BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia. Salah satu tujuan MDGs adalah mengurangi kematian anak dengan target menurunkan angka kematian anak di bawah lima tahun (balita) sebesar dua per tiga jumlahnya selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2015 target yang ingin dicapai 102/100.000 kelahiran hidup tapi belum tercapai. Bappenas.(2015)Tersedia Dalam ( http://angka diakses 18 mei 2016 Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada neonatus yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa ikterus pada neonatus harus dilakukan pada waktu melakukan kunjungan neonatal/pada saat memeriksa bayi diklinik Angka kematian bayi di Negara. negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan Philipina 26/1000 per kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi
di
Indonesia
cukup
tinggi
yakni
26,9/2000
per
kelahiran
hidup
(www.yanmedik-depkes.net, diakses18 mei 2016) AKB di Indonesia sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup Hasil ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, meskipun demikian penurunan yang terjadi tidak berlangsung cepat, tetapi turun perlahan. Berdasarkan pola ini, diperkirakan di tahun 2015 AKB di Indonesia mencapai 21 kematian bayi per 1000 kelahiran maka salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi
ikterus neonatorum yang paling berat.(www.yanmedik-
depkes.net,diakses 18 mei 2016) Angka kejadian dan angka kematian neonatus akibat komplikasi seperti Asfiksia,Infeksi, Hipotermia, Ikterus, dan BBLR didiharapkan Bidan sebagai ujung tombak pelayanan yang mungkin menjumpai kasus Ikterus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan kompetensi dan fasilitas yang tersedia. Bidan dan perawat yang terampil dan kompeten dalam manajemen Ikterus diharapkan dapat menangani kasus Ikterus dengan baik dan benar. ( http://www.google.com) di akses 18 mei 2016
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pembahasan karya tulis ini adalah asuhan kebidanan pada bayi “L” dengan Ikterus di RS lakipadada tanggal 04 mei sampai 10 mei Tahun 2016. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus sesuai dengan manajement kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan khusus a) Dapat Melakukan pengkajian pada bayi “L” dengan ikterus neonatorum di RSUD lakipadada tanggal 04 mei sampai 10 mei tahun 2016 b) Dapat menusun tindakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada bayi “L’ dengan ikterus neonatorim di RSUD lakipadada tanggal 04 mei sampai 10 mei tahun 2016 c) Dapat melaksanakan secara langsung rencana tindakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada bayi “L” dengan ikterus neonatorim di RSUD lakipadada tanggal 04 mei sampai 10 mei tahun 2016
d) Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada bayi “L” dengan ikterus neonatorim di RSUD lakipadada tanggal 04 mei sampai 10 mei tahun 2016 e) Dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada bayi “L”
dengan ikterus neonatorim di RSUD lakipadada tanggal 04 mei
sampai 10 mei tahun 2016
D. Manfaat 1. Bagi penulis Untuk menambah wawasan penulis mengenai asuhan kebidanan pada ikterus neonatorum dan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di AKADEMI KEBIDANAN BINAH SEJAHTERA RANTEPAO 2. Bagi Institusi menambah wacana serta informasi bagi pembaca perpustakaan dan meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada neonatus dengan ikterus . 3. Bagi petugas ruang bayi RS LAKIPADADA Penelitian ini sebagai bahan masukan agar bidan dan perawat yang ada di ruang RS LAKIPADADA mampu memberikan pelayanan dan asuhan kebidanan yang dilakukan secara maksimal dan komprehensif. E. Metode penulisan
Metode yang digunakan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1. Studi perpustakaan Dimana penulis mempelajari berbagai buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah karya tulis ini 2. Studi kasus Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian data , perumusan diagnosa, dan masalah kebidanan , perencanana tindakan , inplementasi dan dan evalauasi, menghimpun data informasi dalam pengkajian dengan menggunakan teknik: 1) Anamnese Mengadakan wawancara langsung dengan orang tua, biidan, dokter diruangan perinatologi yang berhubunagn dengan masalah bayi “L” 2) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dilakukan secara sistematik mulai dari kepala sampai kaki meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultai dan pemeriksaan laboratorim.
3. Studi dokumentasi Membaca dan mempelajari status yang berhubungan maslah klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat maupun pemeriksaan laboratoium. 4. Diskusi
Penulis mengadakan tanya jawab dengan dokter dan bidan dengan masalah klien serta diskusi dengan dosen pembimmbing karya tulis ilmiah ini F. Sitematika penulisan Adapun sistem penulisan yang digunakan untuk penulisan karya tulis ini terdiri dari: BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang ruang lingkup pembahasan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika penuisan. BAB II: Tinjauan pustaka yang terdiri dari A. Tinjauan umum tentang bayi ikterus : pengertin, jenis-jenis ikterus neonatorum, tanda dan gejalah. B. Tinjauan ikterus tentang: etiologi, penyebab ikterus, penegakan diagnostik, faktor resiko, penatalaksanan ikterus, Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir, komplikasi, Pencegahan Ikterus Pada Bayi, Kremer
Ikterus,
Bagan
Penanganan
Ikterus,
SOP
(Standar
Operasional) C. Tinjauan tentang standar asuhan kebidanan : pengertian, tahapan standar asuhan kebidanan BAB II: tinjauan kasus yang terdiri dari 1 pengkajian, satandar II diagnose atau masalah kebidanan , satndar III peencanan, standar IV implementasi, standar V evaluasi, standar VI pencatatan asuhan kebidanan ( SOAP) BAB IV: pembahasan Menguraikan tentang kesenjangan teori dan praktek yang ada sesuai dengan proses standar asuhan kebidanan BAB V: Penutup : kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum tentang bayi ikterus 1. Pengertian Ada beberapa pengertian ikterus neonatorum antara lain: a. Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkongjugasi dan ikterus pada hari ketiga (www.yanmedik-depkes.net tanggal 18, mei 2016) b. Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada konsentrasi > 5 mg/dl
bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan
dalam
minggu
pertama kehidupannya. Dikemukakan
bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm). (www.yanmedikdepkes.net 2016 ) c. Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk neonatorum setelah ada hasil laboratorium yang menunjukan kadar serum bilurubin. Hiperbilirubinemia fisiologi kadar bilirubin tidak kurang > 10 mg/dL pada bayi kurang bulan dan < 12 md/Dl bayi cukup bulan. hiperbilirubinemia patologi apabila bilirubin total>12 > 10 mg/dL ( www.yanmedik-depkes.net) d akses 201 mei 2016 d. Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa neonates terjadi
akibat akumulasi bilirubin yang
berlebihan dalam
darah dan jaringan Bilirubin itu sendiri merupakan hasil pemecahan sel darah merah (hemoglobin)
(Schartz William,
2014)
(
http://www.google.com) di akses 20 mei 2016 e. Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun, sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubinindirect (bebas) menjadidirect yang larut dalamair.
Masalahny
organ hati sebagianbayi baru lahi belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan bilirubin
bebas
tersebut (Dhafinshisyah, 2013) (
http://www.google.com) di akses 20 mei 2016
2. Jenis-jenis Ikterus Neonatorum Ikterus neonatorum sendiri ada 2 jenis yang berbeda tanda, penyebab dan penanganannya. Ke-2 jenis tersebut adalah: a. Ikterus fisiologis Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidah menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai
potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus
(ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.(Sarwono, 2013) 1. Ikterus yang timbul pada hari kedua
atau
ketiga
lalu
menghilang setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua. 2. Tidak mempu nyai dasar patologis c. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan 3. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus 4. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi 5. Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah. b. Ikterus patologis Adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik,.Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%. (Sarwono, 2013). a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama b. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada neonatus kurang bulan. c. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.
d. Ikterus pada BBLR yang terjadi hari ke 2-7 e. Ikterus pada BBLR dengan pewarnaan kuning melebihi/melewati daerah muka g. infeksi, Asfiksia ,hipoksia ,dan gawat nafas pada neonatus h. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia kurang dari 8 hari atau14 hari Tabel
Klasifikasi Ikterus Tanya dan Lihat
Tanda / Gejala
Mulai kapan ikterus ? Daerah mana yang ikterus? Bayinya kurang bulan ? Warna tinja ?
Ikterus segera setelah Ikterus lahir patologis Ikterus pada 2 hari pertama Ikterus pada usia > 14 hari Ikterus lutut/ siku/ lebih Bayi kurang bulan Tinja pucat Ikterus fisiologis
Ikterus usia 3-13 hari Tanda patologis (-)
Klasifikasi
3. Tanda Dan Gejala Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus b.
adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis). Sedangkan menurut Handoko (2014) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah
mencapai sekitar 40 µmol/l. Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala: 1. Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah) 2. Pucat, Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular. 3. Trauma lahir, Bruising, sefalhematom
(peradarahan
kepala),
perdarahan tertutup lainnya. 4. Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat. 5. Letargik dan gejala sepsis lainnya. 4. Etiologi Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena: a. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek. b. Produksi bilirubin serum yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, c. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat hipoksia dan infeksi. d. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. e. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar
5. Penyebab Ikterus 1. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi 2. 3. 4. 5.
intra uterin. Ekstravasasi sel darah merah, trauma lahir. Ibu diabetes. Hipoksia/asfiksia Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang
berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi
dengan ibunya. 6. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver. 7. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver 6. Penegakan Diagnosis 1. Visual Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya bias penilaian. Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut. WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang. b. Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan. c. Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning. 2. Bilirubin Serum Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif
yang
dianggap
dapat
meningkatkan
morbiditas
neonatus.
Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil). Beberapa
senter
menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadarbilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu. 3. Bilirubinometer Transkutan Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa. Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai
menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining, bukan untuk diagnosis. 4. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini menerangkan
mengapa
ensefalopati
bilirubin
dapat
terjadi
pada
konsentrasi bilirubin serum yang rendah. Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas. Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase. Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan bilirubin bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah. Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah
yang ekuivalen. Berdasarkan
hal ini, maka
pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin. 7. Faktor Resiko Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum: 1. Faktor Maternal a.Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani) b. Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) c.Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik. d.ASI 2. Faktor Perinatal a. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis) b. Infeksi (bakteri, virus, protozoa) 3. Faktor Neonatus a. Prematuritas b. Faktor genetik c. Polisitemia
d. Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol) e. Rendahnya asupan ASI f. Hipoglikemia 8. Patofisiologi a. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin reduktase,dan
oleh
agenpereduksi
kerja
heme
nonenzimatik
oksigenase,biliverdin dalam
sistem
retikuloendotelial, b. Setelah pemecahan hemoglobin,bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh Protein intraseluler ‘’Y protein’’dalam hati.pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya ikatan protein. c. Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar larut dalam air (bereaksi direk). d. Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal dengan konjugasi bilirubin masuk dalam empedu melalui membran kanalikular kemudian ke sistem gastointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urin.beberapa
bilirubin
diabsorbsi
kembali
melalui
sirkulasi
enterohepatik. e. Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut dalam lemak,tak terkonjugasi,non polar(bereaksi indirek) f. Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transferase.rendahnya
pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan darah hepatik. g. Jundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak yang terdapat dalam ASI terjadi 4- 7 hari setelah lahir dimana terdapat tkenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 – 30 mg/dl selama minggu ke 2- ke 3.biasanya bisa mencapai usia 4 minggu
dan
menurun
setelah
10
minggu.jika
pemberian
ASI
dilanjutkan,hyperbilirubinemia akan menurun berangsur angsur dapat menetap selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih rendah.jika pemberian ASI dihentikan,kadar bilirubin serum akan turun dengan cepat biasanya 1-2 hari dan pengganti ASI dengan susu formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengn cepat,sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke kadar yang tinggi seperti sebelumanya. h. Bilirubin yang patologi tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam pertama kelahiran.sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis muncul antara 3-5 hari sesedah kelahiran.
9. Penatalaksanaan Ikterus
a) Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. b) Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai. c) Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat. 10. Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir: Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang mendapatkan sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut mulai
melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
sinar
terhadap
hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar matahari,
sinar
lampui
tertentu
juga
mempunyai
pengaruh
dalam
menurunkan kadar bilirubin pada bayi prematur yang diselidikinya. Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi juga efektif terhadap
hiperbilirubinemia
oleh
sebab
lain.
Pengobatan
cara
ini
menunjukkan efek samping yang minimal, dan belum pernah dilaporkan efek jangka panjang yang berbahaya. Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan: a)
Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin denganmembuka pakaian bayi. b) Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi. c) Bayi diletakkan 30 cm di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal. d) Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian
tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh. e) Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam. f) Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam. g) Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis. h) Pengawasan nutisi/ASI Pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat Untuk pemberian ASI sangat dianjurkan untuk memberikan ASI
ekslusif
yaitu
pemberian
ASI
saja
tanpa
makanan
pendamping lainnya selama 6 bulan penuh kemudian dilanjutkan sampai usia dua tahun dengan ditambah makanan pendamping ASI. Bila dievaluasi ternyata tidak banyak perubahan pada kadar bilirubin, perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang kkurang efektif,
atau ada komplikasi pada bayi seperti dehidrasi, hipoksia (kekurangan oksigen), infeksi, gangguan metabolisme, dan lain-lain. 11. Komplikasi Setiap pengobatan selalu akan menimbulkan efek samping. Dalam penelitian yang dilakukan selama ini, tidak ditemukan pengaruh negatif terapi sinar terhadap tumbuh kembang bayi. Efek samping hanya bersifat sementara, dan dapat dicegah/diperbaiki dengan memperhatikan tata cara enggunaan terapi sinar. Kelainan yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain: 1. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian cairan harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa minum ASI, sesering mungkin berikan ASI. 2. Frekwensi buang air besar meningkat karena hiperperistaltik (gerakan usus yang meningkat). 3. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan alat gerak. 4. Kenaikan suhu tubuh. 5. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum, rewel, yang hanya bersifat sementara. Komplikasi biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding dengan manfaat penggunaannya. Karena itu terapi sinar masih merupaka pilihan dalam mengatasi hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir 12. Pencegahan Ikterus Pada Bayi Mencegah Ikterus Pada Bayi Ikterus
dapat
dicegah
sejak
masa
kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur,
untuk
mencegah
sedini mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia
(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya.
B. Kremer Ikterus Gambar 1. Derajat Kremer Ikterus
Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka
digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar. Tabel 2. Derajat Kremer Ikterus N O
Derajat kremer I II III IV V
Bagian tubuh yang kuning
Kadar bilirubin
Daerah kepala dan leher Sampai batas atas Sampai badan bawah hingga tungkai. Sampai daerah lengan, kaki bawah dan lutut Sampai Daerah telapak tangan dan kaki.
5,0 mg% 9,0 mg% 11,4mg%. 12,4mg% 16,0 mg%
C. Bagan Penanganan Ikterus Tabel 3. Penanganan Ikterus Tanda-Tanda Kategori Penilaian 1.Daerah ikterus (rumus kremer) 2.Kuning hari ke: 3.Kadar bilirubin Penanganan Bidan atau puskesmas
Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang kejang Normal Fisiologik Patologik 1 1-2 ≤5mg%
1+2 >3 5-9mg%
1sampai 4 >3 11-15mg %
1 sampai 5 >3 >15-20mg%
Terus diberi ASI
1. Jemur dimatahari pagi jam 7-9 selama 10 menit 2. Badan bayi telanjang,mata ditutup
1sampai 5 >3 >20mg%
1. Rujuk kerukah sakit 2. Banyak
3. Terus diberi ASI 4. Banyak minum Rumah sakit
Sama dengan diatas
Sama dengan diatas
minum
Terapi sinar
Terapi sinar
Periksa golongan darah ibu dan bayi periksa kadar bilirubin Waspadai bila Tukar Nasihat bila kadar semakin kuning darah bilirubin naik ,kembali > 0.5mg/jam coomb’s test
D. Tinjauan tentang standar asuhan kebidanan 1. Pengertian Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambialan keputusan tindakan yang dilakukan oleh bidan denagan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pendokumentasian. 2. Tahapan standar asuhan kebidanan A. Standar I : Pengkajian 1. Persyaratan standar Mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan 2.
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien Kritria pengkajian a). Data tetap dan akurat b). Data terdiri dari data subjektif( hasil anamnenses: biodata, keluhan utama, riwayat obsetri, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial) c). Objektif ( hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan
pemeriksaan penunjang B. Standar II : Perumusan diagnosa
1. Persyaratan standar Menganalisa data yang diperoleh saat pengkajian, menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa masalah kebidanan yang tepat 2. Kriteria perumusan diagnosa dan masalah a. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien c. Dapat diselsaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. C. Standar III: Perencanaan 1. Persyaratan standar Merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan masalah yang ditekakan 2. kriteria perencanaan a. rencana tindakan disusun berdaraskan perioritas masalah dan kondisi klien: tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan komprehensif b. melibatkan klien atau keluarga c. mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien dan kluarga d. memilih tindakan yang aman dan sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidenbace dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat bagi klien e. pertimbakan kebijakan dan perraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas yang ada D. Standar IV: Implementasi 1. Persyaratan standar
Melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, dan aman serta berdasarkan evidenbased kpada klien, dalam bentuk upaya promotif, kolaborasi dan rujukan 2. Kriteria a. Mempertahankan keunikan klien sebagai mahluk bio-psikososial-spiritual-kultural b. Setiap tindakan asuhan kebidanan harus amendapat kan c. d. e. f. g.
persetujauan darti klien dan keluarga ( inform concent) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidenbased Melibatakan klien dalam setiap tindakan Menjaga privasi klien Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan h. Menggukanan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai i. Melakukan tindakan seuai standar j. Mecatat semua tindakan yang telah dilkukan E. Standar V: Evaluasi 1. Persyaratan standar Melakukan evaluasi secara intim dana berkesinambunagan utuk melihat keefektifa dari asuhan Yang sudah dibrikan , sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien 2. Kriteria evaluasi a. Penilaian pendokumentasian segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien atau keluarga c. Evaluasi dilakukan sesuai standar d. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien F. Standar VI : Pencatatan asuahn kebidanan
1. Persyaratan standar Melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan yang ditemukan dan dilakukan dalaam memberikan asuhan kebidanan 2. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan Pencatatan dilakukan segera setelaah melaksanakan asuhan kebidanan pada formulir yang teredia ( rekam medis, KMS, status pasien, buku KIA, ditulis dalam bentuk SOAP yang terdiri dari data subjektif ( mencatat hasil anamnesa), objektif ( Mencatat hasil pemeriksaan ), (
mencatat
diagnosa
penatalaksanaan(
dan
mencatat
masalah
seluruh
hasil aanlisa kebidanan),
perencanan
dan
penatalaaksanaan yag sudah dilakukan seperti tindaka antisipasi,
tindakan
segera,
tindakan
komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi, dan rujukan
BAB III STUDI KASUS
No.RM
:086120
hari/Tanggal
: 28, April 2016
Pukul
: 16:00 wita
Tempat pengkajian
:RSUD lakipadada
pukul
: 16.00 wita
I. PENGKAJIAN A. (Data Subjektif): 1. Identitas bayi Nama Bayi Umur Tgl./Jam Lahir Jenis Kelamin Anak 2. Identitas Orang Tua : Nama
: By. Ny. “L” : 5 Hari : 24 April 2016 / 17:15 wita : perempuan : VI ( lima) : Ny. lenning
3.
Umur : 33 tahun Suku/Bangsa : toraja / Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Alamat : Umbulharjo Riwayat persalinan Bayi lahir pada tanggal 24 April 2016, UK 30 minggu, di RS, ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan bayi baru lahir menangis lemah, tonus otot kurang kuat, warna kulit bayi kemerahan dengan BB:1050gr, PB: 35 cm, LP: 26
cm, LD: 21 cm, LLA: 6 cm, jenis kelamin B. Data objektif 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan Umum : cukup b. Tanda Vital : Suhu : 37° C Pernafasan : 44 kali/mnt :
Nadi : 24 kali/mnt c. Tangisan d. keaktifan
: menangis lemah : normal, ekstramitas atas dan bawa aktif namun lemah
2. pemeriksaan fisik umum a. Kepala : Ubun-ubun datar, sutura tidak teraba penyusupan, tidak ada caput succedaneum dan tidak ada cepal hematoma. b. Rambut : Bersih, hitam, tidak mudah rontok. c. Mata : Mata tidak cekung, sklera berwarna kuning , konjungtiva merah muda, simetris d. Teling : Bersih, tidak ada serumen, kanan dan kiri simetris warna kuning. e. Hidung : Bersih, tidak terdapat secret, simetri, warna kuning. Mulut : Bibir warna tidak pucat, tidak ada labioskisis dan labiopalatoskisis, tidak ada stomatitis. f. Kulit : Bersih, kering, turgor masih bagus, tampak kekuningan pada tubuh bagian atas yaitu bagian muka
hingga Leher dan anggota tubuh lain berwarna kemerahan. g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe Serta vena jugularis pewarnaan kuning. h. Dada :Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak Ada suara ronci dan wezing, serta dada berwarna kuning. : Tidak teraba benjolan, tidak ada perdarahan tali pusat, talipusat sudah kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi, serta perut berwarna kemerahan dan dinding perut tidak lembek. j. Ekstermitas : Gerak tidak terlalu aktif, jari kaki dan tangan lengkap, dan tidak terjadi fraktur pada ekstremitas, pewarnaan pada ekstremitas tidak kuning. k. Genetalia :labia mayora kanan dan kiri menutupi labia Minora kanan dan kiri, terdapat 1 lubang uretra dan 1 i. Perut
lubang vagina l. Anus : berlubang 3. Antropometri a. lingkar kepala b. lingkar dada c. lingkar lengan atas d. berat badan lahir e. panjang badan f. lingkar perut 4. Refleks a. refleks morro b. refleks tonicnek c. refleks rooting d. refleks graps e. refleks bebinsky f. reflek suxking 5. Data tambahan
: 30 cm : 21 cm : 6 cm : 1050 gr : 35 cm : 26 cm : + ( lemah) : + ( lemah) : + ( lemah) :+ :+ ;+
Apgar score
1 menit
5 menit
Denyut jantung
2
2
Pernapasan
2
2
Refleks
1
1
Tonus otot
1
1
Warna kulit
1
1
Jumlah
7
7
6. Pemeriksaan penunjang no 1
Tanggal/ja m 23 juni pukul 20.16
Hasil
normal
bilirubin total : 9,91 mg/dl
Bilirubin total : < 10 mg/dl pada bayi prematur. < 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan
II. PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH KEBIDANAN BBLR spontan , neonatus hari kelima dengan ikterus neonatorum III. PERENCANAAN 1. cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 2. lakukan observasi fototerapi pada By Ny “L” dengan durasi 3X6 jam 3. observasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. 4. observasi hitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta IV.
mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali Implementasi 1. mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 2. melakukan observasi fototerapi pada By Ny “L” dengan durasi 3X6 jam 3. Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. 4. observasi hitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali
V. Evaluasi
1. 2. 3. 4.
sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan Bayi Ny “ L” dilakukan fototerapi dengan durasi 3X6 jam fototerapi berjalan dengan lancar selama 6 jam sudah d lakukan observasi pada bayi ny “ L” hasil:
no 1
Tanggal/jam 28, april 2016 Jam,16:00 28 april 2016 pukul 19.00 28 april 2016 pukul 22.10 28 april 2016 pukul 00.00
2 3 4
Hasil P : 48 X/menit, HR:124x/menit, S: 37, Residu : 1cc, ASI : 2 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya P : 50 X/menit, HR:124124x/menit, S: 37, Residu : tidak ada, ASI : 2 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya S: 37 aff infus karna febris P: 54 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 10 cc melalui OGT , BAB : Yya, BAK : ya
STANDAR VI : Pencatatan asuahn kebidanan ( SOAP ) No.RM
:086120
hari/Tanggal
: 28, April 2016
Pukul
: 16:00 wita
Tempat pengkajian
:RSUD lakipadada
pukul
: 16.00 wita
Data subjektif PV, AO, HPHT 19 september 2015 , ibu melahirkan pada tanggal 24 april 2016 pada pukul 15,00 wita Data objektif
Bayi lahir pada tanggal 24 April 2016, UK 24 minggu, di RS, ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan bayi baru lahir menangis lemah, tonus otot kurang kuat, warna kulit bayi kemerahan dengan BB:1050gr, PB: 35 cm, LP: 26 cm, LD: 21 cm, LLA: 6 cm, jenis kelamin perempuan ANALISIS BBLR spontan , neonatus hari kelima dengan ikterus neonatorum PENATALAKSANAAN 1. 16.00 mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan ,sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 2. 16.03 melakukan observasi fototerapi pada By Ny “L” dengan durasi 3X6 jam, Bayi Ny “ L” dilakukan fototerapi dengan durasi 3X6 jam 3. 16. 10 Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 jam sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. fototerapi berjalan dengan lancar selama 6 jam 4. 16. 20 observasi hitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali sudah d lakukan observasi pada bayi ny “ L” hasil:
no 1
Tanggal/jam 28, april 2016
Hasil P : 48 X/menit, HR:124x/menit, S: 37, Residu : 1cc,
2
Jam,16:00 28 april 2016
ASI : 2 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya P : 50 X/menit, HR:124124x/menit, S: 37,
pukul 19.00
Residu : tidak ada, ASI : 2 cc melalui OGT , BAB :
3
ya, BAK : ya 28 april 2016 S: 37 aff infus karna febris
4
pukul 22.10 28 april 2016
P: 54 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 10 cc melalui
pukul 00.00
OGT , BAB : Yya, BAK : ya
Catatan Perkembangan No.RM
:086120
hari/Tanggal
: 28, April 2016
Pukul
: 16:00 wita
Tempat pengkajian
:RSUD lakipadada
pukul
: 16.00 wita
Identitas bayi Nama Bayi Umur Tgl./Jam Lahir Jenis Kelamin Anak 1. Hari pertama
: By. Ny. “L” : 5 Hari : 24 April 2016 / 17:15 wita : perempuan : VI ( lima)
Data Subjektif : bayi lahir tanggal 24 april dengan umur kehmilan 24 minggu , pada saat ini bayi bermur 4 hari Data Objektif :
Keadaan umum bayi baik ,Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 2 cc/3 jam, Ikterik
ANALISA: By Ny “L” umur 4 hari dengan ikterus neonatorum PENATALAKSANAAN A. Tanggal/jam : 28, mei 2016 Jam,09:00 16.0 mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan ,sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 16.3 melakukan observasi fototerapi pada By Ny “L” dengan durasi 3X6 jam, Bayi Ny “ L” dilakukan fototerapi dengan durasi 3X6 jam 16. 10 Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 Jam sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. Fototerapi Berjalan dengan lancar selama 6 jam 16. 20 observasi hitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT Serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali sudah d lakukan observasi pada bayi ny “ L” hasil: no 1 2 3 4
Tanggal/jam 28, april 2016 Jam,16:00 28 april 2016 pukul 19.00 28 april 2016 pukul 22.10 28 april 2016 pukul 00.00
Hasil P : 48 X/menit, HR:124x/menit, S: 37, Residu : 1cc, ASI : 2 cc melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya P : 50 X/menit, HR:124124x/menit, S: 37, Residu : tidak ada, ASI : 2 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya S: 37 aff infus karna febris P: 54 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 10 cc melalui OGT , BAB : Yya, BAK : ya
2. Hari kedua Data Subjektif : bayi lahir tanggal 24 april dengan umur kehmilan 24 minggu , pada saat ini bayi bermur 4 hari Data Objektif : Keadaan umum bayi baik ,Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 4 cc/3 jam, Ikterik ANALISA: By Ny “L” umur 4 hari dengan ikterus neonatorum PENATALAKSANAAN B. Tanggal/jam : 29, mei 2016 Jam,09:00 9. 00 mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan ,sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 9. 10 melakukan observasi fototerapi pada By Ny “L” dengan durasi 3X6 jam, Bayi Ny “ L” dilakukan fototerapi dengan durasi 3X6 jam 09. 20 Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 Jam sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. Fototerapi Berjalan dengan lancar selama 6 jam 09. 30 observasi hitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT Serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali sudah d lakukan observasi pada bayi ny “ L” hasil: no
Tanggal
hasil
1
2
/jam 29,
mei P : 50 X/menit, HR:140x/menit, S:
2016
37,1, Residu : tidak ada, ASI :4 cc
Jam,09:00 melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya 29, mei P : 48 X/menit, HR:124x/menit, S: 2016
3
37,, Residu : tidak ada, ASI : 4 cc
Jam,12:00 melalui OGT , BAB : ia, BAK : ya 29, mei P : 38 X/menit, HR:124x/menit, S: 2016
38,3, Residu : tidak ada, ASI : 4 cc
Jam,15:00
melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya
3. Hari ke tiga Data Subjektif : bayi lahir tanggal 24 april dengan umur kehmilan 24 minggu , pada saat ini bayi bermur 4 hari Data Objektif :
Keadaan umum bayi baik ,Bayi bernafas spontan, menangis, Bayi didalam incubator, Turgor kulit elastis, Minum dengan OGT 5 cc/3 jam, Ikterik ANALISA: By Ny “L” umur 4 hari dengan ikterus neonatorum PENATALAKSANAAN C. Tanggal/jam : 30, mei 2016 Jam,05:00 5.0 mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan ,sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 5.10 melakukan observasi fototerapi pada By Ny “L” dengan durasi 3X6 jam, Bayi Ny “ L” dilakukan fototerapi dengan durasi 3X6 jam 05.20 Mengobservasi posisi bayi saat dilakukan terapi sinar setiap 4 Jam sekali agar sinar dapat merata mengenai tubuh bayi. Fototerapi Berjalan dengan lancar selama 6 jam 05. 40 observasi hitung respirasi, dan memberikan nutrisi ASI/OGT Serta mengobservasi eliminasi setiap 3 jam sekali sudah d lakukan observasi pada bayi ny “ L” hasil:
no 1
2
Tanggal /jam 30, mei 2016
hasil P : 50 X/menit, HR:123x/menit, S:
Jam,05:00
36,1, Residu : tidak ada, ASI :5 cc
30, mei 2016
melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya P : 48 X/menit, HR:124x/menit, S:
Jam,09:00
37,, Residu : tidak ada, ASI : 5 cc melalui OGT , BAB : ia, BAK : ya
3
30, mei 2016
P : 38 X/menit, HR:124x/menit, S:
Jam,12:00
38,3, Residu : tidak ada, ASI : 5 cc melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya
BAB IV PEMBAHASAN
Pada BaB ini akan diuraikan mengenai kesenjangan antar teori dan hasil tinjauan kasus pada pelaksaan asuhan kebidanan pada bayi “L” dengan ikterus neonatorum di RSUD lakipadada tanggal 04 mei sampai 10 mei 2016. Dalam pembahasan ini , penulis akan membandingkan antara asuhan kebidanan yang dilakukan denagn teori yan ada Standar I Pengkajian
Pada tahap pengkajian pada teori didapatkan yaitu tandatanda
ikterus
patologis seperti kulit bayi dan sklera tampak kuning dan pucat, konsentrasi urine pekat, insomnia (susah tidur), letargi (keadaan kesadaran
yang
menurun,
seperti
tidur
lelap),
hypotrie
(berkurangnya tonus otot) reflek hisap kurang, moro lemah, irritabel, tremor, konvulsi suara tangisan tinggi sedangkan
pada
kasus bayi Ny. “ L” diperoleh karakteristik bayi sebagai berikut, pewarnaan kuning melewati daerah muka dan sklera tampak kuning, feses tampak kuning, dan reflek hisap kurang.
Standar II perumusan diagnosa atau masalah kebidanan Dikatakan bayi ikterus neonatorum disebabkan peningkatan kadar hiperbilirubin sehingga timbul pewarnaan
kuning
pada
tubuh
bagian atas yaitu muka hingga leher Standar III Prencanaan Perencanana dalam proses penyususn suatu rencana tindakan berdasarkan identifikasi masalah saat sekarang
pada
kasus
By
Ny “L”
pemenuhan kebutuhan
diberikan
berupa ASI melalui OGT, dan untuk gangguan integritas kulit telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan akan dilakukan terapi dengan melakukan kolaborasi dengan dr spesialis anak untuk pemberian fototerapi. Standar IV Implementasi Pelaksanaan tindakan ini pada prinsipnya telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat akan tetapi tidak semua rencana dapat dilakukan. Pada gangguan integritas
kulit
tindakan
untuk
monitoring
bilirubin
direct
dan
indirect
(pemeriksaan laboratorium lainnya) dilaksanakan dengan kerjasama dengan tim kesehatan lain , pemberian terapi penulis bekerjasama dengan perawat dan dr. di kamar bayi. pemberian fototerapi dilakuakan selama 3X6 jam, bayi didalam incubator, Kedua mata harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata bayi. Bayi diletakkan 30 cm di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4 jam. Pengawasan nutisi/ASI setiap 3 jam sekali. Standar V Evaluasi
Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat setelah dilakukan perawatan, evaluasi hasil yaitu evaluasi
yang
setelah
tujuan
didapat selama 3 rencana
nutrisi sesuai dengan
hari
dilakukannya
tindakan tercapai
yaitu
kebutuhan, dan diperoleh
tindakan
memberikan kondisi
bayi
yang membaik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Standar VI Pencatatan asuhan kebidanan Pencatatan dilakukan secara lengkap akurat, singkat dan jelas mengenai kejadian yang ditemukan dalam pemberian asuhan kebidanan Hasil penulis dapatkan dalam pencatatan asuhan kebidanan tercapai yaitu gangguan integritas pada kulit dengan cara pemberian terapi sinar yang sudah dilakukan dan diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian didapatkan hasil yaitu karakteristik bayi sebagai berikut, pewarnaan kuning melewati daerah muka hingga leher dan sklera tampak kuning, feses tampak kuning, dan reflek hisap kurang, pemenuhan nutrisi bayi dari OGT. 2. Pada diagnosa kebidanan atau masalah kebidanan bayi “L” dimunculkan diagnosa potensial berupa peningkatan kadar hiperbilirubin sehingga timbul pewarnaan kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher 3. Pada perencanaan tindakan asuhan kebidanan bayi “L” dengan peenuhan kebutuhan diberikan berupa ASI melalui OGT, dan untuk gangguan integritas kulit telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan dilakukan terapi dengan pemberian fototerapi. 4. Pada pelaksanaan tindakan ini pada prinsipnya telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat 5. Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat setelah dilakukan perawatan 6. Pencatatan asuhan kebidanan tida ada kesenjangan antara kasus dan teori B. Saran 1. Bagi profesi kebidanan Diharapkan bagi Bidan jika menemukan kasus ikteru neonatorum untuk dapat
melakukan
pemeriksaan
secara
seksama
dan
mampu
mengidentifikasi dan memberiakan pertolongan pertama pada bayi ikterik dan merujuk kasus tersebut ketingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. 2. Bagi RSUD lakipadada Khusus untuk kamar bayi agar dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan mutu pemberian asuhan kebidanan yang lebih baik pelaksanannya, yang dapat dirasakan penulis sangat mendukung dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini..
3. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, membangun kerangka empiri (hasil lapangan) dan sebagai masukan bagi pihak yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut, terutama berkaitan dengan informasi kesehatan neonates