan diukur dengan berbelitbelit. Maria bahkan menyinggung dengan keras bahwa sikap yang dipilih kakaknya sebagai penyebab putus dengan Hambalitunangannya. Pertengkaran itu berakibat jauh bagi tuti. Ia mulai berpikir dan goyah pada sikap yang selama ini diyakininya. Sikap tuti berangsur-angsur berubah. Di rumah pamannya dia menujukan rasa kasihnya pada rukmini sepupunya, dia mulai memerhatikan kesenian sandiwara yang dimainkan oleh adiknya dan yusuf. Tuti mulai dapat menghargai hal-hal yang duku dianggapnya remeh. Selama itu baru di sadarinya bahwa apa yang di
katakannya dalam kongres-kongres atau apa yang dipikirkannya tidak terjadi dalam kehidupan pribadinya. Ia mulai merasakan kesepiaan dalamkesendiriannya.Di tempatnya bekarja, tuti mendapat teman baru, seorang guru muda Perhatian Tuti beralih pada Maria. Ia amat sedih dan khawatir akan keadaan adiknya. Yusuf yang sering berkunjung ke Pacet secara kebetulan dan kemudian menjadi dekat pada Tuti. Mereka berdua amat prihatin akan keadaan Maria Keadaan Maria berakhir dengan kematiannya. Sebelum meninggal Maria telah berpesan kepada Tuti supaya kelak kalau jiwanya tidak terselamatkan, kakaknya bersedia menjadi istri kekasihnya saat ini. Tuti dan Yusuf telah kehilangaan seseorang yang mereka kasihi bersama. Sepeninggal Maria, Tuti merasakan bahwa Yusuf dapat dicintainya dengan tulus,demikian pula cinta Yusuf pada Tuti. Sekarang Tuti merasa yakin bahwa Yusuf adalah calon suami yang baik yang bisa dicintainya. bernama soepomo. Lambat laun perasaan cintanyabersemi. Namun proses itu tidak lama. Ia kembali idealis. Selama menjadi kekasih soepomo sebenarnya disadarinya juga bahwa hatinya tergerak bukan sikap yang tulus mencintai Soepomo. Ia yakin sikapnya pada Soepomo hanyalah pelarian dari kesepiaan batin dan dari kegoncangan pandangan-pandangannya semula. Ketika Soepomo akan mengambilnya menjadi istrinya, Tuti harus memilih kawin atau tetap setia pada organisasi Putri Sedar yang tidak dapat di tinggalkannya. Ia teringat peristiwa putusnya hubungan pertunangannya dengan Hambali. Akhirnya Tuti tetap mengambil keputusan ia harus meninggalkan Soepomo karena memang tidak di cintainya, walaupun usia Tuti telah 27 tahun.Maria adiknya sakit parah. Ia terserang malaria, muntah darah dan TBC. Keluarga Wiraatmaja akhirnya merelakan Maria di rawat di rumah sakit Pacet.
PUISI AMIR HAMZAH KENANGAN Tambak beriak intan terberai kemuncak bambu tunduk melambai mas kumambang mengisak sampai merenungkan mata kesuma teratai. Senyap sentosa sebagai sendu tanjung melampung merangkum kupu hanya bintang cemerlang mengambang diawang terbentang sepanjang pandang
Dalam sunyi kudus mulia murca kanda dibibir kesumba undung dinda melindung kita heran kanda menajubkan jiwa Dinda berbisik rapat di telinga lengan melengkung memangku kepala putus-putus sekata dua; "kunang-kunang mengintai kita"...