BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani ibu dan anak di suatu wilayah tertentu. Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan (J.H. Syahlan, 1996). Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu. Sarana kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas. Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya dari sudut biologis. Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan disekelilingnya.
Dapat ditemukan disini bahwa unsur-unsur yang tercakup didalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta teknologi. Asuhan kebidanan komunitas adalah merupakan bagian integral dari system pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana.
Manajemen Kebidanan Komunitas Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Manajemen kebidananan adalah metode yang digunakan oleh bidan dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk menyelematkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan komuniti (J.H. Syahlan, 1996).
2. RUMUSAN MASALAH 1. Pengertian Kebidanan Komunitas • Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain • Fokus/sasaran • Tujuan • Filosofi Kebidanan Komunitas • Bekerja di Komunitas • Jaringan Kerja Komunitas 2. Visi Indonesia Sehat sebagai Landasan berpikir Pelayanan Kebidanan di Komunitas 3. Strategi Pelayanan Kebidanan di Komunitas • Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat • Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat
• Fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat
3. TUJUAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb V (Kebidanan Komunitas) pada jurusan D3 Kebidanan Semester IV
4. MANFAAT Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Konsep Kebidanan Komunitas dan aspek-aspeknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN/DEFINISI Kebidanan berasal dari kata Bidan
yang menurut
International
Confederation of Midwife (ICM) berarti seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan Praktik bidan. Pengertian bidan menurut IBI adalah adalah seorang perempuanyang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister dan atauntuk secara sah mendapt lisensi ntukatau menjalankan praktik kebidanan. Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan juga “communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau sistem sosial.Jenis Komunitas : 1. Geografikal yaitu daerah 2. Administratif batasan otoritas pemerintahan 3. Fungsional7an sama 4. Ethnicmpy satu kultur dengan kultur lain Menurut United Kingdom Central Council For Nursing Midwifery And Health, Bidan komunitas adalah praktisi bidan yang berbasis komunity yang harus dapat memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita, pelayanan berkualitas, nasihatatausaran pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dengan tanggungjawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan pada bbl dan bayi secara komprehensif. Menurut Dari.J.H.Syahlan, SKM, Bidan community adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1) Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk, 2009 : 8). Istilah bidan komunitas di Indonesia sering disebut ”bidan” saja.
2. RIWAYAT BIDAN KOMUNITAS Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia kemudian tahun 1953 kursus tambahan bidan (KTB) di masyarakat jogyakarta dan berkembang didaerah lain. Seiring dengan pelatihan ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan pelayanan antenatal care, post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intra natal dirumah, kunjungan rumah pasca salin. Tahun 1952 diadakan pelatihan secara formal untuk kualitas persalinan, tahun 1967 Kursus tambahan bidan (KTB) ditutup, kemudian BKIA terintegrasi dengan Puskesmas. Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di Puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
termasuk keluarga berencana (KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan keluarga dan posyandu yang mencakup pemeriksaan kehamilan, KB, Imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Tahun 1990 merata pada semua masyarakat. Instruksi presiden secara lisan pada sidang kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana KIA. Tahun 1994 merupakan titik tolak dari konferensi kependudukan dunia di Kairo yang menekankan pada reproduksi health memperluas garapan bidan antara lain Safe Motherhood, Keluarga berencana, Penyakit Menular Seksual (PMS), kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi orang tua. Sebagian besar wanita lebih menyukai persalinan di rumah dari pada di institusi pelayanan kesehatan (Rumah sakit). Hasil penelitian McKee (1982) menggambarkan bahwa, jika persalinan dilakukan di komunity dan dilaksanakan oleh bidan maka akan terjadi peningkatan kunjungan antenatal ,penurunan frekuensi Persalinan dengan induksi, penurunan frekuensi Persalinan prematur, BBLR, IUGR, persalinan forsep, frekuensi SC dan pemeriksaan rutin Antenatal dan Intranatal di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya masa kehamilan, persalinan dan nifas dikembalikan ke komunitas sebagai asal dari childbirth tersebut.
3. FOKUS/ SASARAN KEBIDANAN KOMUNITAS Komuniti adalah sasaran pelayanan kebidanan komunitas. Di dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Dan sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak. Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Ibu Anak
: pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval. :
meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra
sekolah dan sekolah.
Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan kelompok usila (gangrep). Masyarakat (community): remaja, calon ibu dan kelompok ibu. Fokus/Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara umum (Meilani, Niken dkk, 2009 : 9).
4. TUJUAN KEBIDANAN KOMUNITAS Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu. ( Syahlan, 1996 : 15 )
5. PHILOSOPHY KEBIDANAN KOMUNITAS Bahwa proses kehamilan dan persalinan adalah proses yang sangat wajar dan fisiologis sehingga asuhan yang diberikan meminimalkan intervensi dan tidak perlu di institusi Kebutuhan.
Indvidu,
wanita
dan
keluarga
harus
dihargai
dan
didukung.Kebutuhan tersebut berbeda-beda karena dipengaruhi. oleh lingk kepercayaan, sosial dan cultural Bahwa Pengalaman proses kehamilan dan persalinan bagi soleh wanita dan keluarga adalah berharga sehingga bidan komunitas harus menjaga supaya pengalaman tersebut menyenangkan Setiap wanita berhak untuk menentukan melewati persalinan di tengah keluarga atau/kerabat
Asuhan er’kualitas adalah asuhan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan menyeluruh dg melihat aspek lingkungan Informed choise dan informed consent Kehamilan dan persalinan berasal dr masyarakat dan ada di masyarakat
6. BEKERJA DI KOMUNITAS Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit. Misalnya : ibu yang melahirkan di rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas, yaitu : Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit. Misalnya : ibu yang melahirkan di rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas, yaitu : 1. Sebagai Pendidik Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga.
Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya. 2. Sebagai Pelaksana (Provider) Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut : 1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan. 2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam keluarga. 3) Pertolongan persalinan di rumah. 4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di keluarga. 5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan. 6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi. 7) Pemeliharaan kesehatan anak balita. 3. Sebagai Pengelola Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. Contoh : praktek mandiri/ BPS 4. Sebagai Peneliti Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang
permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan. 5. Sebagai Pemberdaya Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. 6. Sebagai Pembela klien (advokat) Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya. 7. Sebagai Kolaborator Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral. 8. Sebagai Perencana Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 ) Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.
7. JARINGAN KERJA Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu, BPS, Rumah pasien, Dasa Wisma, PKK. (Syahlan, 1996 : 235) Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing – masing,
selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota
lainnya, memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/ leader di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas. (Meilani, dkk, 2009 : 11) Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A, PMT dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan sebagainya.
8. VISI MASYARAKAT SEHAT DAN MANDIRI MENUJU INDONESIA SEHAT
2010
SEBAGAI
LANDASAN
DALAM
PELAYANAN
KEBIDANAN KOMUNITAS 1. Visi Indonesia Sehat 2010 Terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang mayoritas penduduknya hidup dalam lingkungan sehat, mempunyai perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah RI. MISI Meningkatkan status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan masyarakat Menanggulangi berbagai masalah kesehatan masyarakat prioritas Menyelenggarakan berbagai program kesehatan masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien. Meningkatkan peranserta dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan Menggalang berbagai potensi untuk penyelenggaraan program kesehatan masyarakat
TUJUAN Meningkatnya status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas dan masyarakat. Tertanggulanginya berbagai masalah kesehatan masyarakat prioritas. Terselenggaranya berbagai program kesehatan masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien. Meningkatnya peran serta dan kemandirian perorangan, keluarga dan komunitas dalam pemeliharaan kesehatan. Terhimpunnya
sumberdaya
dari
masyarakat
dalam
mendukung
penyelenggatraan progtram kesehatan masyarakat. Terlibatnya secara aktif berbagai pelaku dalam peningkatan derajat dan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat.
SASARAN Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas. Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat. Meningkatnya
jumlah
dan
cakupan
pemeliharaan
kesehatan
dengan
pembiayaan pra upaya. Pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan terjangkau. Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam pembiayaan program kesehatan masyarakat. Pengembangan tenaga kesehatan yang profesional yang sadar biaya dan sadar mutu masyarakat yang inovatif, efektif dan efisien. Pemantapan kemitraan dan kerjasama lintas sektoral dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat. Pengutamaan kelompok sasaran rentan keluarga miskin dan pengarus-utamaan gender. Pengutamaan daerah terpencil, perbatasan dan rawan bencana. Penyelarasan program dengan perkembangan tantangan dan komitmen global.
Pemantapan pemberdayaan dan kemandirian keluarga komunitas dan masyarakat. Penerapan tehnologi tepat guna, bantuan teknis dan pendampingan. Pengembangan penelitian untuk dukungan program. Peningkatan
transparansi
dan
akuntabilitas
penyelenggaraan
program
kesehatan masyarakat.
9. STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS A. PENDEKATAN EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT. Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki. 1. Definisi a. Secara umum Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbang kan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat. b. Secara khusus Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan pendekatan pokok yaitu pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah tersebut. 2. Tujuan pendekatan edukatif a. Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah kebidanan komunitas. b. Kembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.
3. Strategi dasar pendekatan edukatif a. Mengembangkan provider Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan. Langkah-langkah pengembangan provider 1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat. Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh. 2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah. 3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan meliputi data umum , data khusus dan data perilaku. b. Pengembangan masyarakat Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merecanakan alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah– langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan
B.
PELAYANAN
YANG
BERORIENTASI
PADA
KEBUTUHAN
MASYARAKAT. Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat
untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong. Terdiri dari 3 aspek penting meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat. Terdiri dari 3 jenis pendekatan : 1. Specifict Content Approach Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh : pengasapan pada kasus DBD 2. General Content objektive approach Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam wadah tertentu. Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb. 3. Proses Objective approach Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan. Contoh : kader
C. MENGGUNAKAN ATAU MEMANFAATKAN FASILITAS DAN POTENSI YANG ADA DI MASYARAKAT. Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan rendahnya status sosial – ekonomi yang akibatkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan memelihara diri sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus akan berdampak pada status kesehatan keluarga dan masyarakat juga produktivitasnya. 1. Definisi a. Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan orang, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. b. Pengembangan manusia yang tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.
2. Langkah - langkah a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan b. Tingkatkan mutu potensi yang ada c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada. d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. 3. Prinsip - prinsip dalam mengembangkan masyarakat a. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat. b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan, dan dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya. d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil fungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses. 4. Bentuk - bentuk program masyarakat a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui koordinasi dengan dinas terkait/kerjasama lintas sektoral. b.Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya ditugaskan pada salah satu
instansi/departemen
yang bersangkutan
saja
secara
khusus
untuk
melaksanakan kegiatan tersebut/kerjasama lintas program c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha – usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dengan kebutuhan wilayah tersebut.
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN Tugas Utama Bidan Di Komunitas 1.
Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan a. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standart professional b. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga c. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga
d.
e.
f. g. h. i.
Melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga Melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan klien/keluarga Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan klien/keluarga Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan klien/keluarga Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan kesehatan
2.
Pengelola pelayana KIA/KB a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat b. Berpatisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program sektor lain di wilayah kerjanya 3. Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien, masyarakat dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan, kader, dan dukun bayi yang berhubungan dengan KIA/KB 4.
Penelitian dalam asuhan kebidanan Melaksanakan penelitian secara mandiri atau bekerja sama secara kolaboratif dalam tim penelian tentang askeb
B.
Tugas Tambahan Bidan Di Komunitas 1. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan 2. Mengelola dan memberikan obat-obatan sederhana sesuai dengan kewenangannya 3. Survailance penyakit yang timbul di masyarakat 4. Menggunakan tekhnologi tepat guna kebidanan
C.
Bidan Praktek Swasta
Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta) merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalammemberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai standar. Setelah bidan melaksanakan pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktek perlu melaksanakan tugasnya dengan baik. Tarif dari pelayanan bidan praktek akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan transparan, sehingga masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan bidan praktek perorangan (swasta). Informasi dari jasa pelayanan bidan untuk masyarakat perlu pengaturan yang jelas, agar masyarakat mendapatkan kepuasan akan layanan yang diterimanya. Kompetensi Minimal Bidan Praktek Swasta Meliputi : 1.
Ruang Lingup Profesi
a.
Diagnostic (klinik, laboratory)
b.
Therapy (promotif, preventif)
c.
Merujuk
d.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal
2.
Mutu Pelayanan
a.
Pemeriksaan seefisien mungkin
b.
Internal review
c.
Pelayanan sesuai standar pelayanan kebidanan dan etika profesi
d.
Humanis (tidak diskriminatif)
3.
Kemitraan
a.
Sejawat/kolaborasi
b.
Dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain
c.
Pasien, komunitas
4.
Manajemen
a.
Waktu
b.
Alat
c.
Informasi/MR
5.
Pengembangan Diri
a.
CME (Continue Midwifery Education)
b.
Information search
MANAJEMEN POST PARTUM Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran.Adapun tujuannya yaitu untuk memberikan asuhan yang adekuat & terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan agar terlaksananya asuhan segera/rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa & masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan. Bidan dalam melakukan asuhan kepada ibu postpartum harus berdasarkan pada alur fikir yang jelas berupa proses manajemenn kebidanan pada ibu post partum yaitu tujuh langkah varney dan pendokumentasiannya. Manajemen ibu postpartum antara lain :
1.
Pengkajian/ Pengumpulan data didasarkan pada data subjektif daan juga
Objektif . Data subjektif yaitu data yang didapatkan langsung daari pasien atau Pasien atau keluarganya langsung yang berbicara. Sedangkan data Objektif adalah data yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan bidan atau tenaga kesehatan. a.
Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan ibu. b.
Melakukan pemeriksaan awal post partum.
c.
Meninjau catatan/record pasien, seperti :
1)
Catatan perkembangan antepartum dan intra partum
2)
Berapa lama (jam/hari) pasien post partum
3)
Keadaan suhu, nadi, respirasi dan Tekanan Darah postpartum
4)
Pemeriksaan laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
5)
Catatan obat-obat
6)
Catatan bidan/perawat
d.
Menanyakan riwayat kesehatan & keluhan ibu,seperti :
1)
Mobilisasi
2)
BAK dan BAB
3)
Keadaan Nafsu makan
4)
Ketidaknyamana/rasa sakit
5)
Kekhawatiran
6)
Makanan bayi
7)
Reaksi pada bayi
PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik meliputi : a. Tekanan Darah, Suhu, nadi b. Kepala, wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan c. Payudara & putting susu d. Auskultasi paru2, jika diperlukan e.
Abdomen
yang di lihat adalah kandung kencing, keadaan uterus
(perkembangannya) f. Lochea yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau g. Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan, memar,hemorrhoid (wasir/ambeien). h. Ekstremitas : varises, betis apakah lemah&panas,edema,reflek.
2.
MENGINTERPRETASIKAN DATA. Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa
berdasarkan interpretasi yangg benar atas data yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu. 3.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA & MASALAH POTENSIAL Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi & merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh : Diagnosa
: Bendungan Payudara
Masalah potensial
: Mastitis
Antisipasi Tindakan
: kompres hangat payudara
IV. MENETAPKAN TINDAKAN SEGERA : Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien. Contoh : a.
Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang &
segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya. b.
Ibu tiba2 mengalami perdarahan,lakukan tindakan segera sesuai dengan
keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera kolaborasi dgn dokter utk tindakan curetage
V. MEMBUAT RENCANA ASUHAN Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya. Contoh : Manajemen asuhan awal postpartum : a.
kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
b.
Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur
c.
Gizi/diet
d.
Perawatan perineum.
Asuhan lanjutan : a.
Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b.
Perawatan payudara
c.
Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d.
Rencana KB
e.
Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
VI. IMPLEMENTASI ASUHAN : Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman daripada rencana asuhan tadi.
VII. EVALUASI Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada.
ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Definisi Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 - 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. 1.
Jadwal Kunjungan Bidan Kerumah bayi Kunjungan neonatal dilakukan untuk memantau kesehatan bayi sehingga bila terjadi masalah dapat segera diidentifikasi seperti bayi mengalami kesulitan untuk menyusui, tidak BAB dalam 48 jam, likterus yang timbul pada hari pertama, kemudian tali pusat merah atau bengkak/ keluar cairan dari tali pusat, bayi demam lebih 37,5 C sehingga keadaan ini harus segera dilakukan rujukan.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui bila terdapat kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Resiko terbesar kematian. Bayu Baru Lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan dua bulan pertama kehidupannya. Sehingga bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatal sekaligus memastikan bahwa bayi dalam keadaan sehat pada saat bayi pulang atau bidan meninggalkan bayi jlka persalinan di rumah.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan komprehensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda, yang meliputi : a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksl bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah. b. Perawatan tali pusat. c. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir d. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberlkan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dangan menggunakan Buku KIA e.
Penanganan dan rujukan kasus
PELAKSANAAN PELAYANANAN KESEHATAN NEONATUS : JADWAL KUNJUNGAN 1.
Kunjungan Neonatal hari k – 1 (KN 1)
a. Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan ( ≥24 jam) b. Untuk bayi yang lahir di rumah, bila bidan meninggalkan bayi sebelum 24 jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6 - 24 jam setelah lahir.
Hal yang dilaksanakan : a)
Jaga kehangatan tubuh bayi
b)
Barikan Asi Eksklusif
c)
Cegah infeksi
d)
Rawat tali pusat
2.
Kunjungan Neonatal hari ke 2 (KN 2)
a)
Jaga kehangatan tubuh bayi
b)
Barikan Asi Eksklusif
c)
Cegah infeksi
d)
Rawat tali pusat
3.
Kunjungan Neonatal minggu ke - 3 (KN 3) Hal yang dilakukan :
a)
Periksa ada / tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit
b)
Lakukan :
Ø Jaga kehangatan tubuh Ø Beri ASI Eksklusif Ø Rawat tali pusat
MANAGEMEN BAYI LAHIR Managemen segera setelah lahir yaitu membersihkan lendir dan benda-benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan bayi dengan alat penghisap, bayi akan segera bernafas sendirl. Tali pusat dijepit pada dua tempat dan dipotong diantaranya. Bayi kemudian dikeringkan dan dibaringkan diatas selimut hangat yang steril atau di atas perut ibunya.
Kondisl bayi secara keseluruhan di nilai pada menit partarna dan 5 menit setelah kelahiran dengan menggunakan Apgar . Skor Apgar adalah penilaian bayi baru lahir yang didasarkan pada: Ø Warna kulit bayi (merah muda atau biru) Ø Denyut jantung Ø Pernafasan Ø Respon bayi Ø Ketegangan otot (lemah atau aktif). Menjaga kehangatan bayi baru lahir adalah suatu hal yang sangat panting. Sesegera mungkin bayi diberi baju dari bahan yang nyaman, dibedong dan kepalanya ditutup untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Diberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik untuk perlindungan terhadap Infeksi akibat kontak dengan organisme berbahaya selama persalinan. Selelah dipindahkan ke ruang perawatan, bayi ditempatkan dalam tempat tidur bayi yang kecil dalam posisi miring dan menjaganya tetap hangat. Menidurkan bayi dalam posisi miring akan mencegah penyumbatan saluran pernafasan oleh cairan atau lendir yang bisa menghalangi pernafasan. Karena semua bayi baru lahir memiliki Seclikit jumlah vitamin K. berikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan (penyakit perdarahan pada bayi baru lahir). Sekitar 6 jam atau lebih setelah lahir, bayi dimandikan bersihkan bahan putih berminyak (verniks kaseosa) yang menutupi hampir seluruh kulit bayi baru lahir, karena bahan ini membantu melindungi terhadap, Infeksi.
PEMERIKSAAN FISIK Lakukan perneriksain fisik secara menyeluruh dalam 12 jam pertama setelah bayi lahir. Pemeriksaan dimulai dengan serangkaian pengukuran seperti: Ø Menimbang berat badan, rata-rata bayi baru lahir beratnya adalah 3.5 kg Ø Mengukur panjang badan, rata-rata panjang bayi baru lahir adalah 50 cm
Ø Mengukur lingkar kepala. Selanjutnya menilai kulit, kepala dan wajah, jantung dan paru-paru, sistem saraf, perut dan alat kelamin bayi. Kulit biasanya kemerahan, walaupun jari-jari tangan dan jari-jari kaki nampak agak kebiruan karena sirkulasi darah yang kurang baik dalam jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir.
Perlksa adanya kelainan pada saraf-saraf dan menguji refleks bayi. 1. Refleks penting pada bayi baru lahir adalah refleks Moro, refleks mencucur dan refleks menghisap: Refleks Moro : bila bayi baru lahir dikejutkan, tangan dan kakinya akan terentang ke depan tubuhnya seperti mencari pegangan, dengan jari-jari terbuka. 2. Refleks Mencucur : bila salah satu sudut mulut bayi disentuh, bayi akan memalingkan kepalanya ke sisi tersebut. 3. Refleks ini membantu bayi baru lahir untuk menemukan putting. 4. Refleks Manghisap : bila suatu benda diletakkan dalam mulut bayi, maka bayi akan segara menghisapnya. Pemeriksaan alat kelamin pada anak laki-laki salah satunya untuk memastikan bahwa kedua buah pelirnya lengkap dalam kantong buah zakar. Meskipun jarang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada bayi baru lahir, buah pelir bisa terpelintir (torsio testis), yang perlu diatasi dengan tindakan pembedehan darurat pada bayi perempuan, bibir vaginanya mononjol.
PEMBERIAN MAKANAN Bayi normal memiliki refleks mencucur dan refieks menghisap yang aktif, dan dapat segera mulai makan setelah lahir. Jika bayi tidak disusui oleh ibunya di ruang persalinan, pemberian makan biasannya dimulai dalam 4 jam setelah kelahiran. Meludah dan memuntahkan lendir adalah hal yang biasa terjadi pada hari pertama. Bayi baru lahir akan berkernih sabanyak 6-8 kali sehari. Mereka juga buang air besar setiap hari. menangis keras, keadaan kulitnya bagus dan mempunyai refleks menghisap yang kuat. Semua ciri-ciri ini menandakan bahwa bayi mendapat cukup ASI atau susu formula. Penambahan berat badan akan memperkuat hal tersebut.
BAB IV PENUTUP
1. KESIMPULAN Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan Sasaran pelayanan kebidanan komunitas Individu (ibu dan anak), keluarga dan
masyarakat.
Tujuan
dari
pelayanan
kebidanan
komunitas
adalah
meningkatkan kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu Bidan berperan sebagai pendidik, pengelola, pelaksana, peneliti, pemberdaya, advokat, kolaborator dan perencana. Jaringan kerja kebidanan komunitas antara lain puskesmas/ puskesmas pembantu dimana bidan sebagai anggota tim, bisa juga di Polindes, Posyandu, BPS ataupun rumah pasien sebagai pemimpin tim sekaligus sebagai pengelola dan pelaksana. visi Indonesia Sehat 2010 ! Terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang mayoritas penduduknya hidup dalam lingkungan sehat, mempunyai perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah RI.
DAFTAR PUSTAKA
Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta. Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. Depkes RI. (2002). Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta Effendy Nasrul. (1998). Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta. keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Konggres Obtetri dan Gynecologi Indonesia XII. (2003). Forum Dokter Bidan. Yogyakarta. Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta. UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008. Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan. Widyastuti, Endang. (2007). Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan dan Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Unicef