KONSEP SUPERVISI 1.
Definisi Supervisi Keperawatan Keperawatan
Merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yanf telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Nursalam,2007). Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (bahtiar, 2009). Supervisi adalah suatu tekhnik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton dalam Pier. AS,1997;hal20). Supervisi keperawatan adalah segala bantuan dari pemimpin atau penanggung jawab kepada perawat yang di tujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (suyanto,2008).
2. Manfaat dan Tujuan Supervisi Keperawatan
Manfaat Supervisi diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) : a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah. Tujuan pokok dari supervisi yaitu menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
3. Pelaksana supervisi
a. Kepala ruangan:
Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di ruang perawatan
Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek keperawatan diruang perawatan. Contoh : Ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala
ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masingmasing ( Suarly dan Bahtiar,2009). b. Pengawas perawatan :
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala ruangan yang ada di instalasinya. c. Kepala seksi perawatan :
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
d. Alur supervise
Ka Bid. Ke erawatan Kasi Keperawatan
Menetapkan instrumen (alat ukur
Ka Perirna KARU Supervisi
Pendelegasian
katim 1
Katim 2
Menilai kinerja
Pendelegasian
PA
PA
Klien
Klien
Feed back i. Corrective action
Kualitas pelayanan
ii. Reward/reinforcement
Dalam proses supervisi dilakukan :
Apa yang dilakukan perawat agar dia dapat mengetahui tugasnya dan dapat melakukan tugasnya
Membantu perawat untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam melakukan tugasnya
Mempunyai kemampuan penuh yang dapat dikembangkan lebih lanjut
e. Prinsip Supervisi keperawatan
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip menejemen
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan dinyatakan melalui petunjuk, perauran atau kebijakan dan uraian tugas standar d. Supervisi adalah proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan staff perawat e. Supervsisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi,falsafah, tujuan, dan rencana spesifik untuk mencapai tujuan f. Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif , merangsang kreatifitas dan motifasi g. Supervisi mempunyai tujuan utaman atau ahiryang memberi keamanan, hasil guna dan daya guna pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manager.
f.
Peran dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia. 1. Manajemen pelayanan keperawatan. Tanggung jawab supervisor adalah : a) Menetapkan dan mempertahankan standard praktek keperawatan. b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan. c) Mengembangkan
peraturan
dan
prosedur
yang
mengatur
pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait. 2. Manajemen anggaran Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam : a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS. b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk perencanaan anggaran keperawatan. c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegegalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan
g. Tehnik Supervisi meliputi
1. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu : a)
Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b)
Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian.
c)
Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan.
2. Area Supervisi. a)
Pengetahuan dan pengertian tentang cara penggunaan obat pada klien.
b)
Ketrampilan dalam penggunaan obat yang dilakukan pada klien disesuaikan dengan standar prosedur operasional.
c)
Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati
3. Cara Supervisi Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: a). Langsung. Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, f eed back dan perbaikan. Adapun prosesnya adalah: 1)
Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor.
2)
Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan petunjuk.
3)
Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
b). Supervisi secara tidak langsung : Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis. h.
Model- Model Supervisi Keperawatan
Beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008): 1) Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan 2) Model ilmiah Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur,instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan. 3) Model klinis Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan. 4) Model artistic Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
i.
Kegiatan Supervisor
Untuk dapat mengkoordinasikan sistem kerja secara efektif, para supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan langsung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoordinasikan pekerjaan yang dilkukan orang lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) : a) Persiapan :
1) Menyusun jadwal supervisi. 2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pendokumentasian). 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana. b) Pelaksanaan supervisi : 1) Melakukan observasi, wawancara dan memvalidasi hasil observasi tindakan keperawatan yang dilakukan oleh supervisor. 2) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-masing tahap. 3) Memberikan bimbingan / arahan tentang tindakan asuhan keperawatan. 4) Mencatat hasil supervisi. c) Evaluasi : 1) Menilai respon perawat. 2) Memberikan reinforcement pada perawat. 3) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi. 4) Salam Penutup.
j.
Instrumen
1) Format penilaian supervisi Audit dokumen 2) Format laporan supervisi keperawatan.
k.
Evaluasi
1.
Struktur : a Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan b Menyusun konsep supervisi keperawatan. c Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik. d Menentukan materi supervisi. e Persiapan alat dan pasien
2.
Proses : a Melaksanakan supervisi keperawatan oleh kepala ruangan dan Katim kepada perawat pelaksana. b Perawat pelaksana melaksanakan tugas sesuai dengan diskripsi tugas masingmasing c Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan d Katim mengisi lembar penilaian sesuai petunjuk teknis pengisian.
3.
Hasil a Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal. b Supervisi dilaksanakan sesuai dengan rencana. c Supervisior mengevaluasi hasil supervisi. d Supervisior memberikan reward/feed back pada perawat pelaksana.
l.
Delegasi/ Pendelegasian
1. Pendelegasian adalah penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan melalui orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi (Marguis Haston, 1998)
2. Tugas-tugas yang didelegasikan a. Ditinjau dari aspek proses ( Manullang, 2001 ; 113-114 )
Manajer Bertugas
Perencanaan Pengorganisasian Manajer bertugas
Pelaksanaan
Pengawasan
Sebagian didelegasikan kepada bawahan Perencanaan
Pelaksanaan
Gambar 1. Sifat delegasi
Pada gambar 1.terlihat bahwa fungsi manajer (supervisor) disederhanakan menjadi 3 fungsi yaitu perencanaan ( planning & organizing ), pelaksanaan (activating ) dan pengawasan (supervisi = direct dan control )
Tugas-tugas pelaksanaan
perencanaan
A
B
pelaksanaan
C
D
E
pengawasan
F
Gambar 2.delegasi pada bawahan
Pada gambar 2.terlihat bahwa para bawahan yang menerima delegasi tugas dan kekuasaan, selanjutnya mendelegasikan tugas dan kekuasaan kepada bawahannya. Pada keadaan ini manejer (supervisi) terdahulu lebih banyak lagi mendelegasikan perencanaan dan pelaksanaan dan semakin banyak dia memusatkan perhatiannya dalam pengawawasan (supervisi).
Kalau diperhatikan kedua gambar diatas nampak bahwa tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan sebagian besar dapat didelegasikan sedangkan tugas pengawasan tidak dapat didelegasikan (hanya sebagian kecil saja)
b. Ditinjau dari aspek bidang (spesialisasi) Pendelegasian dari aspek ini disesuaikan dengan struktur organisasi karena masingmasing bidang mempunyai uraian tugas sesuai fungsi masing-masing bidang
3. Delegasi yang efektif. Ciri delegasi yang efektif.
Unsur delegasi harus lengkap dan jelas
Harus mendelegasikan kepada yang yang tepat
Yang
memberi
delegasi
harus
memberikan
peralatan
yang
cukup
dan
mengusahakan keadaan sekitar yang efisien.
Yang memberi delegasi harus memberikan insentif atau perangsang baik bersifat material maupun non material.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, Yanyan. 2009. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Kritis. Jakarta: Airlangga Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Prakter Perawatan Profesional , Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika