KLASIFIKASI UMUM INVERTEBRATA
GENERAL CLASSIFICATION of INVERTEBRATES
KELOMPOK 1 Ahmad Nailur Rahman/1210702001, Ayu Agustini Juhari/1210702007, Deni Raharja/1210702015, Raharja/1210702015, Elya Agustina/1210702021, Agustina/1210702021, Ervina Rizky A/12010702022, Idariyah Ulfa Nurul Husna/1201702031 Husna/1201702031
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
ABSTRAK Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Semua hewan yang tidak memiliki tulang belakang dikelompokkan dalam Invertebrata (Avertebrata). Spesimen yang digunakan pada praktikum ini adalah udang galah, kerang darah, cacing tanah, Spongia sp., Taenia saginata, Arcella sp., dan Hydra sp. Untuk mengetahui taksonomi pada masing-masing spesimen maka dilakukan
identifikasi meliputi struktur morfologi dan anatominya. Sebagai gambaran umum karakteristik spesies yang diidentifikasi mewakili masing-masing filum dan kelas. Kata Kunci
: klasifikasi, invertebrata, taksonomi
1
PENDAHULUAN
Klasifikasi
adalah
pengelompokan
makhluk
hidup
berdasarkan
persamaan-persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, dan daerah penyebaran. Tujuan klasifikasi yaitu mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah dikenal, Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri, mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk
hidup,
dan
mempelajari
evolusi
makhluk
hidup
atas
dasar
kekerabatannya kekerabatannya (Hamakonda dan Tairas, 1999). Identifikasi adalah pekerjaan mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu yang beraneka ragam dan memasukannya dalam suatu takson. Identifikasi penting artinya ditinjau dari segi ilmiah, sebab seluruh pekerjaan berikutnya sangat tergantung dari hasil identifikasi yang benar dari suatu spesies yang sedang di teliti (Soewasono, ( Soewasono, 1960). Taksonomi yaitu ilmu mengenai klasifikasi atau penataan sistematika organisme ke dalam kelompok atau kategori yang disebut taksa (tunggal ; takson). Pengelompokan atau karakterisasi akan dikelompokan didasarkan kesamaannya yang biasanya diwariskan kepada keturunannya dari nenek moyangnya. moyangnya. Demikian mempelajari tentang taksonomi modern harus diawali dari sejarah klasifikasi dan bagaimana perkembangannya seiring perkembangan alat, manusia, dan teknik. Kita harus menjaga taksonomi yang telah ada, sementara system
klasifikasi
sedang
berkembang
seiring
dengan
meningkatnya
pengetahuan, konsep filosofi dan teknologi yang tersedia pada msing-masing periode (Budiyanto, 2010). Hewan Invertebrata adalah yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati karakteristik hewan invertebrata, menentukan filum dan kelas invertebrata.
2
METODA
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 21 September 2011. Bertepat di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung Alat dan Bahan
Bahan yang di gunakan yaitu :Udang, Kerang darah, Cacing tanah, Spongia sp., Taenia saginata, Arcella sp., dan Hydra sp.
Alat yang digunakan yaitu: Loyang, Mikroskop, Botol spesimen, dan Objek glass Tahapan Praktikum
Adapun tahapan praktikukum adalah sebagai berikut: Mengamati struktur tubuh udang yang terdapat di dalam loyang, kemudian mengamati kerang darah dan cacing pita yang terdapat dalam botol spesimen, dan melihat struktur tubuh arcella, hydra, taenita saginata, spongia secara mikroskopis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Macrobachium) Udang Galah ( Macrobachium
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Family
: Palaemonoidea
Genus
: Macrobrachium
Spesies
Macrobrachium rosenbergii rosenbe rgii : Macrobrachium
Badan udang galah terdiri ruas-ruas yang ditutup dengan kulit keras, tak elastis dan terdiri dari zat chitin. Badan udang galah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kepala dada (Cephalothiorax), badan (abdomen) dan ekor (uropoda). Bagian cephalothorax dibungkus oleh kulit keras yang disebut carapace. Pada bagaian depan terdapat tonjolan yang bergerigi disebut di sebut rostrum. Secara taksonomi rostrum mempunyai fungsi sebagai penunjuk jenis (species). Ciri khusus udang galah yang membedakan dengan jenis udang lainnya adalah bentuk rostrum yang panjang dan melengkung seperti pedang dengan jumlah gigi bagian atas 11-13
3
buah dan gigi bawah 8-14 buah. Pada bagian dada t erdapat lima pasang kaki jalan (periopoda). Pada udang galah jantan dewasa pasangan kaki jalan ke-2 tumbuh sangat panjang dan besar, panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya (Hadie dan Supriyatna, 1988). Sedangkan pada udang galah betina pertumbuhan kaki jalan ke-2 tidak begitu menyolok. Bagian abdomen terdiri dari lima ruas, tiap ruas dilengkapi sepasang kaki renang (pleiopoda). Pada udang galah betina bagian ini agak melebar, membentuk semacam ruangan untuk mengerami telurnya (broadchamber). Bagian uropoda merupakan ruas terakhir dari ruas badan, yang kaki renangnya berfungsi sebagai pengayuh atau yang biasa disebut ekor kipas. Uropoda terdiri dari bagian luar ( exopoda) dan bagian dalam (endopoda) serta bagian ujungnya meruncing disebut telson. Ciri-ciri khusus udang galah jantan dan betina antara lain(Teguh. 2010) : a. Ciri yang paling mencolok adalah pasangan kaki jalan ke-2, tumbuh sangat besar , kuat, bercapit besar dan panjang. b. Bagian perut lebih ramping dari udang galah betina. c. Kepala udang galah jantan tampak lebih besar dari udang galah betina. d. Tubuh udang galah jantan langsing dan keadaan ruang dibawah perut sempit. e. Alat kelamin udang galah jantan terletak pada pangkal kaki jalan ke-5. Udang galah betina f. Pasangan kaki jalan ke-2 tumbuh kecil, capit yang ke-2 lebih pendek. g. Bagian perutnya nampak lebih gemuk dan lebar. h. Kepala udang galah betina lebih kecil daripada udang galah jantan. i.
Tubuh udang galah betina terlihat gemuk dan ruang bagian bawah perut membesar sesuai dengan kegunaannya untuk mengerami telur.
j.
Alat kelamin udang galah betina terletak pada pangkal kaki j alan ke-3.
Anadara granosa) Kerang darah ( Anadara
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Bivalvia
4
Ordo
: Arcoida
Famili
: Arcidae
Genus
: Anadara
Spesies
: Anadara granosa
Sumber http://www.mineralslama http://www.mineralslamacla.com cla.com
Disebut kerang darah ( Anadara granosa) karena kelompok kerang ini memiliki pigmen darah merah/haemoglobin yang disebut bloody cockles, sehingga kerang ini dapat hidup pada kondisi kadar oksigen yang relatif rendah, bahkan setelah dipanen masih bisa hidup walaupun tanpa air. (PKSPL 2004). Ciri-ciri kerang darah adalah sebagai berikut: mempunyai 2 keping cangkang yang tebal, ellifs dan kedua sisi sama, kurang lebih 20 rib, cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Ukuran kerang dewasa 6-9 cm. Terdapat dua buah cangkang pada kerang darah yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu: 1) periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung 2) lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma 3) lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel. Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya. Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memiliki kelamin yang terpisah, tetapi diantaranya ada
5
yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin. Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel yang merupakan jalan keluar masuknya air.
Cacing tanah ( Lumbricus Sp.)
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Annelida
Class
: Oligochaeta
Famili
: Lumbridae
Genus
: Lumbricus
Spesies
: Lumbricus sp. Pada cacing tanah Lumbricus sp. memiliki segmen pada tubuhnya. Dan
terdapat septa atau sekat diantarasegmen satu dan segmen lainnya. Pada dalam rongga tubuhnya berisikan cairan dan mempengaruhi kontraksi otot. Pada literature terdapat pembahasan tentang memiliki tiga lapisan tubuh (ektodermis, mesodermis dan endodermis), memang benar adanya bahwa cacing ini memiliki 3 lapisan, dan dari bentuknya pun bersimetri bilateral. Dan bernafas menggunakan kulit, karena tidak memiliki alat indera pernafasan yang spesifik.
6
Cacing tanah itu sulit dibedakan alat kelaminnya, seperti pada kutipan, Cacing tanah tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya karena cacing bersifat hermaprodit alias dalam satu tubuh terdapat dua alat kelamin jantan dan betina”. (Simandjuntak, 1982). Namun, cacing tanah ini tidak dapat melakukan perkawinan sendiri. Namun cacing tanah tidak dapat melakukan perkawinan sendiri. Cacing ini bertahan hidup didalam liang tanah yang lembab. Spongia sp. Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Porifera
Classis
: Demospongia Demospongia
Ordo
: Dictyoceratida
Familia
: Spongiidae
Genus
: Spongia
Species
: Spongia sp (Jasin, 1992).
Sumber : http://www.naturalspong http:// www.naturalsponge.com e.com
Spongia sp hidup di air laut dan air tawar, memiliki banyak pori pada
permukaan tubuhnya yang merupakan awal dari sistem kanal (saluran air) yang menghubungkan daerah eksternal dan daerah internal. Tubuhnya dilengkapi dengan apendiks dan bagian yang dapat digerakkan . Bentuk tubuh menyerupai batang dengan ada beberapa cabang yang bentuknya lebih kecil dari batang utamanya. Warna tubuhnya putih keruh coklat . Hewan ini memiliki spikula yang bersifat monoaxon dan dengan serabut spongia. Pada ujung cabangnya terdapat oskulum dan di daerah badannya terdapat ostium. Dinding tubuh hewan hewan ini tersusun atas 2 lapis yaitu lapis luar yang disebut disebut lapisan epidermis atau ephitelium dermal. Lapisan dalam yang terdiri dari jajaran sel-sel leher yang disebut soanosit yang berbentuk botol tidak memiliki flagellum. Ditemukan sistem saluran air yang di mulai dari pori-pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama. Hewan ini mempunyai ruang gastral atau
7
ruang sentral yang berfungsi sebagai kloaka. Ruang itu dikelilingi oleh dinding yang ditembus oleh sejumlah saluran yang tersusun majemuk.
Taenia saginata Kingdom Phylum
: Animalia : Platyhelminthes
Class
: Cestodes
Order
: Cyclophyllidea
Family
: Taeniidae
Genus
: Taenia
Species
: Taenia saginata
Sumber : http://bioweb.uwlax.edu
Taenia saginata memiliki morfologi yang sangat khas. Cacing pipih ini
bisa tumbuh panjang dari 4 sampai 12 meter panjang dan 2 milimeter dengan diameter yang terdiri dari scolex, leher, dan strobila. Memiliki, pita datar seperti bentuk tubuh yang penting untuk menyerap nutrisi dari usus tubuhnya. Ia tidak memiliki sistem pencernaan: tidak ada mulut, anus tidak ada, atau saluran pencernaan pencernaan karena tidak memiliki rongga tubuh. Taenia saginata bukanlah cacing tersegmentasi tersegmentasi tetapi tampaknya karena strobila nya. Para strobila terdiri dari rantai proglottids, yaitu telur berisi segmen. Proglottids baru diproduksi di leher dan pertumbuhan baru akan mendorong proglottids lebih matang tua menuju ujung posterior di mana mereka akan pecah dan melepaskan ribuan telur. Hal ini penting dalam siklus hidup yang rumit ini cacing pita. Taenia saginata adalah yang terbesar dari genus yang terdiri antara 1000-2000 proglottids dan juga dapat memiliki umur 25 tahun dalam usus sebuah host '. Dengan banyak proglottids tidaklah mengherankan bahwa parasit ini dapat tumbuh hingga 25. (Carolyn Temanson. 2009) 1. Arcella sp.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Protozoa
8
Subphylum
: Sarcodina
Superclass
: Rhizopoda
Class
: Lobosa
Ordo
: Arcellinida
Family
: Arcellidae
Genus
: Arcella
Spesies
: Arcella sp. Sumber : http://micromagus.net/
Arcella
terdiri
dari
protoplasma
yang
dibungkus
membran
sel
(plasmalemma) yang berfungsi sebagai dinding sel. Protoplasma terdiri dari dua komponen utama yaitu inti sel (nucleus) yaitu untuk mengatur aktivitas sel dan isi sel atau sitoplasma.Arcel la mempunyai pseudopodum (kaki semu) sebagai alat gerak, bentuk tidak tetap, membran sel sangat tipis dan bersifat elastis disebut plasmolema, vakuola makanan untuk mencerna makanan, vakuola kontraktil untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan osmoregulas serta mengatur kadar 60μm.. Dengan air dalam sel. Ukuran 5050-60μm Dengan menggunakan menggunakan mikroskop akan terlihat bahwa sitoplasma terdiri atas dua bagian. Bagian terluar tanpak homogen dan jernih (hyaline) disebut disebut ektoplasma, dan bagian bagian dalam disebut disebut endoplasma. Dalam Dalam endoplasma terlihat benda-benda seperti butir-butir kecil dan serabut benang halus yang ternyata adalah materi yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, garam mineral, serta organel. Arcella tidak memiliki organ sejati seperti alat pencernaan dan alat reproduksi. Akan tetapiarcel la yang berukuran mikroskopis dan terdiri dari satu sel mampu melakukan berbagai kegiatan biologis,.Semua proses tersebut dilakukan oleh bagian didalam sel, yang disebut organel (Sugianti, dkk. 2005). Arcella bergerak dengan kaki semu (pseudopodia). Pseudopodia berasal dari penjuluran sitoplasma, dan bersifat sementara terutama untuk berpindah tempat atau makan. Gerakan tersebut timbul akibat dari kontraksi protoplasma memanjang dan memendek secara lambat. Pseudopodia dari arcella ini bertipe lobopodia yaitu bentuk penjuluran tumpul seperti lidah atau jari, adakalanya bercabang, bercabang, terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Arcella bersifat heterotrof dan dinding selnya terdiri dari membran tipis, mengambil makanannya dengan cara
9
membungkus makanan kemudian menelannya ke dalam sitoplasma. Cara ini disebut fagositosis.
Hydra
http://universe-review.ca/R10-33-anatomy.htm
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Cnidaria
Class
: Hydrozoa
Ordo
: Hydroida
Suborder
: Hydrida
Family
: Hydridae
Genus
: Hydra
Spesies
: Hydra sp. Hydra yang biasa kita jumpai di air tawar adalah anggota kelas ini. Hydra
mempunyai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Hidup di air tawar b. Tidak berkoloni c. Hanya mempunyai mempunyai satu bentuk tubuh t ubuh yaitu polip. d. Tubuh : silindris = bersifat flexible (eleastis). Panjang + 10-30 mm (Macroscopio) diameter < 1 mm
10
Sebagian besar anggota kelas ini mempunyai bentuk tubuh yang ke dua, yaitu medusa. Medusa dapat melayang atau berenang bebas di dalam air. Bentuk medusa seperti polip yang terbalik. Ubur-ubur api (Physalia) termasuk di dalam Hydrozoa. Mematochisnya dapat mengeluarkan racun yang dapat mengakibatkan kematian manusia. Phisalia mempunyai kantung udara yang digunakan untuk mengapung pada kantung udara melekat berbagai macam polip. Mulut berfungsi sebagai anus. Disekitar mulut terdapat mutakel-mutakel (antara 6-10). Emkiran berfungsi sebagai rongga Gastrovascular. Seluruh dinding tubuh termasuk tentakel nya terdiri dari lapisan: Epidermis, Mesoglea, dan Gastrodermis. (Triman Juniarso.2008) Sel Nematocysts merupakna semacam kapsul kecil bulat telur. Berisi benang yang melingkar dan caitan beracun Banyak ditemukan pada bagian tentakel juga pada bagian yang lain kecuali pada basal disc, berfungsi untuk menangkap menangkap mangsa dan sebagai alat pergerakan. Tipe-tipe Nemotocysts: 1) Tipe Penetrant : Mempunyai sat racun yang berfungsi untuk menginjeksi mangsanya (menangkap mangsa) sehingga mangsa tersebut akan lumpuh oleh racun tersebut. 2) Tipe Volvent : Berfungsi menjerat / melingkari mangsa yang sudah di lumpuhkan oleh type Penetrant. 3) Tipe Glutinant : Mempunyai benang-benang yang dijulurkan keluar untuk membantu pergerakan. Cara pergerakan hydra: 1. Gerakan seperti ulat kilan 2. Gerakan jungkir balik (gerak akrobatic) 3. Gerakan merayap Gerakan ini yang dipergunakan adalah tentakel ada dibawah kemudian dengan tentakel ini hewan ini merayap. 4. Gerakan meluncur / main ski
11
Gerakan ini dilaksanakan sebagai aktifitas sel-sel epitellio muskuler bagian pangkal (basalt disc). Disamping itu juga dibantu oleh lapisan lendir. 5. Gerak mengapung di dalam air. 6. Gerak ikut arus aliran air. (Triman Juniarso.2008 J uniarso.2008))
Karakteristik beberapa hewan invertebrata dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Hewan Invertebrata KARAKTERISTIK
NAMA
ALAT
HEWAN
SIMETRI
SEGMENTASI
Udang
Asimetri
Ada
Ada
Ada
Kerang darah
Bulatan
Ada
Ada
Ada
Cacing tanah
Bilateral
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Spongia sp.
Asimetri
Tidak ada
Ada
Ada
Bilateral
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Arcella sp.
Asimetri
Tidak ada
Ada
Ada
Hydra sp.
Asimetri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Taenia saginata
GERAK
RANGKA
KESIMPULAN
Setelah melakukan identifikasi pada hewan invertebrata, spesimen yang digunakan memiliki taksonomi yang berbeda-beda, sehingga dari setiap spesies (udang galah, kerang darah, cacing tanah, Spongia sp., Taenia saginata, Arcella sp., dan Hydra sp) ternyata mewakili filum dan kelas masing-masing. Dari hasil
praktikum yang telah dilakukan diperoleh pengamatan dan hasil sebagai berikut: 1)
Udang galah memiliki bentuk tubuh asimetri, terdapat segmentasi berupa ruas-ruas yang ditutup dengan kulit keras , mempunyai alat
12
gerak yaitu pada bagian dada terdapat lima pasang kaki jalan (periopoda) dan uropod uropod (ekor). serta mempunyai mempunyai rangka. Adapun kelas kelas dan filumnya yaitu : Phylum : Arthropoda, Class: Malacostraca 2)
Kerang darah memiliki bentuk bulatan, terdapat segmentasi, alat gerak berupa kaki, serta memiliki rangka berupa 2 keping cangkang yang tebal. Kerang darah termasuk Filum : Mollusca, Kelas: Bivalvia.
3)
Cacing tanah termasuk
Phylum : Annelida, Annelida, Class Class : Oligochaeta.
Memiliki tubuh bilateral , terdapat septa atau sekat diantara segmen satu dan segmen lainnya, kulitnya berfungsi untuk bernafas, ia tidak memiliki alat gerak dan rangka. 4)
Spongia sp. termasuk termasuk Phyllum: Phyllum: Porifera, Classis : Demospongia Demospongia memiliki bentuk tubuh asimetri, tidak memiliki segmentasi, dan memiliki rangka, tubuhnya dilengkapi dengan apendiks dan bagian yang dapat digerakkan.
5)
Taenita saginata termasuk Phylum: Platyhelminthes, Class: Cestodes memiliki bentuk tubuh bilateral, tidak terdapat segmentasi, alat gerak dan rangka.
6)
Arcella sp. termasuk Class: Class:
Phylum :
protozoa, Superclass : Rhizopoda,
Lobosa Lobosa.. Memiliki Memiliki bentuk bentuk tubuh asimetri, asimetri, tubuhnya tubuhnya pipih, pipih, tidak tidak
terdapat segmentasi, alat geraknya berupa pseudopodium (kaki semu) dengan tipe lobopodia. 7)
Hydra termasuk Phylum : Cnidaria , Class : Hydrozoa memiliki bentuk tubuh asimetri, tidak terdapat segmentasi, tidak mempunyai rangka. Alat gerak berupa Nemotocysts, memiliki 4 tipe pergerakan yaitu tipe penetrant, Volvent, dan glutinant.
DAFTAR PUSTAKA
Carolyn Temanson. 2009. Taenia saginata (http://bioweb.uwlax.edu http://bioweb.uwlax.edu)) (09 Oktober 2011 10:27 WIB)
13
Hadie , W dan Supriyatna, 1984. Pengembangan udang galah dalam hatchery dan budidaya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Hamakonda, Towa P. & Tairas, J.N.B. 1999. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey.
Nurjanah. 2005. Kandungan Mineral dan Proksimat Kerang Darah (Anadara granosa). Jurnal Penelitian. 10 (1-2).
OFCF. 1987. Pengolahan Hasil-hasil Perikanan. Overseas Fishery Cooperation Foundation. Tokyo.
PKSPL. 2004. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Perikanan (Kerang darah)
di
Kabupaten
Boalemo
Provinsi
Gorontalo.
Kerjasama
BAPPEDA dan PKSPL. Laporan Penelitian.
Swignyo, Sugiati, dkk. 2005. Avertebrata air jilid 1. Penebar Swadaya
Triman Juniarso. 2008. Hewan Tidak Bertulang Belakang (Invertebrata) dan Kehidupannya
(trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/invertebrata.doc)
(08
Oktober 2011 17:03 WIB)
Wandra, T., A. Ito, H. Yamasaki, T. Suroso, dan S. S. Margono. 2003. Taenia solium Cysticercosis, Irian Jaya, Indonesia. Journal of Emerging Infectious Disease 9 (7)
14