Kasus/ Fenomena Etika Komunikasi Fenomena etika komunikasi
Komunikasi sekarang bukan lagi berkutat pada kebenaran, melainkan praktik-praktik praktik-praktik persuasi demi kuasa ekonomi dan politik. Potret komunikasi yang memburuk ini mengundang pertanyaan ³ apakah etika komunikasi dimungkinkan dalam epistem komunikasi yang menihilkan segala timbang nilai? ´, bentuk-bentuk dominasi tersebut ditopang oleh logika industri yang mewujud dalam kekerasan simbolik, kekerasan yang menyiratkan persetujuan korban. Berita sebagai komoditas komoditas dipasok tanpa henti karena naluri konsumsi yang ada dalam diri konsumen. Ilustrasi berikut bisa menerangkan pikiran itu: Konsumen kita adalah konsumen yang suka mengintip sehingga media tak henti-hentinya memasok berita seputar skandal seks orang ternama. Keternamaan membuat orang terpaksa memasang dua muka. Sebab itu, semakin alim seseorang semakin tinggi nilai berita skandal seks yang melibatkannya. Logika komunikasi adalah logika wa ktu pendek. Dalam musim teknologi informasi seperti saat ini, kecepatan saji informasi menjadi sesuatu yang sangat berharga karena itu prinsip pengorganisasian kerja semata mengutamakan tepat waktu, ringkas, luwes, serta mnguntungkan. Dan momentum adalah segala-galanya. Media tidak diberi waktu untuk berfikir nilai dari sebuah peristiwa. Logikanya sangat mudah yaitu ketika suatu berita atau kejadian dikepung oleh banyak wartawan berarti itu berita bagus sehingga dominan banyak wartawan yang mengepung dan berkumpul untuk mendapatkan berita tersebut. Logika lain adalah mode, logika ini mendiskualifikasi masa lalu atas nama kekinian. Berdasarkan logika ini apa yang disajikan pastilah spektakuler, sensasional, superficial, dan keanekaraga man pesan.
Etika Komunikasi Online
Dalam kehidupan sehari-hari ketika berhubungan dengan orang lain tentunya kita harus menggunakan apa yang dinamakan dengan etika. Seperti ketika ingin berbicara dengan orang yang belum kita kenal maka lebih baik berkenalan terlebih dahulu. Cara berkenalanpun tidak tiba-tiba bertanya: ³kamu siapa, orang mana?´ . Alangkah baiknya terlebih dahulu saling tersenyum, kemudian berjabat tangan lalu menyebutkan nama masing-masing. Baru kemudian mengutarakan maksud dan tujuan. Hal
seperti itu untuk menciptakan rasa nyaman keduabelah pihak dan akhirnya komunikasi selanjutnya menjadi lancar. Apalagi di era online ini, dimana orang bisa bertemu melalui berbagai media tanpa bertatap muka secara langsung. Pernah ada yang mengatakan bahwa melalui internet ini bahkan kita tidak tahu seandainya sedang berbicara dengan seekor anjing. Artinya semua serba anonym, tanpa nama, tanpa identitas. (Meskipun secara teknologi bisa dilacak siapa, mengakses apa, dari mana, bagaimana caranya dan kapan). Maka jika kita ingin berinteraksi dengan sesama pengguna media online yang lain a langkah baiknya saling membuka identitas terlebih dahulu, khususnya untuk interaksi melalui saluran privat seperti email dan chatting. Sama dengan interaksi secara offline atau tatap muka langsung, maka komunikasi melalui media online hendaknya juga memerhatikan etika untuk menciptakan suasana yang nyaman. Jika belum saling kenal maka alangkah baiknya saling berkenalan terlebih dahulu dengan cara yang baik. Baru kemudian kita sampaikan apa yang menjadi maksud dan tujuan kita. Coba bandingkan contoh kasus berikut ini: 1. ³Selamat pagi, saya Budi, mendapatkan YM Anda dari website. Berapa ya harga domain dan hosting 1 giga?´ 2. ³Kalo 1 giga sekarang berapa?´ Rasanya lebih enak yang mana? Nomor 1 sudah memenuhi beberapa hal: salam, perkenalan, tujuan. Sementara nomor 2 langsung menyampaikan tujuan. http://deteksi.info/2009/09/etika-komunikasi-di-internet/