2.1 Konsep Dasar Dasar ISPA ISPA
2.1.1
Peng engert ertian Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pemafasan (hidung, pharing dan Iaring) mengalami inflamasi yang menyeb menyebabk abkan an terjad terjadiny inyaa obstru obstruksi ksi jalan jalan nafas nafas dan akan akan menyeb menyebabk abkan an retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan. (Pincus Catel ! Ian "oberts# 1$$% & '%) IP* IP* sering disalah+artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. ang benar, IP* merupakan singkatan dari Infeksi aluran Pernafasan *kut, yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian ba-ah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di dalam paru+paru (saluran bagian ba-ah).
IP* IP* merupa merupakan kan singk singkata atan n dari dari Infeks Infeksii alura aluran n Pemapa Pemapasan san *kut. *kut. IP* IP* melipu meliputi ti salura saluran n pernap pernapasa asan n bagia bagian n atas atas dan salura saluran n pernapasan bagian ba-ah IP* IP* adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung berlangsung sampai 1' hari. ang ang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah adalah organ organ mulai mulai dari dari hidun hidung g sampai sampai gelemb gelembung ung paru paru (aleo (aleoli li), ), beserta organ+organ organ+organ disekitarnya disekitarnya seperti & sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, antibiotik, namun demikian anak akari menderita pneumoni bila infek infeksi si part part ini tidak tidak dioba diobati ti dengan dengan antib antibiot iotik ik dapat dapat mengak mengakiba ibatt kematian. Infe Infeks ksii
salu salura ran n
pern pernaf afas asan an
adal adalah ah
suat suatu u
peny penyak akit it
yang yang
mempunyai angka kejadian yang eukup linggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent / kuman. 0isamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu# usia dari bayi / neonatus, ukuran dari saluran saluran pernaf pernafasan asan,, daya daya tahan tahan tubah tubah tersebu tersebutt terhad terhadap ap penyak penyakit it serta serta keadaan cuaca. (haley and ong, 1$$1 & 1'1$)
2.1.2
tiologi tiologi IP* terdiri dari ieiit dari 3%% jenis bakteri, irus dan richetsia. 4akteri
penyebab IP* antara lain adalah dari genus
Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. 5irus penyebab IP* antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adenovirus,
Coronavirus,
Picornavirus,
Micoplasma,
Herpesvirus dan lain+lain. tiologi pneumonia pada 4alita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada basil penelitian di luar Indonesia. 6enurut publikasi 78, penelitian di berbagai negara menunjukkan bah-a di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari basil isolasi, yakni 93, $ : aspirat paru dan ;$,1 : hasil isolasi dari spesimen darah. edangkan di negara maju, de-asa ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh irus. a.
*nak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit IP* lebih besar hila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2. tatus Imunisasi *nak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasina tidak lengkap. 3. >ingkungan
>ingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota+kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit IP* pada anak. b.
1. ?ondisi konomi
?eadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan disertai
dengan
berdampak
peningkatan penduduk miskin
kemampuannya
menyediakan
lingkungan
pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah 4alita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk IP*. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit IP* dan Pneumonia pada 4alita. 2. ?ependudukan
@unilah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi 4alita yang besar pula. 0itambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit IP*. 3. Aeografi ebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat IP*. 0engan demikian pendekatan dalam pemberantasan IP* perlu dilakukan dengan 1mengatasi semua faktor risiko dan faktor+ faktor lain yang mempengaruhinya. '. Perilaku 7idup 4ersih dan ehat (P74) P74 merupakan modal utatna bagi pencegahan penyakit IP*. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. 0engan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akar. berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan 4alita agar tidak terkena penyakit IP* yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat. 1% P74 itu adalah & 1) 6emberi *I eksklusif. 2) 6enimbang 4alita setiap bulan. 3) 6enggunakan air bersih.
') 6encuci tangan dengan air bersih dan sabun. ) 6enggunakan jamban sehat. ;) 6emberantas jentik di rumah sekali seminggu. 9) 6akan buah dan sayur setiap hari. B) 6elakukan aktiitas fisik setiap hari. $) idak merokok di dalam rumah (0epkes "I, 2%%;) 2. >ingkungan dan Iklim Alobal Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit IP*. 0emikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah
hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit IP*. *gen infeksi adalah irus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. *da beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan
*+hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenae, clamydia trachomatis, tri,reoplasrna dan pileurnokokus. =sia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia diba-ah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. =kuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparaban penyakit. ?arena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. ?ondisi klinis secara umurn turut berpengaruh dalam proses terjadina infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. ?eadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin. (haley and ong, 1$$1 & 1'2%) 2.1.3
Patofisiologi Infeksi aluran Pernafasan *kut (IP*) disebabkan oleh irus atau kuman golongan * streptococus, stapilococus, haemophylus influenae, clarnydia trachomatis, tnycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring dan memiliki mlnifestasi klinis seperti demam, meningismus, anoreDia, omiting, diare, abdominal pain, surnhatan. pada jalan nafas, batuk dan suara nafas -heeing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
2.1.'
Pembagian IP* 1. Infeksi aluran Pernafasan (IP*) 4agian *tas adalah infeksi+infeksi
yang terutama mengenai struktur+struktur saluran nafas disebelah atas laring. ?ebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian atas dan ba-ah secara bersama+sama atau berurutan, tetapi beberapa di antaranya melibatkan bagian+bagian spesifik saluran nafas secara nyata. ang tergolong Infeksi aluran Eafas *kut (IP*) bagian atas diantaranya adalah & Easofaringitis akut (selesma), aringitis, *sma 4ronchial, 4ronchitis akut maupun kronis, 4roncho Pneumonia atau Pneumonia (suatu peradangan tidak saja path jaringan pam tetapi juga pada bonkioli). (Pusdiknakes, 1$$3& 1%) Klasifikasi Penyakit ISPA
0alam hal penentuan kriteria IP* ini, penggunaan pola tatalaksana penderita IP* adalah 4alita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini sendiri terdiri atas ' bagian yakni pemeriksaan, penentuan ada tidalmya tanda bahaya, penentuan klasifikasi penyakit, dan pengobatan juga tindakan. 0alam penentuan klasifikasi, penyakit dibedakan atas dua kelompok, yakni kelompok untuk umur 2 bulan hingga kurang dari tahun dan kelompok umur kurang dari dua bulan. a. =ntuk kelompok umur 2 bulan + F tahun klasifikasi dibagi atas & 1. Pneumonia berat. 2. Pneumonia. 3. 4ukan pneumonia. b. =ntuk kelompok umur F 2 bulan klasifikasi dibagi atas & 1. Pneumonia berat. 2. 4ukan pneumonia. edangkan masing+masing gejala untuk klasifikasi di atas adalah sebagai berikut & a. Klasifikasi Pneumonia Berat didasarkan apabila terdapat gejala batuk atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian ba-ah ke dalam (chest indrain!" pada anak usia 2 bulan + F tahun. edangkan untuk anak berumur kurang dari 2 bulan diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathin!", yaitu frekuensi pernafasan sebanyak ;% kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian ba-ah ke dalam (severe chest indrain!". b. Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai adanya napas sesuai umur. 4atas napas cepat (fast breathin!" pada anak usia 2 bulan + F 1 tahun adalah % kali per menit dan '% kali per menit untuk anak usia 1 + F tahun. c. Klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita 4alita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian
ba-ah ke dalam. 0engan demikian klasifikasi 4ukan Pneumonia mencakup penyakit IP* selain Pneumonia. Contohnya batuk pilek biasa (common cold", pharyn!itis, tonsilitis, dan otitis. 1. 4atuk pilek (common cold ) adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang sering mengenai bayi dan anak. 2. Penyakit batuk pilek juga dapat mengenai orang de-asa tapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi dan anak penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat karena infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah dan nasofaring disertai demam tinggi # sedangkan pada orang de-asa hanya terbatas, dan tidak menimbulkan demam yang tinggi (Egastiyah, 2%% & 3 ) a) tiologi Penyebab penyakit ini adalah irus. 6asa menular beberapa jam sebelum gejala timbul 1+2 hari sesudah gejala hilang. ?omplikasi timbul akibat inasi sekunder bakteri patogen seperti pneumokokkus, streptokokkus, haemophilus influenae atau stafilokokus. (Egastiyah, 2%% & 31) b) 6asa Inkubasi
6asa tunasnya adalah 1+2 hari, dengan faktor predisposisi kelelahan, gii buruk, anemia dan kedinginan. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada -aktu pergantian musim. ?omplikasi lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil daripada anak yang lebih besar. (Egastiyah, 2%% & 31) c) Patologi *natomi
erjadi pembengkakan pada sub mukosa hidung yang disertai asodilatasi pembuluh darah. erdapat infiltrasi leukosit, mula+ mula sel mononukleus, kemudian juga polimorfonuldeus. el epitel superfisial banyak yang lepas dan regenerasi epitel sel baru terjadi setelah le-at stadium akut.
(Egastiyah, 2%% & 32) d) Aambaran ?linik
4atuk pilek mempunyai gejala seperti pilek, batuk sedikit, dan kadang+kadang bersin. ?eluar sekret yang cair dan jernih dari hidung, bila terjadi infeksi sekunder oleh kokus sekret menjadi kental dan purulen. ekret ini sangat mengganggu bayi. umbatan hidung menyebabkan anak bernafas dari mulut dan mengakibatkan gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang+ kadang didapatkan keluhan nyeri otot, pusing dan anoreksia, umbatan hidung (kongesti) disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri dan batuk bertambah. (Egastiyah, 2%% & 33) e) Penatalaksanaan 6edik
=ntuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simptomatis, misalnya ekspektoransia untuk mengatasi batuk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan antipireutik untuk menurunkan demam. 8bstruksi hidung pada pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan hidung tidak efektif dan sering menimbulkan
bahaya.
Cara
mengeluarkan
sekret
adalah
yang dengan
paling
mudah
membaringkan
untuk bayi
tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 :. 4ila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. 4atuk yang produktif (pada bronkitis dan trakeitis) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya kadein, karena menyebabkan depresi pusat batu dan pusat muntah, penumpukan sekret hingga dapat menyebabkan bronkopneumonia. elain pengobatan tersebut, pada sinusitis, terutama yang kronik dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran. (Egastiyah, 2%% & 33) f) Pemeriksaan 0iagnostik
pernafasan, berariasi tergantung pada
pola
dan
kedalaman pernafasan. . 8bserasi lainya adalah teijadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas -heeing. 4isa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum. ;. "i-ayat kesehatan +
?eluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan).
+
"i-ayat penyakit sekarang (kondisi klien scat diperiksa).
+
"i-ayat penyakit dahulu (adakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang).
+
"i-ayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien).
+
"i-ayat sosial (lingkungan tempat tinggai klien).
Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan & a. Inspeksi +
6embran mukosa hidung+faring tampak kemerahan.
+
onsil tampak kmerahan dan edema.
+
ampak batuk tidak produktif.
+
idak ada jaringan parut pada leher.
+
idak tampak penggunaan otot+otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
b. Palpasi +
*danya demam.
+
eraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe serikalis.
+
idak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
c. Perkusi +
uara paru normal (resonance).
d. *uskultasi +
uara nafas esikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
g) Penatalaksanaan ?epera-atan 6asalah demam pera-atan pasien dengan batuk pilek adalah gangguan rasa aman dan nyaman, risiko terjadi komplikasi, gangguan suhu tubuh, kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat batuk dan pilek sering
melelahkan dan mengganggu istirahat pasien, apalagi bila disertai muntah atau diare serta suhu yang tinggi. Pemberian obat gosok dapat membuat bayi merasa hangat. =ntuk mengurangi hidung yang tersumbat, bayi dibaringkan tengkurap dengan kepala bayi miring dan 1 lubang hidungnya masih terbuka. Pemberian obat tetes hidung mungkin menolong pernafasannya, namun hanya untuk sementara (bila tidak ada obat tetes hidung secara tradisional mdapat digunakan kapas yang ditetesi minyak kayu putih yang digantungkan di depan hidung bayi atau dipenitikan pada baju). =ntuk mengurangi batuk dapat diberikan obat batuk sebelum tidur malam, bila -aktu tidur sering batuk berikan minum hangat dan bila perlu ekstra obat batuknya.
Risiko terjadi komplikasi menyebabkan batuk pilek yang
relatif ringan akhirnya berkembang menjadi penyakit yang amat berat. 4ila anak sudah mendapat obat supaya diberikan yang benar, jika misalnya obat dimuntahkan beberapa saat kemudian hams diulang diberikan lagi. *gar obat dapat diminum (jika
selalu dimuntahkan) caranya obat diencerkan dengan 1+2 sendok teh dengan teh manis, sirop atau madu kemudian diberikan sedikit demi sedikit. Gangguan su!u tu"u! komplikasi oleh inasi bakteri yang
biasanya sering menyebabkan suhu tubuh meningkat, kadang+ kadang menyebabkan kejang+demam. Penurunan suhu hanya dapat diatasi dengan pemberian antibiotik yang tepat. Kurang pengeta!uan orangtua mengenai penyakit orang tua
perlu diberi penjelasan jika anak sudah batuk pilek lebih dari 2 hari belum sembuh apalagi sudah diobati sendiri supaya diba-a berobat ke fasilitas kesehatan, terutama untuk bayi. elain penyuluhan tentang penyakit batuk pilek juga petunjuk agar bayi tidak
mudah
mendapat
penyakit
tersebut
hams
selalu
mempertahankan kesehatan anak dengan memberikan makanan yang bergii, hidup secara sehat. (Egastiyah, 2%% & 33+3') h) Pencegahan IP*
Pencegahan IP* dapat dilakukan dengan & 1. 6enjaga keadaan gii agar tetap baik. 2. Imunisasi. 3. 6enjaga kebersihan peroangan dan lingkungan. '. 6encegah kontak dengan penderita IP*. (6ansjoer, *rif, 2%%B)
2.2 Konsep Dasar Kurang #nergi Protein $K#P%
2.2.1
Pengertian
KEP adalah masalah gizi yang disebabkan karena masukan energi dan protein di dalam tubuh tidak mencukupi. (Alimul Aziz, 2005 !00"
2.2.2
7al+hal yang 6empengaruhi ?P 1.
#asukan makan kurang karena kemiskinan.
2.
#asukan makan kurang karena penyakit yang bisa menyebabkan muntah.
3.
$angguan pada saluran pencernaan sehingga mengganggu penyerapan energi dan protein (Alimul Aziz, 2005 !00"
2.2.3
?lasifikasi tatus Aii
%abel berat badan menurut tinggi badan anak laki& laki inggi 4adan (cm)
?P 4erat (F 9% :)
?P edang (9%+9$ :)
?P "ingan (B%+B$ :)
Aii 4aik (G H $% :)
92
;,2B
;,39+9,1$
9,2B+B,1%
B,2B
1. 44/=mur >ebih menggambarkan status gii balita saat ini (Current Eutrional tatus). 6enggambarkan ada atau tidaknya suatu malnutrisi.
Aii kurang (?P / ?urang nergi Protein) +
ingkat sedang dan berat (?P nyata) & F 9% :.
+
ingkat ringan (?P tidak nyata) & 9%: + F B% :.
Aii baik / normal & B% : + 11% :.
Aii lebih& G 11% :.
2. 44/4 (anak usia sekolah) 6enggambarkan ada atau tidaknya suatu malnutrisi berat. Indeks ini merupakan pula indikator kekerasan. ?euntungan cara ini yaitu independent terhadap umur dan ras. 0apat membedakan antara kurus, cukup, gemuk, marasmus, dan lain+lain. ?elemahan cara ini adalah tidak menggambarkan anak itu pendek, cukup / kelebihan tinggi karena umur, sering ditemui kesulitan dalam mengukur panjang dan tinggi badan.
Aii kurang (?P / ?urang nergi Protein)
+
ingkat sedang dan berat (?P nyata) & F 9% :.
+
ingkat ringan (?P tidak nyata) &9% : +F B% :.
Aii baik / normal& B% : + 11% :.
Aii lebih&G 11% :. (I.A.?. udibia, 4c, 0<E)
?P berat dibedakan menjadi 3 kondisi klinis, yaitu & a. 6arasmus b. ?-ashiorkor c. 6arasmus ?-ashiorkor. 2.2.'
anda dan Aejala ?P 4erat 1. 4erikan anak makanan tinggi kalori dan protein secara bertahap, baik dalam bentuk maupun jumlah (mengandung protein 3+ gr/kg 44/hari, kalori 1%% à kalori/kg44/hari). 2. 8bserasi pemasukan dan pengeluaran anak. 3. @aga kebersihan anak dan lingkungan. '. 4a-a anak ke "umah akit secara teratur ntuk me a tu pertumbuhan dan perkembangan selanjutna. (*limul *i, 2%% & 1%%)
2.2.
Pencegahan ?P ?P disebabkan oleh multifaktor yang saling terkait dan sinergis secara klinis maupun lingkungan (masyarakat). Pencegahan hendaknya meliputi seluruh faktor secara simultan dan konsisten, meskipun ?P tidak sepenuhnya dapat diberantas, tanpa harus menunggu. 4eberapa tindakan untuk mengatasi keadaan & 1. 6engendalikan penyakit+penyakit infeksi, khususnya diare. a. anitasi,
personal,
lingkungan
terutama
makanan
dan
peralatannya. b. Pendidikan dasar, kesehatan dan gii kurang. c. Program Imunisasi. d. Pencegahan penyakit yang erat dengan lingkungan antara lain & 4C, 07<, cacing.
2. 6emperkecil dampak penyakit+penyakit infeksi terutama diare di -ilayah yang sanitasi lingkungannya belum baik. 0i area merupakan penyakit endemik yang menjadi salah satu penyebab bagi malnutrisi. 0ehidrasi
a-al
dan
re+feeding
secepat
mungkin
merupakan
pencegahan untuk menghindari bayi malnutrisi atau ?P. 3. 0eteksi diri dan manajemen ?P a-al atau ringan. a. 6emonitor tumbuh kembang dan status gii balita secara kontinyu, misalnya dengan tolak ukur ?6. b. Perhatian khusus untuk faktor resiko tinggi yang berpengaruh pada kelangsungan status gii antara lain & kemiskinan, ketidaktahuan adanya penyakit infeksi. 2. 6emelihara status gii anak. a. 0imulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gii yang baik diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gii yang baik pula. b. etelah lahir segera diberi *I eksklusif sampai ; bulan. c. Pemberian makanan pendamping *I bergii mulai usia ; bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga. d. 6emperpanjang
masa
menusui
selama
ibu
dan
bayi
menghendakinya. (*limul *i, 2%% & 1%%+1%1)