Grafik -log Ksp vs 1/T
1/T
-log Qsp
BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN PERCOBAAN
Mampu menentukan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut.
Mampu menentukan panas pelarutan (ΔH0) PbCl2, dengan menggunakan sifat ketergantungan Ksp pada suhu.
DASAR TEORI
Larutan
Larutan adalah Campuran homogen dari molekul. Atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah – ubah. Larutan disebut homogen karena susunannya seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian – bagian yang berbeda, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen, permukaan – permukaan tertentu dapat dideteksi antara fase – fase yang terpisah.
Lazimya semua campuran fase gas bersifat homogen dan karena itu juga dapat disebut larutan, namun molekul – molekulnya terpisah sehingga tidak dapat saling menarik dengan efektif. Larutan fase padat sangat berguna dan dikenal baik, contohnya antara lain : perunggu (tembaga dan zink sebagai penyusun utama), emas perhiasan (biasanya emas dan tembaga) dan amalgam kedokteran gigi (merkurium dan perak).
Biasanya yang dimaksud dengan larutan adalah fase cair,lazimnya salah satu komponen (penyusunnya) larutan semacam itu adalah suatu cairan.(Keenan, Dkk ,1980.)
Kelarutan
Menurut Achmad (1996), kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang melarut dalam satu liter larutan jenuh pada suhu tertentu, jumlah zat dapat dinyatakan dalam mol atau gram. Kelarutan suatu zat biasanya juga dinyatakan sebagai massa dalam gram yang dapat melarut dalam 100 gram pelarut membentuk larutan jenuh pada suhu tertentu. Kelarutan molar suatu zat adalah jumlah mol zat yang melarut dalam satu liter larutan jenuh pada suhu tertentu. Hasil kali kelarutan suatu garam adalah hasil kali konsentrasi semua ion dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan masing-masing ion diberi pangkat dengan koefisien dalam rumus tersebut.
AgCl Ksp = [Ag+] [Cl-]
AgCr Ksp = [Ag+]2 [CrO42-]
Ag3PO4 Ksp = [Ag+]3 [PO43-]
CaK2(SO4)2.6H2O Ksp = [Ca2+] [K+]2 [SO42-]2
NH4MnPO4.6H2O Ksp = [NH4+] [Mn2+] [PO43-]
Ksp suatu garam adalah ukuran kelarutan garam tersebut. Jika diketahui kelarutan molar, maka Ksp dapat dihitung. Sebaliknya jika diketahui Ksp maka dapat dihitung kelarutan molar. Selain daripada Ksp, kadang-kadang adalah lebih mudah jika menggunakan pKsp yaitu negatif logaritma dari Ksp (-log Ksp). Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin kecil Ksp maka semakin besar pKsp. Harga pKsp yang besar (positif) menunjukkan kelarutan yang kecil, pKsp yang kecil (negatif) menunjukkan kelarutan besar (Achmad, 1996).
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur, dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada kesempatan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu zat terlarut dan pelarut (Achmad, 1996).
faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan
Sifat alami dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya. Substansi non polar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya.
2. Efek dari temperature terhadap kelarutan
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperature dari solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan padatan yang terlarut pada liquid, kenaikkan temperatur akan berdampak pada kenaikkan kelarutan (Solubilitas).
Efek tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan berpengaruh sedikit saya pada kelarutan jika zat yang terlarut itu cairan atau padatan. Tetapi dalam pembentukan larutan jenuh pada gas dalam suatu cairan,tekanan gas sangat berperan dalam menentukan beberapa banyak gas tersebut yang melarut. Sesuai dengan bunyi hokum henry "bobot suatu gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu, yang berada dalam kesetimbangan larutan itu". Hukum ini tidak berlaku bagi gas – gas yang dapat melarut dalam air seperti hydrogen klorida atau amoniak.
Pengaruh ion senama
rubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan dari padatan dalam cairan tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan. Kelaruatn gas dalam cairan berbanding langsung pada tekanan dari gas diatas larutan. Sehingga sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi dua kali lipat jika tekanan dari gas diatas larutan adalah dua kali lipat.
Pengaruh ion senama terhadap kelarutan
Contoh, NaCl dan AgCl mempunyai ion senama yaitu Cl-, AgNO3 dan AgCl juga mempunyai ion senama yaitu Ag+. Ion senama memperkecil kelarutan, hal ini sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, misalnya reaksi:
AgCl Ag+ + Cl-
Bila kedalam larutan jenuh AgCl ditambahkan suatu khlorida atau suatu garam perak maka kesetimbangan akan bergeser dari kanan ke kiri membentuk endapan AgCl, berarti bahwa, jumlah AgCl yang terlarut berkurang. Jumlah AgCl yang mengendap adalah sedemikian hingga larutan tetap jenuh dimana hasil kali konsentrasi ion senama makin kecil kelarutan.
4. Kelajuan dari zat terlarut
a. Ukuran partikel
b. Temperatur dari solvent
c. Pengadukan dari larutan
d. Konsentrasi dari larutan (Sukardjo, 1997).
Reaksi Pengendapan
Proses pengendapan merupakan proses pemisahan yang mudah, cepat dan murah. Pada prinsipnya pemisahan unsur-unsur dengan cara pengendapan karena perbedaan besarnya harga hasil kali kelarutan Ksp (solubility product constant). Proses pengendapan adalah proses terjadinya padatan karena melewati besarnya Ksp, yang harganya tertentu dan dalam keadaan jenuh. Untuk memudahkan, Ksp diganti dengan pKsp yang merupakan –log Ksp, yang besaran harganya adalah positif dan nilainya lebih dari nol sehingga mudah untuk dimengerti. Jika harga Ksp kecil atau pKsp besar maka unsur atau senyawa mudah mengendap, jika harga Ksp besar atau pKsp kesil maka unsur atau senyawa sulit mengendap. (Suyanti, dkk, 2008)
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi ion logam berat dalam limbah cair diantaranya adalah adsorpsi, pengendapan, penukar ion dengan menggunakan resin, filtrasi, dan dengan cara penyerapan bahan pencemar oleh adsorben baik berupa resin sintetik. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat kita ketahui pH optimum untuk logam Pb terjadi pada pH 4. Hal ini terjadi karena pada pH di atas pH 4 kondisi logam Pb telah mengendap sebagai timbal hidroksida (Pb(OH)2) dengan lewat harga Ksp Pb(OH)2 yaitu 3,0 x 10-16 (Darmayanti, 2012).
Bubuk PbCl2 berbahaya jika tertelan, atau terhirup. PbCl2 beracun jika diserap melalui kulit. Asam nitrat terkonsentrasi adalah racun dan dapat berakibat fatal jika tertelan atau dihirup. Hal ini sangat korosif. Kontak dengan kulit atau mata dapat menyebabkan luka bakar dan kerusakan permanen.
Pada percobaan untuk menentukan kelarutan yang garam larut, PbCl2, dapat diketahui melalui reaksi : (Hwang dan Oweimreen, 2003 dalam Anonim, 2013)
PbCl2 Pb2+ + 2Cl-
Suatu substansi dapat dikelompokkan sangat mudah larut, dapat larut (Moderately Soluble), sedikit larut (Slightly Soluble), dan tidak dapat larut. Beberapa variabel,
Timbal Khlorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan yang terjadi pada larutan PbCl2 jenuh dituliskan sebagai berikut :
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
Konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas adalah :
ka=Pb2+(Cl-)(PbCl2
Karena aktivitas padatan murni = 1, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :
Ksp = (aPb2+) (aCl-)
Dalam larutan, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi dalam larutan dalam satuan molar. Nilai Ksp diatas sebagai konstanta hasil kali kelarutan PbCl2 secara matematis dapat ditulis :
[Pb2+] [Cl-] < Ksp PbCl2 ( belum terlihat endapan PbCl2)
[Pb2+] [Cl-] > Ksp PbCl2 ( terjadi endapan )
[Pb2+] [Cl-] = Ksp PbCl2 ( tepat jenuh )
1.2.5 Hubungan Kelarutan
Kelarutan jenuh
Larutan jenuh adalah larutan yang megandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang dapat larut dan tidak dapat larut. Pembentukan laruatan jenuh dapat dipercepat dengan pegadukan yang kuat dengan zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut tersebut biasanya dinyatakan dalam gram zat terlarut dalam 100 cm3 atau 100 gram pelarut temperatur yang ditentukan.
Larutan Tak Jenuh Dan Lewat Jenuh
Larutan tak jenuh adalah lebih encer dibandingkan dengan larutan jenuh, sedangkan lewat jenuh adalah larutan yang lebih pekat dibandingkan dengan menggunakan air panas, karena zat terlarut akan banyak melarut dengan pelarut panas dibanding pelarut yang dingin. (Tim Laboratorium Kimia Dasar,2010)
Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi pelarut adalah peristiwa melarutnya suatu zat terlarut dalam zat terlarut dan larutan oleh pelarut lain. Ekstraksi pelarut skala laboratorium biasanya dilakukan dalam corong pemisah. Dalam industri, ekstraksi sering dilaksanakan diman tetesan-tetesan pelarut yang ringan bergerak keatas melewati arus kebawah dari pelarut yang lebih kerak penerapan teknik ekstraksi dari air ke Minyak.
BAB II
METODOLOGI
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan
Rak tabung reaksi
Sepuluh tabung reaksi
Labu erlenmeyer 250 ml
Dua buah buret 50 ml
Heater
Bahan yang digunakan
Termometer 0 – 100
Larutan Pb (NO3)2 0,075 M
Larutan KCl 1,0 M
PROSEDUR KERJA
Menempatkan larutan Pb(NO3)2 dan larutan KCl pada buret yang berbeda.
Menyiapkan larutan seperti dibawah ini dengan cara pertama – tama menambahkan 10 ml Pb(NO3)2 kedalam tiap tabung reaksi,baru menambahkan KCl sebanyak volume yang dicantumkan. Pada saat dan setelah pencampuran tabung reaksi harus dikocok. Biarkan selama 5 menit dan amati apakah sudah terbentuk endapan atau belum.
No campuran
Volume Pb(NO3)2 0,075 M (ml)
Volume KCl
1,0 M (ml)
1
10
0,7
2
10
1,0
3
10
1,3
4
10
1,6
5
10
1,9
6
10
2,2
7
10
2,5
8
10
2,8
9
10
3,1
10
10
3,4
Menempatkan campuran no.1 pada penangas labu erlemeyer. Ketika penangas dipanaskan gunakan termometer untuk mengaduk larutan secara perlahan lahan (kecepatan pemanasan penangas sekitar 10 per menit). Mencatat suhu ketika endapan tepat larut.Lakukan hal yang sama untuk campuran lain.
2.3 Diagram Alir
Menyiapkan larutan Pb(No3)2 dan KCl dengan volume yang telah ditentukan
Menyiapkan larutan Pb(No3)2 dan KCl dengan volume yang telah ditentukan
Mencampurkan kedua larutan tersebut sesuai volume yang ditentukan
Mencampurkan kedua larutan tersebut sesuai volume yang ditentukan
Mendiamkan ± 5 menit dan mengamati apakah terbentuk endapan atau belum
Mendiamkan ± 5 menit dan mengamati apakah terbentuk endapan atau belum
Memanaskan campuran yang terdapat endapan sampai endapan tersebut larut dan mencatat suhu pemanasannya
Memanaskan campuran yang terdapat endapan sampai endapan tersebut larut dan mencatat suhu pemanasannya
BAB III
HASIL DAN PEMAHASAN
DATA PENGAMATAN
Tabel 3.1.1 Pembentukan E ndapan PbCl2
Campuran
Volumen Pb(NO3)2 0,075 M (ml)
Volume KCl 1.0 M (ml)
Pembentukan endapan
Suhu pelarutan endapan ( )
1
10
0,7
Sudah
38
2
10
1,0
Sudah
39
3
10
1,3
Sudah
40
4
10
1,6
Sudah
46
5
10
1,9
Sudah
56
6
10
2,2
Sudah
60
7
10
2,5
Sudah
61
8
10
2,8
Sudah
68
9
10
3,1
Sudah
70
10
10
3,4
Sudah
72
HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.2.1 Hasil Perhitungan
No Campuran
suhu Endapan
(k)
1/T (x)
Qsp
-log Qsp (y)
T sebenarnya
(k)
ΔH0
( Jmol )
1
311
3,215 . 10-3
2,996 . 10-4
3,523
302,03
-51350,72
2
312
3,205 . 10-3
5,632 . 10-4
3,249
322,64
-51350,72
3
313
3,195 . 10-3
8,765 . 10-4
3,057
318,75
-51350,72
4
319
3,135 . 10-3
1,248 . 10-3
2,903
324,70
-51350,72
5
329
3,040 . 10-3
1,607 . 10-3
2,794
329,04
-51350,72
6
333
3,003 . 10-3
1,999 . 10-3
2,699
332,92
-51350,72
7
334
2,994 . 10-3
2,400 . 10-3
2,619
\336,26
-51350,72
8
341
2,933 . 10-3
2,880 . 10-3
2,540
339,54
-51350,72
9
343
2,915 . 10-3
3,209 . 10-3
2,494
341,61
-51350,72
10
345
2,899 . 10-3
3,599 . 10-3
2,444
343,80
-51350,72
Panas pelarut (ΔH0) = - 51350,72 J/mol
Persamaan yang dapat berdasarkan hasil grafik – log Qsp vs 1/T
-Log Qsp = -ΔH2,303 R . 1T+ b
y = ax + b
y = 2681,9x – 5,3567
R2 = 0,8949
a = - H°2,303 R
2681,9 = -ΔH2,303 . 8,314 Jgmol.K
ΔH = -51350,72 J/mol
PEMBAHASAN
Pada praktikum Hasil Kali Kelarutan (Ksp) ini bertujuan untuk menentukan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menentukan panas pelarutan ( H°) PbCl2 dengan menggunakan sifat ketergantungan pada suhu.
Diberikan perlakuan dengan volume larutan KCl yang divariasikan, dimaksudkan untuk mengetahui berapa volume larutan KCl yang diperlukan sampai keadaan jenuhnya dilewati sehingga endapan mulai terbentuk. Pada data pengamatan di dapat pada tabung pertama sudah terjadi endapan karena,Syarat larutan dikatakan belum jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh (mengendap) apa bila mememnuhi 3 syarat yaitu :
Pb+2 Cl- < ksp PbCl2 Berbentuk larutan
Pb+2 Cl- > ksp PbCl2 Terjadi endapan
Pb+2 Cl- = ksp PbCl2 Tepat jenuh
Pembentukan endapan sendiri diperoleh oleh sejumlah zat pelarut. Penambahan jumlah zat pelarut sangat berpengaruh karena semakin banyak jumlah KCl yang ditambahkan akan meningkatkan nilai hasil kali ion-ion PbCl2 , ketika hasil kali ion – ion telah melampaui batas Ksp-nya maka akan mulai terbentuk endapan yang menyebabkan semakin banyak endapan yang terbentuk seiring bertambahnya volume KCl. Reaksi yang terjadi adalah :
Pb(NO)3 + 2KCl PbCl2 + 2KNO3
Kemudian tempat campuran no.1 pada labu Erlenmeyer. Ketika penganas dipanaskan gunakan termometer untuk mengaduk secara perlahan. Catat suhu ketika endapan tepat larut dan lakukkan perlakuan yang sama pada campuran yang lain. Semakin banyak endapan yang terbentuk, karena kelarutan endapan meningkat dengan bertambahnya suhu. Setelah mendapatkan suhu pada saat endapan tepat larut. Catat suhunya. Suhu merupakan salah satu factor yang dapat mempercepat proses kelarutan. Hal ini di karenakan dengan adanya penambahan maka diikuti juga dengan penambahan energi kalor yang membuat partikel – partikel endpan mulai lebih aktif maka menyebkan semakin banyak tumbukkan. Akibat tumbukkan yang semakin banyak maka melarutkan paertikel – partikel endapan yang sukar larut pada saat endapan larut.
Dengan mengetahui nilai Ksp suatu senyawa juga suhu pada suhu kamar seluruhnya. Maka dapat ditentukan nilai panas pelarutannya ( H°). Nilai H° dari PbCl2 yang diperoleh adalah -51350,72 Jmol . Dariperhitungan diperoleh bahwa semakin banyak volume KCl yang dimasukkan kedalam Pb(NO)3 maka nilai Ksp larutan tersebut akan semakin besarvdan nilai 1/T akan semakin kecil. Nilai 1/T semakin kecil karena semakin banyak endapan yang terbentuk maka suhu yang diperoleh untuk melakukan akan semakin besar
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari Praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
Panas pelarutan (ΔHo) yang didapat adalah -51350,72 j/mol
Semakin banyak volume KClnya maka semakin banyak endapan PbCl2.
4.2 SARAN
Diharapkan agar dalam melakukan percobaan dapat lebih teliti khususnya dalam mengamati hilangnya endapanpada saat dilakukan pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H., 1996, Penuntun Belajar Kimia Dasar: Kimia Larutan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Anonim. 2013. "Hasil Kali Kelarutan". (https://www.academia.edu/8402222/Laporan _hasil_kali_kelarutan)
Darmayanti, Rahman N., Supriadi, 2012, Adsorpsi Timbal (Pb) Dan Zink (Zn) Dari Larutannya Menggunakan Arang Hayati (Biocharcoal) Kulit Pisang Kepok Berdasarkan Variasi Ph, Jurnal Akademika Kimia (Online), 1(4): 159-165.
Keenan, Dkk ,1980. " kimia untuk universitas ". Jakarta : Erlangga http : // www. Wikipedia. Org / Kelarutan / 27 – 05 -15
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta
Suyanti, Purwani MV., Muhadi, 2008, Peningkatan Kadar Neodimium Secara Proses Pengendapan Bertingkat Memakai Amonia, Jurnal SDM Teknologi Nuklir (online)
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2010. "Penuntun Praktikum kimia fisika". Samarinda: POLNES
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Ksp
Diketahui = M Pb(NO3)2 = 0,075 M = 0,075 mmolml
M KCl = 1,0 M = 1,0 mmolml
V Pb(NO3)2 = 10 ml
V KCl = 0,7 ml
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 0,7 ml
= 10,7 m
n Pb(NO3)2 = M Pb(NO3)2 × V Pb(NO3)2
= 0,075 mmolml × 10 ml
= 0,75 mmol
n KCl = M KCl × V KCl
= 1,0 mmolml × 0,7 ml
= 0,7 mmol
Reaksi
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3
Mula 0,75 mmol 0,7 mmol - -
Reaksi 0,35 mmol 0,7 mmol 0,35 mmol 0,7 mmol
Setimbang 0,40 mmol - 0,35 mmol 0,7 mmol
Menghitung banyak Pb(NO3)2 yang beraksi
n Pb(NO3)2 = koefisien Pb(NO3)2 koefisien KCl×n KCl
= 12 × 0,7 mmol
= 0,35 mmol
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
0,35 0,35 2(0,35)
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= [nV total ] [nV total]2
= [0,3510,7] [0,710,7]2
= 0,033 × 4,28 . 10-3
= 1,41 . 10-4
Qsp berdasarkan data percobaan
10 ml Pb(NO3)2 + 0,7 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7510,7] [0,710,7]2
= 0,07 × 4,28 . 10-3
= 2,996 . 10-4
-log Qsp = -log 2,996 . 10-4
= 3,523
T dalam Kelvin
= 38 + 273
= 311 K
Nilai 1/T
= 1311
= 3,215 . 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 1,0 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7511] [1,011]2
= 0,068 × 8,26 . 10-3
= 5,632 . 10-4
-log Qsp = -log 5,632 . 10-4
= 3,249
T dalam Kelvin
= 39 + 273
= 312 K
Nilai 1/T
= 1312
= 3,205 . 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 1,3 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7511,3] [1,311,3]2
= 0,0664 × 0,0132
= 8,765 . 10-4
-log Qsp = -log 8,765 . 10-4
= 3,057
T dalam Kelvin
= 40 + 273
= 313 K
Nilai 1/T
= 1313
= 3,195 . 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 1,6 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7511,6] [1,611,6]2
= 0,0657 × 0,0190
= 1,248 . 10-3
-log Qsp = -log 1,248 . 10-3
= 2,903
T dalam Kelvin
= 46 + 273
= 319 K
Nilai 1/T
= 1319
= 3,135 . 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 1,9 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7511,9] [1,911,9]2
= 0,0630 × 0,0255
= 1,607 . 10-3
-log Qsp = -log 1,607 . 10-3
= 2,794
T dalam Kelvin
= 56 + 273
= 329 K
Nilai 1/T
= 1329
= 3,040 . 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 2,2 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7512,2] [2,212,2]2
= 0,0615 × 0,0325
= 1,999 . 10-3
-log Qsp = -log 1,999 . 10-3
= 2,699
T dalam Kelvin
= 60 + 273
= 333 K
Nilai 1/T
= 1333
= 3,003 . 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 2,5 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7512,5] [2,512,5]2
= 0,060 × 0,040
= 2,4 . 10-3
-log Qsp = -log 2,4 . 10-3
= 2,619
T dalam Kelvin
= 61 + 273
= 334 K
Nilai 1/T
= 1334
= 2,994. 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 2,8 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7512,8] [2,812,8]2
= 0,06 × 0,048
= 2,880 . 10-3
-log Qsp = -log 2,880 . 10-3
= 2,880
T dalam Kelvin
= 68 + 273
= 341 K
Nilai 1/T
= 1341
= 2,933 . 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 3,1 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7513,1] [3,113,1]2
= 0,057 × 0,056
= 3,209 . 10-3
-log Qsp = -log 3,209 . 10-3
= 2,494
T dalam Kelvin
= 70 + 273
= 343 K
Nilai 1/T
= 1343
= 2,915 . 10-3
10 ml Pb(NO3)2 + 3,4 ml KCl
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= [0,7513,4] [3,413,4]2
= 0,0559 × 0,0644
= 3,599 . 10-3
-log Qsp = -log 3,599 . 10-3
= 2,444
T dalam Kelvin
= 72 + 273
= 345 K
Nilai 1/T
= 1345
= 2,899 . 10-3
Berdasarkan data grafik –log Qsp vs 1/T ( menggunakan Microsoft Excel )
y = 2681,9 x - 5,3567
y = ax + b
a = -ΔH2,303 R
2681,9 = -ΔH2,303 ×8,314 Jg.mol .K
- H = 51350,72 Jg.mol .K
H = -51350,72 Jg.mol .K
Nilai T sebenarnya
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
3,5230 = 2681,9T +(-5,3567)
3,5230 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,98,8797
T = 302,03 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
3,2490 = 2681,9T +(-5,3567)
3,2490 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,98,6056 T = 311,64 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
3,057 = 2681,9T +(-5,3567)
3,057 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,98,4137
T = 318,75 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
2,903 = 2681,9T +(-5,3567)
2,901 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,98,2597
T = 324,70 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
2,794 = 2681,9T +(-5,3567)
2,794 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,98,1507
T = 329,04 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
2,699 = 2681,9T +(-5,3567)
2,699 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,98,0557
T = 332,92 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
2,619 = 2681,9T +(-5,3567)
2,619 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,97,9757
T = 336,26 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
2,542 = 2681,9T +(-5,3567)
2,542 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,97,8987
T = 339,54 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
2,494 = 2681,9T +(-5,3567)
2,494 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,97,8507
T = 341,61 K
y = ax + b
-log Qsp = -Δ2,303 R . 1T+ b
2,444 = 2681,9T +(-5,3567)
2,444 + 5,3567 = 2681,9T
T = 2681,97,8007
T = 343,80 K
LAMPIRAN II
Grafik
Panas pelarut (ΔH0) = - 51350,72 J/mol
Persamaan yang dapat berdasarkan hasil grafik – log Qsp vs 1/T
-Log Qsp = -ΔH2,303 R . 1T+ b
y = ax + b
y = 2681,9x – 5,3567
R2 = 0,8949
a = - H°2,303 R
2681,9 = -ΔH2,303 . 8,314 Jgmol.K
ΔH = -51350,72 J/mol
LAMPIRAN III
GAMBAR ALAT
Erlenmeyer Buret
Tabung Reaksi
Hot Plate
Rak Tabung