KNOWLEDGE SHARING……. SISTEM PROTEKSI PETIR & SISTEM GROUNDING PADA JARINGAN DISTRIBUSI, TRANSMISI & GARDU INDUK ( Lightning Research Center School for Electrical Engineering & Informatics of ITB) Medan, 07 September 2015
ISI PRESENTASI 1. Fenomena Petir Tropis 2. Gangguan & Kerusakan 3. Sistem Grounding 4. Lightning Arrester 5. Sistem Proteksi Petir 1.
2.
Transmisi & Distribusi 1. Back Flashover (BFO) Kawat Tanah, TLA, Grounding 2. Shielding Failures (SF) Arcing Horn, TLA Gardu Induk 1. Koordinasi Isolasi Jarak Lindung, Arrester 2. Sambaran Langsung Daerah Lindung, Elevasi Tegangan
6. Rekomendasi
1
1. Fenomena Petir Tropis & Karakteristik Petir
3
Latar belakang 1. Indonesia terletak pada khatulistiwa yang
mempunyai hari-guruh sangat tinggi dengan aktivitas 100 sampai 200 hari-guruh per tahun. 2. Karakteristik petir di Indonesia yang berbeda dengan karakteristik petir di luar negeri. 3. Sangat sedikitnya informasi tentang Sistem Proteksi Petir dan grounding yang benar yang sesuai dengan standar dan juga kondisi lokal. 4. Saluran Tegangan Menegah banyak mengalami gangguan akibat pengaruh induksi dari struktur disekelililngnya
4
2
PETIR DAN MASYARAKAT MODERN MODERN SOCIETY
INFRASTRUCTURE
Production Function : - Airport, Transportation - Hospital, TV station, Radio - Intelegent Buildings - Industries, Oil & Gas, etc
- Facilities - Electric Power - Telecommunication - Data Processing - Instrument & Control
CB CLOUD
R
PREVENTION
DAMAGE/ DESTRUCTION
Lightning Characteristic
LPS
AKTIF
1. External Protection 2. Internal Protection
PASIF
Single Simultan Panic Catastrophic
LPATS 1. Detection Process 2. LPS Design 3. Emergency Planning 4. Fault Analysis 5. Safety 6. Reliability 5 7. Prediction 8.Preventive Maint.
Proses terbentuknya awan petir Dibutuhkan udara naik (Up-draft) keatas akibat pemanasan permukaan tanah atau sifat orografis permukaan tanah Dibutuhkan partikel aerosol (mengambang) yang hygroskopis (menyerap air) dari garam laut atau partikel industri yang naik bersama up-draft Dibutuhkan udara lembab yang naik keatas untuk pembentukan partikel es (hailstone) di awan 6
3
Pembentukan sel bermuatan listrik pada awan petir 15,0 KM
12,5 0
C -30
10,0
7,5
5,0
0
2,0
28
0
t
7
Komposisi Muatan didalam awan petir KM 14 -500 C KRISTAL ES 12
(+)
-30 10
8
-20 SALJU ARAH ANGIN -10
6
4
0
(-)
HUJAN
2
+10 ANGIN NAIK +25
ARAH ANGIN PERMUKAAN TANAH
0 2 KM
8
4
Pembentukan Awan Bermuatan Listrik
Sebagai hasil dari proses elektrifikasi dalam awan, akan terbentuk kuat medan listrik antara awan dan permukaan tanah.
9
Pelepasan muatan listrik dari awan Begitu ujung lidah petir bergerak mendekat ke tanah, kuat medan listrik pada ujung-ujung struktur diatas tanah akan meningkat dan terjadi ionisasi udara yang menuju ke awan ( petir penghubung)
10
5
Jarak Sambar Leader & streamer bertemu pada lompatan akhir, sekitar beberapa piluh – ratus meter diatas objek yang akan disambar Return stroke melalui jalur yg sudah terionisasi Total muatan yang dipindahkan pada sambaran balik sekitar 5 -200 coulomb dalam 0.05 -1.5 detik Petir ikutan melalui jalur yang sama
Pergerakan lidah petir ke tanah
r = 6,7 i
0.8
(m)
12
6
Strike!
Stepped Leader
Terjadi Sambaran Petir
Downward Leader Return Stroke Competing Upward Leader
13
Lightning photography (Cont’d)
Downward discharge
Upward discharge 14
7
15
Statistik arus puncak (i) tropis dan sub-tropis
Probabilitas
4
Tropis 40 kA
5
Sub-tropis 20 kA
Arus Puncak Petir
Europe by Karl Berger, measured at Mt San Salvatore, Switzerland : (1) petir pertama total, (2) petir negatif, (3) petir positif. Indonesia by Reynaldo Zoro, measured at Mt Tangkuban Perahu : (4) petir negatif, (5) petir positif 16
8
Statistik kecuraman arus petir (di/dt) tropis dan sub-tropis
2
4
1
Pro ba bili tas
5
Sub-tropis 18 kA/us
Tropis 30 kA/us
Kecuraman Arus Petir
(1) Europe by Karl Berger, measured at Mt San Salvatore, Switzerland. (2) Indonesia by Reynaldo Zoro, measured at Mt Tangkuban Perahu 17
Kecuraman Gelombang (di/dt) dari Arus Petir utk daerah tropis (50%) Kecuraman Arus Petir di/dt = 30 kA/us
Arus Puncak Petir : i = 40 kA
Waktu Mencapai Puncak ; t = 1,34 us
9
Hari guruh Jumlah sambaran petir dihitung dengan berapa hari guruh terdengar dalam satu tahun dan dinyatakan dengan hari guruh atau thunderstorm days Tempat-tempat yang mempunyai hari guruh yang sama dihubungkan dengan satu garis pada peta yang disebut sebagai isokeraunic level 19
Hari guruh (Thunderstormdays) 1. Isokeraunic level ini dipetakan oleh badan
meteorologi dunia dan juga oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia 2. Hari guruh maksimum di beberapa negara : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Eropa Amerika Jepang Korea Australia Indonesia
: 30 hari guruh : 100 hari guruh : 80 hari guruh : 80 hari guruh : 80 hari guruh : 200 hari guruh
3. Perhitungan hari-guruh saat ini sudah digantikan
dengan Jumlah Sambaran/km2/tahun atau Ng
10
Guinness book of world record 21
Kerapatan Sambaran Petir di P. Jawa
22
11
Kerapatan Sambaran Petir di Jawa Barat
23
Permasalahan Gangguan Petir di Tropis 1. Indonesia berada di daerah tropis dengan kerapatan 2.
3. 4.
5.
sambaran petir yang tinggi Perusahaan Listrik di Indonesia, swasta ataupun PLN, banyak mengalami gangguan sambaran petir pada gardu induk dan jaringan tegangan ekstra tinggi, tegangan tinggi dan tegangan menengah. Kondisi Existing Sistem Proteksi Petir belum sepenuhnya mengikuti Standard Internasional & kondisi lokal. Karena kondisi tropis maka diperlukan inovasi (beyond standard) untuk melindungi jaringan tenaga listrik & gardu induk di Indonesia yang sudah di gunakan di instalasi PLN saat ini tetapi belum menjadi acuan resmi atau standard instalasi PLN, sehingga belum berlaku untu seluruh PLN di Indonesia. PLN & Swasta belum memiliki sistem deteksi petir yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan listrik.
12
Kerapatan sambaran petir di Kota X Ng = 12.1 sambaran/km2/ thn (rata2)
Ng pada lingkaran kuning = 15-40 samb/km2/thn
25
Zoro, R., “Karakteristik Petir dan Kondisi Cuaca di Daerah Tropis – Kasus Gn. Tangkuban Perahu”, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung, September 1999. Karakteristik Petir Arus Puncak (i)
Kecuraman (di/dt)
Polaritas Negatif
Polaritas Positif
Tangkuban Perahu
280 kA
298 kA
Jawa Barat
335 kA
392 kA
Probability 50 %
40 kA
18 kA
Rata-rata
41 kA
30 kA
Maksimum
119 kA/µ µs
120 kA/µ µs
Probability 50 %
30 kA/µ µs
20 kA/µ µs
4,1 – 12,4
1,5 – 3,8
Maksimum
Kerapatan Sambaran (sambaran/km2/tahun) Kerapatan Sambaran Total (sambaran/km2/tahun)
7,9 – 15,5 26
13
EHV Lines in Sumatra
Simangkok
14
Flash Density
Monthly Statistic Data Statistik Variansi Bulanan Kejadian Petir di Wilayah Galang - Simangkok (1 Januari 1999- 31 Oktober 2002), Window 200 x 60 Km2 6 312
7000 6500
52 29
6000
4 828
5500 5000 405 0
4000
1 417 12 51
111 8
May
7 54 1 90 23 15 0
261
330
5 66
April
46 3
March
29
Feb
136
Jan
26 9
0
42 43 87
500
27 6
1000
78 5
1500
12 85
111 5
15 00
2000
16 28
2 087
2500
1 704
3000
19 21 21 68
26 75
3500
2 1 3
S trik e s C o u n t
4500
June Negative
July Positive
Augt
Sept
Oct
Nov
Dec
Total
15
Frequency Statistics (DAILY) Statistik Frekuensi Harian Kejadian Petir di Wilayah Galang - Simangkok (1 Januari 1999- 31 Oktober 2002), Window 200 x 60 Km2 3000
2500
1500
1000
500
9: 00 10 :0 0 11 :0 0 12 :0 0 13 :0 0 14 :0 0 15 :0 0 16 :0 0 17 :0 0 18 :0 0 19 :0 0 20 :0 0 21 :0 0 22 :0 0 23 :0 0
8: 00
7: 00
6: 00
5: 00
4: 00
3: 00
2: 00
1: 00
0 0: 00
Bin
2000
Time (WIB) NEGATIVE STROKES
POSITIVE STROKES
CLOUD STROKES
2. Gangguan & Kerusakan akibat Sambaran Petir pada Jaringan Transmisi, Gardu Induk & Distribusi
32
16
Back Flashover
Induced Over voltage
Shielding Failure Flashover
Gangguan Akibat Petir pada SUTM, SUTT & SUTET Back Flashover (BFO): flashover pada isolator karena tegangan lebih yang ditimbulkan sambaran langsung ke kawat tanah atau tower Shielding Failure Flashover (SF) : flashover pada isolator karena tegangan lebih yang ditimbulkan sambaran langsung ke kawat phasa Induced Flashover (SUTM): flashover pada isolator karena tegangan lebih yang ditimbulkan sambaran tidak langsung
17
Gangguan pada Jaringan TT Direct stroke on the shielding wire Direct stroke on the lines = Shielding Failure • Current discharge up to 400kA (recorded on TnB, Malaysia • Overvoltage is equalent to line surge impedance (400 Ω) x current discharge. • Average discharge is 30kA • Average overvoltage is over 4MV
On 110kV not equiped, flashover rate due to shielding failure : ≈ 1 to 2 / 100km of line / year
Gangguan pada SUTT/TET Direct stroke on the shielding wire Backflashover Stroke on the shielding wire that, due to the footing resistance, increase the voltage on the pole, leading to « back flashover » On 110kV not equiped, flashover rate due to backflashover: ≈ 10 to 14 / 100km of line / year
Total Flashover due to Lightning •
In PEA (Thailand), without protection the standard flashover rate is around : 13-16 flashes/100 km/year
=> Improvement can reduce down to about 4 flashes/100 km/year.
18
Kerusakan & Gangguan Akibat Petir pada Gardu Induk TT/TET Sambaran petir ke GI; Sambaran langsung ke GI Kawat Tanah (TT) & Batang Tembaga (TET) Elevasi Tegangan Pecah Isolator Pecah nya CB ( CB Areva di GI Cibinong)
Gelombang Berjalan dari SUTT/TET/TM Kerusakan pada CB, TA, TT,Trafo Daya dari Incoming TT/TET Arrester Jarak Lindung Outgoing TM
Induksi, Elevasi Tegangan & Konduksi; ke Peralatan Kontrol, Telekomunikasi & Computer di dalam ruangan
Kerusakan Trafo Daya 150/20 kV di Gardu Induk akibat konduksi dari sisi TM (Gn.Megang)
19
Kerusakan Trafo Daya akibat Gelombang Berjalan dari sisi TM, tanpa Arrester
Gardu Induk Rantau Prapat UPT Siantar
20
Trafo Daya tanpa Arrester pada sisi TM
Tidak Ada LA Pada sisi TM
LA pada sisi TT
Sisi TM 20 kV tanpa Arrester
21
Ruang Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kV untuk Incoming Cabel
Gangguan Akibat Petir pada SUTM Sambaran petir dibagi dua, yaitu sambaran langsung dan tidak langsung Sambaran langsung adalah sambaran yang mengenai struktur saluran seperti kawat tanah, kawat phasa atau tower Sambaran tidak langsung adalah sambaran ke tanah di dekat saluran yang menginduksikan tegangan lebih pada saluran tersebut
22
Tegangan Lebih Petir pada jaringan Tegangan Menengah Over voltages due to direct lightning
Over voltages due to indirect lightning (induced overvoltages)
Sambaran Tidak Langsung: Induksi Tegangan Lebih
23
Induksi pada Jaringan 20 kV & merusak Trafo akibat sambaran petir pada menara Telekomunikasi
47
Kerusakan Transformator
48
24
Broken conductor
Field observation Broken pin insulator
36BL01 pole
Pole with line arrester a span ahead of 36BL01 pole
Pole with line arrester
Kerusakan Trafo Tiang 20 kV di Gn Megang
25
Kerusakan Cubicle 20 kV di GI
Kerusakan Mof kabel dan Arrester di Gn.Megang pada Raiser Pool 20 kV
26
Pasangan Arrester pada Raiser Pool, keluar dari GI Rantau Prapat ?
Kerusakan yang mungkin Terjadi; Transmisi Isolator / TLA rusak/pecah
Gardu Induk Trafo Daya/Ukur & PMT terbakar/rusak
Distribusi Isolator/Panel/Kubikel/Mof Kabel rusak/terbakar Radio, Control, Computer, Telekomunikasi rusak
27
3. Sistem
Grounding
55
Komponen sistem proteksi terhadap sambaran langsung pada bangunan dan jaringan tenaga listrik 1
1
2
2 3 1
3 1. Terminal Udara / Finial
2
2. Penghantar Turun 3
3. Sistem Grounding 56
28
Grounding System bertugas membuang arus Petir ke tanah dengan Aman
Kenapa harus ada Grounding? Diharuskan oleh STANDAR ; 1. Keamanan Personil Menghilangkan beda tegangan antara alat yang tidak dilalui arus (tutup & frame) dan antara peralatan dengan tanah. 2. Proteksi Peralatan Menjalankan proteksi arus lebih jika ada gangguan ke ground (50/60Hz event) 3. Mengalirkan arus Petir(10 kHz – 100 MHz) 4. ESD (Electrostatic Discharge) 5. Kontrol derau (Computer Grounding) 58
29
Grounding Impedansi yang rendah adalah tujuan utama sistem grounding Semua sambungan grounding harus sependek mungkin dan langsung sehingga induktansi menjadi rendah Arus puncak petir berpengaruh pada tahanan tanah, sehingga R(impuls) yang rendah adalah baik. 59
Grounding untuk instalasi LPS Ukuran minimum material grounding menurut IEC 62305 : Cu : 50 mm2 Fe : 80 mm2
Tipe grounding yang disarankan adalah : Konduktor yang ditanam horizontal dalam tanah (ring) dengan kedalaman minimum 0.5 m Batang tembaga yang ditancapkan tegak lurus ke tanah (Driven Rod) - Radial Kombinasi dari Keduanya (ring – radial) Grounding Fondasi
60
30
3 (TIGA) JENIS TEGANGAN DAN ARUS Tegangan DC : polaritas tetap, contohnya adalah tegangan baterai Tegangan AC : polaritas berubah sepanjang waktu (milli-detik), contohnya tegangan listrik PLN Tegangan Impuls : Timbul pada waktu yang sangat singkat (mikrodetik), dengan amplituda yang besar (kA), contohnya; impuls petir
Impuls Petir jika menyambar saluran listrik AC Arus Petir; 100 mikrodetik
Arus AC; 10.000 mikrodetik
31
Bentuk grounding Grounding batang tembaga dan baja
63
Bentuk grounding (Cont’d) Grounding dengan beberapa batang
64
32
Bentuk grounding (Cont’d) Grounding radial, radial 1 buah
65
Bentuk grounding (Cont’d) Radial grounding, cakar ayam
66
33
Bentuk grounding (Cont’d) Grounding dalam
67
Bentuk grounding (Cont’d) Grounding pada daerah sempit dan dekat lalulintas manusia
68
34
Ancaman sambaran petir pada manusia & hewan
1. Touch Voltage 2. Indirect Strike 3. Direct Strike 4. Side Flash 69
5. Step Voltage
Tegangan langkah
Death
Step Voltage d
V=I
s
ρ
V ρ s akibat beda tegangan 2 π d (d + s ) Kematian Transient paralysis 70
35
Pemasangan grounding Rod pada kaki Tower pada struktur tiang Beton
Grounding Rod direkomedasikan hanya dengan kedalaman ± 3 m dengan jumlah grounding rod 2 buah per tiangnya
Grounding Rod Tampak Samping
Grounding Rod Tampak Atas
36
Pemasangan Grounding Rod pada bagian kaki Tower sepanjang track, pada struktur tiang baja atau besi
Bahan Grounding rod yang dipasang menggunakan besi ulir dengan diameter 16 mm dengan kedalaman 3 m, hal ini sudah sesuai dengan standart IEC 62305-1 /2006
37
KARAKTERISTIK IMPULS DARI GROUNDING Penentuan karakteristik grounding dengan resistansi bisa orde 100 MHz, Setiap saluran selalu mempunyai induktansi Earth tester beroperasi dengan tegangan DC atau frekuensi 100 Hz Induktansi Grounding (driven rod)
L = 0 . 2 ln( l / r ) µ H / m
Contoh perhitungan menentukan Tahanan Impuls dan panjang efektif grounding rod.
38
Contoh Perhitungan
:
resistivitas tanah ρ = 30 Ωm diameter elektroda 2r = 2 cm waktu dahi petir sambaran pertama T1= 10 μs waktu dahi petir sambaran susulan T2= 0.25 μs
l
20 m
=
T R/L
m
eff 1 panjang efektif grounding leff(10μs) = √[10x36.7/(0.2ln 20/0.01)] = 16 m panjang efektif grounding leff(0.25μs)= √[0.25x36,7/(0.2ln20/0.01)] = 2.5 m
ρ
l
R= . ln Ω m Resistansi per meter 2π r R = 30/2π x ln(20/0.01) R = 36.7Ωm Impedansi impuls (10μs) R (impl ) = R / l eff Ω Rst(10μs) = 36.7/16 = 2.2 Ω Impedansi impuls (0.25μs) Rst(0.25μs) = 36.7/2.5 = 14 Ω Resistansi DC RDC = 1.8 Ω
Bentuk gelombang arus petir dengan kecuraman berbeda
T1=10us T2=0.25 us
39
PENGUKURAN IMPEDANSI GROUNDING DENGAN PETIR DIPANCING ROKET (EDF)
Bentuk elektroda yang diuji
TAHANAN IMPULS DARI SISTEM GROUNDING
Grounding fondasi memberikan nilai Tahanan Impuls semakin kecil dengan makin curam nya gelombang petir
40
Grounding Fondasi Metoda pentanahan dengan memanfaatkan struktur pondasi tower Tulang beton fondasi dapat dimanfaatkan sebagai elektroda grounding Elektroda dalam beton menghasilkan impedansi grounding lebih kecil dari pada elektroda yang ditanam langsung Awet, bebas perawatan, juga ‘safe & secure’ 81
Is this grounding system ? NO ! WHY ??
82
41
Grounding System Strap conductor of the foundation earth at the lowest point of the reinforcement
Grounding Fondasi Strap conductor for the connection between the reinforcement
42
85
4. Lightning Arrester
86
43
Lightning Arrester, pemilihan kelas Arrester, Line arrester
87
Lightning Arrester
Arrester dipasang harus sesuai dengan spesifikasi. spesifikasi. Pemasangan arrester diprioritaskan pada saluran utama sedemikian rupa sehingga sebaran posisi arrester merata merata.. Arrester harus dipasang vertikal dan lead arrester dihububgkan dengan grounding peralatan yang akan diproteksi dan ditanahkan melalui pole/konduktor pole/konduktor.. Line atau distribution arresters berfungsi sebagai pemotong tegangan lebih dan sekaligus sebagai alat proteksi untuk mencegah flashover dan interupsi pelayanan daya. Grounding lead Lightning Arrester yang terpasang di saluran udara & kabel disambung langsung pada alat yang akan dilindungi, seperti; isolator, sealing end kabel atau bushing trafo), agar tegangan proteksi arrester mendekati UA yang dispesifikasikan fabrik.
44
Tegangan Kerja Arrester (UA) & Tegangan Sisa (UR) BIL Isolator
LOKASI & CARA PEMASANGAN LIGHNTING ARRESTER Beberapa aturan yang sebaiknya dilaksanakan dalam penempatan arrester, yaitu : 1. Arrester dipasang sedekat mungkin dengan peralatan yang akan dilindungi. 2. Penghantar ke peralatan diusahakan sependek mungkin dan terhubung langsung. 3. Pentanahan arrester dan peralatan yang tersambung memiliki induksi serendah mungkin.
45
Lokasi Pemasangan Lightning Arrester
a. Tegangan di peralatan (UT) adalah penjumlahan dari drop tegangan induktif di leads (UL) dan tegangan discharge di arrester (UA) b. Arus petir langsung dibuang ke tanah melalui arrester sehingga tegangan di peralatan adalah tegangan discharge arrester (UA = UT).
PEMILIHAN DAN LETAK PENANGKAP PETIR Terminal pentanahan dari penangkap petir harus dihubungkan ke tangki trafomencegah kenaikan tegangan akibat perbedaan impedansi penangkap petir dengan trafo.
46
80% gangguan petir pada jaringan TM akibat induksi & 20% akibat sambaran langsung. Gambar; Cara pemasangan kawat tanah pada jaringan Tegangan Menengah dan pemasangan line arrester untuk melindungi isolator dari flashover akibat sambaran petir. • Penggunaan 1 kawat tanah akan mengurangi induksi sampai 33%. • Dua kawat tanah akan mengurangi induksi sampai dengan 66% (penelitian dari Peek).
47
Pemasangan arrester pada saluran dan trafo Saluran distribusi lebih banyak terkena sambaran tidak langsung daripada sambaran langsung karena salurannya tidak terlalu tinggi. Untuk proteksinya digunakan: • Kawat tanah • Arrester dipasang di terminal primer trafo distribusi , diterminal sekunder dan di riser pole dengan lead yang sependek mungkin. Arrester dipasang di depan fuse, fuse di bypass agar fuse tidak selalu bekerja pada musim petir.
GI CEMPAKA LA LINE CEMPAKA – ASAM-ASAM
96
48
Penentuan Jarak Lindung Arrester dengan Cara Me-reposisi Arrester
97
JARAK LINDUNG MAKSIMUM LIGHTNING ARRESTER
L =
L Ut,Ua du/dt V
(Ut – Ua). v 2.(du/dt) dalam meter dalam kV dalam kV/us = Z . di/dt kecepatan rambat gelombang di hantaran
49
JARAK LINDUNG ARRESTER Ut =
Kekuatan Isolasi Peralatan yang harus dilindungi (Mof Kabel, Isolator, Trafo, dll) - kV Ua = Tegangan Kerja Arrester - kV Z = Impedansi Surja hantaran atau kabel (Z) – ohm di/dt = kecuraman arus peti – kA/µs V = kecepatan rambat gelombang petir di udara 300m/us, di kabel 300/Vεr m/µs
Tegangan Kerja (UA) dan Jarak Lindung Arrester (L) Untuk tegangan Sistem 20 kV I. Pemilihan arrester 1. Tegangan kerja arrester : UA = Tegangan rms phasa ke phasa x 1.10 x koefisien pentanahan UA = 20 x 1.10 x 0.8 = 17.6 18 kV utk system yg ditanahkan langsung UA = 20 x 1.10 x 1 = 22.2 24 kV utk system yg ditanahkan tidak langsung Lihat table characteristics of LA, ambil tegangan kerja arrester 24 kV 2. Arus nominal : tegangan system 20 kV < 70 kV, maka In = 5 kA, kelas heavy atau light duty
3.
Tegangan percikan frekuensi jala-jala Menurut standard Inggris (B.S) : Tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum = 1.6 x 20 = 32 kV Menurut standard IEC : Tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum = 1.5 x 20 = 30 kV (masih lebih kecil dari existing LA 40 kV – Cooper)
50
UA=87kV
UA = 454 kV
Pemilihan dan Jarak Lindung Arrester 4.
Tegangan kerja impuls arrester lihat table 2/3 Maximum Impulse Sparkover Test Voltage untuk kelas 5 kA, ULA = 87 kV.
5.
Tegangan sisa arrester Lihat table 4 Maximum Residual Voltage utk kelas 5 kA, UR = 87 kV
6.
Arus pelepasan maksimum arrester Lihat table, utk kelas 5 kA : Imax = 65 kA
II. Jarak lindung arrester BIL trafo < 500 kVA UT = 125 kV di/dt = 30 kA/µ µs (local, tropis) Γ = 200 ohm (Tegangan Menengah 200-300 Ω) V = 300 m/us (kecepatan rambat gelombang di hantaran) maka : L = (UT – ULA).V/(2.dU/dt) = L = (125 - 87 ).300/(2.200.30) = 0.95 m
51
UR=87kV
52
Jarak Lindung Arrester pada sisi HV 150 kV L1
L2
Jarak Lindung Arrseter = L L = L1 + L2
L1
L2
106
53
Pemasangan TLA jenis MOA pada 150 kV Line
L4 L3
L1 L2 Ltotal = L1+L2+L3+L4
L1
L2 L4 L3
54
Proteksi Sealing End Cable (mof) harus sedekat mungkin dengan arrester
Proteksi kabel bawah tanah
Tegangan berjalan pada kawat udara akan berkurang pada penghubung antara kawat udara dengan kabel tanah karena impedansi surja dari kabel tanah rendah, akan tetapi pantulan dari kabel tanah akan menyebabkan kenaikan tegangan yang cukup besar. Riser pole arrester (dipasang pada titik transisi antara kawat udara dengan kabel tanah) LA dipasang satu gawang dari riser pole arrester untuk mengurangi sebagian arus petir sehingga arus discharge pada riser-pole arrester akan menyebabkan tegangan yang dikirim ke kabel tanah rendah.
55
Pemasangan Arrester dekat Bushing Trafo
Garis biru= jarak lindung arrester
Arrester dipasang di depan Bushing Trafo - Lead Arrester langsung disambung ke body trafo
56
Standar PLN?? Grounding Lead Arrester & Grounding Trafo di pisah
FUNGSI ARRESTER MELINDUNGI ISOLATOR ATAU KABEL?
57
Pemilihan Arus Impuls Lightning Arrester
115
Pemilihan Arus Pelepasan Impuls dari Penangkap Petir Untuk penangkap petir yang dipasang di gardu berlaku :
Ia = Ud =
arus pelepasan arrester (kA) tegangan gelombang datang (BIL Isolator) - kV
UA = Z =
tegangan kerja / tegangan sisa (UA) - kV impedansi terpa dan hantaran (200-250 Ω)
58
20 kV
70 kV 150 kV 275 kV 500 kV
Impedansi Terpa (Z) Hantaran Udara Kabel & GIS 20 kV 70 kV 150 kV 275 kV 500 kV Kabel SF6 (GIS)
200 – 250 ohm 250 – 300 ohm 300 – 350 ohm 350 – 400 ohm 400 – 500 ohm 30 – 80 ohm 100 ohm
59
CONTOH PENENTUAN KELAS ARUS PELEPASAN ARRESTER 150 kV Contoh : Sistem 150 kV Jumlah isolator hantaran udara 12 piringan BIL 1105 kV Dari tabel 5 diperoleh tegangan gelombang berjalan yang akan menauju Trafo 1105 kV. Tegangan pengenal arrester 460 kV. Tegangan sisa / tegangan kerja untuk arus pelepasan 10 kA adalah 460 kV (tabel 4). Ambil impedansi hantaran 350 Ω. Maka IA = [(2.1105 – 460)/ 350] kA = 3.0 kA Sehingga kelas arrester yang dipilih mencukupi
CONTOH PENENTUAN KELAS ARUS PELEPASAN ARRESTER 20 kV Contoh : Sistem 20 kV Jumlah isolator PIN BIL 150 kV Dari tabel 10 diperoleh tegangan gelombang berjalan yang akan menuju Trafo 150 kV. Tegangan pengenal arrester (tabel 3) 87 kV. Tegangan sisa / tegangan kerja untuk arus pelepasan 5 kA adalah 87 kV (tabel 4). Ambil impedansi hantaran 200 Ω (200-250 Ω). Maka; IA = [(2x150 – 87)/ 200] kA = 1.065 kA Sehingga kelas arrester yang dipilih > arus yang akan melalui arrester (kelas 5 kA)
60
4. Sistem Proteksi
Petir pada Transmisi
121
3.1. Back FlasOver (BFO) • Diproteksi dengan;
Kawat Tanah, Arcing Horn, TLA dan Streamer Arrester.
61
Kawat Tanah; Proteksi dengan Kawat Tanah menyebabkan BFO dan Isolator Pecah
123
Penggunaan Kawat Tanah untuk Proteksi terhadap sambaran langsung & induksi
62
3.675 m
50 0 5 .4 m
Ground Wire
3.35 m
16 − 18 Disc
R'
6.5 m
3.45 m
16 − 18 Disc
S'
6.5 m
44.5 m 3.575 m
16 − 18 Disc
T'
Tipycal Configuration of EHV 275 kV Lines
7.5m
Kawat Tanah pada Transmisi 150 kV
63
BACK FLASHOVER (BFO) SAAT GANGGUAN PETIR PADA TRANMISSI
3.675 m
50 0 5 .4 m
TOWER Backflashover voltage : Vis = R.i + L.di/dt
3.35 m
16 − 18 Disc
R'
6.5 m
3.45 m
16 − 18 Disc
S'
6.5 m 44.5 m
3.575 m
16 − 18 Disc
T'
Tipycal Configuration of EHV 275 kV Lines
7.5m
64
Tower Equivalent Inductance per meter as a function of Tower Surge Impedance and Tower Foot Resistance
ZT = 300 Ω L=1,0µH/m
Sudut Lindung Pada dasarnya pada kasus tegangan menengah kawat tanah tidak dirancang untuk melindungi kawat phasa, namun lebih banyak berperan dalam mereduksi tegangan induksi Semakin dekat kawat tanah ke kawat phasa, semakin besar faktor perlindungan kawat tanah Namun keberadaannya dengan sudut lindung 45o atau lebih kecil, dapat mengurangi sambaran langsung
65
Sudut Lindung
Arcing Horn; Proteksi dengan Arcing Horn menyebabkan Isolator Pecah
132
66
ISOLATOR PECAH PADA TOWER TRANSMISI 150 KV DAN PENGGANTIAN ISOLATOR
TOWER no. 103 pada 500 kV line G.I Kediri – G.I Paiton
134
67
TLA ; Proteksi dengan TLA juga menyebabkan Isolator Pecah & gagal kerja pemasangan? Problem Jarak Lindung (L)
135
Pemasangan TLA jenis MOA pada 150 kV Line
L4 L3
L1 L2 Ltotal = L1+L2+L3+L4
68
TLA pada Tiang Gantung Ltotal = L1 + L2 + L3 + L4
L2
L1
L3
L4
TLA pada Tiang Tarik
69
TLA pada Tiang Tarik
Pemasangan TLA pada Tiang Tarik yang Betul
Isolator Ltotal
Arrester
70
Pemasangan TLA
TLA
insulator
Courtesy of Cooper
71
TLA dengan menggunakan Teknologi Streamer dengan teknologi Multi Chamber Arrester (MCA)
MCA pada 220 kV Line
Installation of 220 kV SID220z string
72
Test : flashover characteristics
dry
under rain
Copyright © 2013 Streamer Inc. All rights reserved.
145
TRANSMISSION LINES SmartInsulator COMPOSITE Innovative technology
MAIN ADVANTAGES
Combines properties of two devices: insulator and arrester Works in tough condition High reliability and life span Vandal-proof Based on LAPP RODUDFLEX Can replace the insulator OR can be installed in parallel
Streamer Intrenational AG
73
TRANSMISSION LINES SmartInsulator GLASS
MAIN ADVANTAGES
Innovative technology Combines properties of two devices: insulator and arrester Works in tough condition High reliability and life span
Streamer Intrenational AG
Pemasangan TLA jenis MCA pada 220kV Line
74
Rekomendasi Sistem Proteksi Petir di PT. PLN (Persero) Indonesia pada Jaringan Distribusi, Transmisi & Gardu Induk
149
Rekomendasi 1. Perbaikan Sistem Grounding SUTM
75
Pemasangan Kawat Tanah pada TM
Rekomendasi 2. Relokasi Pemasangan Arrester pada Ujung Kabel (mof mof/sealing /sealing end cable)
76
Rekomendasi 3. Pemasangan Kawat Tanah
Rekomendasi 4. Pemasangan Arrester jenis MOA pada Hantaran (TLA)
77
Pemasangan Arrester Jenis Baru MCA pada SUTM dan SUTT Gap
Gap Gap Gap Gap
2012 (c) Streamer International AG
Telah di Test di PLN Tangerang One piece per pole on alternated phases
• On single circuit overhead lines for protection against lightning induced overvoltages arresters should be installed in the following way: one piece per each pole on alternated phases.
78
Rekomendasi 5. Relokasi Pemasangan Arrester pada Trafo
Pemasangan Lightning Arrester dengan Lightning Event Counter (LEC) dan APM (Alat Ukur Arus Puncak Petir dengan pita Magnetik). Arrester Lead di Isolasi dari Struktur
79
Rekomendasi 6 Pemasangan Arrester Pada Tiang Akhir
APM dan LEC
80
Sistem monitoring (lanjutan) Panel Control
LEC
AP M
161
81
EHV Lines in Sumatra
Simangkok
82
Amplitude Probability Statistik Probabilitas Arus Puncak Kejadian Petir Multi Stroke di Wilayah Galang - Simangkok (1 Januari 1999- 31 Oktober 2002), Window 200 x 60 Km2 100
90
80
Probabilitas [%]
70
60
50
40
30
20
10
0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
Arus Puncak [kA]
Negative 1st
Negative Subsequent
Postive 1st
Positive Subsequent
Flash Density
83
Frequency Statistics (DAILY) Statistik Frekuensi Harian Kejadian Petir di Wilayah Galang - Simangkok (1 Januari 1999- 31 Oktober 2002), Window 200 x 60 Km2 3000
2500
Bin
2000
1500
1000
500
9: 00 10 :0 0 11 :0 0 12 :0 0 13 :0 0 14 :0 0 15 :0 0 16 :0 0 17 :0 0 18 :0 0 19 :0 0 20 :0 0 21 :0 0 22 :0 0 23 :0 0
8: 00
7: 00
6: 00
5: 00
4: 00
3: 00
2: 00
1: 00
0: 00
0
Time (WIB) NEGATIVE STROKES
POSITIVE STROKES
CLOUD STROKES
Monthly Statistic Data Statistik Variansi Bulanan Kejadian Petir di Wilayah Galang - Simangkok (1 Januari 1999- 31 Oktober 2002), Window 200 x 60 Km2 6 312
7000 6500
52 29
6000
4 828
5500 5000 405 0
4000
1 417 12 51
111 8
May
7 54 1 90 23 15 0
261
330
5 66
April
46 3
March
29
Feb
136
Jan
26 9
0
42 43 87
500
27 6
1000
78 5
1500
12 85
111 5
15 00
2000
16 28
2 087
2500
1 704
3000
19 21 21 68
26 75
3500
2 1 3
S trik e s C o u n t
4500
June Negative
July Positive
Augt
Sept
Oct
Nov
Dec
Total
84
THREE OHGW 275 kV Siguragura-Kualatanjung
169
Kebijakan sistem proteksi petir Karakteristik Petir Tropis
Beyond Standard
Oil & gas Standard Internasional
Existing Condition
PLN &Swasta, Pertamina, KAI, Bandara, Hankam, Telkom, dll
IEC IEEE JIS NEMA DLL.
EMT DSDC LDS
Innovasi
Penelitian (Test Site)
85
Sistem Proteksi Petir pada Transmisi Conventional & Innovasi
171
Improvement Conventional 1.
Insulator Length of Insulator String Higher CFO
2.
Grounding System Reduced Re (Steel Pole + Foundation ok)
3.
Surge Arrester (SA) Phase Arrester Transform Arrester Reduced Transient O.V on the insulator
4.
Overhead Ground Wire
Innovation 5. Extended Mast
Terminal (EMT) L⇓ ⇓ ; Installed LEC; Selected tower; bigger coverage, cost reduction
6. Lightning
Detection System Design Jalur Transmisi, Risk & Cost Analysis, Operasional, Safety, Evaluasi, maintenance
Improved Shield Angle
86
EXTENDED MAST TERMINAL (EMT) Finial ESE Down conductor DSDC Grounding Foudation Grounding atau Konvensional
174
87
EMT di 500 kV PaitonKediri
175
176
88
Collection volume terminal (CVT) Salah satu contoh ; dynasphere-1990
177
Bagaimana CVT bekerja?
178
89
Static Thunderstorm Phase
Dynamic Thunderstorm Phase
90
Test Lapangan ESE di Stasiun Penelitian Petir ITB Gn. Tangkuban Perahu – Jawa barat - Indonesia Conventional
Early Streamer Emission
Stasiun Penelitian Petir ITB Gn. Tangkuban Perahu. Di foto dari jarak 100 meter
Pembentukan up-leader yang menyongsong down-leader Striking distance = ds Down Leader
Up Leader ESE Central Plaza Bld Hong Kong
91
Tower 30 meter
Tower 106 meter
Contoh instalasi CVT di SPP-ITB
183
Radius attractive (RA)
184
92
Down conductor
185
Down Conductor atau Penghantar Turun 1. Konventional Cu, Al, Besi L=1.0uH/m 2. Natural; Besi pada Struktur Bangunan/Tower 1. L = 1,0 uH/m 3. Shielded Kabel 1. Single shielded – N2XSY L = 0.5 uH/m 2. DSDC L = 0.03 uH/m
Tegangan yang timbul pada Tower U = R.i + L. di/dt
93
Konvensional vs CVT
187
Penampang double shielded down conductor
188
94
Wave Guide
To Grounding system
189
Perbandingan karakteristik down conductor Characteristic
Bare Copper
Impedance (Ω Ω) Inductance (H/m)
Cooper tape
N2XSY (single)
230 1µ µ
963n (0.963µ µ)
6.0 0.5 µ
Capacitance (F/m) Cross sectional area of conductor (mm2)
Zeus Double Shielded
30n 750
50
25 x 3 (75)
50
90
Resistance (m Ω /m)
0.35
Upper termination withstand (kV)
200
190
95
Recomendation -1: Conventional
No
Recomendation
Insulator
1
Improvement Penambahan Isolator untuk menaikan tegangan tembus rantai isolator, misalnya untuk 275 kV, dari 18 piring menjadi 22 piring
191
Recomendation-2 : Conventional No 2
Recomendation
Grounding System
Improvement 1.
2.
3.
Apply the Natural Grounding to all tower fondation Additional Grounding can be applied to the tower located in the area with high earth resistance, river 0r channel crossing tower mountainous area and in the area with high lightning density Tambahkan besi ulir Ø 16 mm sedalam 3-6 meter dengan jumlah sesuai kebutuhan 192
96
193
Recomendation - 3 : Conventional No 3
Recomendation
Transmission Line Lightning Arrester (TLA)
Improvement 1.
2.
Installation of TLA can be done at the tower line with : 1. Crossing the river or channel, 2. High disturbance on Insulators (broken) 3. High lightning density 4. Incoming line tower to the substations Jenis TLA yang dapat dipasang; 1. Pemasangan TLA MOA 2. Pemasangan TLA MCA.
194
97
Pemasangan TLA
insulator
TLA
Courtesy of Cooper
TRANSMISSION LINES SmartInsulator GLASS
MAIN ADVANTAGES
Innovative technology Combines properties of two devices: insulator and arrester Works in tough condition High reliability and life span
Streamer Intrenational AG
98
Recommendation-4 : Conventional No 4
Recomendation
Overhead Ground Wire
Improvement Additional of existing ground wire, especially to : 1. Tower with poor lightning protection angle 2. Area with high lightning density 3. High earth resistance 4. Towers before entering the substation 5. River crossing or channel crossing
197
198
99
THREE OHGW 275 kV Siguragura-Kualatanjung
199
Recomendation-5 : Innovation No
1
Recomendation
Extended Mast Terminal (EMT)
Improvement 1.
2.
3.
4.
To be installed at the top of the tower (7-12 m higher) isolated from the tower top by using fiber glass tube Use double shielded down conductor cable with low inductance from the terminal to panel at the bottom of the tower Use lightning event counter and lightning peak current measurement system inside the panel at the botom of the to tower Grounding system to be Integrated with the existing one 200
100
Extended Pole (EMT)
201
Free Standing Mast (FSM) Free Standing Mast
" #
!
$
$
101
Free standing mast & extended mast
203
204
102
205
Improvement on the 500 kV tower
206
103
BACK FLASHOVER SAAT GANGGUAN PETIR PADA TRANMISSI
TOWER no. 103 pada 500 kV line G.I Kediri – G.I Paiton
208
104
EMT di 500 kV PaitonKediri
209
ESE
Extended Mast Tower (EMT) Fiber
Menara 103 210
105
211
No
Insulator Broken Data compare to
Severity Index
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nomor
Severity
Isolator
Menara
Index
Pecah
97 101 23 98 250 103 324 102 104 22 455 24 249 454 477 443A 353 471 325 446 235 447 245 248 234
13.508 12.870 12.793 12.461 12.342 11.895 11.753 11.658 11.577 11.031 10.967 10.583 10.453 10.103 10.047 9.975 9.937 9.865 9.809 9.705 9.669 9.584 9.545 9.497 9.466
25 27 9 6 7 17 4 26 3 14 0 4 2 1 1 5 1 4 2 2 0 1 0 0 0 212
106
Rekomendasi-6 : Innovation No 6
Rekomendasi
Lightning Detection System
Improvement %Pemasangan
minimum 6 sensor dengan 1 central analyzer untuk wilayah PT PLN (Persero) Sumatera bagian utara %Mengetahui lokasi gangguan %Mendapatkan data sambaran petir (waktu,karakteristik) %Mendapatkan aktifitas petir harian, bulanan, tahunan
213
DATA KEJADIAN PETIR Tanggal 15 Maret 1998 Lokasi antara GI Saguling GI Cibinong Tower T101/S Position : 6.57917 S, 107.1407 E Window : 10 x 10 Km2 Menara : Double Line
214
107
SISTEM PROTEKSI PETIR PADA MENARA SUTET 500 KV PENYEBERANGAN SELAT BALI
EXTENDED MAST TERMINAL (EMT) Finial ESE 2 buah Down conductor DSDC 1 x 70 mm² Grounding Foudation Grounding Panel LEC & APM untuk Maintenance berisi Counter Petir & Alat Ukur Arus Puncak Petir (APM)
108
109
Bali Crossing dari sisi p.Jawa
110
Bali Crosing dari sisi Bali
SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV – KUBIKEL – TRAFO 20 KV/150 KV ANALISA & REKOMENDASI
111
KASUS GUNUNG MEGANG PALEMBANG - SUMSEL 20 kV disambar petir direct atau indirect Kerusakan arrester & kabel pada raiser pool double line Kerusakan, terbakar, meledak kubikel 20 kV yang terhubung ke raiser pool Kerusakan pada trafo 30 MVA sisi 20 kV yang terhubung ke kubikel Kerusakan ikutan pada listrik tegangan rendah, relay, DC supply, dll
GROUNDING TERINTEGRASI
112
RISER POLE 20 KV Gn.MEGANG
FUNGSI ARRESTER MELINDUNGI ISOLATOR ATAU KABEL?
113
Rekomendasi 2. Relokasi Pemasangan Arrester pada Ujung Kabel (mof mof/sealing /sealing end cable)
Sudut Lindung
114
80% gangguan petir pada jaringan TM akibat induksi & 20% akibat sambaran langsung. Gambar; Cara pemasangan kawat tanah pada jaringan Tegangan Menengah dan pemasangan line arrester untuk melindungi isolator dari flashover akibat sambaran petir. • Penggunaan 1 kawat tanah akan mengurangi induksi sampai 33%. • Dua kawat tanah akan mengurangi induksi sampai dengan 66% (penelitian dari Peek).
Kabel dari Raiser Pool ke Kubikel 20 kV didalam Ruangan
Kabel 20 kV dari Raiser Pool ke kubikel 20 kV didalam Ruangan
115
Kubikel 20 kV didalam Ruang Kubikel. Incoming & Outgoing kabel tidak dilengkapi arrester
Ruang Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kV untuk Incoming Cabel
116
Trafo 150/20 kV 30 MVA yang terbakar dari sisi 150kV dan 20 kV. Sisi 20 kV tidak dilengkapi arrester
Trafo pada Sisi 20 kV tidak dilengkapi Arrester
117
Trafo Pengganti yang juga tidak dilengkapi Arrester pada sisi 20 kV
Bagaimana di GI di UPT P.Siantar? Sambaran Langsung ke GI? Proteksi Trafo di sisi 150 kV? Proteksi Trafo di sisi 20 kV Proteksi Incoming Kabel pada Kubikel 20 kV di Ruangan? Proteksi incoming Kabel di Raiser Pool? Sistem Grounding?
118
Pasangan Arrester pada Raiser Pool, keluar dari GI
Arrester untuk melindungi Isolator atau Mof Kabel ??
119
Arrester 150 kV dengan Uc = 120 kV
Arrester 150 kV dengan Uc = 108 kV
120
Electricity Utility : 220kV Pilot Test Line
Overall view of tower equipped with 220 kV SID220z string
Test : Standard lightning impulse Standard lightning impulse testing of 220 kV string
Copyright © 2013 Streamer Inc. All rights reserved.
242
121
Rekomendasi Transmisi 1. Perbaiki Jarak Sela Tanduk Api (Arcing 2. 3. 4.
5.
Horn) Reposisi TLA Ganti TLA dengan MCA secara bertahap, Pasang TLA/MCA pada daerah dengan gangguan pecah atau flashover isolator tertinggi & sesuaikan dengan kerapatan sambaran petir dari peta petir Jadpen Periksa Arus Nominal Arrester (10 kA)
Rekomendasi Grounding untuk Tower Transmisi Perbaiki Grounding dengan menggunakan besi ulir Ø 16 mm, tanam dengan cara counter poise sedalam > 80 cm, di las ke struktur/tower Atau tanam grounding secara radial/rod sedalam 3-6 meter min. 2 rod tiap kaki tower, dengan jarak 3-6 meter dari kaki tower
122
Rekomendasi untuk Gardu Induk (1) 1. Periksa Sistem Grounding (Mesh atau 2. 3.
4. 5.
Rod biasa) Periksa jarak lindung Arrester pada incoming Line dan pada trafo Periksa Counter LA secara reguler, tambah counter pada saluran dengan tingkat gangguan tinggi Pasang LA pada sisi TM 20 kV Gunakan LA kelas 10 kA untuk TT dan kelas 5 kA untuk TM (jangan gunakan kelas 20 kA untuk TT)
Rekomendasi untuk Gardu Induk (2) Periksa Sistem Proteksi terhadap sambaran petir langsung pada GI (rod atau kawat melintang) Untuk TET gunakan FSM atau EMT untuk memperkecil Induktansi (L) Struktur Periksa BIL peralatan didalam GI untuk Koordinasi Isolasi
123
247
248
124
Extended Mast Terminal (EMT) Menara 103 - 500 kV Paiton - Kediri
Terimakasih…. Prof.Dr. Reynaldo Zoro Lightning Research Center School of Electrical and Informatics Engineering Institute Technology of Bandung Gedung Kerjasama PLN – ITB Kampus ITB Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Telp./Fax : 022 2500995 E-mail :
[email protected] [email protected] 250
125
Prof.Dr.Ir. Reynaldo Zoro LIGHTNING RESEARCH CENTER (LRC) Pusat Penelitian Petir Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) Riwayat Pendidikan : 1975 – S1 1982 – S2 1990 – S2 1999 – S3
Teknik Tenaga Listrik ITB High Voltage Engineering – Technical University (TU) Munich – Germany Teknik Tegangan Tinggi – Fakultas Pasca Sarjana (FPS) ITB TU Munich-Germany & FPS ITB
251
Karir Pendidikan & Penelitian 1978 –Staff Dosen pada Kelompok Keilmuan Teknik Ketenagalistrikan (KK) STEI ITB 1992 –Kepala Stasiun Penelitian Petir -ITB Gn.Tangkuban Perahu 1995 –2002 ; Direktur Perusahaan Teknologi Petir PT.Lapi Elpatsindo milik ITB 2002–Ketua Himpunan Ahli Listrik Tegangan Tinggi Indonesia (HALTI) 2003–2008 Ketua Lab.Teknik Tegangan Tinggi ITB 2006-2008 Ketua Kelompok Keilmuan Teknik Ketenagalistrikan ITB 2011 – Ketua Pusat Penelitian Petir (LRC) – STEI - ITB 2013 – Guru Besar ITB bidang “Sistem Deteksi & Proteksi Petir” 252
126
Jabatan Profesional 1996 – 1996 – 1996 – 2007 – 2008 –
Angg. Tim Standarisasi Dirjen Listrik & Pengembangan Enersi - ESDM Anggota CIGRE (Himpunan Ahli Listrik Teknik Tegangan Tinggi International) – Paris, France Angg. Tim Standarisasi IEC TC-81: Lightning, Geneva, Swiss Angg. Komite Nasional (KomNas) IEC – BSN (Badan Standarisasi Nasional) Chairman of Scentific Committee for Indonesian Lightning Society (ILS)
253
DANKE……
Lightning Protection Solutions
2014 (c) Streamer International AG
127