Keloid dan Hypertropic Scar Ditulis Oleh: kapten Keloid dan hipertropik skar adalah gangguan fibroproliferative dermal yang unik pada manusia yang terjadi setelah trauma, inflamasi, pembedahan, luka bakar dan kadangkadang terjadi secara spontan. Kelainan ini ditandai dengan penumpukan kolagen yang berlebihan pada jaringan dermis dan KELOID
jaringan subkutan. Keloid ditandai dengan jaringan parut yang HIPERTROFIK SKAR Berkembang segera membesar, kadang memerah dan terasa
Mungkin mulai
gata dan meluas diluar batas dari luka
setelah tindakan
terjadi setelah
awal dan jarang mengalami regresi.
pembedahan
beberapa bulan
lesi jaringan ikat yang khas berada di
Usually subsides with
Rarely subsides
dalam batas luka awal, biasanya
time (maturation)
with time
Hipertropik skar ditandai dengan jaringan parut yang menimbul, kemerahan, gatal,
mengalami resolusi spontan dengan waktu Dalam area terbatas
Tumbuh berlebih di
yang bervariasi.
luar batas lesi
Kelainan ini menggambarkan
Size commensurates
Injuri minor dapat
penyimpangan pada proses penyembuhan with injury
menyebabkan lesi
luka, yang meliputi perpindahan sel dan
yang besar
proliferasi, inflamasi, meningkatnya
Terjadi dengan
sintesis dan sekresi dari sitokin dan matriks pergerakan (kompresi) ekstraseluler dan remodeling dari matriks Biasanya terjadi
Tidak tergantung pergerakan Predileksi sering
yang baru disintesis.
melintasi permukaan
(lobus telinga, kulit
Tabel Perbedaan Hipertropik Skar dan
fleksor (sendi, abdomen, presternal), jarang
Keloid
dll)
melintasi sendi
Patogenesis dari jaringan parut abnormal Penyembuhan luka yang normal melibatkan beberapa fase yang terorganisir baik. Langsung sesudah luka, terjadi degranulasi platelet dan dimulainya kaskade aktivasi dari komplemen dan dibentuknya sumbatan fibrin untuk hemostasis yang berfungsi sebagai matriks untuk sementara waktu. Keadaan inflamasi yang memanjang seperti pada luka bakar atau infeksi yang memperlama fase inflamasi menyebabkan peningkatan aktivitas sitokin fibrogenik seperti IGF-I and TGF-b, yang meningkatkan resiko berkembangnya jaringan parut abnormal. Transformasi dari bekuan luka menjadi jaringan granulasi memerlukan degradasi matriks dan biosintesis yang seimbang untuk mencapai penyembuhan luka yang optimal. Degradasi dari matriks ekstraselular melalui aksi dari kolagenase, proteoglikan dan protease lainnya, yang dikeluarkan oleh sel mas, makrofag, sel endotel dan fibroblast. Pembentukan kolagen, fibronektin dan proteoglikan oleh fibroblast berlebihan atau
degradasi matriks kurang dapat menyebabkan penyembuhan luka yang abnormal yang menghasilkan pembentukan dari keloid dan jaringan parut hipertrofi. Kecenderungan timbul keloid lebih besar pada kulit berwarna gelap. Cenderung timbul pada usia dewasa muda dan jarang pada usia tua. Pertumbuhannya cenderung progresif.Predileksinyya terutama di regio sternal, bahu, cuping telinga, pinggang dan wajah. Pada orang-orang yang berbakat keloid, setiap kerusakan kulit kemungkinan besar akan menimbulkan keloid. Faktor-faktor yang menyokong timbulnya keloid:
Infeksi kronis
Benda asing dalam luka
Tidak adanya relaksasi setempat saat penyembuhan luka
Regangan yang berlebihan pada jahitan luka Terapi Modalitas terapi umumnya digunakan 2 jenis modalitas atau lebih mengingat angka rekurensinya yang tinggi. Modalitas yang dapat dilakukan adalah:
1.
Surgery : high recurrence rate (45-100%)
2.
Corticosteroid injections : response rate 50-100%, recurrence rate 9-50%, Side effect 63% (Skin atrophy, telangiectasis )
3.
Radiotherapy : response rate 10-94 %, recurrence rate 50-100%
4.
Cryotherapy : response rate 51-74%
5.
Silicone Gel Sheeting
6.
Pressure Therapy Keloid dapat ditangani secara konservatif yaitu dengan penyuntikan kortikostroid (misalnya golongan triamcinolon) intra lesi keloid. Penyuntikan ini diulang 2-3 minggu sekali sampai efek yang diinginkan tercapai. Cara ini cocok untuk keloid yang tidak terlalu luas dan tebal. Pembedahan sederhana untuk mengeksisi keloid harus dilakukan dengan tissue handling yang baik. Penutupan kulit harus diusahakan dengan regangan yang seminimal mungkin, kalau perlu dilakukan jahitan lapis demi lapis untuk mendekatkan jaringan dibawah kulit untuk meminimalkan regangan. Cangkok kulit (split thickness skin grafting dan full thicknes skin grafting) dapat juga digunakan untuk mengurangi ketegangan kulit. Usahakan untuk mencegah semua sumber inflamasi post operatif seperti terperangkapnya folikel rambut, benda asing, hematom dan infeksi. Angka rekurensi pembedahan sekitar 45-100%. Oleh karena itu pembedahan akan lebih efektif bila dikombinasi dengan eksternal radiasi, dan injeksi kortikosteroid.
Kortikosteroid injeksi Teknik penyuntikan dilakukan di daerah yang tebal. Gunakan spuit dengan jarumyang bersatu(bukan jarum yang dapat dilepas) Teknik Operasi 1.
Lakukan tindakan aseptik.
2.
Tutup dengan duk bolong
3.
Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 2%
4.
Pegang ujung masa dengan pinset.
5.
Lakukan insisi sepanjang tepi masa
6.
Hati-hati dalam memanipulasi jaringan. Jangan menjepit jaringan kulit berlebihan.
7.
Penjahitan subkutis harus benar-benar merapatkan tepi luka. Regangan jaringan harus teratasi dengan jahitan subkutis. Jika diperlukan jahitan subkutis dilakukan beberapa tahap sesuai kedalaman luka.
8.
Lakukan penjahitan kulit dengan nylon 4-0 sampai 6-0.
Insisi tepat di tepi masa keloid
Eksisi sampai dasar, rawat perdarahan (hemostasis). Minimalkan instrumentasi pada jaringan.
Jahit subkutis sampai terjadi aproksimasi tepi luka
Hasil jahitan subkutis Jahit kutis setelah tepi luka bertemu - See more at: http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/226#sthash.BwQdbd9i.dpuf