BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan, Indonesia memiliki 81.000 km garis pantai. Sepertiga dari jumlah seluruh hutan mangrove dunia terletak di Indonesia. Dengan jumlah seluas itu, kawasan hutan mangrove Indonesia adalah bagian dari 18 - 24 persen hutan mangrove dunia. Habitat ini meluas hingga 4juta hektar, Namun keadaan hutan mangrove Indonesia sangat memprihatinkan karena 70% hutan mangrove Indonesia telah hancur. Menurut Food and Agricultural Organization (FAO) setiap tahunnya Indonesia kehilangan 60.000 hektar hutan bakaunya (bagian yang menjadi kesatuan dari hutan mangrove). Salah satu lokasi lokasi hutan mangrove adalah di daerah Suwung, Denpasar, Bali. Jumlah hutan mangrove di daerah ini juga kian berkurang tiap tahunya akibat kurangnya penanaman bibit bakau baru dan semakin sempitnya lahan akibat bertambahnya pembangunan gedung-gedung baru. Masyarakat juga kebanyakan menganggap kalau hutan mangrove ini tidak begitu berpengaruh pada penanganan masalah lingkungan yang sedang dihadapi. Tentu saja ini akan semakin berpengaruh terhadap ekosistem lingkungan karena hutan mangrove sebenarnya sangat banyak memiliki manfaat dan fungsi bagi pelestarian lingkungan. Hutan mangrove sangat banyak memiliki manfaat salah satunya adalah sebagai pencegah abrasi ( pengikisan tanah akibat air laut ), penghasil oksigen, tempat tinggal berbagai tumbuhan dan hewan kecil ( seperti kepiting, kerang, ikan-ikan kecil, dan spesies primate yang tinggal di dahan mangrove itu ), dan masih banyak manfaat yang lain. Maka dari itu melihat banyaknya manfaat dari hutan mangrove ini semoga
masyarakat
bakau agar kelestarian
ikut
berpartisipasi
lingkungan
hidup
dalam
dapat
program
semakin
penanaman
ditingkatkan,
dan
presentase perkembangan hutan mangrove tiap tahunya tidak semakin berkurang akibat pencemaran lingkungan atau kegiatan merugikan lainnya yang dilakukan manusia.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja yang ada didalam hutan mangrove? 2. Bagaimana cara penanaman tanaman mangrove ? 3. Bagaimana upaya melestarikan hutan mangrove ? 4. Apa saja potensi yang dihasilkan oleh hutan mangrove ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja yang ada di hutan mangrove. 2. Untuk mengetahui bagaimana cara penanaman tanaman mangrove. 3. Untuk mengetahui apa saja upaya untuk melestarikan hutan mangrove. 4. Untuk mengetahui potensi yang dihasilkan oleh hutan mangrove.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penjelasan Bakau dan Hutan Mangrove 2.1.1 Pembahasan Bakau Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan mangrove. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, karena jenis tanah yang berada di bawahnya
termasuk
tanah
perkembangan
muda
(saline young
soil)
yang
mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa, kapasitas tukar kation yang tinggi juga. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan amonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan. Hutan bakau dapat tumbuh dan berkembang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya. Tetapi hutan bakau juga mudah rusak dan sulit untuk pulih kembali. Banyak diantara pantai-pantai di Indonesia yang mengalami abrasi, mulai dari yang tingkat abrasinya rendah, sedang, sampai yang tingkat abrasinya parah/tinggi. Dalam upaya mengatasi abrasi ini sudah saatnya bagi kita untuk memikirkan caracara dan melakukan tindakan yang berwawasan konservasi, tidak lagi hanya dengan melakukan
upaya
yang
sifatnya
sementara
saja.
Pencegahan
ataupun
penanggulangan abrasi dengan berwawasan konservasi ini tentunya akan memberikan berbagai keuntungan bagi lingkungan (alam) yang akan membawa banyak imbas positif dalam kehidupan manusia. Salah satu cara mencegah ataupun mengatasi abrasi yaitu dengan cara penanaman bakau. Yang sering terlihat, dalam usaha mengatasi abrasi di daerah pantai, pemerintah di beberapa daerah melakukan kebijakan pencegahan abrasi dengan membangun pemecah gelombang buatan di sekitar pantai dengan maksud untuk mengurangi abrasi yang terjadi tanpa dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem pantai (seperti penanaman bakau dan/atau konservasi terumbu karang). Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian abrasi kembali terjadi karena pemecah gelombang buatan tersebut tidak mampu terus-menerus menahan terjangan gelombang laut. Namun payahnya, seringkali pengalaman tersebut tidak dijadikan pelajaran dalam menetapkan kebijakan selanjutnya dalam upaya mencegah ataupun mengatasi abrasi. 3
2.1.2 Pembahasan Hutan Mangrove Hutan mangrove mendukung kelimpahan yang tinggi dan berbagai biota serta satwa liar yang beragam sebagai hasil dari tingkat serasah dan pelapukan detritus. Melalui detritus mangrove telah digambarkan dalam beberapa studi (Alongi, 1990; Alongi et al., 1989). sisa-sisa makanan berbasis jaring makanan dipelihara dalam ekosistem pesisir dan arti penting bagi perikanan pantai. Oleh karena itu, berkaitan dengan fungsi hutan mangrove sebagai sumber makanan. Produksi ikan diyakini tergantung pada daerah mangrove, dan ketergantungan dari banyak spesies udang penaeid di mangrove juga telah ditunjukkan. Kepadatan mangsa ikan dan decapoda mungkin lebih besar di dalam mangrove daripada di tempat lain, tetapi belum ada verifikasi
bahwa
ketersediaan
pangan
mempengaruhi
pertumbuhan
atau
kelangsungan hidup. Akar-akar mangrove memberikan perlindungan bagi nekton kecil dari predator, sehingga meningkatkan kelangsungan hidup secara keseluruhan. Manfaat yang diperoleh dari ekosistem mangrove ini berkembang cukup luas dan mencakup berbagai ekonomi, lingkungan dan aspek sosial, termasuk penyerapan karbon untuk memerangi pemanasan global dan perlindungan dari erosi, banjir, badai, topan dan gelombang pasang (Primavera , 2000). Di samping itu, kerugian besar mangrove telah terjadi di seluruh dunia seperti pantai erosi, penurunan sumber daya perikanan dan konsekuensi terhadap lingkungan lainnya. 2.2 Fungsi Hutan Mangrove 2.2.1 Fungsi Ekologis 1. Habitat satwa langka Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup di sini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan mangrove merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus). 2. Pelindung terhadap bencana alam Vegetasi hutan mangrove dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian, atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi. 3. Pengendapan lumpur Sifat fisik tanaman pada hutan mangrove membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan 4
unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan mangrove, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi. 4. Penambah unsur hara Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian. 5. Penambat racun Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan mangrove bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif. 6. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar kawasan (Ex-Situ) Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam
ex-situ
meliputi
produk-produk
alamiah
di
hutan
mangrove
dan
terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur. 7. Transportasi Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan. 8. Sumber plasma nutfah Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi kehidupan liar itu sendiri. 9. Sarana pendidikan dan penelitian Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. 10. Memelihara proses-proses dan sistem alami Hutan mangrove sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya. 11. Penyerapan karbon Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini 5
membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. 12. Memelihara iklim mikro Evapotranspirasi hutan mangrove mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga. 13. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam Keberadaan hutan mangrove dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam. 14. Menjaga Keseimbangan alam Semakin banyak populasi hutan mangrove maka akan berpengaruh bagi keseimbangan alam yang tentunya akan membawa dampak positif bagi kelestarian lingkungan.
2.2.2 Fungsi Ekonomis Terdiri atas : 1. Hasil berupa kayu (kayu konstruksi, tiang/pancang, kayu bakar, arang, serpihan kayu (chips) untuk bubur kayu) 2. Hasil bukan kayu 3. Hasil hutan ikutan (tannin, madu, alkohol, makanan, obat-obatan, dll) 4. Rekreasi dan pariwisata ( ekowisata ) Hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur). Mangrove mempunyai fungsi yang sangat penting secara ekologi dan ekonomi, baik untuk masyarakat lokal, regional, nasional maupun global. Dengan demikian, keberadaan sumber daya mangrove perlu diatur dan ditata pemanfaatannya secara bertanggung jawab sehingga kelestariannya dapat dipertahankan. Melihat fungsi mangrove yang sangat strategis dan semakin meluasnya kerusakan yang terjadi, maka upaya pelestarian mangrove harus segera dilakukan.
6
Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak baik relawan peduli lingkungan, masyarakat sekitar, dan seluruh lapisan masyarakat dalam penanaman bakau, pemeliharaan, dan perawatan sampai akhirnya dapat menikmati manfaat dari ekosistem mangrove itu bersama-sama.
2.3 Penanaman Pohon Bakau Habisnya hutan mangrove ini merupakan penyebab utama abrasi yang terjadi disepanjang pantai . Kegiatan penanaman pohon bakau ini dapat dilakukan pada berbagai acara seperti pada saat penerimaan siswa baru atau kegiatan ekstra kurikuler agar tercipta. kepedulian dari para siswa terhadap lingkungan hidup. Bibit bakau yang banyak ditanam untuk pemulihan hutan bakau adalah bakau Rhizophora sp. Bibit Rhizophora sp dibiakan selama satu setengah tahun dalam polibag atau (plastik hitam). Rhizophora ditanam dari biji yang sudah tua. Cukup ditancap saja kedalam polybag yang sudah diberi tanah. Bibit bakau langsung ditanam kedalam tanah yang tergenang air tanpa membuka polybagnya agar akarnya tidak rusak. Kemudian tancapkan sebilah bambu disamping bibit pohon bakau itu dan ikat batang anak bakau itu dengan bambu tersebut, agar tidak terbawa ombak. Tanaman bakau baru dapat menjadi tanaman bakau tumbuh kuat (berkisar 25 meter) dibutuhkan waktu kurang lebih 5 – 10 tahun. bakau ini tidak bisa satu atau dua pohon saja tetapi harus beratus-ratus untuk menahan abrasi pantai. Hutan bakau yang sehat juga membuat tangkapan hasil laut melimpah, karena terlindunginya regenerasi berupa telur yang menempel pada tanaman bakau terlindung dari ombak besar. Sedangkan pembuangan sampah sembarangan dapat merusak keindahan dan habitat hutan bakau, seperti polusi air menjadi hitam dan berbau tidak sedap.
7
BAB III FLORA DAN FAUNA HUTAN MANGROVE
3.1 Flora 1.
Rhizophora apiculata (Jangkah, Slengkreng, Tinjang, Bakau leutik) Deskripsi
: Tumbuh subur di daerah muara sungai yang berlumpur lembut.
Ditanam dipinggiran tambak untuk melindungi pematang dan sebagai tanaman penghijau. Memiliki akar nafas yang berbentuk seperti lengan gurita yang biasa disebut sebagai akar tunjang yang berfungsi untuk mendapatkan suplai udara bagi tanaman. Tinggi pohon mencapai 15m. Bentuk daun tunggal, bersilangan, ujung daun tajam seperti jarum panjangnya 9-18 cm.Bunga selalu berpasangan pada tangkai Bungan yang kokoh, panjang tangkai bunga hingga 1,4cm diketiak daun. Berbunga sepanjang tahun. Berbuah antara bulan Desember-Maret. Panjang buah 20-25 cm, hipokotil hijau sampai coklat dan ketika masak leher kotiledon akan berwarna merah. Kegunaan
: Kayu dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, kerajinan,
konstruksi,tiang, kapal, kayu bakar, dan arang. Air rebusan kulit batang dipakai untuk astrigen dan anti muntah, gilingan daun yang masih muda yang dikunyah untuk menghentikan pendarahan (hoemostatic) dan antiseptic.
2.
Rhizophora mucronata (Bakau kurap, Bako gandul, Bakau hitam, Blukat) Deskripsi
: Subur di lumpur . Mudah beradaptasi pada kemiringan. Bentuk
pohon tinggi mencapai 25m. Akar tunjang. Susunan daun tunggal, bersilangan, bentuk elips, ujung daun runcing. Panjang buah 15-20cm, warna permukaan daun bagian bawah kekuningan, terdapat bercak hitam kecil yang menyebar. Bunga terdiri dari 4-8kelopak Bungan yang tersusun dua dua. Berbunga sepanjang tahun terutama Agustus-Desember. Kegunaan
:
Biasanya ditanam sepanjangb pematang tambak untuk
melindungi pematang. Kayu dapat digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu dapat digunakan sebagai pewarna, sedangkan air buah dan kulit akar yang muda dapat dipakai ungtuk mengusir nyamuk dari tubuh/badan, rebusan air dari kulit batang dipakai untuk astrigen. Daun yang masih muda dikunyah yang berfungsi untuk menghentikan pendarahan dan antiseptik. 8
3.
Bruguiera gymnorrhiza (Lindur, Tanjang merah, Salak salak) Deskripsi
: Tanaman ini tumbuh didaerah mangrove bagian tengah
sampai bagian dalam. Tinggi pohon mencapai 20m dengan bentuk akar lutut dan banir kecil berasal dari bentukan seperti akar tunjang. Susunan daun tunggal, bersilangan dengan ujung runcing, panjang 8-15cm. Bunga lebar, tunggal, diketiak daun. Berbunga sepanjang tahun, berbuah terutama Juli-Agustus, pembuahan sampai masak 7-8bln. Ukuran buah berdiameter 1,7-2,0cm, panjang 20-30cm, warna buah hijau gelap hingga ungu dengan bercak coklat. Kegunaan
: Kayunya sangat berguna dalam industri, arang dan kayu bakar.
Kulit batang yang masih muda dapat menambah rasa sedap ikan yang masih segar. Pada umumnya masyarakat yang tinggal disekitar mangrove memanfaatkan buah ini untuk dimakan sebagai rujak/ dicampur dengan nasi.
4.
Bruguiera cylindrical (Tanjang putih, Bius, Burus, Lindur) Diskripsi : Tanaman ini tumbuh pada wilayah mangrove bagian dalam, pada substrat yang baru terbentuk. Tumbuhan mengelompok dalam jumlah besar. Pohon selalu hijau, berakar lutut dan akar papan yang melebar kesamping dibagian pangkal pohon, ketinggian pohon kadang-kadang mencapai 23m. Kulit kayu abuabu, relative halus dan memiliki sejumlah lentisel kecil. Permukaan daun hijau cerah bagian bawahnya hijau agak kekuningan, letak daun berlawanan bentuj elips, dengan ujung runcing. Bentuk bunga mengelompok, muncul diujung tandan, sisi luar gelap bunga bagian bawah biasanya memiliki rambut putih. Letak diujung atau ketiak tangkai bunga. Buah berbentuk silinder memanjang, warna hijau didekat pangkal buah dan hijau keunguan dibagian ujung. Kegunaan
: kayunya digunakan sebagai kayu bakar. Sebagian para
nelayan tidak menggunakan kayunya untuk kepentingan menangkap ikan karena kayu tersebut mengeluarkan bau yang menyebabkan ikan tidak mau mendekat.
5.
Ceriops tagal (Mentigi, Lonro, Tengal) Diskripsi
: Pohon yang membentuk belukar yang rapat dipinggiran
daratan dari hutan pasang surut dan /pada areal yang tergenang oleh pasang tinggi. Terdapat disepanjang tambak, tinggi pohon mencapai 25m, kulit kayu berwarna abuabu, kadang-kadang coklat, halus dan pangkalnya mengelembung. Daun berwarna 9
hijau mengkilap dan sering memiliki pinggiran yang melingkar kedalam. Bentuk daun bulat telur, dengan ujung bundar. Bunga mengelompok diujung tandan, letak bunga diketiak daun terdiri dari 5-10 bunga pertkelompok. Kegunaan
: Kulit batang sangat baik untuk bahan pewarna dan sebagai
bahan pengawet/penguat jala ikan dan juga untuk industry batik. Kayu sebagai bahan industry kayu lapis, bahan kayu bakar yang baik serta merupakan salah satu kayu terkuat diantara jenis mangrove, kulit batang untuk obat tradisional.
6.
Avicennia marina (Api-api, Sia sia putih, Pejapi, Nyapi) Diskripsi
: Biasanya tumbuh didaerah berlumpur di tepi sungai,daerah
kering,toleran terhadap salinitas yang sangat tinggi dan juga pohon ini dapat di jumpai baik di barisan terdepan dan di daratan sampai jauh di belakang garis air pasang. Membpunyai akar nafas seperti pencil, bentuk daun tunggal bersilangan biasanya daunnya memiliki kelenjar garam dan dipermukaaan bawah daunnya berwarna putih hingga kelabu terang. Tumbuhan ini biasanya berbunga pada bulan Juli dan Februari. Musim buahnya pada bulan November dan Maret (musin penghujan). Bentuk buahnya dipermukaan berlambut halus dan buahnya melingkat atau memiliki sebuah paru pendek. Kegunaan
: Di(Jawa) buahnya dapat dimakan. Kayu dari pohon ini juga
digunakan sebagai bahan kertas yang berkualitas tinggi.
7.
Avicennia alba (Sia-sia, Api-api, Mangi-mangai putih, Boak, Koak) Diskripsi : Biasanya tumbuh pada habitant rawa mangrove dilokasi pantai yang terlindung, juga dibagian yang lebih asin disepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, disepanjang garis pantai. Ketinggian pohon mencapai 25m. Bentuk daun seperti daun akasia kadang elips, permukaan halus, bagian atas hijau mengkilap, pada bagian bawahnya pucat. Letak daun berlawanan, diujung pada tangkai bunga. Terdapat 4 daun mahkota berwarna kuning cerah dengan ukuran 3-4mm. Buah seperti kerucut/cabe/mente, warna hijau muda kekuningan. Kegunaan
: Sebagai kayu bakar dan bahan bangunan bermutu rendah.
Getah dapat digunakan untung mencegah kehamilan. Buah dapat dimakan.
8.
Sonneratia alba (Prapat, Bropak, Padada bogem, Pupat, Prepat, Beroppa)
10
Diskripsi
: Tumbuh dilumpur berpasir dimuara sungai, didaerah tepian
yang menjorok kelaut, daerah dengan salinitas relative tinggi. Berbentuk akar pensil. Bentuk pohon perdu dengan tinggi mencapai 16m. Daun tunggal bersilangan ujung bundar panjang 5-10cm. Bentuk bunga bersusun. Berbunga sepanjang tahun antara 3-4bulan. Ukuran buah diameter 3,5-4,5cm. Berwana hijau. Kegunaan
: Kayu dapat dibuat perahu dan bahan bangunan atau sebagai
bahan bakar untuk mengganti bahan bakar lain. Di Irian akarnya digunakan untuk gabus dan pelampung.
9.
Sonneratia caseolaris (Pidada, Perepat, Padada, Bidada, Rambai) Diskripsi
: Tumbuh ditepi muara sungai pada daerah salinitas rendah
dengan campuran air tawar. Akar seperti kerucut yang disebut akar nafas mempunyai susunan daun tunggal bersilangan yang bentuk daunnya membundar, ukuran panjangnya 4-8cm tipe bijinya normal. Helai kelopak menyebar dan buahnya bisa dimakan. Kegunaan
: Kayu digunakan sebagai kayu bakar. Buah yang sudah matang
dapat dimakan dan juga dapat dipakai obat penambah tenaga. Cairan buah dapat menghaluskan kulit, daunnya untuk makan kambing.
10.
Xylocarpus granatum (Nyirih, Sirih, Jombok, Kabu) Diskripsi
: Tumbuh ditepi sungai mangrove bagian dalam dengan salinitas
rendah. Mempunyai akar banir dan akar papan. Susunan daunnya majemuk berseling anak daun biasanya terdiri dari 2 pasang daunnya membundar. Ciri khusus, banir tumbuh dengan baik, akar seperti ular yang berombak, buah bulat seperti melon yang keras berwarna coklat kekuningan yang terdiri dari 6-16biji. Penyebaran biji oleh arus air dikenal sebagai buah teka teki. Kegunaan
: Kayunya digunakan sebagai pembuatan perahu. Biji buah
dipotong kecil dijemur sampai kering, lalu ditumbuk dicampur dengan beras dan akar-akaran bisa dipakai untuk masker wajah dan dapat juga diminum untuk menyembuhkan diare.
3.2
Fauna
1.
Alap-alap sapi
3.
Bambangan kuning
2.
Balo/ walang kada
4.
Bentet kelabu
11
5.
Blekok sawah
32.
Kedidi besar
6.
Bondol haji
33.
Kekep babi
7.
Bondol pecking
34.
Kipasan belang
8.
Branjangan
35.
Kirik-kirik
9.
Burung cabai
36.
Kokokan laut
10.
Burung gereja
37.
Kowak malam kelabu
11.
Burung madu sriganti
38.
Kucica kampong
12.
Cabak kota
39.
Kuntul besar, karang, kecil, kerbau,
13.
Caladi tilik
14.
Cangkang merah
40.
Laying-layang asia
15.
Cekakak suci, jawa, sungai
41.
Mandar padi sinter
16.
Cerek besar, kalung kecil, krenyut
42.
Mayar tempua
17.
Cici merah
43.
Merbah crukcuk
18.
Cikalang besar
44.
Pecuk padi belang
19.
Cipoh kacat
45.
Pelatuk besi
20.
Cucak kutilang
46.
Perenjak sayap garis
21.
Dara laut jambul, kumis, sayap putih
47.
Punai gading
22.
Dederuk jawa
48.
Raja udang biru
23.
Elang bontol, tiram
49.
Remetuk laut
24.
Gagak kampong
50.
Srigunting hitam
25.
Gajahan besar, penggala, timur
51.
Tekukur biasa
26.
Gemak loreng
52.
Terek
27.
Iblis rokoroko
53.
Trinil
28.
Itik benjut, gunung
29.
Jalak suren, ungu
54.
Wallet sapi
30.
Kapasan sayap putih
55.
Wiwik kelabu
31.
Kareo padi
perak
semak,
betis
hijau,
merah, pantai, pembalik batu
12
betis
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang didapat penulis dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah mengetahui lebih banyak tentang pohon bakau, manfaat dari hutan mangrove baik dari segi ekologis maupun dari sisi ekonomis sehingga dapat menginformasikan kepada pembaca agar menjadi lebih memanfaatkan tanaman mangrove untuk halhal yang bersifat ramah lingkungan demi menjaga kelestarian lingkungan hidup. Selain itu penulis juga mendapatkan penjelasan tentang fungsi hutan mangrove, upaya pelestarian hutan mangrove, dan cara penanaman dari tanaman bakau ini. 4.2 Pembahasan Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau atau hutan mangrove. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, karena jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa, kapasitas tukar kation yang tinggi juga. Selain mencegah atau mengatasi abrasi, hutan mangrove dapat membawa keuntungan-keuntungan lebih daripada hanya sekedar membangun pemecah gelombang buatan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain: 1. Menjaga kestabilan garis pantai, 2. Menahan atau menyerap tiupan angin laut yang kencang, 3. Dapat mengurangi resiko dampak dari tsunami, 4. Membantu proses pengendapan lumpur sehingga kualitas air laut lebih terjaga dari endapan lumpur erosi, 5. Menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi manusia, hewan,
dan
tumbuhan, 6. Mengurangi polusi, baik udara maupun air. 7. Sumber plasma nutfah, 8. Menjaga keseimbangan alam, 9. Sebagai habitat alami makhluk hidup seperti burung, kepiting, dansebagai objek pariwisata (ekowisata).
13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Sekarang masyarakat dapat melihat tentang objek wisata hutan mangrove yang berada di sekitar, masyarakat jadi dapat mengetahui bahwa hutan mangrove dapat menjadi potensi sebagai sumber penghasilan dari bidang ekonomi selain berguna sebagai pelestarian lingkungan hidup, karena hutan mangrove dapat menarik minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk mengetahui sebanyak mungkin manfaat dari hutan mangrove serta bersama-sama saling berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan hidup melalui penanaman bakau dan perlindungan hutan bakau.
5.2 Saran Dari proses pembuatan karya tulis ilmiah dengan judul HUTAN MANGROVE penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Masyarakat khususnya pelajar semakin peduli akan kelestarian lingkungan yang tiap tahun semakin menurun, dan bersama-sama mencari jalan keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut. 2. Masyarakat aktif ikut serta dalam acara penanaman pohon bakau yang diadakan saat acara-acara tertentu. 3. Para wisatawan domestic maupun mancanegara yang mengunjungi objek wisata hutan mangrove, agar tetap menjaga kebersihan dan kenyamanaan agar lokasi tersebut tetap menjadi objek wisata alam yang semakin siapa saja.
14
Daftar Pustaka Cantika. (2008). Hutan Mangrove. Artikel. Diakses pada 1 Desember 2013 dari http://cantikabcd. blogspot.com/ecology/mangrove-and-bakau/2288682-hutanmangrove/ Radyanto, Afif. (2012). Hutan Mangrove Dalam Ruang. Cetakan ke-1. Jakarta: Qitshi Press. Humaira, Afifah (2012). Flora dan Fauna Dalam Hutan.Cetakan ke-1. Bandung: Elmira Publisher
15