BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gonorr Gonorrhea hea yang yang diseba disebabka bkan n oleh oleh Neisseria Neisseria gonorrho gonorrhoea ea
merupakan merupakan masalah masalah
keseha kesehatan tan publik publik yang yang pentin penting g dan merupa merupakan kan penyak penyakit it infeks infeksii yang yang sering sering dilapo dilaporka rkan. n. Gonorrhea paling sering menyebar selama kontak seksual, namun juga dapat ditularkan dari saluran kelamin ibu ke bayi yang baru lahir selama kelahiran, menyebabkan ophthalmia neonatorum dan infeksi neonatus sistemik. (Wong, 2009;CDC 2005;) Prevalensi infeksi karena Ophthalmia gonokokkal dilaporkan 0,04 per 1000 kelahiran hidu hidup p di Belg Belgia ia dan dan Belan Belanda da,, dan dan 0,3 0,3 per per 1.00 1.000 0 kela kelahi hiran ran hidu hidup p di Amer Amerik ikaa Serik Serikat at (Malika,2008) Deng Dengan an tida tidak k adan adanya ya tinda tindaka kan n penc penceg egah ahan an dipe diperk rkira iraka kan n bahw bahwaa
opht ophtha halm lmia ia
gonokokal neonatorum akan berkembang sekitar 28% dari bayi yang dilahirkan oleh wanita dengan gonore. gonore. Konjungtivitis gonokokal biasanya biasanya berat, dan Neisseria gonorrhoea dapat menemb menembus us epitel epitel kornea kornea yang utuh
dan menyeba menyebabk bkan an mikrob mikrobaa kerati keratitis tis,, ulseras ulserasii dan
perforasi serta dapat menyebabkan kebutaan pada sekitar 10.000 bayi yang baru lahir setiap tahunnya di seluruh dunia (Malika,2008;Goldbloom,1992; (Malika,2008;Goldbloom,1992; Miller ,2006). ,2006).
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. NEISSERIA GONORRHOEA
Famili Neisseriacea meliputi spesies Neisseria dan Moraxella catarrhalis seperti acinetobacter dan kingella serta spesies moraxella lainnya. Neisseria adalah cocci gram negatif yang biasanya berpasangan. Neisseria gonorrhoea
(gonococci) dan neisseria
meningitidis (meningococci) adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear (Siada, 2008,Lange 2006) 2.1.1 Morfologi Dan Identifikasi
1. Ciri organisme: Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 µm. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan
Gambar 2.1 Gambaran Neisseria Gonorrhoea secara mikroskopis
2. Kultur: Selama 48 jam pada media yang diperkaya (misalnya Mueller-Hinton, modified Thayer-Martin), koloni gonococci berbentuk cembung, berkilau, meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau pekat, tidak berpigmen dan tidak bersifat hemolitik.
Gambar 2.4 Gambaran kultur Neisseria Gonorrhoea
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut yang mangarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra (urethritis), nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Proses tersebut dapat menyebar ke epididymis. Sebagian nanah pada infeksi yang tidak diobati, fibrosis dan kadang-kadang mengarah ke urethral striktur (Siada, 2008).
2.2 OFTALMIA NEONATORUM
Oftalmia neonatorum dalam pengertian luas berarti setiap infeksi konjungtiva pada neonatus namun arti sempitnya infeksi konjungtiva terutama oleh gonokokkus akibat kontaminasi mata bayi selama melalui serviks dan vagina ibu (Vaughn 2000; Lange, 2006) Oftalmia neonatorum dapat dibagi menjadi aseptik dan septik. Tipe aseptik disebabkan pemberian tetes mata silver nitrat sebagai profilaksis sedangkan septik neonatal konjungtivitis pada umumnya disebabkan oleh karena infeksi bakteri dan virus. Klamidia trakomatis dan neisseria gonore dua agen penyebab yang disebabkan hubungan seksual yang dihubungkan dengan komplikasi sistemik dan penurunan fungsi penglihatan jika tidak diterapi . (Malika, 2008; Lange 2006). Meskipun infeksi gonococcal nomor dua setelah infeksi klamidia trakomatis pada 3
oftalmia neonatorum tapi gonokokkal paling ganas pada konjungtivitis neonatal karena bisa menyebabkan kebutaan pada 1 tahun pertama yang tidak menggunakan profilaksis pada waktu lahir. (Malika, 2008; Vaughn, 2000).
2.4 KONJUNGTIVITIS GONOBLENORRHEAE
2.4.1 Definisi Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoea (Soewono et al,2006)
2.4.2 Cara Penularan Infeksi neonatal (ophthalmia gonokokal neonatorum) terjadi selama perjalanan bayi melalui jalan lahir jika kelamin ibu terinfeksi Neisseria gonorrhoea . Kasus sporadis terjadi pada anak yang lebih tua dan orang dewasa di mana sumber penularannya biasany a seseorang dengan infeksi kelamin. Hal ini dapat terjadi di mana: • Seseorang yang memiliki gonore genital yang (biasanya) secara tidak sengaja menginfeksi matanya dengan menyentuhnya dengan jari atau peralatan (misalnya pakaian, handuk) Yang terkontaminasi dengan cairan kelamin. • Seseorang menjadi terinfeksi melalui kontak dengan jari yang terkontaminasi atau peralatan dari orang lain yang memiliki kelamin gonore (CDC,2005).
2.4.4 Gejala Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utama: mata merah, bengkak, dengan sekret seperti nanah yang kadang-kadang bercampur darah (Soewono et al,2006), Vaughn menyatakan biasanya masa inkubasi 2 sampai
3 hari, hal
ini penting untuk membedakan dengan
Klamidia neonatorum yang punya masa inkubasi 5-12 hari (Vaughn, 2000;Lange 2006).
Konjungtivitis neonatorum gonokokal menimbulkan ulserasi pada kornea dan kebutaan jika tidak segera diobati. Konjungtivitis klamidia kurang destruktif namun dapat berlangsung berbulan-bulan jika tidak diobati dan dapat diikuti pneumonia (Vaughn, 2000). Konjungtivitis neonatorum gonokokal ini ditandai oleh hiper discharge purulen akut, kelopak mata edema dan khemosis. Gonokokus memiliki kemampuan untuk menembus epitel kornea yang utuh, mengarah pada epitel kornea edema dan ulserasi kornea, yang dapat berkembang menjadi perforasi kornea dan endophthalmitis jika tidak dikenali. Oleh karena itu dalam semua kasus konjungtivitis neonatal, bayi harus diskrining untuk gonokokus untuk mencegah konsekuensi yang serius.
Infeksi gonokokal bayi baru lahir juga dapat
menimbulkan komplikasi sistemik seperti stomatitis, artritis, rhinitis, keracunan darah dan meningitis (Malika,2008; Lange 2006; Wong 2009)
2.4.5 Gambaran Klinis
-
Hiperemi konjungtiva
-
Sekret seperti nanah yang banyak sekali
-
Kelopak mata bengkak oleh karena edema konjungtiva palpebra dan kojungtiva bulbi
-
Perdarahan dapat terjadi oleh karena edema konjungtiva yang hebat. Hal ini akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah konjungtiva dan timbul perdarahan (Soewono et al,2006)
5
Gambar 2.4 anak dengan gonoblenorrheae conjunctivitis
2.4.6 Pemeriksaan Penunjang
Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicat dengan pengecatan Gram dan diperiksa di bawah mikroskop. Didapatkan sel-sel polimoronuklear dalam jumlah yang banyak sekali. Kokus-kokus Gram negatif yang berpasang-pasangan sepertri biji kopiyang tersebar di dalam sel, adalah kuman-kuman Neisseria gonorrhoe (Soewono et al,2006) Ophthalmia neonatorum pada dasarnya adalah diagnosis klinis yang dibuat berdasarkan pengamatan gejala dan tanda. Pembedaan gejala klinis antara berbagai jenis konjungtivitis bayi biasanya sulit, maka diagnosis laboratorium yang terpenting dalam menegakkan diagnosis yang benar dan memulai pengobatan yang terbaik. Scrapings untuk konjungtiva adalah Pewarnaan Gram dan
Giemsa stain harus diperoleh dari palpebral
konjungtiva dari semua neonatus bayi dengan konjungtivitis. Media Cokelat agar dan atau Thayer-Martin dapat digunakan untuk mengisolasi Neisseria gonore dan pemeriksaan sensitivitas (Malika,2008;Lange 2006; CDC 2005)
2.4.7 Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium. (Soewono et al,2006).
2.4.8 Differential Diagnosis
Suatu conjunctivitis purulenta yang disebabkan oleh Chlamidya oculo-genitale. Radang ini sering menyerang bayi-bayi yang lahir dari ibu yang menderita urethritis nonspecificans. Keadaan penyakitnya tidak sehebat gonoblenorrhea.Terjadi conjunctivitis yang diffuse dan dapat sembuh sendiri tanpa jaringan parut atau rusaknya cornea namun dapat berlangsung berbulan-bulan jika tidak diobati dan dapat diikuti pneumonia. Masa inkubasi adalah sekitar tujuh hari (5-12 hari )dan pemeriksaan hapus sekret mata tidak ditemukan kuman gonococcus. Pada pemeriksaan scraping epithel conjunctiva didapatkan inclusion bodies (Vaughn 2000; Malika,2008).
2.4.9 Penatalaksanaan Konjungtivitis Gonoblenorrheae ● Gonoblenore tanpa penyulit pada kornea. Topikal : Salep mata Tetracycline HCL 1 % atau Ciprofloxacin 0,3 % yang diberikan minimal 6 kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam sekali pada penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sampai terjadinya resolusi. Sebelum diberikan salep/tetes mata, sekret harus dibersihkan terlebih dahulu. Sistemik: Pada orang dewasa diberikan Penicillin G 4,8 juta IU IM dalam dosis tunggal ditambah dengan Probenecid 1 gram peroral, atau Ampicilin dosis tunggal 3,5 gram
7
peroral. Pada neonatus dan anak-anak injeksi Penicillin diberikan dengan dosis 50.000100.000 IU/kgBB. Bila penderita tidak tahan dengan obat-obat derivat Penicillin bisa diberikan Thiamphenicol 3,5 gram dosis tunggal atau Tetracycline 1,5 gram dosis initial dilanjutkan dengan 4 kali 500 mg/hari selama 4 hari.
● Gonoblenore dengan penyulit pada kornea. Topikal: Ciprofloxacin 0,3 % dengan cara pemberian sebagai berikut: Hari I
:
1-2 tetes, setiap 15 menit selama 6 jam Selanjutnya diberikan 2 tetes setiap 30 menit
Hari II
:
2 tetes tiap 1 jam
Hari III-XIV :
2 tetes tipa 4 jam
Obat-obat topikal lain yang dapat diberikan adalah adalah: Bacitracin, Vancomycin, cephaloridin, Cephazolin, Gentamycin, Tobramycin, Carbenicillin dan Polymyxin B. Sistemik: Pengobatan sistemik diberikan seperti pada Gonoblenore tanpa penyulit (ulkus kornea). Selain obat-obat spesifik untuk Neisseria gonorrhoe dapat diberikan: siklopegik (Scopolamin 0,25 %) 2-3 X setiap hari untuk menghilangkan nyeri karena spasme siliar dan mencegah sinekia. Apabila ada bahaya perforasi yang mengancam (descemetocele) dapat dilakukan operasi flap konjungtiva ” partial conjunctiva bridge flap ” (Soewono et al,2006) Sedang menurut literatur lain : Pengobatan konjungtivitis gonokokal terdiri dari Penisilin G 100.000 Unit / kg
/ hari selama 1 minggu. N. gonore isolat yang resisten terhadap penisilin banyak di daerah perkotaan di Amerika Serikat. Di Afrika, tingkat produksi pencillinase N. gonore kisaran 18-57% dan banyak bagian lain dunia (50% sampai 60%). Karena itu generasi ketiga cephalosporin obat yang harus digunakan selama 7 hari di daerah di mana memproduksi pencillinase strain endemik. Sebuah dosis tunggal ceftriaxone 50 mg / kg sebagai
dosis tunggal (maksimum 125 mg) adalah sangat efektif dan
direkomendasikan oleh pedoman WHO.
Obat alternatif meliputi spectinomycin 25
mg / kg (maksimum 75 mg) sebagai satu dosis dan kanamycin IM 25 mg / kg (maksimum 75 mg). Ibu yang terinfeksi juga harus diobati dengan ceftriaxone dosis tunggal (25-50 mg / kg). Mata bayi harus sering dialiri dengan normal saline untuk menghilangkan kotoran (Malika,2008; CDC 2005;Vaughn 2000). Hal ini senada juga dengan apa yang diteliti Sosa di Kuba, bahwasanya isolat N. gonore yang berasal dari spesimen urogenital dan konjungtiva menunjukkan resistensi pemberian penisilin dan tetrasiklin sebesar 68% dan 84,6 % (Sosa,2000)
2.4.10 Komplikasi -
Ulserasi Kornea
-
Kornea Perforasi
-
Endopthalmitis
-
Kebutaan (Malika, 2008; Goldbloom,1992;Weingest et al,2005)
2.4.9 Pencegahan
Crédé memperkenalkan 2% perak nitrat sebagai metode pengobatan profilaksis 9
konjungtivitis pada bayi yang baru lahir di Leipzig pada tahun 1881.
penggunaan luas
profilaksis perak nitrat dikaitkan dengan penurunan drastis insiden gonokokkal ophthalmia seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Namun, perak nitrat beracun dan selama bertahun-tahun telah diakui untuk menjadi penyebab konjungtivitis kimia. Saat ini, erythromycin topikal dan tetracycline juga digunakan sebagai alternatif untuk okular profilaksis. Namun, semua agen ini hanya dianggap efektif untuk ophthalmia gonokokal, dan ditemukan tidak efektif sebagai pengobatan profilaksis terhadap konjungtivitis klamidia (Malika, 2008) American Academy of Pediatrics dan US Centers for
Disease Control (CDC)
menganjurkan pemberian salep atau tetes mata mengandung tetrasiklin atau eritromisin, atau perak nitrat 1% ke mata semua bayi segera setelah lahir (Goldbloom, 1992) Dalam uji klinis prospektif, kemanjuran profilaksis dengan perak nitrat tetes, salep tetracycline dan erythromycin salep dibandingkan antara 12.431 bayi yang lahir selama masa studi. Ophthalmia gonokokal neonatorum terjadi di satu bayi dalam kelompok nitrat perak, tiga di kelompok tetracycline dan empat di kelompok eritromisin; hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan itu signifikan secara statistik. (Goldbloom, 1992) Secara ringkas, bukti yang tersedia menunjukkan bahwa 1% perak solusi nitrat, 1% tetracycline salep dan 0,5% eritromisin salep memiliki efektivitas yang sebanding dalam mencegah infeksi gonokokal namun tidak untuk klamidia trakomatis (Goldbloom, 1992; siada,2008; Vaughn 2000).
2.4.10 Prognosis
Bila pengobatan diberikan secepatnya dengan dosis cukup, gonoblenore akan
sembuh tanpa komplikasi. Bila pengobatan diberikan lebih lambat atau kurang intensif, maka kesembuhannya mungkin disertai sikatriks kornea dan penurunan tajam penglihatan yang menetap atau kebutaan (Soewono et al,2006).
11