KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM
Adhi Anugroho
0806369700
Kerangka Dasar Agama Islam Dengan mengikuti sistematik Iman, Islam dan Ihsan yang berasal dari Nabi Muhammad, dapat dikemukakan bahwa kerangka dasar agama Islam terdiri atas; akidah, syari’ah dan akhlak Pengertian akidah secara etimologis adalah ikatan atau sangkutan. Sedangkan arti istilahnya adalah keyakinan terhadap sesuatu tuhan. Sedangkan yang dimaksud dengan syari’ah secara etimologis adalah jalan yang harus ditempuh. Menurut peristilahan, syari’ah adalah sistem norma ketuhanan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah serta mengenai hubungan manusia dengan sesama manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. Kaidah yang mengatur hubungan langsung manusia dengan Allah disebut kaidah ibadah atau kaidah ubudiah yang disebut juga kaidah ibadah murni. Sedangkan kaidah yang mengatur hubungan manusia selain dengan Allah disebut kaidah mu’amalah. Disiplin ilmu yang membahas dan menjelaskan syari’ah disebut ilmu fikih. Yang dimaksud dengan akhlak adalah sikap yang menimbulkan prilaku baik dan buruk. Berasal dari kata khuluk yang berarti perilaku, sikap, watak atau perangai (M. Daud Ali: 1998).
Agama Islam Dan Ajarannya: Ilmu-ilmu KEISLAMAN Hubungan agama Islam dengan Ilmu – ilmu keislaman yang menjelaskan atau mengembangkan agama Islam menjadi ajaran Islam. 1. Akidah Islam Akidah perlu diperinci lebih lanjut dengan ilmu kalam, yang mana mempunyai beberapa aliran, yaitu: a.
Kharijiyah, sebagai kelompok disebut khawarij yakni segolongan umat Islam yang semula pengikut Ali bin Abi Thalib, kemudian keluar dan memisahkan diri dari Ali karena todak setuju kepada sikap Ali terhadap Mu’awiyah dalam menyelesaikan perselisihan (politik) mereka dengan berunding yang kemudian dilanjutkan dengan arbitrasi (perwasitan atau tahkim).
b.
Murji’ah berpendapat bahwa dosa besar yang dilakukan seorang mukmin, tidaklah menyebabkan orang itu keluar dari agama Islam, kecuali ia musyrik.
c.
Syi’ah terdiri dari 3 aliran, yaitu: Itsna ‘Asyariyah, Sab’iyah dan Zaidiyah. Berpendapat bahwa hanya Ali bin Abi Thalib serta keturunannya yang berhak menjadi khalifah. Jika kita bandingkan aliran-aliran dalam Islam, terdapat beberapa hal menarik dalam
aliran syi-ah, yaitu: 1. Dikalangan syi’ah pintu jihad tidak pernah ditutup. 2. Peranan imam sebagai punggawa hukum dominan dan putusan-putusanya dipatuhi
oleh para pengikutnya. 3. Masyarakatnya menarik garis keturunan secara bilateral. Cara menarik garis
keturunan ini menentukan kedudukan para ahli waris dalam pembagian warisan. d.
Jabariyah, berpendapat bahwa manusi terpaksa/dipaksa melakukan sesuatu yang telah ditentukan Allah, manusia tidak mempunyai ikhtiar, kemauan dan kekuasaan untuk menentukan pilihan sendiri mengenai perbuatannya.
e.
Qadariyah, berpendapat bahwa manusia mempunyai qadar (kuasa) untuk menentukan segala perbuatannya.
f.
Muktazilah, mempergunakan akal manusia dalam menjelaskan keyakinan agama.
g.
Ahlussunnah wal jama’ah (sunni), berpegang teguh pada sunah nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mengenai akidah.
h.
Ahmadiyah, terbagi menjadi 2 aliran, yaitu: Ahmadiyah Qadiyan dan Ahmadiyah Lahore.
i.
Salafiyah, berpegang teguh pada teks yang tertulis dalam Al-Qur’an mengenai akidah, tanpa mencampurkannya dengan filsafat.
2. Syari’ah Syari’ah sebagai sistem mempunyai dua jalur, yaitu: 1. Jalur vertikal, ditempuh dengan mengikuti kaidah ibadah murni. Mengenai ibadah, yaitu cara dan tata manusia berhubungan langsung dengan Tuhan, tidak boleh ditambah – tambah atu dikurangi. Ketentuannya diatur oleh Allah sendiri dan dijelaskan secara rinci oleh Rasulnya, karena sifatnya yang tertutup tersebut, dalam ibadah diberlakukan asas umum yaitu pada dasarnya semua perbuatan dilarang dilakukan, kecuali mengenai perbuatan yang dengan tegas disuruh Allah seperti dicontohkan Rasulnya. Misalnya Shalat, zakat, puasa dan haji.
2. Jalur horizontal , ditempuh dengan mengikuti kaidah – kaidah mu’amalah. Tentang
kaidah mu’amalah, hanya pokok – pokoknya saja yang ditentukan dalam Al-Qur’an dan hadist. Perinciannya terbuka bagi akal manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Karena sifatnya yang terbuka tersebut, dalam bidang mu’amalah berlaku asas umum yaitu pada dasarnya semua perbuatan boleh dilakukan, kecuali mengenai perbuatan tersebut ada larangan dalam Al-Qur’an dan al- Hadits. Dalam jalur Horizontal ini, terdapat sistem-sistem, yaitu: 1. Filsafat, berasal dari bahasa arab yang berarti falsafah yang diturunkan dari bahasa Yunani Philosophia, artinya cinta kepada pengetahuan atau cinta pada kebenaran. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, karena, asal dan hukumnya. Filsafat adalah pemikiran rasional, kritis, sistematis dan radikal tentang suatu obyek. Obyek pemikiran kefilsafatan adalah segala yang ada, yaitu Tuhan, manusia dan alam. Filsafat Islam adalah pemikiran rasional, kritis, sistematis dan radikal tentang aspek-aspek agama ajaran Islam. Al-Qur’an sejak semula telah memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya. Akal adalah potensi luar biasa yang dianugrahkan Allah kepada manusia, karena dengan akalnya manusia memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal, dapat membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mengetahui rahasia hidup dan kehidupan dan seterusnya. Oleh karena itu agama dan ajaran Islam memberikan tempat yang tertinggi kepada akal, karena akal dapat digunakan memehami agama dan ajaran Islam sebaik – baiknya dan seluas – luasnya. 2.
Politik, didalam Islam kekuasaan politik kait mengait al-hukm. Perkataan al-hukn dan
kata – kata yang terbentuk dari kata tersebut dipergunakan 210 kali dalam Al-Qur’an. Dalam bahasa Indonesia, perkataan al-hukm yang telah dialih bahasakan menjadi hokum intinya adalah peraturan, undang – undang, patokan atau kaidah dan keputusan atau vonis (pengadilan). Sedangkan dalam bahasa Arab, dapat dipergunakan dalam arti perbuatan atau sifat jadi sebagai perbuatan hokum bermakna mambuat atau menjalankan keputusan, dikaitkan dengan kehidupan bermasyarakat, arti perbuatan dalam hubungan ioni adalah kebijaksanaan. Disini jelas terlihat hubungan al-hukm dengan konsep atau unsur politik. Wujud kekuasaan politik menurut agama dan ajaran Islam adalah sebuah system politik yang diselenggarakan menurut hukum Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Jika kita bandingkan aliran – aliran hokum yang berkembang dikalangan sunni dan syi’ah, ada beberapa hal menarik yang perlu dicatat, yaitu: 1. Pintu jihan mengenai hukm tidak tertutup.
2. Imam berperan dominan dalam menentukan hukm dan ditaati oleh pengikutpengikutnya 3. Masyarakatnya menarik garis keturunan secara bilateral. Cara menarik garis
keturunan ini menentukan kedudukan para ahli waris dalam pembagian warisan. 3. Akhlak Ilmu yang mempelajari ajaran akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadist disebut juga ilmu tasawuf dan ilmu akhlak. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menjelaskan tata cara pengembangan rohani manusi dalam rangka usaha mencari dan mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf berasal dari kata suf, yang berarti bulu domba kasar, disebut demikian karena orang yang memekainya disebut orang sufi/mutasawif, hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan. Sulit mendefinisikan tasawuf secara lengkap, menurut Anne Marie Schimmel, karena orang hanya dapat menyentuh salah satu sudutnya saja. Sementara itu, Imam Al-Taftazani tidak mendefinisikan tasawuf, namun ia merumuskan ciri-ciri tasawuf. Ciri-ciri tersebut adalah: a. memiliki nilai–nilai moral. b. pemenuhan fana (sirna, lenyap)dalam realitas mutlak c. pengetahuan intuitif (berdasarkan bisikan hati) langsung. d. timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karinia Allah dalam diri sufi karena tercapainya
maqamat (beberapa tingkatan perhentian) dalam perjalanan sufi
mendekati Allah. e. penggunaan lambang–lambang pengungkapan (perasaan) yang biasanya mengandung pengertian harfiah dan tersirat. Terdapat Zahid dalam tasawuf, yaitu mereka mengembangkan rasa takut kepada Tuhan dan azabnya, yaitu: a. Sikap zuhud, sikap tidak tertarik pada kesenangan duniawi. b. Sikap Wara, sikap yang hanya mau mengambil yang halal, pantang mengambil yang diragukan / haram. c. Sikap Qana’qh, sikap merasa cukup dengan rezki yang halal betapapun sedikitnya. d. Sikap ingat selalu pada-Nya e. Sikap kusyuk dan tekun beribadat (shalat, puasa, zikir) dan lain – lainnya.
Dengan demikian arti khas yang dapat menambah muatan kata tasawuf adalah mengolah sikap dan perasaan keragaman dalam mencapai kehidupan yang diridhoi. Mengenai sikap terhadap sesama mahluk dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Sikap terhadap sesama manusia. 2. Sikap terhadap makhluk yang bukan manusia. Sikap terhadap sesama manusia disebut akhlak. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk pada sikap dan perilaku manusia serta segala sesuatu yang berkenaan dengan sikap dan perbuatan yang seyogyanya diperlihatkan manusia terhadap manusia lain, dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. Sumber akhlak Islam adalah AlQur’an dan Al-Hadits.
Akidah Syari’ah, Akhlak dan Berbagai Aspek Lain Ajaran Islam Islam sebagai agama akhir yang tetap mutakhir, mempunyai system sendiri yang bagian – bagiannya saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Intinya adalah tauhid yang berkembang melalui akidah, syari’ah dan akhlak melahirkan berbagai aspek ajaran Islam. Yang diberikan agama Islam kepada manusia adalah: 1.
pegangan hidup/akidah
2.
jalan hidup/syari’ah
3.
sikap hidup yang mengarahkan perbuatan/akhlak
ketiga – tiganya merupakan ilmu Ilahi yang bersifat abadi yang menjadi sumber insani yang tidak abadi dalam semua disiplin ilmu.
1. Pendidikan Adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain / memindahkan nilai dan normayang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insane dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukannya, tugas dan fungsinya. Didunia ini baik sebagai abdi maupun khalifahnyanya dibumi. Dalam konfrensi pendidikan di Mekkah, tujuan pendidikan Islam adalah untuk membina insane yang beriman dan bertaqwa yang mengabdidirinya hanya kepada Allah membina serta memelihara alam sesuai dengan syari’ah serta memanfaatkannya dengan akidah dan akhlak.
2. Masyarakat Masyarakat Islam adalah masyarakat tempat pergaulan hidup manusia yang berinteraksi terus menerus menurut system nilai/norma tertentu. Masyarakat Islam adalah tempat bertemunya agama dengan negara, dengan demikian tercipta sistem sosial yang berlandaskan hukum Illahi yang bersumber dari sumber-sumber Agama Islam (Yusuf AlQardawi: 1989). Masyarakat yang ideal adalah masyarakat Islami dengan ciri-ciri; persaudaraan yang erat, persamaan derajat, toleransi/tasamuh, masyarakat yang ma’ruf nahi mungkar, masyarakat yang melakukan musyawarah untuk memcahkan masalah bersama, Masyarakat yang menjunjung tinggi keadilan dan menegakan keadilan, dan masyarakat yang mengejar keseimbangan antara kegiatan dunia dengan akhirat.
3. Ekonomi Yang dimaksud dengan system ekonomi Islam adalah system ekonomi yang terjadi setelah prinsip ekonomi yang menjadi pedoman kerjanya, dipengaruhi atau dibatasi oleh ajaran – ajaran Islam. Sumber daya alam yang disediakan Tuhan itu harus diolah oleh tenaga dan akal manusia melalui prinsip – prinsip ekonomi. Usaha manusia untuk mengolah sumber daya alam terikat kepada beberapa syarat, seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an: 1. Tidak boleh melampaui batas sehingga membahayakan kesehatan dan kesejahteraan manusia lahir dan batin (QS. 7:31). 2. Hasilnya tidak boleh ditimbun, yanpa dimanfaatkan untuk kepentingan sesama manusia (QS. 9:34). 3. Tidak boleh dilakukan dengan cara yang batil atau curang, antara lain dengan:
a. Mencuri (QS. 5:38) b. Menipua QS. 6:52) c. Melanggar janji atau sumpah (QS. 16:94) d. Melakukan perbuatan – perbuatan lain yang bertujuan mengambil harta orang lain tanpa izin, diluar pengetahuan dan kemauan yang berhak. 4.
Selalu ingat kepada orang – orang miskin, karena dalam kekayaan dan pendapatan
seseorang ada hak orang – orang miskin dalam bagian zakat Dalam system ekonomi Islam , nilai – nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan AlHadits dirumuskan menjadi norma melalui ijtihad orang – orang yang memenuhi syarat untuk berijtihad dan dipraktekan dalam masyarakat.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai agam dan ajaran mempunyai system sendiri yang bagian – bagiannya saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Intinya adalah tauhid yang berkembang melalui akidah. Dari akidah mengalir syari’ah dan akhlak islam. Melalui syari’ah dan akhlak dikembangkan sistem – system Islam dalam lembaga keluarga, masyarakat, pendidikan, hokum, ekonomi, budaya, filsafat dan sebagainya.
Daftar Pustaka 1. A. Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2004 2. M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada , Jakarta: 2000 3. Sayyid Mujtaba Musawi Lari, Teologi Islam Syi’ah, Penerbit Al-Huda, Jakarta: 2004 4. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, AL-Islam, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta: 1964 5. Yusuf Al-Qaradhawi, Konsep Islam-Solusi Utama Bagi Umat, Senayan Abadi, Jakarta: 2004