ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PASCA ANESTESI Di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anestesi I Semester VII D-IV Keperawatan
Oleh: Alvionita Rosa Novitasari
P07120213002
Eka Rini Susanti
P07120213014
Eka Sulistyowati
P07120213015
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2016
A; TAHAPAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI
Perawatan pasien pasca operasi meliputi bebrapa tahapan diantaranya adalah: 1; Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anestesi. Pemindahan pasien dari kamar operasi keruang pemulihan atau unit perawatan pasca anestesi (PACU: post anasthesia care unit ) memerlukan pertimbangan khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak insisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operasi dipindahkan.Luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Pasien diposisikan pada posisi yang tidak menyumbat drain dan selang drainase. Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke posisi lainnya oleh karena itu pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat. Pakaian yang kotor terkena darah ataupun cairan harus segera diganti dengan yang kering dan bersih untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anestesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab. 2; Perawatan pasca anestesi diruang pemulihan Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat sementara diruang pulih sadar (recovery room/RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan keruang perawatan/ bangsal. Pasien yang masih di bawah pengaruh anestesi atau yang pulih dari anastesi di tempatkan di unit ini untuk ke mudahan akses ke : a; Perawat yang di siapkan dalam merawat pasien pascaoperatif segera. b; Ahli anastesi dan ahli bedah. c; Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya. Anestesi yang masih dalam dan sisa pengaruh obat pelumpuh otot akan berakibat penurunan ventilasi. Gangguan sirkulasi terjadi pada pasien apabila selama proses pembedahan, terapi cairan yang diberikan masih belum cukup. Pada pasien yang belum sadar diberikan oksigen dengan kanul nasal atau masker sampai pasien sadra benar. Pulih sadar yang berkepanjangan akibat sisa pengaruh obat anestesi ialah hipotermia atau hipoksia dan hiperkarbia. Hipoksia dan hiperkarbia terjadi pada pasien dengan gangguan jalan nafas dan ventilasi. Pasien pasca bedah dini mungkin akan menggigil hal ini terjadi karena efek dari vasodilatasi obat anestesi yang mengakibatkan tubuh
melakukan vasokonstriksi. Menggigil akan menambah beban jantung sehingga sangat berbahaya bagi pasien dengan penyakit jantung. Pasien tetap berada pada ruang PACU sampai pulih sepenuhnya dari pengaruh anestesi, yaitu TD stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah: a; Fungsi respirasi tidak terganggu b; Hasil oksimetri menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat c; Tanda-tanda vital stabil, termasuk TD. d; Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, orang baik. e; Keluaran urin tidak kurang dari 30ml/jam f; Mual muntah dapat dikontrol g; Nyeri minimal.
Tujuan perawatan diruang PACU adalah: a; Mempertahankan jalan nafas: dengan mengatur posisi, memasang b;
c; d;
e;
f;
suction dan pemasangan mayo/gudel Mempertahankan ventilasi/ oksigen: ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik/ nasal kanul. Cairan, Mempertahankan sirkulasi darah: dapat dilakukan dengan pemberian plasma ekspander. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase: keadaan umum harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, vomitus/ muntahan mungkin saja terjadi akibat pengaruh anestesi sehingga perlu dipantau kondisi muntahannya, dan observasi drainase untuk mengetahui kondisi perdarahan yang dialami pasien. Balance cairan: keseimbangan cairan harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output. Cairan harus seimbang agar tidak terjadi kompllikasi lanjutan seperti dehidrasi akibat pendarahan atau justru kelebihan cairan yang akan membebani jantung atau terlait dengan eliminasi pasien. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko cidera.
Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat anestesi diruang PACU adalah: a; Jenis Pembedahan
b;
c;
d;
e;
f;
g;
Jenis pembedahan yang berbeda tentunya akan berakibat pada jenis perawatan post anestesi yang berbeda pula. Hal ini terkait dengan jenis posisi yang akan diberikan pada pasien. Jenis Anestesi Untuk mengetahui jenis posisi pasien post operasi, pasien dengan anestesi spinal maka posisi kepala harus agak ditinggikan untuk mencegah depresi otot-otot pernafasan oleh obat-obatan anestes, sedangkan pasien dengan anestesi umum, maka pasien diposisikan supinasi dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh. Kondisi patologis klien Kondisi patologis klien sebelum operasi harus diperhatikan dengan baik untuk memberikan informasi awal terkait dengan perawatan pasca anestesi, misalnya: pasien mempunyai riwayat hipertensi, maka jika pasca operasi TD tinggi, tidak masalah jika pasien dipindahkan ke ruang perawatan asalkan kondisinya stabil dan tidak perlu menunggu terlalu lama. Jumlah pendarahan intra operasi Perawatan ruang pemulihan harus mengetahui apa yang terjadi selama operasi (dengan melihat laporan operasi) terutama jumlah pendarahan yang terjadi, karena dengan mengetahui jumlah pendarahan akan menentukan tranfusi selama operasi. Pemberian tranfusi selama operasi apakah selama operasi pasien sudah diberikan tranfusi atau belum, jumlahnya seberapa dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah pasien masih perlu mendapatkan tranfusi lagi atau tidak. Jumlah dan jenis terapi cairan Jumlah dan jenis cairan operasi harus diperhatikan dan dihitung dibandingkan dengan keluarannya. Keluaran urin yang terbatas <30ml/jam kemunginan menunjukkan gangguan pada fungsi ginjalnya. Komplikasi selama pembedahan Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi, hipotermi dan hipertermi malignan, apakah ada faktor penyulit dan sebagainya.
3; Pemindahan (transportasi) pasien keruang perawatan.
Dalam pemindahan harus selalu mempertimbangkan anatara manfaat atau kerugian yang mungkin terjadi.Proses pemindahan pasien sepenuhnya merupakan wewnang dan tanggung jawab dokter yang merawat. Pasien dapat
dipindahkan dari ruang pemulihan apabila skor pasca anestesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil. Namun perlu mewaspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi. Faktorfaktor yang harus diperhatikan pada saat trnsportasi klian : a; Perencanaan Pemindahan pasien merupakan prosedur yang dipersiapkan semuanya dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannya. b; Sumber daya manusia Petugas yang diperbolehkan untuk melakukan transportasi pasien adalah orang yang bisa menangani keadaan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi selama transportasi.Perbandingan tubuh pasien dan perawat harus seimbang. c; Peralatan (equipment) Peralatan yang dipersiapkan untuk keadaan darurat selama melakukan pemindahan pasien adalah tabung oksigen sampai selimut tambahan untuk mencegah hipotermi harus dipersiapkan dengan lengkap dan dalam kondisi siap pakai. d; Prosedur Ada beberapa pasien setelah operasi harus kebagian radiologi dahulu dan lainnya, sehingga apabila memang diperlukan maka hendaknya sekali jalan saja.Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan pasitioning pasien harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan pasien. e; Jalur lintaasan (passage) Hendaknya memilih jalan yang aman dan pilih yang paling dekat, waspada terhadap kejadian life macet dan lainnya.
4; Perawatan diruang perawatan
Ketika pasien sudah sampai diruang perawatan maka ada hal yang perlu diperhatikan seperti: a; Monitor TTV dan keadaan umum pasien, drainase, tube/selang dan komplikasi. Evaluasi TD, nadi dan respirasi dilakukan 15-30 menit sampai pasien stabil kemudian setiap jam setelah itu bisa 4-6 jam. b; Manajemen luka Observasi kondisi luka opersai dan jahitan pastikan tidak ada pendarhan yang abnormal serta lakukan perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.Fokus utama dalam penanganan luka adalah dengan evakuasi semua hematoma dan serosa.Pemeriksaan hematokrit
dilakukan sehari setalah pembedahan mayor dan jika pendarahan berlanjut, diindikasikan untuk pemeriksaan ulang. Luka post operasi pada kulit biasanya dilepaskan 3-5 hari postoperasi. Idealnya baluta luka diganti setiap hari dan diganti dengan bahan hidrasi yang baik.Pada luka nekrosis digunakan balutan tipis untuk mengeringkan dan mengikat jaringan sekitarnya ke balutan dalam setiap penggantian balutan. Tujuan dari perawatan luka operasi adalah: 1; Memberikan lingkunganbyang memadai untuk penyembuhan luka 2; Absorbsi drainase 3; Menekan dan imobilisasi luka 4; Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cidera mekanik 5; Mencegah kontaminasi bakteri 6; Meningkatkan hematosis dengan menekan dressing 7; Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.
c; Mobilisasi Dini
Alasan untuk berlama-lama berbaring di tempat tidur. Perlu diperhatikan kapan diit makanan mulai diberikan, terutama untuk jenis operasi yang menyentuh saluran pencernaa. Yang luka operasinya berada di area punggung, misalnya pada pemasangan fiksasi pada tulang belakang, kemempuan untuk duduk sedini mungkin akan menjadi target dokter bedahnya. Sedangkan operasi yang melibatkan saluran kemih dengan pemasangan cateter dan atau pipa drainage sudah akan memberikan keleluasaan untuk bergerak sejak dua kali 24 jam pasca operasi. Apalagi operasi yang hanya memperbaiki anggota gerak, seperti operasi patah tulang, sudah menjadi kewajiban pasien untuk menggerakkan otot dan persendian di sekitar area luka operasinya mungkin. d; Penanganan nyeri Pengontrolan nyeri dilakukan dengan menggunakan analgetik secara intravena atau intratrakea umumnya untuk pembedahan abdomen terbuka. Kombinasi anestesi spinal-epidural dapat memanfaatkan anestesi spinal. Dengan anestesi spinal kontinyu, pasien yang menjalani pembedahan mayor dibawah level umbilikus akan mendapatkan analgetik pasca operasi jangka panjang dan efektif. Kelanjutan dari
pembedahan mayor, pemberian analgetik narkotik (contohnya : meperidin, 75-100 mg secara intramuskular setiap 4 jam atau morfin 10 mg intramuskuler setiap 4 jam) untuk mengontrol nyeri juga dibutuhkan. Ketika pasien mampu minum secara oral dengan baik, regimen obatnya harus diganti menjadi analgetik oral dan harus didukung oleh ambulasi. Dua kelas besar untuk terapi non-opoid adalah acetaminophen dan obat-obat antiinflamasi (NSAID’s). Secara umum, obat-obat ini ditoleransi secara baik dan mempunyai resiko rendah terhadap efek samping yang seris. Meskipun demikian, acetaminophen bersifat toksik untuk hati jika digunakan dalam dosis yang besar. Dosis acetaminophen yang lebih dari 4000 mg/hari harus dihindari, khususnya jika kombinasi terapi obat opoid dan non opoid oral digunakan. Jika diberikan secara preoperatif, NSAIDs menurunkan nyeri pasca operasi dan mengurangi jumlah kebutuhan opiate. Meskipun efek samping dari opiat berupa depresi saluran pernapasan, mual muntah. Akan tetapi terapi opiat merupakan pilihan utama untuk mengelola nyeri sedang samapi berat. Ketiga obat opiat yang biasanya diresepkan setelah pembedahan adalah morfin, fentanil dan hydromorphin. e; Posisi Tempat tidur Pasien biasanya ditempatkan pada posisi miring untuk mengurangi inhalasi muntah atau mukus. Posisi lainya yang inginkan oleh ahli bedah harus dinyatakan dengan jelas, cintohnya posisi datar dengan kaki tempat tidur yang elevasi. f; Penggantian cairan Pemberian cairan secara oral atau intravena dibutuhkan. Untuk penentuan cara pemberian cairan pasien dibutuhkan, selalu ambil berdasarkan faktor-faktor jumlah seperti kehilangan cairan intraoperatif dan output urin, waktu pembedahan, penggantian cairan intraoperasi dan jumlah cairan yang diterima pada waktu pemulihan. Meskipun setiap pasien dan jenis operasi berbeda, rata-rata pada pasien muda yang sehat mendapatkan penggantian cairan intraoperasi sebanyak 2400 ml sampai 3 liter cairan kristaloid dan glukosa, seperti dextrose 5% dalam setengah larutan garam normal selama 24 jam pertama. Laju hidrasi intravena harus dilakukan secara individu, seperti banyak pasien lainnya yang memerlukan volume yang
kurang dan menyebabkan cairan overload pada laju cairan yang lebih cepat. Pada pasien dengan fungsi ginjal normal, penggantian cairan adekuat dapat dinilai pada output urin paling tidak sebesar 30mL/jam. g; Nutrisi Tujuan utama pemberian makan setelah operasi adalah untuk meningkatkan fungsi imun dan mempercepat penyembuhan luka yang meminimalisir ketidakseimbangan metabolik. Dari penelitian random didapatkan bahwa pemberian makan harus sesuai dan bermanfaat. Untuk pembedahan minor, pemberian makanan dibutuhkan dan ditoleransi, ketika pasien sadar penuh. Ketidaksetujuan muncul berupa seberapa cepat kemajuan diet pasien setelah pembedahan major. Hal ini bersifat individual bergantung pada setiap pasien dan pada beberapa faktor. Satu cara kemungkinan yang dapat dilakukan pada pasien berupa isapan air pada hari pembedahan.Jangan berikan air es, karena dapat menurunkan motilitas usus secara signifikan. Berikan cairan encer pada hari pertama pasca operasi jika telah terdengar bunyi usus sampai udara usus keluar. Kemudian ganti makanan secara teratur. Waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan diet secara lengkap bergantung pada prosedur pembedahannya, durasi anestesi dan variasi individu pasien. Pada dua penelitian random didapatkan bahwa pasien tertentu dapat diberikan makan segera mungkin 1 hari setelah operasi pembedahan ginekologi intra-abdomen. Kurangnya asupan protein-kalori yang besar pada pasien yang mengalami pembedahan dapat menyebabkan gangguan pada penyembuhan luka, penurunan fungsi jantung dan paru, perkembangan bakteri yang berlebihan dalam traktus gastrointestinal dan komplikasi lainnya yang menambah jumlah hari rawat inap dan morbiditas pasien (Elwyn, 1975; Kinney, 1986; Seidner, 2006). Jika substansial intake kalori terlambat diberikan dalam 7-10 hari, maka perlu pemberian makanan tambahan. Berikut ini adalah kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan setelah operasi. Pemberian nutrisi pasca operasi diberikan secara enteral lebih dipilih dibanding rute parenteral, khususnya jika terdapat komplikasi infeksi. Keuntungan lain dari nutrisi enteral adalah penurunan biaya penyembuhan. Setelah operasi telah ditemukan efektif, dimulai sesegera mungkin setelah operasi. Makan segera setelah operasi telah menunjukkan peningkatan
penyembuhan luka, merangsang motilitas usus, menurunkan stasis usus, meningkatkan aliran darah usus dan merangsang refleks sekresi hormon gastrointestinal yang dapat mempermudah kerja usus setelahoperasi (Lewis, 2001). Keputusan inisiasi”makan sesegera mungkin” dengan cairan atau makanan pertama setelah operasi. Sesudah penderita sadar, pada pascaoperasi ia dapat menggerakkan lengan dan kakinya dan tidur miring apabila hal itu tidak dihalangi oleh infus yang diberikan kepadanya. Tidak ada ketentuan yangpasti kapan ia bisa duduk, keluar dari tempat tidur, danberjalan. Hal itu tergantung dari jenis operasi, kondisi timbul. h; Rehabilitasi Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sebelumnya. i; Discharge planning Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya pasca operasi. B; ASUHAN KEPERAWATAN POST ANESTESI 1; Pengkajian pasca anestesi Periode segera setelah anestesi adalah periode gawat. Untuk itu pasien harus dipantau dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anestesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil (Abrorshodiq, 2009). Pemantauan yang efektif mengurangi kemungkinan outcomes (akibat) buruk yang bisa terjadi setelah anesthesia melalui pengidentifikasian kelainan sebelum menimbulkan kelainan yang serius atau tidak dapat diubah (Murphy & Vender, 2004). Pemantauan dilakukan segera setelah pasien masuk di ruang PACU atau di ruang mana pasien telah mendapatkan tindakan anestesi yang meliputi pengkajian sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, keseimbangan cairan dan
elektrolit,
sistem
gastrointestinal. a; Sistem pernafasan
persarafan,
sistem
perkemihan,
dan
sistem
Pengkajian sistem pernapasan dilakukan dengan cara memeriksa jalan nafas dengan meletakan tangan di atas mulut atau hidung. Perubahan
pernafasan
dikaji
antara
lain
frekuensi
pernapasan
(Respiratory Rate/RR), pola pernapasan, kemampuan nafas dalam dan batuk, dan kedalaman pernapasan (Abrorshodiq, 2009). Pernapasan pendek dan cepat mungkin akibat nyeri, balutan yang terlalu ketat, dilatasi lambung, atau obesitas. Pernapasan yang bising mungkin karena obstruksi oleh sekresi atau lidah (Brunner, 2001). Selama 2 jam pertama, nadi dan pernafasan diperiksa setiap 15 menit, lalu setiap 30 menit selama 2 jam berikutnya. Setelah itu bila keadaan tetap baik, pemeriksaan dapat diperlambat. Bila tidak ada petunjuk khusus, pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit. Bila ada tandatanda syok, perdarahan dan menggigil perawat segera melaporkan kepada dokter. RR dibawah 10 kali permenit diduga terjadinya gangguan kardiovaskuler atau metabolisme yang meningkat. Auskultasi paru dilakukan untuk mengkaji keadekwatan expansi paru, dan kesimetrisan paru. Pengkajian pernapasan juga dilakukan melalui inspeksi pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan (diafragma, retraksi sterna),
efek
anestesi
yang
berlebihan,
dan
adanya
obstruksi
(Wijaya,2008). b; Sistem kardiovaskuler Pertimbangan dasar dalam mengkaji fungsi kardiovaskuler adalah memantau pasien terhadap tanda-tanda syok dan hemoragi (Brunner & Suddarth, 2001). Pengkajian sistem kardiovaskuler yaitu pengkajian sirkulasi perifer yang meliputi kualitas denyut, warna kulit, temperatur, ukuran ektremitas, sirkulasi darah, nadi dan suara jantung yang dikaji tiap 15 menit (4 x ), 30 menit (4x), 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil (Abrorshodiq, 2009). Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung kemungkinan dapat disebabkan oleh depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi. Nadi yang meningkat disebabkan oleh shock, nyeri, dan hypothermia (Wijaya, 2008). c; Keseimbangan cairan dan elektrolit Untuk mengkaji keseimbangan cairan dan elektrolit pasien pasca anestesi, perawat melakukan inspeksi membran mukosa meliputi warna
dan kelembaban, turgor kulit, dan balutan, mengukur cairan NGT, menilai out put urine, drainage luka, mengkaji intake/output, memonitor cairan intravena, dan mengukur tekanan darah (Abrorshodiq, 2009). d; Sistem Persarafan Pengkajian sistem persarafan antara lain pengkajian fungsi serebral dan tingkat kersadaran pasien. Pada pasien terutama dengan bedah kepala leher, dikaji respon pupil, kekuatan otot, koordinasi, dan depresi fungsi motor (Abrorshodiq, 2009). e; Sistem perkemihan Untuk mengkaji sistem perkemihan, perawat menilai kontrol volunteer fungsi perkemihan harus kembali setelah 6 – 8 jam post anestesi (Abrorshodiq, 2009). Selain itu perawat juga melakukan inspeksi, palpasi, dan perkusi abdomen bawah untuk mengetahui adanya distensi buli-buli. Pada pemasangan kateter dikaji warna, dan jumlah urine. Out put urine kurang dari 30 ml/jam menandakan terjadinya komplikasi ginjal (Wijaya, 2008). f; Sistem Gastrointestinal Mual muntah 40 % pasien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher. Perawat mengobservasi keadaan umum, observavomitus dan drainase. Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien (Abrorshodiq, 2009). Perawat mengkaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus. Selain itu juga mengkaji paralitic ileus, suara usus, distensi abdomen, dan ada atau tidaknya flatus. Insersi Naso Gastric Tube (NGT) intra operatif untuk mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan drainase lambung juga bertujuan
untuk
meningkatkan
istirahat,
memberi
kesempatan
penyembuhan pada GI track bawah, memonitor perdarahan, mencegah
obstruksi usus, irigasi atau pemberian obat, serta mengkaji jumlah, warna, dan konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam (Wijaya,2008). Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pengaruh anestesi, yaitu pasien telah mempunyai tekanan darah yang stabil, fungsi pernapasan adekuat, saturasi O2 minimum 95%, dan tingkat kesadaran yang baik. Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis antara lain: tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmHg, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90 mmHg, Heart Rate (HR) kurang dari 60 x menit > 10 x/menit, suhu > 38,3
2; Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada fase pasca operasi berdasarkan NANDA (2010) adalah: a; Gangguan pertukan gas berhubungan dengan efek residu anestesi b; Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi mukosa c; Nyeri berhubungan dengan luka insisi pasca bedah dan posisi selama pembedahan d; Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pasca bedah, drain atau infeksi luka operasi Resiko cidera berhubungan dengan efek anestesi, sedasi dan imobilisasi e; Defisist volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan selama operasi f; Perubahan pola eliminasi: penurunan berhubungan dengan agen inanestesi dan imobilisasi g; Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pembedahan (bedrest) h; Self care defisit berhubungan dengan luka operasi i; Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang regimen terapi j; Masalah kolaboratif (PK):
Perubahan perfusi jaringan sekunder terhadap hipovolemia dan vasokonstriksi Hipovolemia PK: infeksi Dan lain-lain sesuai kondisi atau permasalahan yang ditemukan pada pasien 3; Intervensi Keperawatan
Secara umum intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien pasca operasi meliputi hal-hal sebagai berikut: a; Memastikan fungsi pernafasan yang optimal b; Meningkatkan ekspansi paru c; Menghilangkan ketidaknyamanan pasca operasi: nyeri d; Menghilangkan kegelisahan e; Menghilangkan mual dan muntah f; Menghilangkan distensi abdomen g; Menghilangkan cegukan h; Mempertahankan suhu tubuh normal i; Menghindari cedera j; Mempertahankan status nutrisi yang normal k; Meningkatkan fungsi urinarius yang normal l; Meningkatkan eliminasi m; Pengaturan posisi n; Ambulasi o; Latihan di tempat tidur Beberapa intervensi dari diagnosa yang sering terjadi: Diagnosa Keperwatan Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek sisa anesthesia
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC : Respiratory Status : Gas exchange Vital Sign Status Kriteria Hasil : o Klien mampu mendemonstrasikan batuk efektif o Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
Intervensi NIC: Airway Management Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Kaji tanda-tanda vital pasien.
(mampu mengeluarkan Respiratory Monitoring sputum, mampu Monitor rata – rata, kedalaman, bernafas dengan irama dan usaha respirasi mudah, tidak ada Catat pergerakan dada,amati pursed lips) kesimetrisan, penggunaan otot o Memelihara kebersihan tambahan, retraksi otot paru paru dan bebas supraclavicular dan intercostal dari tanda tanda distress Monitor suara nafas, seperti pernafasan dengkur o Tanda tanda vital dalam rentang normal Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage.
NOC : NIC : Pressure Management Tissue Integrity Anjurkan pasien untuk Skin and Mucous menggunakan pakaian yang longgar, hindari kerutan pada Membranes tempat tidur. Kriteria Hasil : Jaga kebersihan kulit agar tetap o Tidak ada luka/lesi pada bersih dan kering. kulit Mobilisasi pasien (ubah posisi o Perfusi jaringan baik pasien) setiap dua jam sekali o Menunjukkan Monitor kulit akan adanya pemahaman dalam kemerahan Oleskan lotion atau proses perbaikan kulit minyak/baby oil pada derah dan mencegah yang tertekan. terjadinya secara Memandikan pasien dengan berulang sabun dan air hangat. o Klien mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
NOC : Pain Level Pain control Comfort level
NIC : Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi o Klien mampu Observasi reaksi nonverbal dari mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan penyebab nyeri, mampu Gunakan teknik komunikasi menggunakan tehnik terapeutik untuk mengetahui nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien mengurangi nyeri, Kaji kultur yang mempengaruhi mencari bantuan). respon nyeri. o Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri). o Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi
NOC : Risk Kontrol Kriteria Hasil : o Klien terbebas dari cedera. o Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera. o Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku personal. o Mampumemodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury. o Mampu mengenali perubahan status kesehatan.
NIC : Environment Management Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. Memberikan penerangan yang cukup. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi.
NOC: Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid Intake
NIC : A Fluid management Timbang popok/pembalut jika diperlukan. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi ( kelembaban o Mempertahankan urine membran mukosa, nadi adekuat, output sesuai dengan tekanan darah ortostatik ), jika usia dan BB, BJ urine diperlukan. normal, HT normal. Monitor masukan makanan / cairan o Tekanan darah, nadi, dan hitung intake kalori harian. suhu tubuh dalam batasMonitor status nutrisi. normal. Dorong masukan oral. o Tidak ada tanda tanda Berikan penggantian nesogatrik dehidrasi, Elastisitas sesuai output. turgor kulit baik, Dorong keluarga untuk membantu membran mukosa pasien makan. lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
4; Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pasca Operasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan disesuaikan dengan keadaan pasien dan rencana yang telah ditentukan. Sedangkan untuk mengevaluasi berhasilnya intervensi keperawatan, pasien dan hasil yang diharapkan
perlu dibandingkan antara perilaku (Baradero, 2008). Implementasi
keperawatan dikatakan berhasil apabila pasien dapat: a; Mempertahankan jalan nafas yang paten, dan auskultasi paru yang b; c; d; e; f; g;
tidak menunjukkan rales; Bisa batuk secara efektif; Mempertahankan frekuensi nadi dan tekanan darah pada tahap praoperasi; Orientasi yang baik terhadap waktu, orang, tempat dan bisa menggerakkan semua ekstermitas; Memiliki haluaran urin lebih dari 30 ml/jam dan tidak ada edema; Mengungkapkan bahwa nyeri dapat ditoleransi, ekspansi wajah relaks; Suhu tubuh dalam batas normal;
h; Memiliki kulit utuh, tanpa lecet, kemerahan;
Tidak ada mual-muntah, dapat minum sedikit-sedikit tanpa muntah; j; Menunjukkan tanda penyembuhan luka tanpa infeksi. i;
C; Komplikasi Pasca Operasi 1; Syok
Syok yang terjadi pada pasien pasca operasi biasanya berupa syok hipovolemik, sedangkan syok nerogenik jarang terjadi. Tanda-tanda syok secara klasik adalah pucat, kulit dingin dan basah, pernafasan cepat, sianosis pada bibir, gusi dan lidah, nadi cepat, dan lemah, penurunan tekanan darah dan urine menjadi pekat Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, penggantian cairan intravena dan oksigenasi. Terapi obat yang diberikan meliputi obat-obatan kardiotonik (natrium sitroprusid), diuretik, vasodilator dan steroid. Cairan yang digunakan adalah cairan kristaloid seperti ringer laktat dan koloid (seperti komponen darah, albumin, plasma). Untuk mengetahui adanya gangguan pada sistem respirasi dilakukan dengan pemberian oksigen (kanul nasal atau intubasi) dan memantau gas darah arteri. Intervensi mandiri keperawatan meliputi: a; Dukungan psikologis b; Pembatasan penggunaan energi c; Pemantauan reaksi pasien terhadap pengobatan d; Peningkatan periode istirahat e; Pencegahan hipotermi dengan menjaga tubuh pasien agar tetap hangat karena hipotermi mengurangi oksigenasi jaringan f; Melakukan perubahan posisi pasien tiap 2 jam dan mendorong pasien untuk melakukan nafas dalam, meningkatkan fungsi optimal paru g; Pencegahan komplikasi dengan memonitor pasien secara ketat selama 24 jam, terkait adanya edema perifer dan edema pulmonal 2; Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien diberikan posisi telentang dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 200dari tempat tidur sementara lutut dijaga tetap lurus. Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka pasca operasi harus diinspeksi terhadap adanya perdarahan. Jika perdarahan terjadi, maka lakukan penekanan dengan kasa
steril dan balutan yang kuat pada lokasi perdarahan tinggikan posisi ketinggian jantung. Pergantian cairan koloid disesuaikan dengan kondisi pasien. 3; Trombosis vena profunda Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonal dan sindrom pasca flebitis. 4; Retensi urin
Retensi urin paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum, anus, dan vagina, juga setelah herniorafi dan pembedahan pada daerah abdomen bawah. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membantu mengeluarkan urin dari kandung kemih. 5; Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka pasca operasi seperti dehisiensi dan sebagainya dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan diruang perawatan. Pencegan infeksi penting dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril. 6; Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan multiorgan. 7; Embolisme pulmonal
Embolisme pulmonal terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara, lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa disepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah ambulasi dini pasca operasi dapat mengurangi resiko embolus pulmonal. 8; Komplikasi gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal paling sering terjadi pada pasien yang mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen.
DAFTAR PUSTAKA Abrorshodiq.2009. Askep Perioperatif. http://Abrorshodiq,sBlog.htm. Diunduh tanggal 11 September 2016. Baradero, Dayrit, Siswadi. 2008. Keperawatan Perioperatif: Prinsip dan Praktik. Jakarta: EGC. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC Murphy & Vender (2004). Pemantauan Pasien Yang Dibius. London:churchchill livingstone NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002), Philadelphia. Wijaya. 2008. Pengkajian pasca anestesi. Dibuka pada tanggal 11 September 2016 dari http:www. aldiavanza