Presentasi Presentasi referat
KERATITIS NEUROTROPIK
Disusun Oleh: EKA SAPUTRI INDAH PERMATA JESSIECA LIUSEN MITHA PRADINI SYARIFAH YURIZA APRYANA
Pembimbing: dr. Bagus Sidharto, SpM
KEPANITERAAN KLINIK KBK BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
Keratitis neurotropik adalah penyakit kornea degeneratif jarang terjadi dan disebabkan oleh gangguan inervasi nervus trigeminus kornea yang mengakibatkan terjadin terjadinya ya penuru penurunan nan atau tidak tidak adanya adanya sensas sensasii kornea kornea.. Banyak Banyak penyak penyakit it mata mata maupun maupun penyak penyakit it sistem sistemik ik yang dapat dapat mengak mengakibat ibatkan kan kerusa kerusakan kan pada pada nervus nervus trigeminal meliputi kerusakan pada nukleusnya di pons, ganglion Gasseri, cabang oftalmikus, nervus nasosiliaris, nervus siliaris. 1 Etiolog Etiologii terserin tersering g yang yang mengak mengakibat ibatkan kan terjadi terjadinya nya anestes anestesii pada pada kornea kornea adalah infeksi virus (herpes simpleks dan herpes zoster), trauma kimia, trauma fisik, pembedahan pembedahan kornea. kornea. Space occupying lesion seperti seperti neuroma, neuroma, meningioma, meningioma, dan aneuris aneurisma ma juga juga dapat dapat menek menekan an nervus nervus trigemi trigeminal nal maupun maupun gangli ganglionn onnya ya yang mengak mengakibat ibatkan kan gangg gangguan uan sensas sensasii kornea. kornea. Penyak Penyakit it sistemi sistemik k sepert sepertii diabete diabetess melitus melitus,, multipe multipell sklero sklerosis, sis, dan lepra lepra dapat dapat menuru menurunka nkan n sensas sensasii nervus nervus atau merusak serat sensorik neuron yang mengakibatkant terjadinya anestesi kornea.
1
Seca Secara ra epid epidem emiol iolog ogi, i, 15% 15% kasus kasus deng dengan an anest anestes esii korne korneaa meng mengala alami mi komplikasi serius. Sebanyak 40.000-60.000 ribu kasus infeksi herpes zoster terjadi tiap tahunnya, 50% melibatkan mata, 16%nya 16%nya mengalami mengalami keratitis neurotropik. neurotropik. Insiden keratitis neurotropik meningkat sejalan dengan usia. 2 Epitel kornea merupakan target utama yang berubah akibat anestesi kornea, yakn yaknii terjad terjadii dist distro rofi fi dan dan menur menurun unny nyaa kema kemamp mpua uan n semb sembuh uh jika jika terja terjadi di lesi. lesi. Penyak Penyakit it dapat dapat progre progresif sif hingga hingga memben membentuk tuk ulkus, ulkus, kemudia kemudian n terjadi terjadi perfora perforasi. si. Diag Diagno nosi siss klin klinis is dila dilaku kuka kan n berd berdas asark arkan an anam anamne nesis sis,, peme pemerik riksa saan an fisik fisik,, dan pemeriksaan pemeriksaan penunjang. penunjang. Penanganan Penanganan penyakit penyakit ini merupakan merupakan satu di antara banyak banyak penyakit penyakit kornea kornea yang sulit ditangani. ditangani.1
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan epidemiologi
Keratitis neurotropik adalah penyakit kornea degeneratif yang jarang dan disebabkan oleh gangguan inervasi nervus trigeminus kornea yang mengakibatkan terjadinya penurunan atau tidak adanya sensasi kornea. 1 Keratitis neurotropik juga diartikan sebagai keratitis yang terjadi akibat palsi nervus oftalmikus trigeminal. 3 Secara epidemiologi, 15% kasus dengan anestesi kornea mengalami komplikasi serius. 40.000-60.000 ribu kasus infeksi herpes zoster terjadi tiap tahunnya, 50% melibat melibatkan kan mata, mata, 16% diantara diantaranya nya mengal mengalami ami keratiti keratitiss neurot neurotropi ropik. k. Inside Insiden n keratitis neurotropik meningkat sejalan dengan usia. 2
2.2 Etiologi
Etiologi Etiologi terjadinya terjadinya keratitis neurotropik neurotropik secara umum dapat dibagi menjadi 4, yaitu : 3,4 1.
Infeksi : herpes simplex, herpes zoster dan lepra.
2.
Pals Palsii Nerv Nervus us Trige Trigemin minal al : post post pemb pembed edaha ahan, n, neop neoplas lasia ia (sepe (seperti rti
neuroma akustik), aneurisma, trauma wajah. 3.
Kongenital : dysautonomia keluarga (Riley-Day syndrome), Möbius
sindrom, sindrom Goldenhar, anhidrotic ectodermal displasia dan neuropati sensorik herediter . 4.
Penyakit Penyakit sistemik : Diabetes Diabetes melitus, melitus, defisiensi defisiensi vitamin A, dan
multiple sclerosis. 5.
Distrofi kornea : Lattice, Granular
6.
Iatroge Iatrogenik nik : pengg pengguna unaan an kontak kontak lens, lens, trauma trauma pada pada nervus nervus silier, silier,
bedah refraksi kornea kornea dan dan LASIK LASIK Panretinal Panretinal laser laser fotokoagula fotokoagulasi. si. 7.
Toksi oksin n / obat obat-o -oba bata tan n : Anest nestes esii topi topika kal, l, Timol imolol ol,, Betax etaxol olol ol,,
Sulfacetamide, Sodium diklofenaks, trauma kimia paparan karbon disulfida, paparan hidrogen hidrogen sulfida. sulfida. 8.
Peny Penyeb ebab ab lainn lainnya ya : penin peningk gkata atan n
usia, usia, Adie’ Adie’ss pupil pupil dan setia setiap p
kondisi peradangan kronis yang menyebabkan cedera epitel kornea. 3
Etiolog Etiologii terserin tersering g yang yang mengak mengakibat ibatkan kan terjadi terjadinya nya anestes anestesii pada pada kornea kornea adalah infeksi virus (herpes simpleks dan herpes zoster), trauma kimia, trauma fisik, pembedahan pembedahan kornea. kornea. Space occupying lesion seperti seperti neuroma, neuroma, meningioma, meningioma, dan aneuris aneurisma ma juga juga dapat dapat menek menekan an nervus nervus trigemi trigeminal nal maupun maupun gangli ganglionn onnya ya yang mengak mengakibat ibatkan kan gangg gangguan uan sensas sensasii kornea. kornea. Penyak Penyakit it sistemi sistemik k sepert sepertii diabete diabetess melitus melitus,, multipe multipell sklero sklerosis, sis, dan lepra lepra dapat dapat menuru menurunka nkan n sensas sensasii nervus nervus atau merusak serat sensorik neuron yang mengakibatkant terjadinya anestesi kornea. Epitel kornea merupakan target utama yang berubah akibat anestesi kornea, yakni terjadi terjadi distrof distrofii dan menuru menurunny nnyaa kemamp kemampuan uan sembuh sembuh jika terjadi terjadi lesi. lesi. Penyak Penyakit it dapat progresif hingga membentuk ulkus, kemudian terjadi perforasi. 1
2.3 Patofisiologi
Kornea Kornea merupakan merupakan jaringan tubuh yang sangat kaya akan inervasi saraf (40x lebih banyak dibandingkan pulpa gigi dan 400x lebih banyak dari kulit). Saraf sensoris kornea berperan dalam mengatur fungsi dan integritas kornea. Hilangnya inervas inervasii sensor sensoris is kornea kornea mengak mengakibat ibatkan kan penuru penurunan nan vitalita vitalitas, s, metabo metabolism lisme, e, dan mitosis mitosis sel epitel epitel sehing sehingga ga terjadi terjadi degene degenerasi rasi epitel. epitel. Keteba Ketebalan lan epitel epitel kornea kornea menu menuru run n dan dan terjad terjadii edem edem intras intraselu elule lerr pada pada epite epitel, l, hila hilang ngny nyaa mikro mikrovi vili, li, dan dan produksi produksi abnormal abnormal dari sel lamina lamina basalis. Perubaha Perubahan n pada konjunctiva konjunctiva yang yang terjadi terjadi berupa berupa perubahan perubahan kepadatan kepadatan sel goblet goblet dan hilangnya hilangnya mikroplik mikroplikaa permukaan permukaan sel. sel. 1,3 Kerus Kerusak akan an sens sensori orik k neuro neuron n pada pada korne korneaa meng mengaki akiba batk tkan an penin peningk gkata atan n neuromediator akibat kerusakan sel epitel kornea yang menghasilkan defek yang rekure rekuren n atau bersifat bersifat persiste persisten. n. Beberap Beberapaa penelit penelitian ian telah telah berfoku berfokuss pada pada peran peran neur neurom omed ediat iator or sens sensori orik k dalam dalam pato patofis fisiol iolog ogii epite epitell korn kornea ea.. Stud Studi-s i-stu tudi di telah telah menunjukkan menipisnya substansi P (SP) dan asetilkolin (Ach) dalam kornea tikus setelah kerusakan saraf sensorik. sensorik. Secara invitro SP, cholecystokinin cholecystokinin gen-related peptide (CGRP), (CGRP), dan Ach Ach mengindu menginduksi ksi proliferasi proliferasi epitel. epitel.1 Bukti eksperimental dan klinis menunjukkan kontrol dua arah proliferasi epitel kornea: neuromediator neuromediator sensorik menginduksi menginduksi mitosis sel epitel, sedangkan, sedangkan, mediator simpatik (epinefrin dan norepinefrin) mengurangi mitosis sel epitel. Selain itu, pada hewan percobaan, perubahan epitel kornea yang disebabkan oleh lesi pada saraf sensorik dapat dikurangi dengan denervasi simpatetik servik. 1 4
Secara in vitro dan in vivo, vivo, peran faktor pertumbuhan potensial potensial saraf (NGF) (NGF) menginduks menginduksii pemulihan pemulihan neuron sensorik sensorik dan menginduksi menginduksi produksi produksi Ach dalam sistem saraf pusat dan SP di system saraf perifer. Selain itu, NGF memainkan peran penting dalam keseimbanga keseimbangan n antara persarafan persarafan sensorik sensorik dan simpatik, simpatik, dengan dengan mengatur fungsinya. Pada tikus, persarafan sensorik kornea tergantung pada peran NGF dan secara in vitro, NGF menginduks menginduksii
proliferasi proliferasi dan diferensiasi diferensiasi epitel
kornea kelinci.1 Disfungsi saraf trigeminal karena trauma, pembedahan, tumor, peradangan, atau penyebab lainnya, dapat mengakibatkan mengakibatkan anestesi kornea dengan hilangnya refleks berkedip, yaitu salah satu mekanisme pertahanan kornea, serta kurangnya faktor trofik yang penting untuk fungsi epitel. Pada tahap awal keratitis neurotropik, terdapat terdapat infiltrat difus pada epitel yang edema. Selanjutnya Selanjutnya hilangnya epitel (ulkus neurotropik), neurotropik), yang dapat dapat memperluas kornea. kornea. Dengan hilangnya hilangnya sensasi kornea, pada keratitis yang berat dapat menghasilkan menghasilkan sedikit ketidaknyaman ketidaknyamanan. an.6,7,8 Akibat hilangn hilangnya ya sensas sensasii kornea kornea terhada terhadap p rangsan rangsangan gan dari luar, luar, maka maka mata mata tidak tidak lagi lagi merasakan dry eye sehingga efek berkedip menurun. 5
2.4 Diagnosis
Keratitis neurotropik merupakan keratitis akibat kelainan saraf trigeminus. Kelainan saraf trigeminus dapat terjadi akibat herpes zoster, tumor fossa posterior kranium, trauma, tindakan bedah, obat topikal kronis, pemakaian kontak lens yang salah, peradangan atau keadaan lain sehingga kornea menjadi anestesi. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus atau terapi sistemik (neuroleptik, antipsikotik) juga dapat menyebabkan gangguan saraf trigeminus. 1,6,9 Pasie Pasien n akan akan meng mengel eluhk uhkan an keme kemerah rahan an pada pada mata, mata, tajam tajam peng pengli lihat hatan an menurun, kotoran mata yang semakin banyak, silau, dan tidak nyeri. Mata akan memberikan gejala jarang berkedip karena hilangnya refleks berkedip. Selain itu, palpebral palpebral dapat edem dan disertai sensasi sensasi seperti ada benda asing di mata. Refleks berkedip berkedip merupakan merupakan salah satu pertahanan pertahanan terbaik kornea kornea terhadap degenerasi, degenerasi, ulse ulseras rasi, i, dan dan infek infeksi si.. Refle Refleks ks berke berkedip dip sang sangat at nyat nyataa menu menuru run n jika jika kerat keratiti itiss neurotropik bilateral terjadi. Perhatikan gambar 1. 1,5,6,9
5
Gambar 1. Keratitis neurotropic pada infeksi herpes zoster oftalmikus
(Dikutip dari kepustakaan no.8) Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya kekeruhan kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea, injeksi siliar, infiltrat dan vesikel pada kornea. kornea. Selain Selain itu, terlihat terlihat terbent terbentukn uknya ya deskua deskuamas masii epitel epitel seluruh seluruh permuk permukaan aan kornea yang dimulai pada bagian tengah dan meninggalkan sedikit lapisan epitel kornea yang sehat di dekat limbus. 9 Secara klinis, keratitis neurotropic dibagi menjadi 5 stadium sebagai berikut keratopati punctate interpalpebra dengan iregularitas epitel (gambar a), opasitas dan edema kornea dengan defek kecil (b), persisten defek pada epitel disertai sedikit penebalan penebalan (c), perluasan perluasan defek epitel disertai disertai infiltrate dan edem stroma, stroma, mencairnya stroma kornea (d), perforasi kornea (Gambar 2).
6
Gambar 2. Keratitis neurotropik (Dikutip dari kepustakaan no.3) Pada Pada kead keadaan aan anest anestes esii dan dan tanpa tanpa persa persara rafan fan,, korn kornea ea kehil kehilang angan an daya daya pertahanannya pertahanannya terhadap terhadap iritasi dari luar, diduga diduga terjadi kemunduran kemunduran metabolisme metabolisme kornea yang memudahkan terjadinya peradangan kornea. Kornea mudah terjadi infeksi infeksi yang akan mengakibatk mengakibatkan an terbentuknya terbentuknya ulkus kornea. kornea. 8 Pada tahap awal ulku ulkuss neuro neurotro tropik pik khas khas,, larut larutan an fluor fluoros osei ein n akan akan meng menghas hasilk ilkan an binti bintikk-bi binti ntik k berwarna berwarna pada epitel bagian superfisial. superfisial. Dengan Dengan berlanjutnya berlanjutnya proses proses ini, timbul daerah-daerah berupa bercak terbuka. Kadang-kadang epitelnya hilang dari daerah yang luas di kornea. 6 Pemeriksaan Pemeriksaan oftalmologi oftalmologi yang akurat harus dilakukan. dilakukan. Uji sensitivitas sensitivitas kornea dapat dilakukan dengan menyentuh pusat dan perifer kornea dengan ujung kapas kapas.. Alter Alternat natif if peme pemerik riksa saan an deng dengan an aesth aesthes esiom iomete eterr Coch Cochetet-Bo Bonn nnet et dapa dapatt digunakan digunakan untuk melokalisir melokalisir dan menghitung menghitung hilangnya sensitivitas kornea, untuk melih melihat at resp respon on pasi pasien en terha terhada dap p sentu sentuha han n benan benang g nilon nilon (anta (antara ra 0 dan dan 6 cm). cm). Umumnya, tingkat keparahan dari keratitis neurotropik berhubungan dengan tingkat keparahan penurunan sensorik kornea. Tingkat berkedip secara nyata menurun jika terjadi keratitis neurotropik bilateral.1
7
Tes Schirmer harus dilakukan dilakukan pada keratitis neurotropik, neurotropik, karena produksi produksi air mata mata dapat dapat dipeng dipengaruh aruhii oleh oleh tingkat tingkat sensiti sensitivita vitass kornea kornea,, penuru penurunan nan sensiti sensitivita vitass kornea kornea menyeb menyebabk abkan an penuru penurunan nan produk produksi si air mata. mata. Pewarnaa Pewarnaan n vital vital dengan dengan fluorescein, menunjukkan perubahan epitel kornea dan dan konjungtiva. konjungtiva. Pemeriksaan akurat marginal kelopak mata, posisi, dan motilitas penting karena paparan keratitis dan dan blep blephar hariti itiss dapat dapat dikai dikaitk tkan an deng dengan an kerat keratiti itiss neuro neurotro tropik pik.. Peme Pemerik riksa saan an mikrobiologi juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan bakteri, fungi, dan virus sebagai penyebab terbentuknya ulkus kornea. 1 Pemerik Pemeriksaan saan fundusk funduskopi opi dapat dapat member memberikan ikan informa informasi si tentang tentang etiolog etiologii keratitis neurotropik. neurotropik. Jaringan Jaringan parut pada stroma kornea dapat mengindikasi mengindikasikan kan infe infeks ksii
sebe sebelu lumn mnya ya..
Atro Atrofi fi
iris iris
meru merupa paka kan n
tand tandaa
infe infeks ksii
herp herpes es
sebelum sebelumnya. nya. Pemerik Pemeriksaan saan fundos fundoskop kopii dilatasi dilatasi dapat dapat mengu mengungk ngkapk apkan an adanya adanya reti retino nopa pati ti diabe iabete tes. s. Sara Saraff opti optik k puca pucatt atau atau beng bengka kak k kare karena na adan adanya ya tumo tumor r intrakranial. 10
2.5 Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Tujuan Tujuan penatalaksanaan penatalaksanaan adalah untuk untuk mencegah mencegah progresivitas progresivitas kerusakan kerusakan kornea kornea dan meningkatkan kesembuhan kesembuhan epitel kornea. kornea. Tatalaksana Tatalaksana dilaksanakan dilaksanakan begitu begitu diagnosis diagnosis dan stadium klinis ditegakk ditegakkan. an. Pada Pada stadium stadium 1 semua semua terapi topical topical harus harus dihent dihentikan ikan dan identifik identifikasi asi efek efek samping samping terapi sistemi sistemik k yang yang diberik diberikan an sebelumnya seperti neuroleptic, antipsikotik, dan antihistamin. Penggunaan air mata buatan membantu membantu melindungi melindungi permukaan permukaan kornea. kornea. Penggunaanny Penggunaannyaa dilakukan dilakukan 8x1 hari. hari. Tujuan Tujuan terapi terapi pada pada stadium stadium ini adalah adalah mening meningkatk katkan an kualita kualitass epitel epitel dan tranpara tranparansin nsinya ya serta serta menceg mencegah ah kerusa kerusakan kan epitel. epitel. Penyak Penyakit it lain yang mendas mendasari ari terjadin terjadinya ya keratiti keratitiss neurot neurotrop ropik ik juga juga harus harus dilaku dilakukan kan tatalaks tatalaksana. ana. Pember Pemberian ian lubrikans lubrikans topikal seperti insulin like growth factor -1, -1, substansi P, dan neurogenic growth growth factor untuk penyembuhan defek, masih kontroversial, dan sedang dalam tahap penelitian. Selain itu dapat juga diberikan tetrasiklin per oral dengan dosis 2x25 2x250 0 mg, mg, atau atau doks doksis isik ikli lin n 1x100 x100 mg pada pada mala malam m hari hari,, kedu keduan anya ya dapa dapatt mengurangi produksi mucus. Penutupan punctum lakrimal dapat dipertimbangkan. Pada stadium 1 dilakukan follow up pada pasien secara rawat jalan 3-7 hari sekali. 1,2,3,7
8
Pada stadium 2, tujuan terapi berupaya untuk mencegah terbentuknya ulkus kornea, kornea, mening meningkatk katkan an kesemb kesembuha uhan n epitel, epitel, dan menceg mencegah ah rekure rekurensi nsi kerusa kerusakan kan epitel. Penghentian semua obat topical dilakukan dan diberikan air mata buatan. Progresivitas Progresivitas penyakit dapat terjadi tanpa menunjukka menunjukkan n gejala yang signifikan. signifikan. Kontak lens kornea atau sclera untuk terapeutik dapat digunakan, tetapi memiliki efek samping infeksi sekunder dan dapat mengakibatkan hipopion steril. Pada ulkus korne korneaa yang yang tidak tidak beres berespo pon n terha terhadap dap air mata mata buat buatan an maup maupun un konta kontak k lens, lens, tarsoraphy tarsoraphy dapat dilakukan. Jika penyembuha penyembuhan n terjadi, tarsoraphy dapat dibuka dibuka sete setela lah h
bebe bebera rapa pa ming mingg gu.
Jika ika
dibu dibuk ka
sebe sebelu lum m
waktu aktuny nyaa,
maka maka dapa dapatt
mengakibatkan kerusakan epitel yang rekuren. Selain itu, dapat juga digunakan membra membrane ne amnion amnion tranplan tranplan untuk untuk menutu menutupi pi kerusa kerusakan kan pada pada epitel epitel kornea kornea atau bahkan bahkan dengan dengan injeksi injeksi toksin Botulinum A pada palpebra. palpebra. Penggunaan Penggunaan tetrasiklin topical topical dikatakan dikatakan dapat meningka meningkatka tkan n proses proses penyembu penyembuhan han defek epitel. epitel.
Jika Jika
terjadi peradangan pada bilik mata depan, maka dapat diberikan siklopegik topical seperti atropine 1% atau skopolamin 0,25% 1x1 hari. Pada stadium 2 dilakukan follow up ketat tiap 1-2 hari sekali hingga tampak kemajuan terapi, setelah itu follow up dilakukan tiap 3-5 hari sekali. 1,2 Steroid Steroid topikal topikal dapat dapat diguna digunakan kan juga juga sebab sebab prostag prostagland landin in mengha menghamba mbatt pertumbuhan pertumbuhan epitel, dan penggunaan penggunaan steroid dapat mengurangi mengurangi prostaglandin, prostaglandin, terutama pada pasien dengan trauma kimia. Akan tetapi, steroid juga menghambat penyembuh penyembuhan an stroma, sehingga sehingga meningkatkan meningkatkan melting strom stromaa dan dan perfo perforas rasii sehingg sehinggaa penggu penggunaan naannya nya harus harus extra extra hati-hat hati-hati. i. OAINS OAINS (obat (obat antiinfl antiinflamas amasii non ster steroid oid)) tidak tidak menin meningk gkatk atkan an prose prosess peny penyem embu buha han, n, mala malah h dapa dapatt meng mengur urang angii sensitivitas kornea. 1,2 Pada stadium 3, tujuan terapi untuk meningkatkan meningkatkan kesembuhan kesembuhan kornea dan mencegah melting dan dan perfo perforas rasi. i. Pasie Pasien n pada pada stad stadiu ium m ini harus harus diraw dirawat at inap inap sehingg sehinggaa dapat dapat dilakuk dilakukan an follow follow up yang yang lebih lebih signifik signifikan. an. Pember Pemberian ian air mata buatan dan penghentian penghentian terapi topical lain harus dilakukan juga pada stadium ini. Jika terjadi melting pada melting pada stroma, maka dapat diberikan inhibitor kolagenase seperti N-asetilsistein, N-asetilsistein, tetrasiklin, tetrasiklin, atau medroksiprog medroksiprogesteron. esteron. Terapi sistemik sistemik doksisiklin doksisiklin dan minoksiklin juga dapat mencegah melting . Suplementasi omega 3 sebanyak 3 tablet per hari membantu stabilisasi tear film. Tarsoraphy dan flap konjunctiva 9
merupakan prosedur terapi beedah yang meningkatkan kesembuhan epitel tetapi dapat dapat member memberika ikan n efek efek sampin samping g kosmeti kosmetik k yang yang jelek. jelek. Pada Pada defek defek yang yang kecil kecil diberikan diberikan salep antibiotic seperti eritromisin atau bacitrasin 4-8x per hari selama 35 hari hari atau atau samp sampai ai defek defek semb sembuh uh.. Pada Pada yang yang telah telah menja menjadi di ulku ulkuss dan dan belu belum m perforasi perforasi diberikan salep antibiotic, antibiotic, tetes mata sikloplegik, sikloplegik, dan bebat tekan selama 24 jam. Prosedur Prosedur ini diulang diulang tiap hari hari hingg hinggaa sembuh sembuh.. Perfora Perforasi si kecil kecil diterap diterapii dengan lem sianoakrilat diikuti dengan kontak lens lembut. Defek yang lebih besar meme memerlu rluka kan n kerat keratop oplas lasti ti lame lamella llarr (Gam (Gambar bar 3) atau atau pene penetra trasi si.. Trans Transpla planta ntasi si membrane amnion multilapis digunakan untuk mengurangi defek stroma sebanyak 90%. Lem sianoakrilat dengan kontak lens soft digunakan pada defek yang kurang dari dari 2 mm. mm. Kedu Keduaa meto metode de di atas atas dilak dilaksan sanak akan an pada pada kerat keratopl oplas asti ti lamell lamellar. ar. Keberhasilan Keberhasilan transplan transplan kornea rendah rendah sebab kesembuha kesembuhan n luka jelek dan risiko defek yang persisten akibat anestesi kornea. Reed et al meneliti bahwa 75% dari 12 pasien dengan dengan transplan transplan kornea kornea terjadi terjadi jaringan jaringan parut parut pada kornea kornea graft. graft.1,2,7,8
Gambar 3. Keratoplasti lamelar (dikutip dari kepustakaan nomor 1) Komp Komplik likas asii yang yang mung mungkin kin terja terjadi di pada pada kerat keratiti itiss neur neurot otrop ropik ik adala adalah h perforasi perforasi kornea, kornea, keratitis bakteri sekunder, sekunder, dan penurunan penurunan ketajaman ketajaman penglihatan penglihatan yang yang bers bersifa ifatt perm perman anen en akiba akibatt jaring jaringan an paru parutt pada pada korne korneaa dan dan astig astigma matis tisme me iregular.2
2.6 Prognosis
10
Progno Prognosis sis bergantu bergantung ng pada pada beberap beberapaa faktor faktor sepert sepertii penyeb penyebab ab gangg gangguan uan sensiti sensitivita vitass kornea kornea,, derajat derajat hipo hipo atau anestes anestesii kornea kornea,, hubung hubungan an penyak penyakit it mata superfisial seperti dry eye, eye, keratitis exposure, exposure, dan defisiensi limbus. Semakin parah kerusakan neuron sensorik maka progresivitas penyakit semakin tinggi. Semakin lama penyakit tersebut diderita serta semakin banyak ocular surface disease yang terjadi maka prognosis prognosis akan semakin semakin buruk. buruk. Sehingga Sehingga perlu dilakukan monitoring rutin sebab gejala klinis dapat tidak ada tetapi perjalanan penyakit terus berlanjut. Penggunaan air mata buatan dapat mencegah kerusakan epitel lebih lanjut. 1,2
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
11
3.1 Kesimp Kesimpula ulan n
1. Keratiti Keratitiss neurotr neurotropik opik adalah adalah penyakit penyakit kornea kornea degenera degeneratif tif yang disebabk disebabkan an oleh palsi nervus trigeminus cabang oftalmikus yang mengakibatkan hipo hingga anestesi pada kornea. 2. Epidemiolog Epidemiologii keratitis neurotro neurotropik pik 16% 16% dari kasus kasus infeksi infeksi herpes herpes virus, virus, dan dan mengakibatkan komplikasi serius pada mata. 3.
Etiolog Etiologii keratit keratitis is neurotr neurotropi opik k berupa berupa infeksi infeksi,, palsi palsi nervus nervus trigemi trigeminal, nal, kongenital, penyakit sistemik, distrofi kornea, iatrogenik, toksin/obat-obatan dan penyebab lainnya.
4. Patofisiologi Patofisiologi keratitis neurotropik neurotropik yaitu terjadiny terjadinyaa lesi atau penekanan penekanan pada nervus trigeminus cabang oftalmikus mengakibatkan hipo hingga anestesi kornea kornea yang mengakibatkan mengakibatkan penyembuhan penyembuhan luka epitel kornea kornea terganggu terganggu sehingga terjadi defek epitel, ulkus, hingga perforasi. 5. Diagno Diagnosis sis keratitis keratitis neurotro neurotropik pik ditegakk ditegakkan an dari dari anamne anamnesis sis,, pemerik pemeriksaan saan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dan dibagi menjadi 5 stadium klinis. 6.
Penatalaksanaa Penatalaksanaan n keratitis neurotropik bergantung dari stadium stadium klinisnya, klinisnya, bertujuan bertujuan untuk mengurangi mengurangi progresivitas progresivitas kerusakan kerusakan epitel kornea dan mencegah melting serta melting serta perforasi kornea.
7. Progno Prognosis sis keratitis keratitis neurotr neurotropik opik tergantu tergantung ng dari factor penyebab penyebab dan derajat derajat kerusakan neuron trigeminal.
3.2 3.2 Sara Saran n
Pencegahan Pencegahan dan pengobatan pengobatan keratitis neurutropik neurutropik merupakan upaya yang harus dilakukan untuk mencegah atau menunda menunda timbulnya timbulnya kerusakan epitel kornea kornea hingga perforasi. Timbulnya keratitis neurotropik yang progresif dapat diperlambat apabila digunakan air mata buatan sehingga meningkatkan kesembuhan epitel.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Bonini Bonini S, Rama Rama P, Olzi D, D, Lambiase Lambiase A. Neuthro Neuthropic pic keratitis. keratitis. Eye. 2003; 2003; 17: 17: 989-95. 2. Medsc Medscape ape [homepa [homepage ge on the Internet]. Internet]. Washing Washington ton:: Graham RH; RH; c1994c19942012 2012 [upd [updat ated ed 2012 2012 Feb Feb 14; 14; cited cited 2012 2012 May May 6]. Meds Medscap cape; e; [abou [aboutt 2 screens]. screens]. Available Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1194889overview#a0199 3.
Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systematic approach. 7th ed. Edinburg: Elsevier; 2011;203-4.
4.
Groo roos,
E.
Cornea.
Phil Philad adel elpi pia: a:
Lipp Lippin inco cott tt
Will Willia iams ms
&
Wilk Wilkin ins. s.
2004;94:1189–1196. 5.
Lang GK. Opthalmology : a short textbook . New York: Thieme; 2000;35.
6.
Eva PR, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s general ophtalmology. ophtalmology. 17th ed. Columbus: Mc Graw Hill; 2007;165.
7.
Langston DP. Manual of ocular diagnosis and therapy. therapy. 6 th ed. Philadelpia: Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008;205-6.
8.
Tasman W, Jaeger EA. The Will eye hospital atlas of opthalmology. opthalmology. 2 nd ed. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001;198.
9. Ilyas Ilyas S, Yulian Yulianti ti SR. SR. Ilmu Ilmu peny penyak akit it mata mata.. Edis Edisii ke-4. ke-4. Jakart Jakarta: a: Faku Fakulta ltass Kedokteran Universitas Indonesia; 2011. p. 159. Jill 10. Jill
R, We Wells lls MD, MD, Marc Marc A, Mich Michel elso son n MD. MD. Diagnosing Diagnosing and treating
neurotrophic neurotrophic keratopathy. keratopathy. America: America: American American Academy Academy of Ophtalmolog Ophtalmology; y; 2008;98-9.
13