Children¶s Fund(Unicef) saat ini ada sekitar 40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk.Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaansejak mereka dilahirkan. Penyebab utama kasus gizi buruk di Indonesia tampaknya karenamasalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan dan ketidakmampuan orang tuamenyediakan makanan bergizi bagi anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban giziburuk di Indonesia, kemiskinan memicu kasus Gizi Buruk Fenomena gizi buruk ini biasanya melibatkan kurangnya asupan kalori baik dari karbohidrat atauprotein (protein-energy malnutrition±PEM). Kurangnya pasokan energi sangat mempengaruhikerja masing-masing organ tubuh. Menurut situs Dinas Kesehatan Pemda Ibukota Jakarta,keadaan gizi buruk ini secara klinis dibagi menjadi 3 tipe: Kwashiorkor, Marasmus, danKwashiorkorMarasmus. Ketiga kondisi patologis ini umumnya terjadi pada anak-anak di negaraberkembang yang berada dalam rentang usia tidak lagi menyusui.Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat didefinisikan secara jelas menurutperbedaan kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala yangditunjukkan penderita. KWASHIORKOR Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini.Beberapa ciri lain yang menyertai di antaranya:* Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif.* P enderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring* Anemia.* Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksilaktase dan enzim penting lainnya.* Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia ( perdarahan kecilyang timbul s ebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red. ),yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batasmenghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya* Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licindan kenyal.Tanda-tanda kwashiorkor meliputi- edema di seluruh tubuh, terutama p ada punggung kaki,- wajah membulat dan sembab,- pandangan mata sayu,- perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis,rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut,- otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk,- bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas- menolak segala jenis makanan (anoreksia)- sering disertai anemia, diare, dan infeksi. MARASMUSKasus marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kakibengkak, perut buncit, rambut rontok d an patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderitatampak lemah sering digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.Marasmik adalah bentuk malnutrisi p rimer karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbuldiantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak terlihat lemak dan otot di b awah kulit (kelihatantulang di bawah kulit), rambut mudah patah berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran hati,sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan o tot . Anak-anak penderita marasmus secarafisik mudah dikenali. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkanhilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dangampang menangis karena selalu merasa lapar. Ketidakseimbangan elektrolit juga terdeteksidalam keadaan marasmus. Upaya rehidrasi ( pemberian cairan elektrolit ) atau transfusi darahpada periode ini dapat mengakibatkan aritmia ( tidak teraturnya denyut jantung ) bahkanterhentinya denyut jantung. Karena itu, monitoring klinik harus dilakukan seksama. Ada punciri-ciri lainn ya adalah:* Berat badannya kurang dari
60% berat anak normal seusianya.* Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.* Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.* Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.* Sering menderita diare atau konstipasi.* Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga lebih rendah dari semestinya.- anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit,wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung, dan kulit keriput MARASMIKKWASHIORKOR Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yangmenyertai.* Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas keduapenyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya.* Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.* Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic sepertigangguan pada ginjal dan pankreas.* Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium da nfosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-masing penyakit tersebut. PENYEBAB GIZI BURUK Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab pertama adalahfaktor alam. Secara umum tanah terkenal sebagai daerah tropis yang minim curah hujan. Kadangcurah hujannya banyak tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itubukan menjadi berkat tetapi mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun belakanganini tidak ada hujan menjadi kering kerontang! Tanaman jagung yang merupakan penunjangekonomi keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal dipanen. Akibatnya,banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di daerah pelosok, memakan apa sajademi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan gizi yang kurang dan bahkan buruk akanmemperburuk pertumbuhan fisik dan fungsi-fungsi otak. Kalau ini terjadi, masa depan anak-anak ini dipastikan akan sangat kelam dan buram.Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial masyarakat setempat.Kebanyakan masyarakat petani bersifat 'one dimensional,' yakni masyarakat yang memangsangat tergantung pada satu mata pencaharian saja. Banyak orang menanam makanan'secukup'nya saja, artinya hasil panen itu cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa panen berikutnya. Belum ada pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian mereka demimeraup keuntungan atau demi m eningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya 'alternatif'yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi menunjang kebutuhansehari-hari.Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih berhubungan denganpersoalan struktural, yaitu kurangnya perhatian pemerintah. Pola relasi rakyat dan pemerintahmasih vertikal bukan saja menghilangkan kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi jugamembuka akses terhadap penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya, menciptakangodaan untuk menyuburkan budaya korupsi. Tentu saja tidak s emua aparat dan pejabat sepertiitu!. Terlepas dari itu semua nampaknya masyarakat membutuhkan pendampingan agar merekamemahami hak-hak individu dan hak-hak sosial mereka sebagai warganegara. MALNUTRISI PRIMER Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya s ering disebut malnutris primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan rendahnya pengetahuan. Gejala klinismalnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi danprotein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya.
Kasustersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan yang terganggudapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun, ukuran lengan atas menurun,pertumbuhan tulang ( maturasi ) terlambat, perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejaladan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkangangguan kulit dan rambut. Pada penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolismedi otak sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. berpengaruh terhadapperkembangan mental dan kecerdasan anak. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi padapenderita malnutri primer yang berat. MALNUTRISI SEKUNDER Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat ba dan yang bukan disebabkanpenyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena ada nya gangguan pada fungsi dan sistemtubuh yang mengakibatkan gagal tumbuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem salurancerna, metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal dan lain-lain. Kasus giziburuk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder. Malnutrisi sekunder inigangguan peningkatan berat badan yang disebabkan karena karena adanya gangguan di sistemtubuh anak. pada malnutrisi sekunder tampak anak sangat lincah, tidak bisa diam atau sangataktif bergerak. Tampilan berbeda lainnya, penderita malnutrisi sekunder justru tampak lebihcerdas, tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan wajah atau kulit muka tampak segar.Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis yang diberikan terlaluberlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi ) tuberkulosis (TB). Overdiagnosis tersebutterjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada.Secara medis penanganan kasus malnutrisi sekunder lebih kompleks dan rumit. Penanganannyaharus melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran anak seperti bidang gastroenterologi,endokrin, metabolik, alergi-imunologi, tumbuh kembang dan lainnya. Gizi buruk memangmerupakan masalah klasik bangsa ini sejak dulu. Tanpa data dan informasi yang cermat danlengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa a danya gizi buruk identik dengankemiskinan. Karena, gizi buruk bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi atau kurangnyapengetahuan dan pendidikan, PENDERITA GIZI BURUK MEREBAK D I BERBAGAI TEMPATGizi Buruk Masih Jadi Persoalan Pelik di NTT Sebanyak 1.466 kasus gizi buruk Masalah Gizi Buruk Di SERUI Jaya Pura Perlu Penanganan Serius221 Balita di Trenggalek Gizi Buruk 496 Balita di Kabupaten Blitar menderita gizi buruk.Bengkulu, tercatat sedikitnya 377 anak penderita gizi buruk PERLUNYA ASUPAN GIZIBanyaknya produk suplemen vitamin yang kini beredar secara bebas bisa berdampak baik sekaligus berdampak buruk. suatu produk suplemen harus menjalani uji klinis dulu sebelumdipasarkan. kita tidak terlena begitu saja dengan rayuan iklan yang terlalu bombastis. Tapi di sisilain produk suplemen yang memang bisa dipercaya kebenarannya sangat berguna bagikebanyakan orang yang tidak sempat mendapatkan gizi tersebut dari makanan sehari-hari Lebih baik kalau berbagai kebutuhan gizi didapat dari makanan langsung, bukan asupan atausuplemen yang dijual bebas. Sebab tak seorang pun yang bisa menjamin keamanannya, Kecualikalau asupan itu memang dianjurkan oleh dokter atau didapat dari dokter. Anak usia 0 -2 tahunsebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan dalamperkembangan otak anak. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalamsegala hal Banyak produk susu kaleng atau susu formula mengandung asam linoleat, DHA dansebagainya. ASI juga mengandung zat anti efeksi.Untuk memulihkan kondisi Balita pad a status normal, dibutuhkan asupan susu yang mudahdiserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balita
diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimanadalam hitungan 90 h ari berat badan anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain:biasa makan beraneka ragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur,dan lauk pauk), selalu memantau kesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garamberyodium, dan khusus ibu hamil, didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimalsampai 4 bu lan setelah kelahiran. Kriteria ini tentunya masih sulit d ipenuhi oleh masyarakatIndonesia. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:* Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.* Ukuran lingkaran lengan atas menurun.* Maturasi tulang terlambat.* Rasio b erat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.* Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang. LANGKAH PENGOBATANPengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya. Penderitakurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal. Langkahpenanganan harus didasarkan pada penyebab serta kemungkinan pemecahnya.Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakityang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupuninfeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh. Memulihkan keadaangizinya dengan cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi, dan mencegah gejalaatau kekambuhan dari gizi buruk JUMLAH KASUS GIZI BURUK PADA BALITA MENURUNMenteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan, berbagai upaya intervensi perbaikan giziyang dilakukan pemerintah berhasil menurunkan jumlah kasus gizi kurang dan gizi buruk balitadalam beberapa tahun terakhir. "Capaiannya sudah signifikan, tapi memang belum bisa langsungmembuatnya jadi tidak ada kar ena untuk itu memang butuh waktu lama," katanya. Iamenjelaskan, penanganan gizi buruk membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga perludukungan dana dari pemerintah pusat. Kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita yang pada2004 sebanyak 5,1 juta telah turun menjadi 4,4 juta pada 2005 dan kembali turun menjadi 4,2juta pada 2006. "Tahun 2007 angkanya juga turun lagi menjadi 4,1 juta.Mengalami penurunan bermakna dalam tiga tahun terakhir. Menurut Laporan Kasus Gizi Buruk Dinas Kesehatan Provinsi yang disampaikan ke Departemen Kesehatan pada 2005, jumlah kasusgizi buruk pada balita yang ditemukan dan d itangani sebanyak 76.178 kemudian turun menjadi50.106 pada 2006 dan turun lagi menjadi 39.080 pada 2007. Jumlah temuan kegiatan surveilans itu lebih rendah dibandingkan dengan target penemuan kasus gizi buruk pada balita yang pada2005 seharusnya sebanyak 180.000 kasus, 94.000 kasus pada 2006 dan 75.000 kasus pada 2007.Guna menurunkan jumlah kasus gizi buruk seperti yang telah ditargetkan, yakni menjadi 20persen dari total balita pada 2009, pemerintah telah melakukan upaya penanggulangan masalahgizi jangka pendek, menengah dan panjang. Targetnya tahun 2009 bisa turun menjadi 20 persendari jumlah balita, upaya jangka pendeknya antara lain perawatan kasus sesuai prosedur di rumahsakit secara gratis, pemberian makanan bergizi tinggi bagi balita dari keluarga kurang mampudan surveilans kasus secara periodik melalui Posyandu, serta pemberian makanan pendampingASI gratis bagi bayi usia 6-24 bulan dari keluarga kurang mampu.Jangka menengah memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh pemeliharaan bayiseperti promosi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan penimbangan berat badan bayisecara rutin untuk deteksi dini kasus, pemerintah juga berusaha meningkatkan a kses pelayanankesehatan dan gizi yang bermutu melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa, penempatan bidandi desa, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan, penguatan Puskesmas dan pembentukan
timkesehatan keliling di daerah terpencil.Setiap tahun juga telah men ingkatkan alokasi anggaran untuk perbaikan gizi. Jika pada 2005alokasi dana untuk perbaikan gizi hanya Rp175 miliar, maka 2006 ditingkatkan menjadi Rp582miliar dan kembali ditingkatkan menjadi Rp600 miliar pada 2007. "Tahun 2008 ini besarananggarannya masih dibahas, tapi dipastikan tidak akan lebih rendah dari Rp600 miliar," DalamAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2008 pemerintah mengalokasikan 2,3 persen untuk biaya kesehatan. Dengan strategi dan langkah yang telah diterapkan, pemerintah optimistis bisamenurunkan kasus gizi buruk dan kurang pada balita sesuai target. BAB III A. KESIMPULANAda 4 faktor yang melatarbelakangi KKP yaitu : masalah social, ekonomi, biologi, danlingkungan. Kemiskinan salah satu determinan social ekonomi, merupakan akar dari ketiadaanpangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengaksesfasilitas kesehatan. Malnutrisi masih s aja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak. Kurangkalori protein sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yangtengah tumbuh -kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan. Penilaianstatus gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakatmendapatkan makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dankecerdasan anak.Kasus gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tibatiba begitu saja.Tetapi karena proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapaipuncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagaipenelitian menunjukan adanya efek jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembanganotak manusia B. SARANKetidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambatseharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintahmelakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukungmasyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah,anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak ituhanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan.Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Tanpa data dan informasi yang cermatdan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Dan seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknyayang nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah hadapilahsemuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan keluarnyaDAFTAR PUSTAKA Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Bu ku KedokteranEGC.Fajar, Ibnu, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara.Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rin eka Cipta.www.liputan6.com www.antara.co.id www.groups.yahoo.com www.emedicine.com www. dinkesdki.go.id www.depkes.go.id www.kompas.com www.mercksource.com http://www.suarapembar uan.com www.sinarharapan.co.id http://www.republika.co.id www.kabblitar.go.id Gizi.net ± Sulung Prasetyo ± sinarharapan.co.id
Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Hidden Formatted:
Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Hidden Formatted:
Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Hidden Formatted:
Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Hidden Formatted:
Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Hidden Formatted:
Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Hidden Formatted:
Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Hidden Formatted:
Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Hidden Formatted: