KASUS 1 Tn Y 25 tahun adalah seorang apoteker yang mendirikan apotek dengan modal sendiri. Apotek tersebut sudah berjalan selama 2 tahun tetapi omset perbulan tidak lebih dari 10 juta. Dia mempunyai 3 karyawan untuk membantunya di Apotek. Pada suatu hari ia didatangi petugas dari sebuah RS yang menawarkan beberapa obat, dan obat tersebut dititipkan untuk dijualkan kembali karena sudah tidak terpakai. Petugas RS juga m enawarkan kerja sama yaitu apabila ada resep dari rumah sakitnya maka pasien akan ditujukan ke apotek tersebut, dengan catatan beliau di beri jasa 15 %. Dan akhirnya Tn Y menyetujui penawaran kerja sama tersebut. Pembahasan : Pada kasus tersebut tindakan Tn Y sebagai apoteker menyimpang dari kode etik profesi apoteker karena : 1. Apoteker haruslah mampu memilah mana yang harus diutamakan. Mengingat perannya yang penting dalam peredaran obat serta profesi ini sebagai satu-satunya pihak yang berkompeten, maka ia harus bisa mengutamakan kepentingan kesehatan masyarakat dibanding kepentingan perseorangan . Ia juga harus menghormati hak pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisinya. kondisinya. Pelanggaran Pasal 5 : Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian. 2. Oleh karena Apoteker merupakan orang yang mengerti bahaya penggunaan obat dan penyalahgunaan obat obat disamping kemanfaatan obat obat , maka ia harus berusaha memilihkan memilihkan obat yang baik, aman, dan rasional, serta kemanfaatannya lebih besar daripada resikonya. Obat yang diberikan ke apotek Tn Y dapat dikatakan sebagai “obat bekas” karena sudah tidak dipakai oleh RS, sehingga obat tersebut tentunya tidak dapat dijamin keutuhannya. Dikhawatirkan, obat tersebut telah rusak dan dapat merugikan pasien. Pelanggaran Pasal 9 Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani. Dengan demikian, secara tidak langsung apoteker tersebut juga melanggar : Pasal 1 Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah / Janji Apoteker. Pasal 2 Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia. Pasal 15 Seorang Apoteker bersungguh-sungguh bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
KASUS 2 Apotek Pelangi Farma berada di sebuah kota, buka setiap hari jam 10.00 - 21.00, pasien setiap harinya cukup ramai, jumlah resep yang di layani rata-rata perhari 100 lembar, dan pasien yang melakukan swamedikasi juga cukup banyak. Apotek tersebut memiliki 1 apoteker, 3 Asisten Apoteker dan 3 karyawan. Ketika penyerahan obat mereka tidak sempat memberikan informasi yg cukup, karena banyaknya pasien yg di layani. Apoteker datang setiap hari pada jam 17.00, karena pegawai dinas kesehatan setempat. PEMBAHASAN A. Sumpah Apoteker 1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan 2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian Pada kasus tersebut Apoteker melanggar Sumpah Profesi terutama pada point 1 dan 4, karena Apoteker tersebut tidak menjalanakan tugas dengan sebaik-baiknya, Apoteker datang terlambat dan tidak memberikan informasi kepada pasien sehingga penggunaan obat oleh pasien tidak dilakukan dengan baik, hak pasien juga tidak dipenuhi, akibatnya MESO tidak terlaksana,
sehingga
memungkinkan
terjadinya
pelanggaran
pada
kepentingan
perikemanusiaan. B.
Kode Etik Apoteker
Pelanggaran 1. Pasal 1 Sumpah/janji apoteker,setiap apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah apoteker Pembahasan : Apoteker dalam kasus diatas telah melanggar kode etik apoteker pasal 1 yang menyatakan bahwa apoteker harus menjunjung tinggi,menghayati dan mengamalkan sumpah apoteker, sedangkan pada pembahasan sebelumnya apoteker tersebut telah melanggar
sumpah
apoteker
yaitu
tidak
menjalankan
tugas
dengan
sebaik-
baiknya,apoteker datang terlambat dan tidak memberikan asuhan kefarmasian kepada pasien. 2. Pasal 3 Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya
Pembahasan Dari kasus diatas, apoteker tidak menjalankan profesinya sesuai kompetensi apoteker indonesia karena apoteker tersebut tidak memberikan informasi obat dan konseling kepada pasien, dimana apoteker berkewajiban untuk memberikan informasi obat dan konseling kepada pasien. 3. Pasal 7 Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya PEMBAHASAN Dari kasus di atas Apoteker tidak memberikan informasi kepada pasien, sehingga Apoteker secara jelas melanggar Pasal 7 Kode Etik Apoteker. Pelanggaran yang dilakukan oleh Apoteker jelas menunjukkan bahwa Apoteker tidak mengutamakan dan tidak berpegang teguh pada Prinsip Kemanusiaan. Dampak dari kurangnya informasi penggunaan obat dapat menyebabkan efek yang merugikan bagi pasien. Pasal 9 Seorang apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani PEMBAHASAN Pada kasus tersebut, seorang apoteker tidak menjalankan kode etik pasal 7 dengan baik. Menurut pasal 7, seorang apoteker harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani, namun apoteker tersebut tidak memberikan informasi yang cukup kepada pasien. Sehingga dapat m erugikan pasien.
Pasal 15 Setiap apoteker bersungguh – sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang apoteker baik dengan sengaj maupun tidak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik apoteker indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sangsi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (ISFI) dan mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan YME C. PP 51 TAHUN 2009 TTG PEKERJAAN KEFARMASIAN Pasal 3
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan Pasal 21 (2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dil aksanakan oleh Apoteker PEMBAHASAN
Pada kasus tersebut Apoteker datang pada jam 19.00, sedangkan apotek dibuka pada jam 16.00, yang memungkinkan pelayanan resep dari jam 16.00 sampai jam 19.00 tidak dilakukan oleh apoteker. Hal tersebut jelas bertentangan dengan Pasal 21 PP 51 tersebut diatas. Tidak disampaikannya informasi obat kepada pasien menyebabkan berbagai efek yang merugikan bagi pasien seperti tidak membaiknya kondisi pasien, penyakit bertambah parah, timbul efek samping yang dapat membahayakan keselamatan pasien.