KAJIAN AKADEMIS
RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI GORONTALO TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI KONSERVASI, KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUK HASIL PERIKANAN
PROVINSI GORONTALO TAHUN 2017
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Puji syukur kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
kegiatan
penyusunan
Kajian
AkademisRancangan
Peraturan Gubernur Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan Unit Pelaksana
Teknis
Dinas/Badan.Kajian
Akademisini
memuat
pertimbangan dalam penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan dari beberapa aspek yaitu kajian teori, asas, kondisi empirik, dan implikasi penerapan peraturan gubernur. Selain
itu,
dalam
Kajian
Akademis
ini
juga
disusun
berdasarkan regulasi yang berlaku sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dalam pembentukan dan penyusunan perangkat daerah di Provinsi Gorontalo. Harapan kami, kajian ini dapat menjadi bahan pertimbangan yang obyektif, ilmiah, dan rasional dalam menetapkanPeraturan menetapkanPeraturan Gubernur Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan. Dinas/Badan.
Gorontalo, ....... April 2017 TIM PENYUSUN, PENYUSUN,
Kajian Akademis ttg Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas
ii
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
............................. ............... ............................ ............................. ......................... .......... i
KATA PENGANTAR
........................... ............. ............................. .............................. ......................... .......... ii
DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULU AN
............................ ............. .............................. ............................ ............. 1
A.
Latar Belakang
B.
Identifikasi Identifik asi Masalah
C. BAB II
............................. .............. ............................. ............................. ............................. .................. .... iii
............................ ............. .............................. ....................... ........ 1 ........................... ............. ............................. ................. 12
Tujuan dan dan Kegunaan
................... .............................. ..................... .......... 13
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
.................. .............. .... 17
A.
Kajian Teoritis
.............................. ............... ............................. .................... ...... 17
B.
Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait dengan Penyusunan Norma
C.
............................. .............. ................. 36
Kajian Terhadap Praktek Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, dan Permasalahan Yang Dihadapi ......... 47
D.
Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Peraturan GubernurTerhadap GubernurTerhada p Rasio Belanja Pegawai.................... Pegawai..... .............................. ..................... ......
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN TERKAIT
............................ ............. ............................. .................... ...... 60
A.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia .. 60
B.
Undang-Undang Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana
C.
............................. ............... ............................. ............................ ............. 61
Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Perundang-un dangan
............................. ............... ......................... ........... 64
D.
Undang-Undang Undang-Undan g tentang Pemerintahan Daerah
.... 65
E.
Peraturan Pemerintah tentang Perangkat Daerah ... 69
BAB 1V LANDASAN FILOSOFIS, FILOSOFI S, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS .... 86
BAB V
A.
Landasan Filosofis
B.
Landasan Sosiologis Sosiologi s
C.
Landasan Yuridis
............................ .............. ............................. ................. 86 ............................ ............. ............................ ............. 88 ............................. ............... ............................. ................. 90
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN A.
............................ .............. ....................... ......... 93
Jangkauan, Arah Pengaturan, Pengaturan, dan Sasaran Sasaran Yang
Kajian Akademis ttg Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas
iii
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Akan Diwujudkan B.
............................................ 93
Ruang Lingkup Materi Muatan
BAB VI PENUTUP A.
Simpulan
B.
Saran
......................... 94
.............................................................. 102 ...................................................... 102 ............................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:
RANCANGAN
PERATURAN
GORONTALO
TENTANG
DAERAH
PROVINSI
PEMBENTUKAN
DAN
SUSUNAN PERANGKAT DAERAH.
Kajian Akademis ttg Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas
iv
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam
Pasal
18
ayat(5)Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah
menjalankan
otonomi
seluas-luasnya,
kecuali
urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.Berdasarkan bunyi Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam desentralisasi daerah
diberikan
hak
otonomi.
Otonomi
daerah
adalah
hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakat
sendiri
urusan
setempat
sesuai
pemerintahan dengan
dan
kepentingan
peraturan
perundang-
undangan. Implementasi kebijakan otonomi daerah merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan otonomi dengan sasaran tertentu dan waktu tertentu. 1 Dengan demikian yang diperlukan dalam implemantasi kebijakan otonomi daerah adalah tindakantindakan yang sah atau implementasi suatu rencana peruntukkan. Implementasi kebijakan otonomi daerah pada umumnya diserahkan kepada
lembaga-lembaga
pemerintahan
atau
birokrasi
dalam
berbagai jenjangnya hingga jenjang yang terendah. Salah satu faktor penting
untuk
keseluruhan
menjamin
adalah
pelaksanaan
otonomi
otonomi
organisasi.
Dalam
daerah
secara
melaksanakan
otonomi organisasi, pemerintah daerah harus memiliki kepekaan dan rasionalitas
terhadap
kebutuhan
dan
permasalahan
dalam
wilayahnya. Karena itu, pemerintah daerah harus memiliki hak untuk melakukan penataan kelembagaan sebagai konsekuensi logis dari perubahan mendasar sistem pemerintahan daerah sebagaimana digariskan dalam kebijakan desentralisasi. Penataan kelembagaan merupakan salah satu langkah dalam menata sistem pemerintahan.Karena itu, penataan kelembagaan 1
I Nyoman Sumaryadi, Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah , CV. Citra Utama, jakarta, hal.92
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
1
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO harus diiringi oleh penataan sumber daya manusia, keuangan, kebutuhan sarana dan prasarana, serta mekanisme hubungankerja antara
unit-unit
organisasi.Secara
yuridis
formal,
penataan
kelembagaan pemerintah daerah dilakukanberdasarkan penerapan organisasi
daerah
berdasarkanUndang-Undang
Nomor
23
Tahun2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan desentralisasi merupakan bagian penting dalam rangka
perbaikan
manajemen
pemerintahan.
Penyelenggaraan
pemerintahan yang terpusat dengan kondisi geografis yang luas dan penduduk yang banyak dan beranekaragam dianggap tidak mampu memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya penyerahan urusan pemerintahan kepada pemerintahan tingkat
bawah
untuk
penyelenggaraan
melaksanakan
pemerintahan,
urusan
terkait
pembangunan
dan
dengan
pelayanan
masyarakat skala lokal. Dengan demikian rentang kendali tidak terlampau luas dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan dapat dipenuhi oleh pemerintahan tingkat lokal secara lebih cepat, tepat, dan murah. Agar pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dapat berjalan optimal, terlebih dahulu perlu diidentifikasi elemen-elemen yang
membentuk pemerintahan daerah sebagai suatu
pemerintahan,
untuk
dijadikan
dasar
melakukan
entitas
perbaikan,
penataan dan juga perubahan mengikuti dinamika kebutuhan yang ada.
Ada
tujuh
elemen
dasar
yaitu
urusan
pemerintahan,
kelembagaan, personil, keuangan, perwakilan daerah, pelayanan public, dan pengawasan. Implementasi dari ketujuh elemen ini sesungguhnya akan berimplikasi pada lahirnya demokratisasi dan kesejahteraan di tingkat lokal. Oleh karena itu, perbaikan atau penataan terhadap ketujuh aspek penting ini secara terus menerus akan semakin mendekatkan pada pencapaian tujuan otonomi itu sendiri. Implementasi
dari
konsep
strategis
di
atas
adalah
diterbitkannya Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti dengan peraturan pelaksananya yang memberikan ruang Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
2
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO kewenangan bagi daerah untuk melaksanakan urusan di daerah. Sebagaimana diketahui sejak reformasi sampai sekarang telah terjadi tiga
kali
perubahan
fundamental
dalam
Undang-undang
Pemerintahan Daerah (UU Nomor 22 Tahun 1999, UU Nomor 32 Tahun 2004, dan UU Nomor 23 Tahun 2014) sebagai upaya mengakomodasi dinamika kepentingan yang berkembang dalam masyarakat. hubungan
Adapun
substansi
pemerintah
pusat
pemerintahan
daerah,
urusan
pengaturan dan
tersebut
daerah,
pemerintahan,
meliputi
penyelenggaraan pembinaan
dan
pengawasan, penataan daerah, perangkat daerah, keuangan daerah dan juga pengembangan demokrasi lokal. Aspek-aspek inilah yang dianggap
penting
untuk
diatur
sehingga
penyelenggaraan
desentralisasi memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat di daerah. Terkait dengan hal di atas, salah satu elemen yang perlu dilihat secara mendalam dan komprehensif adalah menyangkut kelembagaan. Argumentasi yang dibangun disini adalah bahwa kewenangan daerah tidak mungkin dapat dilaksanakan kalau tidak diakomodasikan dalam kelembagaan daerah. Kelembagaan daerah merupakan wadah atau sarana berlangsungnya penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan daerah tersebut. Kehadiran kelembagaan
daerah
memberikan
kejelasan
dalam
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi dalam rangka penyelenggaraan
otonomi
daerah.
Oleh
karena
itu,
penataan
terhadap kelembagaan daerah merupakan bagian penting dalam mendukung pencapaian tujuan otonomi daerah. Undang Undang Nomor23Tahun2014 tentang Pemerintahan Daerah membawa perubahan yang signifikan terhadap pembentukan Perangka Daerah,yakni dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran(rightsizing ) berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata dimasing-masing Daerah.Hal ini juga sejalan dengan prinsip
penataan
organisasi
rasional,proporsional,efektif,dan
perangkat efisien.
daerah
Berdasarkan
yang Undang-
Undang Pemerintahan Daerah tersebut,kepala daerah dibantu oleh
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
3
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO perangkat daerah yang terdiri dari unsur staf,
unsure pelaksana,
dan unsur penunjang.Unsurstaf diwadahi dalam sekretariat Daerah dan sekretariat DPRD. Unsur pelaksana urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah diwadahi dalam dinas daerah. Unsur pelaksana fungsi penunjang urusan pemerintahan daerah diwadahi dalam badan daerah. Unsur penunjang yang khusus melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diwadahi dalam inspektorat. Disamping itu, pada Daerah Provinsi dapat membentuk badan penghubung daerah provinsi di Ibu Kota Negara untuk menunjang koordinasi pelaksanaan urusan pemerintahan dan pembangunan dengan pemerintah pusat serta perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang pendidikan dan urusan pemerintahan yang hanya diotonomikan kepada
daerah
provinsi
dapat
dibentuk
cabang
dinas
di
kabupaten/kota dalam rangka percepatan dan efisiensi pelayanan publik urusan pemerintahan. DinasDaerahmerupakanpelaksana fungsi inti (operatingcore) yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembantu kepala Daerah dalam melaksanakan fungsi mengatur dan mengurus sesuai bidang Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah,baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Badan Daerah melaksanakan fungsi penunjang(technostructure ) yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembantu kepala Daerah dalam melaksanakan fungsi mengatur dan mengurus untuk menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi inti (operatingcore). Kepaladinas,kepalabadan,sekretarisDPRD,
dan
kepala
inspektorat di provinsi bertanggungjawab kepada kepala Daerah melalui
sekretaris
pertanggungjawaban administrasi
untuk
Daerah.Fungsi tersebut
sekretaris
hanyalah
memverifikasi
Daerah
fungsi
kebenaran
dalam
pengendalian
administrasi
atas
pertanggung jawaban yang disampaikan oleh kepala dinas,kepala badan, sekretaris DPRD , dan inspektur kepada kepala Daerah. Dasar utama pembentukan Perangkat Daerah, yaitu adanya Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah yang terdiri Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
4
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib dibagi atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Berdasarkan
pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
PemerintahPusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimuat
Pemerintahan
konkuren,
dalam
matriks
Perangkat
pembagian
Daerah
Urusan
mengelola
unsur
manajemen yang meliputi sarana dan prasarana,personil, metode kerja
dan
penyelenggaraan
fungsi
manajemenyangmeliputiperencanaan,pengorganisasian,pelaksanaan, pengoordinasian,penganggaran,pengawasan, pengembangan,standardisasi,
dan
penelitian
pengelolaan
dan
informasi
sesuai
dengan substansi urusan pemerintahannya. Kebijakan
otonomi
daerah
melalui
penerapan
Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, direspon oleh pemerintah daerah dengan berbagai langkah konkrit dalam berbagai kebijakandi daerah sesuai tuntutan masyarakat. Daerah memilikikewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan antara lain melalui perubahan sistem birokrasi yang berpihak pada kepentingan masyarakat. Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan yang tidak terkait dengan pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan
pemenuhan dasar,
kebutuhan
tenaga
kerja,
hidup pangan,
minimal, serta
prasarana pertanahan
sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah. Pembagian urusan pemerintahan sebagaimana tersebut di atas ditempuh
melalui
mekanisme penyerahan dan atau pengakuan atas usul daerah terhadap bagian urusan-urusan pemerintah yang akan diatur dan Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
5
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO diurusnya. Berdasarkan usulan tersebut pemerintah melakukan verifikasi terlebih dahulu sebelum memberikan pengaturan atas bagian urusan-urusan yang akan dilaksanakan oleh Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah ditegaskan bahwa Pembentukan Perangka Daerah
mempertimbangkan
faktor
luas
wilayah,jumlah
penduduk,kemampuan keuangan Daerah serta besaran beban tugas sesuai dengan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah sebagai mandat yang wajib dilaksanakan oleh setiap Daerah melalui Perangkat Daerah. PerangkatDaerah dibagi dalam3(tiga)tipe yaitu sekretariat Daerah,secretariat DPRD dan inspektorat tipeA; secretariat Daerah,secretariat DPRD dan inspektorat tipeB; dan secretariat Daerah,secretariat DPRD dan inspektorat tipe C;dinas tipeA,dinas tipeB,dandinastipeC; serta badan tipeA,badan tipe B, badan tipeC; serta cabang dinas di kabupaten/kota dalam2(dua) klasifikasi,yaitu
cabang
dinas
kelas
Adan
cabang
dinas
B.
Penetapan tipe Perangkat Daerah didasarkan pada perhitungan jumlah nilai variabel beban kerja. Variabel beban kerja terdiridari variabel umum dan variabel teknis.Varia belum meliputi jumlah penduduk,luas wilayah,jumlah anggaran pendapatan dan belanja Daerah dengan bobot sebesar 20%(duapuluhpersen) dan variable teknis yang merupakan beban utama dengan bobot sebesar 80% (delapanpuluhpersen). Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar,agar kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi secara optimal. Oleh karena
itu,Perangkat
Daerah
yang
melaksanakan
Urusan
Pemerintahan wajib berkaitan dengan pelayanan dasar diwadahi dalam bentuk dinas utama minimal tipeC. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi daerah adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu pengaturan, namun tidak berarti setiap urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Tata cara atau prosedur,
persyaratan,
kriteria
pembentukan
suatu
organisasi
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
6
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO perangkat daerah ditetapkan dalam peraturan daerah yang mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah. Perubahan organisasi perangkat daerah mempunyai arti penting
dalam
mendorong
terwujudnya
penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih efektif, terutama dalam melaksanakan misi baru pemerintahan. Organisasi yang dibentuk haruslah sebatas kewenangan
yang
dimiliki
oleh
daerah
otonom.
Seharusnya
pemerintah daerah tidak menggunakan kewenangan itu untuk membentuk organisasi yang tidak rasional dan terlalu besar. Pembentukan
organisasi
kemampuan
pembiayaan
berdasarkan
hasil
harus
didasarkan
dan
pemetaan
pada
pertimbangan
urgensi/kebutuhan pada
masing-masing
daerah urusan
pemerintahan. Organisasi
yang
mengoptimalkan pemberdayaan ekonomi
dibentuk
pelayanan masyarakat
(economic
diarahkan
masyarakat
pada
development ).
Dalam
service) ,
(public
(empowering) ,dan
upaya
pengembangan
bentuk
organisasi,
perludiawali dengan melakukan identifikasi fungsi-fungsi yang perlu diakomodasikan yang urgen untuk diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Identifikasi dilakukan dengan mengevaluasi organisasi yang ada
(existing) untuk
menentukan
derajat
urgensinya
dengan
menggunakan ketegori-kategori evaluasi, sifat pekerjaan, cakupan pekerjaan, beban kerja keuangan dalam potensi yang mungkin dikembangkan. Besaran organisasi yang realistis penting, agar rasio anggaran belanja lebih realistis, dan anggaran yang dialokasikan pada sektor publik dapat diperbesar secara bermakna. Organisasi dimaksudkan
untuk
mendorong
peningkatan
kemampuan
pemerintah daerah dalam pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Realitas
pembentukan
organisasi
setelah
pergeseran
format
pemerintah daerah justru bergeser dari tujuan-tujuan pembentukan organisasi yang ideal. Oleh karena itu, perlu kesamaan pemahaman terhadap perubahan format otonomi dan pemahaman terhadap organisasi
pemerintah
daerah
dalam
rangka
penyempurnaan
organisasi. Salah satu faktor strategis yang menentukan efisiensi
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
7
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO dan efektivitas penyelenggarakan otonomi daerah adalah adanya organisasi perangkat daerah yang sesuai dengan kebutuhan daerah, potensi dan sumber daya yang dimiliki setiap daerah. Organisasi Perangkat Daerah dianggap penting, karena untuk menyelenggarakan
otonomi
daerah
diperlukan
instrumen
kelembagaan yang mampu mewadahi, bekerjasama, mengendalikan sumber
daya
dan
perilaku
dalam
rangka
mencapai
tujuan
organisasi. Dengan demikian melalui instrumen or ganisasi perangkat daerah dapat merencanakan, mengimplementasi, mengawasi dan mengevaluasi suatu tujuan, program dan kegiatan dalam mencapai visi dan misi daerah. Format dan besaran organisasi perangkat daerah harus disesuaikan
dengan
kebutuhan
dan
kemampuan
daerah.
Penggabungan perangkat daerah dapat dilakukan sesuai dengan perumpunan yang diatur dalam peraturan pemerintah tentang perangkat daerah. Beban kerja dan kebutuhan daerah menghindari tugas dan fungsi yang tumpang tindih, mempertegas fungsi lini dan staf, menyusun pola organisasi sesuai dengan kebutuhan nyata, menyusun
uraian
fungsional,
serta
tugas
jabatan,
mewadahi
fungsi
mengembangkan yang
jabatan
berkembang
dan
memperjelas tata kerja. Selanjutnya, terkait dengan kelembagaan untuk birokrasi, fokus perhatian diarahkan pada beberapa aspek. Hal ini mengingat keberadaan kelembagaan ini selain menjadi pendukung keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah, tetapi juga wadah bagi ribuan orang yang telah mengorbankan diri untuk bekerja sebagai birokrat. Para pegawai ini telah menjadi alat kekuasaan untuk menjalankan roda pemerintahan dan mewujudkan visi dan misi organisasi. Disisi lain penataan kelembagaan ini harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi organisasi sehingga mampu memenuhi pencapaian tujuan otonomi daerah. Kompleksitas persoalan yang ada dan banyaknya aspek yang dipertimbangkan, membuat kelembagaan pemerintah daerah dibuat dengan mengacu pada pedoman yang terukur dan kajian argumentasi yang rasional. Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
8
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Pembenahan perangkat daerah sebagai wadah karir birokrasi di daerah, dapat dilihat sebagai upaya mendukung semangat reformasi
manajemen
pemerintahan.
Apabila
model
klasik
menempatkan institusi pemerintah sebagai aktor dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka sebagai upaya mengantisipasi berbagai perubahan yang tidak dapat diprediksi dan berlangsung cepat dalam lingkungan sistem politik, dilakukan perbaikan terus menerus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Harus dipahami bahwa perubahan tersebut dapat berlangsung dalam aras global, nasional, maupun lokal. Oleh karena itu, reformasi manajemen pemerintahan harus mengakomodasi semua aspek yang ada. Kaitan
dengan
hal
di
atas,
sorotan
utama
penataan
kelembagaan pemerintah daerah lebih kepada substansi keberadaan lembaga tersebut dalam kontribusi pencapaian tujuan otonomi daerah. Sebagai perangkat daerah yang membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kehadirannya harus mampu memberikan dukungan dalam keberhasilan implementasi program
otonomi
daerah.
Lembaga
pemerintah
daerah
yang
mencakup organisasi, personil, dan ketatalaksanaan harus menjadi wadah solutif bagi pencapaian program-program pembangunan di daerah. Oleh karena itu, organisasi perangkat daerah dibentuk guna membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi di daerah, sebagai pendukung
tugas
kepala
daerah
dalam
penyusunan
dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, serta sebagai unsur pelaksana urusan daerah. Kehadiran
organisasi
perangkat
daerah
secara
umum
dipandang belum mampu memberikan dukungan maksimal terkait dengan pelaksanaan program otonomi daerah. Secara normatif pembentukan organisasi perangkat daerah telah mengakomodasi ketentuan yang berlaku, namun dalam kenyataannya, organisasi yang ada justru memberikan beban keuangan bagi daerah. Anggaran lebih banyak dipakai untuk biaya operasional pegawai daripada pelaksanaan
pembiayaan
urusan
itu
sendiri
atau
biaya
pembangunan. Pada bagian lain kehadiran regulasi teknis yang
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
9
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO mengharuskan dibentuknya organisasi perangkat daerah sebagai wadah pelaksanaan urusan tertentu menambah beban daerah. Akibatnya organisasi yang dibentuk meskipun tidak banyak memberi kontribusi bagi kepentingan masyarakat tetap dipertahankan dan menghabiskan dana publik. Semangat pembentukan organisasi perangkat daerah selama ini
lebih
mengakomodasi
kepentingan
penambahan
jabatan
struktural. Semakin besar organisasi maka semakin besar struktur yang ada sehingga semakin besar peluang seseorang pegawai menduduki jabatan. Kehadiran organisasi yang dibentuk seolah hanya ingin mengakomodasi kepentingan pegawai negeri atau birokrat di daerah. Dalam pedoman organisasi perangkat daerah telah dijelaskan bahwa dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani. Hal ini dimaksud sebagai tanggung jawab pemerintah melaksanakan fungsi pemerintahan secara maksimal dalam sebuah wadah yang jelas. Tanggung jawab disini menyangkut obyek apa yang diurus dan dukungan apa yang harus dipenuhi seperti anggaran dan sumber daya manusia penyelenggara. Dapat dikatakan bahwa setiap urusan pemerintahan harus dilaksanakan oleh suatu organisasi perangkat daerah dengan bentuk dan jenis tertentu, sehingga tidak ada urusan yang tersisa atau tidak ditangani. Hal ini juga dipahami bahwa tidak setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Gejala pembengkakan organisasi perangkat daerah yang terjadi
akibat
organisasi.
tidak
Beberapa
dipakainya
filosofi
permasalahan
dalam
tersebut
pembentukan
seperti
inefisiensi
penggunaan sumberdaya, melebarnya rentang kendali dan kurang terintegrasinya penanganan urusan yang seharusnya ditangani satu kesatuan
unit
menjadi
kebeberapa
unit
organisasi
sehingga
menimbulkan tumpang tindih pelaksanaan urusan. Kondisi ini sering
meinimbulkan
konflik
kepentingan
antara
organisasi
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
10
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO perangkat Daerah itu sendiri. Adanya rebutan tugas dan fungsi sehingga pelayanan publik menjadi terbengkalai. Pada bagian lain pedoman pembentukan organisasi perangkat daerah
yang
selama
ini
menjadi
rujukan
daerah
menata
organisasinya, belum mampu mengembangkan semangat otonomi daerah
yang
memberikan
mengembangkan
inovasinya
kewenangan
bagi
berdasarkan
daerah
visi
dan
untuk misinya.
Pembentukan organisasi pemerintah daerah selama ini didasarkan pada peraturan perundang-undangan (rule driven organization ). Banyak organisasi perangkat daerah yang dibentuk tidak dalam posisi sebagai sentral penyelenggaraan visi dan misi pemerintah daerah atau visi daerah. Besaran organisasi yang dibentuk tersebut selama ini hanya berdasarkan perhitungan scoring dan sangat berpengaruh
dalam
menentukan
dipertahankan,
diubah,
atau
pertimbangan
untuk
membentuk
apakah
suatu
dihapuskan.
unit
Padahal
suatu
perlu
seharusnya
organisasi
harus
menyangkut pertimbangan-pertimbangan administratif, ekonomi, bahkan politis. Pertimbangan politis disini menyangkut bagaimana sebuah organisasi dibentuk untuk menjalankan tanggungjawab mewujudkan visi dan misi daerah maupun kepala daerah. Ketidaksinkronan antara besaran organisasi yang dibentuk dengan visi dan misi yang ditetapkan menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan daerah berjalan dalam koridor rutinitas belaka. Tidak mampu membawa perubahan yang mendasar di daerah sesuai perencanaan. Organisasi perangkat daerah yang dibentuk seringkali tidak memberikan konstribusi bagi pengembangan pembangunan daerah. Tambahan faktor lain yang sering diabaikan selama ini dalam rangka
penataan
dilakukan
kelembagaan
pembedaan
perangkat
penentuan
daerah
secara
adalah
khusus
tidak
kriteria
kelembagaan bagi daerah provinsi. Adanya penyeragaman pola tersebut
sehingga
organisasi
yang
dibentuk
dengan
berbagai
pertimbangan subyektifitas birokrat di daerah sehingga terkadang muncul organisasi yang dibentuk tidak sesuai dengan kebutuhan Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
11
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO daerah provinsi. Padahal kalau diperhatikan karateristik unggulan suatu daerah provinsi berbeda dengan karakteristik unggulan daerah provinsi yang lain. Oleh karena itu, organisasi yang dibentuk dan besarannyapun tentu berbeda pula. Selanjutnya dalam organisasi perangkat daerah yang ada sekarang, indikator hasil pemetaannya belum menyeluruh, artinya bahwa masih menggunakan variable umum dengan indikator jumlah peduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD. Sementara dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pembentukan perangkat daerahnya mempertimbangkan faktor luas wilayah, jumlah penduduk, kemampuan keuangan daerah, serta besaran beban tugas sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah sebagai mandat yang wajib dilaksanakan oleh setiap Daerah melalui Perangkat Daerah. Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas, maka untuk mewujudkan organisasi perangkat daerah yang ideal perlu dilakukan penataan organisasi yang mampu melaksanakan urusan berdasarkan karakteristik daerah dan kebutuhan masyarakatnya berdasarkan hasil pemetaan. Organisasi perangkat Daerah diharapkan menjadi organisasi yang mapan dan mampu berperan sebagai wadah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah serta sebagai proses interaksi antara pemerintah dengan institusi daerah lainnya dan masyarakat secara optimal.
Dengan
demikian,
akan
terwujud
postur
organisasi
perangkat daerah yang proporsional, efektif, dan efisien berdasarkan prinsip-prinsip organisasi. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan,yakni sebagai berikut:
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
12
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO 1.
Pertimbanganyang mendasari perlu dibentuknya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
2.
Landasan
filososfis,
Rancangan
sosiologis,
Peraturan
Daerah
dan
yuridis
Provinsi
pembentukan
Gorontalo
tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. 3.
Jangkauan, arah pengaturan, sasaran yang akan diwujudkan, dan ruang lingkup materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Gorontalo
tentang
Pembentukan
dan
Susunan
Perangkat Daerah. C. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkanidentifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas
maka
tujuan
penyusunan
Naskah
Akademik
Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerahadalah sebagai berikut: 1.
Merumuskan pertimbangan yang mendasari perlu di bentuknya Rancangan
Peraturan
Daerah
Provinsi
Gorontalo
tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. 2.
Merumuskan
landasan
filosofis,
sosiologis,
dan
yuridis
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. 3.
Merumuskan jangkauan, arah pengaturan, sasaran yang akan diwujudkan, dan ruang lingkup materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Sementara itu, kegunaan Penyusunan Naskah Akademik
adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan
Peraturan
Daerah
Provinsi
Gorontalo
tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. D. Metode Naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah menggunakan metode penelitian
hukum.
Penelitian
hukum
adalah
penelitian
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
yang
13
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO membantu pengembangan ilmu hukum dalam mengungkapkan suatu
kebenaran
hukum.
Konsekuensinya
untuk
melakukan
penelitian hukum, seseorang harus memahami penelitian itu sendiri dan memahami ilmu hukum. Metode
penelitian
yang
dipergunakan
dalam
naskah
akademik rancangan peraturan daerah tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah adalah penelitian hukum normatif atau penelitian
hukum
doktrinal.
Penelitian
hukum
normatif
yaitu
penelitian hukum yang bertujuan mencari kaedah, norma atau das sollen . Pengertian kaedah dalam hal ini meliputi asas hukum, kaedah hukum, sistem hukum dan peraturan hukum kongkrit khususnya terhadap seluruh perangkat perundang-undangan atau peraturan daerah yang berhubungan dengan organisasi perangkat daerah. Selain itu, penelitian ini disebut juga dengan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini disebut penelitian
hukum
normatif
yang
bersifat
deskriptif
karena
dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang rinci tentang fokus yang diteliti dengan memanfaatkan norma-norma hukum yang ada, sehingga dapat menjawab permasalahan yang diteliti. Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum normatif yakni bahan hukum yang diperoleh dari bahan literatur dan dokumen-dokumen. Bahan hukum terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Bahan hukum primer ialah bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, seperti peraturan perundang-undangan terkait, bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang membantu menganalisis bahan hukum primer, sedangkan bahan hukum tertier ialah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus (hukum) dan ensiklopedia . Sumber data yang diperoleh dari bahan hukum berupa literatur, peraturan perundang-undangan, hasil kajian, dan hasil penelitian, yang kemudian dideskripsikan secara terstruktur dan sistematis. Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
14
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Tahap berikutnya yakni analisis hukum terhadap bahan hukum yang yang telah diperoleh. Menurut Gijssels dan van Hoecke analisis
data
dilakukan
dalam
tiga
tataran
yaitu:
Pertama,
sistematisasi data (tataran deskriptif). Kedua, penjelasan (tataran eksplikatif). Ketiga, perbaikan dan pembaharuan (tataran preskriptif atau normatif). Berdasarkan
pendapat
tersebut,
maka
data
(bahan
hukum)Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah harus diolah sehingga tampak sistematis atau saling keterkaitan. Sistematisasi data untuk mewujudkan tataran deskriptif. Sesudah itu dijelaskan mengenai data atau bahan-bahan hukum yang dikumpulkan
dan
mengapa
saling
berkaitan.
Penjelasan
yang
demikian itu mewujudkan tataran kedua yaitu tataran eksplikatif . Terhadap dua tataran di atas ditambahkan tataran ketiga yaitu tataran normatif dengan usulan perbaikan dan pembaharuan. Dengan demikian pada tataran ketiga ini memberikan jawaban atas pertanyaan “bagaimana seharusnya” atau “bagaimana sebaiknya”. Dalam hukum
penelitian
dianalisis
naskah
diadakan
akademik
terlebih
ini
dahulu
sebelum
bahan
penorganisasian
terhadap bahan hukum sekunder yang didapat melalui studi dokumen, dan bahan hukum primer yang didapat melalui studi wawancara dengan narasumber. Bahan hukum tersebut kemudian diklasifikasi dan dicatat secara sistematis dan konsisten untuk memudahkan
analisisnya.
Selanjutnya
analisa
dilakukan
menyangkut isi dari bahan hukum dan informasi yang disajikan serta keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan dan substansi
rancangan
peraturan
daerahyang
dibuat,
kemudian
dilakukan kegiatan penyempurnaan dengan melalui acaraFocus Group Discussion (FGD) dan/atau konsultasi publik dengan para pengambil kebijakan (stakeholder ) di Provinsi Gorontalo. Kajian ini juga, dilakukan dengan menggunakan pendekatan tailor
made ,
yakni
berupaya
menyusun
desain
kelembagaan
perangkat daerah dengan melakukan analisis terhadap kondisi Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
15
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO eksisting yang ada sekarang serta kebutuhan dimasa mendatang, dimana pengumpulan data yang digunakan meliputi: a. Studi literatur dan dokumentasi untuk mengumpulkan data dan bahan
berupa
peraturan
perundang-undangan
yang
terkait
dengan pengaturan kelembagaan perangkat daerah. Selain itu, juga dilakukan pengumpulan data dan bahan berupa hasil kajian yang sudah dilakukan sebelumnya sebagai bahan perbandingan dan pengayaan analisis. b. Diskusi dengan KeyInforman, yang antara lain, Staf Ahli Bidang Hukum dan Pemerintahan, para Kepala Organisasi Perangkat Daerah se Provinsi Gorontalo, dan Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Gorontalo. Data dan bahan yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan
menggunakan
teknik
analisis
penghitungan
dengan
menggunakan kreteria Tipelogi Perangkat Daerah yang diatur di dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, yang mencakup indikator-indikator sebagai berikut: a. Kriteria
tipelogi
Perangkat
Perangkat
Daerah
Daerah
berdasarkan
untuk hasil
menentukan pemetaan
tipe
urusan
pemerintahan dengan variabel: 1. umum dengan bobot 20% (dua puluh persen); dan 2. teknis dengan bobot 80% (delapan puluh persen). b. Kriteria variabel umum ditetapkan berdasarkan karakteristik Daerah yang terdiri atas indikator: 1. jumlah penduduk; 2. luas wilayah; dan 3. jumlah anggaran pendapatan dan belanja Daerah. c. Kriteria variabel teknis ditetapkan berdasarkan beban tugas utama
pada
setiap
Urusan
Pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan Daerah Provinsi serta fungsi penunjang Urusan Pemerintahan. Ketentuan mengenai perhitungan variabel umum dan
teknis
tersebut
tercantum
dalam
Lampiran
Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
16
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS A. Kajian Teoritis 1. Kelembagaan Pengertian dari kata kelembagaan adalah suatu sistem badan sosial atauorganisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.2 Aspekkata kelembagaan memiliki inti kajian kepada prilaku
dengan
nilai,
norma
danaturan
yang
mengikuti
dibelakangnya. 3Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga formal danlembaga non-formal. Kelembagaan lokal dan area aktivitasnya terbagi menjaditiga kategori, yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintahlokal); kategori sektor sukarela (organisasi
keanggotaan
(organisasi
jasa
dan
dan bisnis
koperasi);
kategorisektor
swasta). 4 Bentuk
resmi
swasta suatu
lembagayaitu lembaga garis (line organization , military organization ); lembaga garis danstaf (line and staff organization ); lembaga fungsi (functional organization ). Harton menjelaskan bahwa lembaga adalah system a norms to achieve some goalor activity that people feel is important, or, more formally, an organized cluster offolkways and mores centered around a major human activity .5 Menurut pendapat Hartonbahwa lembaga adalah suatu sistem norma yang dipakai untuk mencapai tujuan atauaktivitas yang dirasakan penting, atau kumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yangterorganisir yang terpusat dalam kegiatan utama manusia). Jadi, lembaga itu berupa normayang dipakai masyarakat untuk
memenuhi
kebutuhannya.
Dan
norma-norma
ituberupa
kebiasaan (folkways) dan tata kelakuan (mores) .
2
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1997, hal. 979 Syahyuti, Tinjauan Sosiologis Terhadap Konsep Kelembagaan Dan Upaya MembangunRumusan Yang
3
Lebih Operasional, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,Bogor, 2009. hal. 47 4
Bulkis, Manajemen Pembangunan, Universitas Hasanudin, Makasar, 2004, hal. 16.
5
Horton and Hunt, Sociology, Prentice Hall, London, 1984, hal. 211.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
17
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Lembaga adalah proses yang terstruktur, yang dipakai orang untukmenyelenggarakan kegiatannya. Jadi, lembaga pemerintahan daerah adalah sistem aturanatau proses yang terstruktur, yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahandaerah. Sistem aturan ini lalu dikonkritkan menjadi organisasi. Jadi, organisasi adalahwujud konkrit dari lembaga yang bersifat abstrak. Melalui wujud organisasi inilah,lembaga pemerintahan daerah menjalankan kegiatannya untuk mencapai tujuan. Secara yuridis formal, penataan kelembagaan pemerintah daerah
dilakukanberdasarkan
berdasarkan
Undang-Undang
Pemerintahan
penerapan Nomor
Daerah.Kebijakan
23
tersebut
organisasi
daerah
Tahun2014
Tentang
membawakonsekuensi
logis bagi perubahan sistem pemerintahan di daerah yang sangat mendasar. Sesuai pemerintahan Perwakilan
dengan
prinsip
daerahterdiri
Rakyat
atas
Daerah
demokrasi, kepala
(DPRD).
maka
daerah
lembaga
dan
Masing-masing
Dewan lembaga
menjalankan peranannyasesuai dengan kedudukan, tugas, pokok dan fungsinya dalam sistem administrasi NegaraIndonesia. Dilihat dari
administrasi
publik,
kedua
lembaga
tersebut
merupakan
kesatuanyang integral yang memberikan pelayanan publik sesuai dengan
bidang
tugasnya
dalamrangka
mencapai
tujuan
pemerintahan daerah. Kepala daerah adalah pimpinan lembaga yang melaksanakan Peraturan Perundang-undangan. Dalam wujud konkritnya, lembaga pelaksana kebijakan daerah adalahorganisasi pemerintahan. Kepala daerah menyelenggarakan pemerintahan di daerahnya. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi,
termasuk
hubunganantara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah Kabupaten/Kota yang tidak lagi bersifat hierarkiyang berjenjang, tetapi setiap pemerintah daerah berkedudukan sebagai daerah otonom.Begitu pula dalam distribusi dan alokasi kewenangan antara pemerintah daerah provinsidan kabupaten/kota mengalami pergeseran dan perubahan.Perubahan tersebut telah menetapkan Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
18
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO bahwa seluruh kewenangan secarasepenuhnya diberikan kepada daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, kecuali politik luar negeri,pertahanan dan kemanan, peradilan (yustisi), moneter dan fiskal nasional dan agamadipegang oleh Pemerintah Pusat. Melalui perubahan dalam kewenangan pemerintahan,baik di pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota
tersebut,
pada
giliran
berikutnya
juga
akanmenyebabkan perubahan terhadap kelembagaan pusat dan daerah. Lembaga pelaksana kebijakan daerah di provinsi adalah pemerintah
provinsi
yangdipimpin
oleh
gubernur.
Dalam
menjalankan tugasnya gubernur dibantu oleh perangkatdaerah. Dalam lingkup unit sempit tugas pokok gubernursebagairepresentasi lembaga
pelaksana
kebijakan
daerah
adalah
melaksanakan
kebijakan yangdibuat bersama lembaga DPRD Provinsi. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah membawa perubahan yang signifikan terhadap pembentukan Perangkat Daerah, yakni dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing ) berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata dimasing-masing Daerah. Hal ini juga sejalan dengan prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang rasional, proporsional, Pemerintahan
efektif, Daerah
dan
efisien.
tersebut,
Berdasarkan kepala
Undang-Undang
Daerah
dibantu
oleh
Perangkat Daerah yang terdiri dari unsur staf, unsur pelaksana, dan unsur penunjang. Peraturan tentangPerangkat
Pemerintah Daerah
Nomor
memberikan
18
Tahun
peluang
bagi
2016 Daerah
untukmenciptakan kelembagaan yang lebih kreatif dan variatif, sehingga dinamisasi perubahankebutuhan sebagaimana dijelaskan di atas lebih dapat ditangani dan dipecahkan olehkelembagaan yang ada. Hal ini sejalan dengan karakteristik kelembagaan modern yangdijelaskan oleh Ron Ashkenas dkk yang menyebutkan bahwa kelembagaan
modernmemiliki
karakteristik:
Speed,
Flexibility,
Integration , dan Innovation .
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
19
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Peraturan Pemerintah tersebut kemudian dijadikan dasar dalam perumusan organisasi dan tata kerja daerah yang kemudian diimplementasikan kedalam Peraturan Daerah. Peraturan Daerah inilah nantinya yang mengatur mengenai tugas dan fungsi yang ada pada organisasi perangkat daerah. Dengan demikian diharapkan kelembagaan atau organisasi perangkatdaerah di masa depan akan lebih
mampu
mengatasi
masalah
yang
ada
dan
masalah
yangmungkin timbulsehingga efektifitas organisasi akan semakin meningkat. Pembentukan
Perangkat
Daerah
harus
mempertimbangkanfaktorluas wilayah,jumlahpenduduk,kemampuankeuanganDaerahsertabesaran bebantugassesuaidenganurusanpemerintahanyangdiserahkan kepadaDaerahsebagaimandatyangwajibdilaksanakanolehsetiapDaera hmelaluiPerangkatDaerah.
PerangkatDaerah
dalam3(tiga)tipe,yaitutipeA,tipeB,dan
dibagi
tipe
C.
PenetapantipePerangkatDaerahdidasarkanpada perhitunganjumlahnilaivariabelbebankerja.Variabelbebankerjaterdiri darivariabelumumdanvariabelteknis.Variabelumum,meliputijumlahp enduduk,luaswilayah,jumlahanggaranpendapatandan belanjaDaerahdenganbobotsebesar20%(duapuluhpersen)dan variabelteknisyangmerupakanbebanutamadenganbobotsebesar80% (delapanpuluhpersen). PemerintahanDaerahmemprioritaskanpelaksanaanUrusan Pemerintahanwajibyangberkaitandenganpelayanandasar,agar kebutuhandasarmasyarakat
dapat
terpenuhi
secara
optimal.
Olehkarenaitu,PerangkatDaerahyangmelaksanakanUrusanPemerinta han wajibberkaitandenganpelayanandasardiwadahidalambentukdinas utamaminimaltipeC. Penataan kelembagaan merupakan kebutuhan dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance ). Penataan kelembagaan harus dipahami sebagai salah satu upaya kebijakan untuk membentuk sebuah sistem pemerintahan daerah yang efektif Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
20
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO dan efisien, rasional sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah, adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi, serta adanya komunikasi kelembagaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dalam konteks penataan kelembagaan maka yang dimaksud dengan aturan formal adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentangPerangkat Daerah. Sementara, aturan informal adalah suatu norma, nilai-nilai yang dibangun, tata cara, kebiasaan dan etos kerja serta budaya. Dengan
demikian
studi
kelembagaan
dan
perubahan
kelembagaan diperlukan sebagai kebutuhan dasar penguatan konsep kelembagaan. Adanya interaksi yang berkelanjutan antara institusi dan organisasi dalam situasi keterbatasan kemampuan keuangan daerah.Oleh
karena
itu,
persaingan
merupakan
kunci
untuk
perubahan kelembagaan. Dalam konteks penataan kelembagaan, perubahan institusi tidak terlepas dari dimensi “besaran organisasi” yaitu perampingan dan pembesaran. Penataan kelembagaanadalah membuat struktur baru atau penyempurnaan atas struktur yang ada. Dengan kata lain, kebijakan struktur baru organisasi perangkat daerah adalah sebuah proses mencari ukuran yang sesuai dan seimbang antara beban tugas dan kewenangan pemerintahan disatu pihak, dengan kemampuan dan kebutuhan obyektif di pihak lain. Hal ini sesuai pendapat Utomo (2004), bahwa format kelembagaan dapat mengalami pengembangan (expansion )
ataupun
pengecilan
(contraction ),
tergantung
dari
perubahan dinamis variabel-variabel yang mempengaruhinya. 2. Birokrasi Ditinjau dari segi bahasa, birokrasi berasal dari bahasa Yunani, kratein yang berarti mengatur. Dalam bahasa Prancis, kata birokrasi disinonimkan dengan kata bureau yang berarti kantor. Azhari (2011:59) mengungkapkan bahwa birokrasi adalah sistem administrasi dan pelaksanaan tugas keseharian yang terstruktur, dalam sistem hierarki yang jelas, dilakukan dengan aturan tertulis,
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
21
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO dan dijalankan oleh bagian tertentu yang terpisah dengan bagian lainnya. Menurut pandangan Thoha dalam Azhari (2011:61) ”birokrasi menurut Hegel seharusnya menjadi kelompok penengah di antara kelompok partikular, dan negara berada pada posisi yang netral.” Birokrasi adalah jembatan yang menjadi penghubung antara Negara (pemerintah) dan masyarakatnya. Karl Marx memiliki pandangan yang berbeda dengan Hegel. Karl Marx dalam Azhari (2011:63) mengatakan bahwa “birokrasi adalah negara atau pemerintah itu sendiri dan birokrasi merupakan instrumen yang dipergunakan oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya.” Hal ini menegaskan bahwa antara pendapat Hegel dan Marx pada prinsipnya menempatkan posisi birokrasi sebagai satu kelompok kepentingan tersendiri, hanya perbedaan di antara keduanya adalah Hegel menekankan bahwa kepentingan birokrasi adalah menjadi penengah antara kepentingan particular dan kepentingan umum yang diwakili Negara, sementara Marx menekankan bahwa birokrasi juga adalah satu kelas tersendiri yang tidak mungkin netral tetapi berpihak pada kelas yang berkuasa. Berbeda dengan yang diuraikan oleh Hegelian dan Karl Max, Weber
menunjukkan
organisasi
konsep
pemerintah
birokrasi
yang
mampu
pada
model
struktur
menanggapi
luasnya
permasalahan. Menurut Weber dalam Azhari (2011:64) “struktur birokrasi adalah struktur yang lebih unggul dari segala bentuk yang lain
dalam
hal
ketepatan,
stabilitas,
keketatan
dalam
hal
kedisiplinannya dan kehandalannya.” Birokrasi menurut Weber adalah organisasi yang dapat digunakan sebagai pendekatan efektif untuk mengontrol pekerjaan manusia, sehingga dapat mencapai sasarannya, karena organisasi birokrasi punya struktur yang jelas tentang
kekuasaan
dan
orang
yang
mempunyai
kekuasaan
mempunyai pengaruh sehingga dapat memberi perintah untuk mendistribusikan tugas kepada orang lain ”Weber juga menjelaskan,
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
22
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO tipe ideal birokrasi yang rasional itu dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut: a. Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya pada saat dia menjalankan tugas atau kepentingan individual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya
untuk
keperluan
dan
kepentingan
pribadinya
termasuk keluarganya. b. Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarkis dari atas ke bawah dan ke samping. Konsekuensinya ada jabatan atasan dan bawahan, dan ada pula yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang kecil. c. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu sama lainnya. d. Setiap pejabat memiliki kontrak jabatan, yang harus dijalankan. Uraian tugas ( job description) masing-masing pejabat merupakan domain yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai dengan kontrak. e. Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi personalitasnya, idealnya hal tersebut melalui ujian yang kompetitif. f.
Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun
sesuai
dengan
tingkatan
hierarki
jabatan
yang
disandangnya. Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan keinginan dan kontraknya bisa diakhiri dalam keadaan tertentu. g. Terdapat
struktur
pengembangan
karir
yang
jelas
dengan
promosi berdasarkan senioritas sesuai dengan pertimbangan yang objektif. h. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menggunakan jabatannya dan resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarga. i.
Setiap
pejabat
berada
di
bawah
suatu
pengendalian
dan
pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin” (Azhari 2011:66).
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
23
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Weber memperhitungkan tiga elemen pokok dalam konsep birokrasinya, antara lain: Pertama, birokrasi dipandang sebagai instrumen teknis (technical instrument); Kedua, birokrasi dipandang sebagai kekuatan yang independen dalam masyarakat, sepanjang birokrasi mempunyai kecendrungan yang melekat (inherent tendency) pada penerapan instrumen teknis tersebut; Ketiga, pengembangan dari sikap ini karena para birokrat tidak mampu memisahkan prilaku
mereka
dari
kepentingannya
sebagai
suatu
kelompok
masyarakat yang particular. Dari
berbagai
disimpulkan
pengertian
bahwasanya
birokrasi
birokrasi
tersebut
merupakan
dapat sebuah
lembaga/organisasi yang legal rational, dimana dalam birokrasi harus memiliki aturan yang jelas yang mengatur hubungan kerja secara impersonal . Birokrasi juga merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dan urgen dalam satu organisasi untuk mewujudkan pembagian kerja dengan memberikan wewenang dan tanggung jawab tertentu. Dengan kata lain bahwa birokrasi adalah pengorganisasian untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam mewujudkan kerjasama sejumlah orang yang bermaksud mencapai tujuannya. Dalam penelitian ini, birokrasi yang dimaksud adalah organisasi birokrasi jabatan
pemerintah yang
yang
merupakan
terorganisasi
secara
sekumpulan formal,
tugas
dimana
dan
sistem
pelaksanaan kerjanya berisi wewenang dan tanggung jawab, serta setiap unit satuan kerja saling berpengaruh dan menentukan dalam pelaksanaan pekerjaan dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi tersebut. 3. Reformasi Birokrasi Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan di suatu masyarakat atau negara (KBBI, 2002). Reformasi birokrasi adalah
perubahan
secara
drastis
untuk
perbaikan
sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah (birokrasi). Dalam kepegawaian negara, birokrasi adalah salah satu unsur
sumberdaya
manusia
penyelenggara
sistem
administrasi
pemerintahan. Jadi birokrasi menjadi salah satu faktor dan aktor Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
24
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO utama yang turut berperan dalam perwujudan clean government dan goodgovernance . Posisi dan peran birokrasi menjadi sangat kuat dan dominan, karena selain berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi juga berpengaruh terhadap kehidupan politik. Dalam kehidupan ekonomi, kinerja birokrasi berpengaruh pada tingkat efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Dalam kehidupan politik, kinerja birokrasi akan menentukan kualitas pelayanan kepada masyarakat
yang
pada
akhirnya
berpengaruh
pada
tingkat
kepercayaan (legitimasi) kepada pemerintah. Dalam
proses
pembangunan,
birokrasi
yang
kuat
dan
dominan tersebut mempunyai kontribusi yang sangat besar, karena birokrasi mampu mengembangkan sayap keterlibatannya mulai dari perumusan sampai dengan pelaksanaan kebijakan pada level yang paling bawah. Birokrasi sangat kuat karena mempunyai kekuasaan, baik yang bersifat otoritas formal, keuangan, informasi dan skill yang memungkinkan birokrasi untuk memaksakan kehendaknya tanpa ada kemampuan masyarakat untuk menolaknya. Dengan posisinya yang kuat dan dominan, menyebabkan terjadinya pergeseran nilai dalam tubuh birokrasi yang seharusnya melayani menjadi dilayani. Fenomena ini menimbulkan ketidakefisienan, cenderung berbelitbelit, kaku, dan lamban, sehingga membuat birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya untuk memberikan pelayanan publik. Atas dasar itu perlu dilakukan reformasi terhadap birokrasi. 4. Tata Kelola Pemerintahan yang baik (good governance ) Perkembangan
pemikiran
kelembagaan
dan
paradigma
pembangunan semakin menegaskan tentang pentingnya aplikasi prinsip tata kepemerintahan yang baik ( good governance ) dalam penyelenggaraaan
pemerintahan
di
daerah.
Dalam
kerangka
inilah,penekanan dilakukan pada pembagian peran dan interaksi diantara tiga pelakupembangunan di daerah, yaitu masyarakat, dunia
usaha
dan
pemerintah.
Interaksitersebut
selanjutnya
memberikan penekanan fungsi dan peran pada masing-masing pelakupembangunan, yaitu:
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
25
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO a. Peran pemerintah dalam hal ini sebagai penyedia pelayanan publik dan katalisator yang menciptakan lingkungan kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya inisiatif dan kreasi dalam kerangka
untuk
menghasilkan
nilai
dan
makna
bagi
pembangunan daerah, b. Peran dunia usaha sebagai pencipta nilai ekonomis dalam kerangka menyejahterakan masyarakat setempat. Misalnya saja upaya penciptaan lapangan pekerjaan serta pendapatan yang layak bagi masyarakat seharusnya dikerjakan secara intensif maupun ekstensif oleh dunia usaha setempat dengan dukungan masyarakat dan Pemerintah Daerah, c. Peran
masyarakat
pengembangan
sebagai
modal
pembentuk
sosial
(social
nilai
sosial
capital )
bagi
kehidupan
masyarakat setempat, di samping ikut berpartisipasi dalam perkembangan serta dinamika pembangunan daerah terutama yang
secara
langsung
akan
mempengaruhi
kehidupan
masyarakat. Karakteristik atau prinsip-prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance ) dikemukakan oleh UNDP (1997) yaitu meliputi: a. Partisipasi (Participation ): Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing. b. Akuntabilitas (Accountability ): Para pengambil keputusan dalam sektor
publik,
swasta
dan
masyarakat
madani
memiliki
pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik, sebagaimana halnya kepada stakeholders. c. Aturan hukum (Rule of law ): Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan
harus
berkeadilan,
ditegakkan
dan
dipatuhi secara utuh, terutama aturan hukum tentang hak asasi manusia.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
26
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO d. Transparansi
(Transparency ):
Transparansi
harus
dibangun
dalam rangka kebebasan aliran informasi. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor. e. Daya tangkap (Responsiveness ): Setiap intuisi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders). f.
Berorientasi konsensus (consensus Orientation ): Pemerintah yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik
bagi
kepentingan
yang
berbeda
untuk
mencapai
konsensus atau kesempatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah. g. Berkeadilan (Equity ): Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan kualitas hidupnya. h. Efektifitas dan Efisiensi (Effectifitas and Effeciency ): Setiap proses kegiatan
dan
kelembagaan
diarahkan
untuk
menghasilkan
sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan berbagai sumber yang tersedia. i.
Visi Strategis (Strategic Vision ): Para pemimpin dan masyarakat memiliki persfektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan
pemerintah
yang
baik
dan
pembangunan
manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Secara
singkat
dapat
dilihat
bahwa
akuntabilitas,
transparansi dan partisipasi akan membantu aspek politis dan kelembagaan
perekonomian
untuk
mengeluarkan
peraturan-
peraturan yang fair. Aspek peran hukum bertujuan agar produkproduk hukum tersebut dapat diberlakukan dan dilaksanakan secara merata, tanpa pamrih, kepada seluruh masyarakat. Bila akses informasi yang akurat bisa dengan mudah didapat dari dan ke tiga sektor tersebut, maka prinsip transparansi melalui informasi
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
27
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO yang saling memberi di antara ke tiga sektor tersebut akan terpelihara agar keharmonisan hubungan tetap terjalin dengan baik. Lebih banyak informasi yang transparan yang bisa didapat, lebih besar pula partisipasi yang diberikan oleh masing-masing sektor. Lebih banyak informasi berarti keputusan yang diambil juga bisa lebih
baik
dan
lebih
akurat
dan
lebih
efektif
dalam
implementasinya.Lebih banyak informasi saling memberikan, lebih mudah pula bagi proses legalitas diantara ketiganya. Institusi yang ada diantara ketiga sektor tersebut dengan menggunakan prinsip tersebut menjadi akan lebih responsif dan kesamaan kedudukan diantara ketiganyapun akan lebih mudah ditegakan. Dengan cara yang sama prinsip-prinsip lainnya dari good governance akan menghasilkan penyelenggaraan kegiatan kearah yang dituju, sesuai dengan porsinya masing masing. 5. Restrukturisasi Organisasi Organisasi
Pemerintah merupakan
Daerah unsur
Menuju
penting
Efektivitas
dalam
sebuah
pemerintahan. Semakin kuat organisasi pemerintahan tersebut maka
akan
semakin
maksimal
tugas
pokok
dan
fungsinya
dijalankan, akan memberikan pelayanan yang maksimal juga pada masyarakat dan pembangunan. Menurut Louis A. Allen “organisasi sebagai proses penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan” (Hasibuan 2007:24). Organisasi biasanya berada dalam lingkungan yang bergolak dengan sumberdaya terbatas, lingkungan yang berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan
zaman,
perubahan
tersebut
akan
mempengaruhi efektivitas organisasi. Dalam lingkungan demikian organisasi harus tanggap dan pandai mengantisipasi perubahan agar organisasi tersebut tetap dapat mempertahankan keberadaannya (exist) dan dapat berfungsi (functional). Hasibuan
(2007:24)
memiliki
pendapat
sendiri
tentang
organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
28
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO terkoordinasi dari sekolompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya alat dan wadah saja. Hasibuan
(2007:26)
juga
menjelaskan
bahwa
organisasi
adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi menurut Hasibuan memiliki ciri sebagai berikut: a. Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai. b. Adanya sistem kerjasama yang terstruktur dari sekelompok orang. c. Adanya pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama karyawan. d. Adanya
penetapan
dan
pengelompokan
pekerjaan
yang
terintegrasi. e. Adanya keterikatan formal dan tata tertib yang harus dipatuhi. f.
Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
g. Adanya unsur-unsur dan alat-alat organisasi. h. Adanya
penempatan
orang-orang
yang
akan
melakukan
pekerjaan. Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
organisasi adalah kesatuan susunan yang terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang dapat dicapai secara efektif dan efisien melalui tindakan yang dilakukan secara bersama, dimana dalam melakukan tindakan itu ada pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab bagi tiap-tiap personal yang terlibat di dalamnya untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan organisasi juga dapat diukur melalui efektivitas dari organisasi tersebut. Konsep efektivitas memiliki arti yang berbeda-beda
oleh
para
ahli.
Menurut
Steers
dalam
Sutrisno
(2010:123), pada umumnya efektivitas hanya dikaitkan dengan tujuan organisasi, yaitu laba yang cenderung mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu sumber daya manusia. Steers mengatakan bahwa yang terbaik dalam meneliti efektivitas Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
29
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO adalah memperhatikan tiga konsep yang saling berkaitan, yakni: optimalisasi tujuan-tujuan, perspektif sistem dan tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi. Steers (Sutrisno 2010:148) juga mengemukakan ada empat kelompok variabel yang berpengaruh terhadap efektivitas organisasi, yaitu: a. Karakteristik Organisasi, termasuk struktur dan teknologi. b. Karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan ekstern dan lingkungan intern. c. Karakteristik
karyawan,
yang
meliputi
keterikatan
pada
organisasi dan prestasi kerja. d. Kebijakan praktek manajemen. Edy Sutrisno memiliki pemikiran yang lebih sederhana tentang indikator efektivitas organisasi. Adapun indikator efektivitas organisasi yang diuraikan oleh Edy Sutrisno (2010:149) yaitu sebagai berikut: a. Produksi ( production ) Produksi barang maupun jasa menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi barang ataupun jasa yang sesuai dengan permintaan lingkungannya. b. Efisiensi ( efficiency ) Agar organisasi bisa survival perlu memperhatikan efisiensi. Efisiensi diartikan sebagai perbandingan (ratio) antara keluaran dengan masukan. c. Kepuasan (satisfaction ) Banyak
manajer
berorientasi
pada
sikap
untuk
dapat
menunjukkan sampai berapa jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan para karyawannya, sehingga mereka merasakan kepuasaannya dalam bekerja. d. Adaptasi (adaptiveness ) Kemampuan adaptasi adalah sampai seberapa jauh organisasi mampu
menterjemahkan
perubahan-perubahan
intern
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
dan
30
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO ektern yang ada, kemudian akan ditanggapi oleh organisasi yang bersangkutan.
e. Perkembangan (development ) Perkembangan merupakan suatu fase setelah kelangsungan hidup terus (survive ) dalam jangka panjang. Untuk itu organisasi harus mampu memperluas kemampuannya, sehingga mampu berkembang dengan baik dan sekaligus akan dapat melewati fase kelangsungan hidupnya. Menurut Sedarmayanti (2010:82) dimensi untuk mengukur efektivitas sebuah organisasi dapat dilihat dari: a. Kemampuan
organisasi
memanfaatkan
lingkungan
untuk
memperoleh berbagai jenis sumber langka dan bernilai tinggi. b. Kemampuan
pengambil
keputusan
dalam
organisasi
untuk
menginterpretasikan sifat lingkungan secara tepat. c. Kemampuan organisasi menghasilkan keluaran tertentu dengan sumber yang diperoleh. d. Kemampuan organisasi dalam memelihara kegiatan operational sehari-hari. Pada dasarnya ada beberapa prinsip penataan kelembagaan perangkat daerah, antara lain: a. Pembentukan perangkat daerah harus berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan masing-masing daerah, baik urusan wajib maupun urusan pilihan; b. Organisasi sifatnya dinamis karena aturannya cukup sederhana; c. Menata organisasi perangkat daerah sesuai dengan pinsip-prinsip organisasi, pelembagaan yang tegas antara fungsi staf, fungsi lini, fungsi pendukung, fungsi pengawas dan fungsi perencanaan serta fungsi pelayanan administratif sehingga tidak ada tarik menarik kewenangan; d. Besaran organisasi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, di samping kebutuhan dan kemampuan serta karakteristik dan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
31
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO potensi daerah masing-masing berpegang pada azas efisiensi, efektivitas, rasional, dan proposional, termasuk jumlah susunan organisasi harus berdasarkan analisis beban kerja yang akan dilaksanakan sesuai dengan urusan yang menjadi kewenangan; e. Arahan
perumpunan
untuk
standarisasi
numenklatur
dan
keseragaman apabila terjadi penggabungan beberapa urusan pemerintahan; f.
Pengembangan jabatan fungsional agar segera dapat terealisasi perlu dukungan para pejabat pembina jurusan fungsional dengan membuat kebijakan impassing dan pendelegasian wewenang pembinaan dan pengembangan dari Pembina jabatan fungsional di pusat kepada Pembina kepegawaian di daerah. Retrukturisasi organisasi yang dilakukan oleh pemerintah,
haruslah mampu menciptakan sebuah organisasi pemerintah yang tampil dengan performa yang baru. Organisasi pemerintah daerah harus memiliki kelembagaan yang kuat sebagai kemampuan atau kewenangan yang dimiliki oleh organisasi tersebut untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Efektivitas
organisasi
pemerintahan
diharapkan
salah
satunya dapat tercipta melalui restrukturisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan melihat pada indikator yangmengacu kepada pendapat Steers tentang efektivitas organisasi diantaranya adalah optimalisasi tujuan organisasi dan pendapat Edy Sutrisno yakni efisiensi dan adaptif terhadapperubahan-perubahan organisasi yang terjadi, baik disebabkan oleh proses restrukturisasi maupun perubahan yang disebabkan oleh faktor tuntutan kerja dan lingkungan organisasi itu sendiri. 6. Pelayanan Publik Pengertian
publik
menurut
Inu
Kencana
Syafi’ie,
dkk
(1999:18) yaitu sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang mereka miliki.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
32
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Pengertian lain berasal dari pendapat A.S. Moenir (1995:7) menyatakan bahwa pelayanan umum adalah suatu usaha yang dilakukan
kelompok
atau
seseorang
atau
birokrasi
untuk
memberikan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial. Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan oleh orang yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang bersifat nonkomersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian. Untuk memahami mengenai pelaksanaan tugas Negara dalam hal ini yang hendak dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Maka perlu dipahami terlebih dahulu mengenai Pelayanan Publik sebagai salah satu dasar dan tujuan dibentuknya suatu Negara. Pengertian pelayanan publik yang diperoleh dari Wikipedia Indonesia ensiklopedi bebas berbahasa Indonesia, adalah: “Segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Tetapi berdasarkan unsur penyelenggaraan pelayanan publik, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
33
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya Sekolah, Jasa Transportasi, atau Rumah Sakit yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta. b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik yang masih dapat dibedakan ketiga golongan yaitu: 1) Pelayanan Publik bersifat primer Pelayan Publik yang bersifat primer adalah semua bentuk pelayanan
publik
penyediaan
barang/jasa
publik
yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah yang di dalamnya pemerintah atau pemerintah daerah merupakan
satu-satunya
pengguna/konsumen
penyelenggara
mau
tidak
dan
mau
harus
memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di Kantor Kelurahan untuk Pengurusan Kartu Tanda Penduduk, atau Pengurusan Akta Kelahiran di Kantor Catatan Sipil. 2) Pelayanan Publik bersifat sekunder Pelayanan Publik bersifat sekunder adalah sebuah bentuk pelayanan publik dalam bentuk penyediaan barang/jasa publik
yang
pemerintah
diselenggarakan daerah,
pengguna/konsumen
oleh
tetapi tidak
yang
mesti
pemerintah di
menggunakan
atau
dalamnya layanan
publik itu, karena layanan publik itu dapat juga dilaksanakan atau
dijalankan
oleh
pihak
swasta
lainnya.
Contoh:
Penyediaan bahan Bakar Minyak Premium oleh Pertamina, masih dapat dilakukan oleh pihak swasta Shell dan Petronas. Dalam wikipedia Indonesia diutarakan mengenai 5 (lima) karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu: a. Adaptabilitas layanan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
34
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Maksudnya adalah bahwa derajat perubahan layanan dalam pelayanan publik sesuai dengan tuntutan perubahan yang diminta oleh pengguna/konsumen. b. Posisi tawar pengguna/konsumen. Dalam pelayanan publik semakin tinggi posisi atau nilai tawar pengguna/koneume, maka akan semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta pelayanan yang lebih baik. c. Tipe Pasar. Melalui pembedaan tipe pasar dapat menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada dan hubungannya dengan pengguna/konsumen. d. Locus Kontrol . Pelayanan publik dengan karakteristik ini menjelaskan siapa yang
memegang
kontrol
atas
transaksi,
apakah
pengguna/onsumen atau penyelenggara pelayanan publik itu sendiri. e. Sifat Pelayanan Pelayanan
publik
dengan
karakteristik
ini
menunjukkan
kepentingan pengguna/konsumen atau penyelenggara pelayanan yang lebih dominan. Pengertian Pelayanan publik itu sendiri Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan bahwa: “Pelayanan adalah hal, cara atau hasil pekerjaan melayani. Sementara itu istilah publik berasal dari bahasa Inggris, public yang berarti umum, masyarakat dan negara. Dalam perjalanannya, kata publik telah dibakukan dalam bahasa Indonesia, yang berarti umum, orang banyak, ramai. Oleh karena itu pelayanan publik dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki
setiap
kegiatan
yang
menguntungkan
dalam
suatu
kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Pelayanan publik juga diartikan pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai denganaturan pokok atau tata cara yang telah ditetapkan.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
35
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Pengertian Pelayanan Publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan
pelayanan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara penyelenggara
pelayanan pelayanan
publik”. publik
Sedangkan
berdasarkan
pengertian
Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah “setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik”. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004 memberikan pengertian pelayanan publik adalah: “Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara
pelayanan
publik
sebagai
upaya
pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
pelayanan
publik
adalahsegala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan. B. Kajian Terhadap Penyusunan Norma Peraturan
Asas/Prinsip
daerah
Yang
Terkait
Dengan
merupakan
salah
satu
jenisperaturanperundang-undangan
dan
merupakanbagian
dari
sistem hukum nasional yang berdasarkanPancasila.Pada saat ini peraturan
daerah
mempunyaikedudukan
yang
sangat
strategis
karena diberikanlandasan konstitusional yang jelas sebagaimana
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
36
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO diatur
dalam
Pasal
18
ayat
(6)
Undang-UndangDasar
Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. MenurutBagir Manan (1995:12-13), syarat-syarat agar suatu peraturan perundang-undangan itu dinyatakan baik adalah: a. Ketepatan dalam struktur, pertimbangan, dasar hukum, bahasa, pemakaian huruf dan tanda baca yang benar. b. Kesesuaian
antara
isi
dengan
dasar
yuridis,
sosiologis
danfilosofis. c. Peraturan
Perundang-undangan
itu
dapat
dilaksanakan
(applicable ) dan menjamin kepastian. Untuk
membuat
sebuah
peraturan
perundang-undangan
yang baik, harus berlandaskan pada 3 (tiga) unsur yaitu: dasar filosofis, sosiologis dan yuridis. a. Dasar Filosofis: Suatu peraturan perundang-undangan dalam rumusannya harus sesuai dengan cita-cita hukum (rechtsidee ), yaitu
menjamin
keadilan,
ketertiban,
kesejahteraan
dan
sebagainya. Hukum diharapkan mencerminkan sistem tersebut dengan baik sebagai sarana yang melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana mewujudkan dalam tingkah laku masyarakat. Semuanya itu bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti atau hakekat sesuatu. b. Dasar Sosiologis: Peraturan perundang-undangan yang dibuat itu harus mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat sehingga
sesuai
dengan
keyakinan
umum
atau
kesadaran
hukum masyarakat. c. Dasar Yuridis: Ketentuan hukum yang menjadi dasar hukum bagi pembuatan suatu peraturan. Misalnya Undang-Undang Dasar 1945 menjadi dasar yuridis bagi pembuatan undangundang organik. Dasar yuridis juga sangat penting dalam pembuatan
suatu
peraturan
perundang-undangan
karena
mempunyai beberapa keharusan yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Keharusan yang berlandaskan yuridis beraspek formal, yakni dasar yuridis yang memberi kewenangan bagi instansi tertentu untuk membuat peraturan tertentu.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
37
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO 2) Keharusan
yang
berlandaskan
yuridis
beraspek
materil
adalah ketentuan-ketentuan hukum tentang masalah atau persoalan
apa
yang
harus
diatur,
terutama
kalau
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya. Peraturan jenis ini penting terutama bagi jenis peraturan perundang-undangan pelaksana, yaitu yang derajatnya di bawah undang-undang. Keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang tidak tinggi tingkatannya berkaitan dengan hierarki norma hukum yang dikemukakan oleh Kelsen dalam teorinya mengenai jenjang norma hukum (stufentheorie ). Menurut Kelsen (Maria Farida Indrati Soeprapto, 2007:25) norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hirarki tata susunan. Suatu norma yang lebih rendah berlaku bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian
seterusnya
sampai
pada
suatu
norma
yang
dapat
ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif, yaitu norma dasar (groundnorm ). Berdasarkan
teori
Kelsenmengemukakan
jenjang
bahwa
suatu
norma norma
menurut hukum
Hans
itu
selalu
berdasar dan bersumber pada norma di atasnya, tetapi ke bawah norma hukum itu juga menjadi sumber dan menjadi dasar bagi norma yang lebih rendah daripadanya. Dengan demikian, suatu peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka peraturan tersebut dapat dibatalkan. Selain ketiga landasan tersebut, masih terdapat landasan lainnya, yaitu landasan teknik perancangan.Teknik ini tidak boleh diabaikan dalam upaya membuat peraturan perundang-undangan yang baik. Landasan teknik perancangan peraturan perundangundangan
diperlukan
pengelompokan
materi
sebagai
standarisasi
muatan,
susunan
format,
sistematika,
(struktur)
bahasa,
perumusan norma dan lain sebagainya. Bagir Manan dalam Supar dan Modoeng (2001:52). Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
38
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Peraturan daerah sebagai produk peraturan pelaksana dari undang-undang dalam pembentukannya seharusnya berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan. Untuk itu dalam
pembentukan
peraturan
daerah
harus
memedomani
ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-
undangan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, disebutkan bahwa, “Dalam pembentukan peraturan perundang undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang meliputi: a. Kejelasan tujuan adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat adalah bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
pembentuk
peraturan
perundang-undangan
yang berwenang, Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan
atau
batal
demi
hukum,
apabila
dibuat
oleh
lembaga/pejabat yang tidak berwenang. c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan adalah bahwa dalam pembentukan
peraturan
perundang-undangan
harus
benar-
benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya. d. Dapat
dilaksanakan
peraturan
adalah
bahwa
perundang-undangan
setiap
harus
pembentukan
memperhitungkan
efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat baik secara filosofis, yuridis maupun sisologis. e. Kedayagunaan
dan
kehasilgunaan
adalah
bahwa
setiap
pembentukan peraturan perundang-undangan dibuat karena memang
benar-benar
dibutuhkan
dan
bermanfaat
dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
39
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO f.
Kejelasan rumusan adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan
harus
memenuhi
persyaratan
teknis
penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminology, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah
dimengerti,
sehingga
tidak
menimbulkan
berbagai
interpretasi dalam pelaksanaannya. g. Transparan dan terbuka adalah dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan
mulai
dari
perencanaan,
persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan
dalam
proses
pembuatan
peraturan
perundang-
undangan. Sedangkan menurut (Modoeng Bagir Manan dalam Supar dan Modoeng, 2001:52), suatu peraturan perundang-undangan yang baik dapat dilihat dari beberapa segi: a. Ketepatan Ketepatan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dititikberatkan pada enam ketepatan, yaitu ketepatan struktur, ketepatan pertimbangan, ketepatan dasar hukum, ketepatan bahasa (istilah), ketepatan pemakaian huruf, dan ketepatan tanda baca. b. Kesesuaian Kesesuaian dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dititikberatkan pada materi muatan di samping aspek-aspek filosofis, sosiologis dan yuridis.Kesesuaian dimaksud antara jenis peraturan perundang-undangan dengan materi muatannya. c. Aplikatif Peraturan perundang-undangan tersebut secara aplikatif harus dapat dilaksanakan (applicable ) dan menjamin kepastian. Suatu peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan daya dukung lingkungan, baik lingkungan pemerintahan yang akan melaksanakan
maupun
masyarakat
tempat
peraturan
perundang-undangan itu berlaku. Daya dukung tersebut antara
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
40
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO lain
berkaitan
dengan
ketenagaan,
keuangan,
kondisi
masyarakat dan sebagainya. Peraturan perundang-undangan harus memberikan kepastian, baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Menurut
Van
der
Viles,
untuk
membentuk
peraturan
perundang-undangan yang baik perlu diperhatikan berbagai asas (beginselen van behoorlijke regelgeving ),Hamid Attamimi (1990:335343) yang terdiri dari: a. Asas tujuan yang jelas. b. Asas organ/lembaga yang tepat. c. Asas perlunya peraturan. d. Asas dapat dilaksanakan. e. Asas konsensus. Asas-asas materil, terdiri dari: a. Asas tentang terminologi yang jelas. b. Asas tentang dapat dikenali. c. Asas perlakuan yang sama dalam hokum. d. Asas kepastian hokum. e. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual. Asas-asas yang dikemukakan oleh Van der Viles tersebut, sebagaimana diuraikan oleh Attamimi dalam disertasinya dapat diterima di negara kita, karena terdapat kesesuaian dengan sistem pembentukan
peraturan
perundang-undangan
di
Indonesia.
Penjelasan dari asas-asas formal dan materil tersebut adalah sebagai berikut: 1. Asas tujuan yang jelas, yaitu setiap peraturan perundangundangan harus dapat mencerminkan dengan jelas tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Tujuan atau sasaran tersebut tidak lain dari berbagai kebijakan (umum atau khusus), baik dalam bidang
perundang-undangan
maupun
dalam
bidang-bidang
lainnya. Termasuk perkiraan mengenai akibat, seperti beban masyarakat atau negara yang akan ditimbulkan. 2. Asas organ yang tepat, asas ini menegaskan bahwa peraturan perundang-undangan hanya dapat dibuat oleh pejabat yang Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
41
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO berwenang
membuat
peraturan
perundang-undangan
yang
bersangkutan. 3. Asas perlunya peraturan, yaitu peraturan perundang-undangan yang dibuat berdasarkan alternatif untuk menyelesaikan suatu masalah
pemerintah
selain
dengan
membentuk
peraturan
perundang-undangan. Prinsip asas ini terkait dengan fungsi pemerintah yang aktif dan bertumpu pada asas legalitas. 4. Asas dapat dilaksanakan, yaitu peraturan perundang-undangan dibuat dengan memperhatikan kemungkinan pelaksanaannya. Suatu peraturan perundang-undangan, seperti reaksi keras masyarakat, menimbulkan beban bagi negara yang begitu besar, ketidaksiapan aparat dan sebagainya. 5. Asas konsensus, asas ini bertitik tolak pada pemikiran bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan pada hakekatnya haruslah dipandang sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama oleh pemerintah dan rakyat. 6. Asas tentang terminologi yang jelas, asas ini menghendaki agar peraturan
perundang-undangan
dapat
dimengerti
oleh
masyarakat dan rakyat, baik mengenai kata-katanya maupun struktur atau susunannya. 7. Asas dapat dikenali, setiap peraturan perundang-undangan pada dasarnya
harus
berkepentingan.
dapat Asas
diketahui ini
secara
wajar
dilaksanakan
oleh
dengan
yang cara
pengundangan atau cara-cara publikasi lainnya. 8. Asas persamaan di depan hukum, dalam hal ini tidak boleh adanya peraturan perundang-undangan yang ditujukan hanya pada sekelompok orang tertentu, karena akan mengakibatkan adanya ketidaksamaan dan kesewenang-wenangan di depan hukum terhadap anggota-anggota masyarakat. 9. Asas kepastian hukum, peraturan perundang-undangan harus menjamin kepastian bagi setiap orang yang berkepentingan. Kepastian
ini
dapat
diperoleh
dengan
dua
cara.
Pertama,
peraturan perundang-undangan dirumuskan dengan jelas dan tepat.
Kedua,
peraturan
perundang-undangan
harus
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
42
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO mempertimbangkan dengan baik kepentingan-kepentingan orang yang terkena dan pengaturan ketentuan peralihan yang cukup memadai. 10. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual, asas ini bertujuan memberikan penyelesaian yang khusus bagi hal-hal atau keadaan-keadaan atau situasi tertentu, sehingga dengan
demikian
peraturan
perundang-undangan
dapat
memberikan jalan keluar selain bagi masalah umum, juga bagi masalah-masalah khusus yang dihadapi bagi setiap anggota masyarakat. Sementara itu mengenai materi muatan peraturan daerah dalam
Pasal
14
Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
menyebutkan bahwa, “Materi muatan Peraturan Per aturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan perundang-undangan yang lebih tinggi”. Selanjutnya di dalam Pasal 237 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa “asas pembentukan dan materi
muatan
Perda
perundang-undangan berkembang
dalam
berpedoman dan
asas
masyarakat
pada
ketentuan
hukum
yang
sepanjang
peraturan
tumbuh
tidak
dan
bertentangan
dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Berkenaan peraturan
daerah
asaspembentukan
dengan yang
hal
tersebut
baik
peraturan
selain
diatas,pembentukan berpedoman
perundang-undangan
pada
yang
baik
(beginselen van behoorlijke wetgeving ), ), juga perlu dilandasi oleh asashukum umum (algemene (algemene rechtsbeginselen ), ), yang didalamnya terdiri
dari
pemerintahan
asasnegara
berdasarkan
berdasarkan
sistem
atas
hukum
konstitusi
( rechtstaat ), ), dan
negara
berdasarkan kedaulatan rakyat. Selain itu, dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah berpedoman
pada
asas
penyelenggaraan
pemerintahan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Negara
43
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO sebagaimana diatur dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 2014 tentang tentang Pemerintahan Daerah, yang yang terdiri atas: atas: a. Kepastian hukum Yang dimaksud dengan “kepastian hukum” adalah asas dalam negara
hukum
peraturan
yang
mengutamakan
perundang-undangan
dan
landasan
keadilan
ketentuan
dalam
setiap
kebijakan kebijakan penyelenggara negara. b. Tertib penyelenggaran penyelenggaran negara negara Yang dimaksud dengan “tertib penyelenggara negara” adalah ada lah asas yang
menjadi
landasan
keteraturan,
keserasian, keserasian,
dan
keseimbangan keseimbangan dalam pengendalian pengendalian penyelenggara negara. c. Kepentingan umum Yang dimaksud dengan “asas kepentingan umum” adalah asas yang mendahulukan mendahulukan kesejahteraan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif. d. Keterbukaan Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan" adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
negara
dengan
tetap
memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. e. Proporsionalitas Yang dimaksud dengan "asas proporsionalitas" adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan
antara
hak
dan
kewajiban
penyelenggara penyelenggara negara. f.
Profesionalitas Yang dimaksud dengan "asas profesionalitas" adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan. perundang-undangan.
g. Akuntabilitas Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara
negara
harus
dapat
dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
44
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
h. Efisiensi Yang
dimaksud
dengan
“asas
efisiensi”
adalah asas yang
berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber daya dalam penyelenggaraan penyelenggaraan negara untuk mencapai hasil kerja yang terbaik. i.
Efektivitas Yang dimaksud dengan “asas efektivitas” adalah asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.
j.
Keadilan Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa setiap tindakan dalam penyelenggaraan negara harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara. Selanjutnya,
secara
spesifikmengenai
perangkat
daerah
dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, menyebutkan bahwa pembentukan perangkat daerah dilakukan berdasarkan asas: k. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Yang dimaksud dengan asas “Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan kewenangan Daerah” adalah Perangkat Daerah hanya dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan Tugas Pembantuan. l.
Intensitas urusan pemerintahan dan potensi daerah Yang dimaksud dengan asas “intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi potensi Daerah” adalah penentuan jumlah dan susunan Perangkat Daerah didasarkan pada volume beban tugas untuk melaksanakan suatu Urusan Pemerintahan atau volume beban tugas untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan Urusan Pemerintahan.
m. Efisiensi
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
45
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Yang dimaksud dengan asas “efisiensi” adalah pembentukan Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.
n. Efektivitas Yang dimaksud dengan asas “efektivitas” adalah pembentukan Perangkat Daerah harus berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna. o. Pembagian habis tugas Yang dimaksud dengan asas “pembagian habis tugas” adalah pembentukan Perangkat Daerah yang membagi habis tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan kepada Perangkat Daerah dan tidak terdapat suatu tugas dan fungsi yang dibebankan pada lebih dari satu Perangkat Daerah. p. Rentang kendali Yang dimaksud dengan asas “rentang kendali” adalah penentuan jumlah Perangkat Daerah dan jumlah unit kerja pada Perangkat Daerah didasarkan pada kemampuan pengendalian unit kerja bawahan. q. Tata kerja yang jelas Yang dimaksud dengan asas “tata kerja yang jelas” adalah pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah mempunyai hubungan kerja yang jelas, baik vertikal maupun horizontal. r.
Fleksibilitas Yang dimaksud dengan asas “fleksibilitas” adalah penentuan tugas
dan
fungsi
Perangkat
Daerah
dan
unit
kerja
pada
Perangkat Daerah memberikan ruang untuk menampung tugas dan
fungsi
yang
diamanatkan
perundang-undangan
setelah
oleh
ketentuan
Peraturan
peraturan
Pemerintah
ini
ditetapkan.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
46
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Asas/prinsipsebagaimana
dimaksud
tersebut
di
atas
diharapkanmenjadi dasar yang akan mewarnai setiap pembentukan norma dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
C. KajianTerhadap Praktek Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada dan Permasalahan Yang Dihadapi 1. Kondisi Geografis dan Topografi Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo terletak antara 0° 19’ – 1° 15’ Lintang Utara dan 121° 23’ – 123° 43’ Bujur Timur. Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua provinsi lain, diantaranya Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini. Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan. Oleh karenanya, provinsi ini mempunyai banyak gunung
dengan
ketinggian
yang
berbeda-beda.
Di
samping
mempunyai banyak gunung, provinsi ini juga dilintasi banyak sungai. Dengan kondisi wilayah Provinsi Gorontalo yang letaknya di dekat garis khatulistiwa, menjadikan daerah ini mempunyai suhu udara
yang
cukup
panas.
Provinsi
Gorontalo
mempunyai
kelembaban udara yang relatif tinggi, rata-rata kelembaban pada tahun 2010 mencapai 83,5 persen. Sedangkan untuk curah hujan tertinggi terdapat di bulan Mei dengan 378 mm. Topografi Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan. Oleh karenanya
provinsi
ini
mempunyai
banyak
gunung
dengan
ketinggian yang berbeda-beda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi sedangkan Gunung Litu-Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo adalah yang Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
47
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO terendah.Di samping mempunyai banyak gunung, Provinsi Gorontalo juga dilintasi oleh banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara. 2. Administratif Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo tanggal
22
Desember
2000.
Sebelumnya
Provinsi
Gorontalo
merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo di Sulawesi Utara. Rakyat Gorontalo yang dipelopori oleh H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka dari panjajahan kolonial Belanda pada tanggal 23 Januari 1942, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian setelah meraih kemerdekaan tersebut, mereka menyatakan untuk menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan “Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja”. Terinspirasi oleh semangat Hari Patriotik 23 Januari 1942, maka pada tanggal dan bulan yang sama pada tahun 2000, rakyat Gorontalo yang diwakili oleh Dr. Ir. Nelson Pomalingo, MPd ditemani oleh Natsir Mooduto sebagai ketua Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Gorontalo Tomini Raya (P4GTR) serta sejumlah aktivis, atas nama seluruh rakyat Gorontalo mendeklarasikan berdirinya Provinsi Gorontalo yang terdiri dari Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo terlepas dari Sulawesi Utara. Provinsi Gorontalo terbagi menjadi 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu) kota. Masing-masing wilayah administrasi tersebut terbagi lagi menjadi
beberapa
wilayah
administrasi
di
bawahnya,
yaitu
kecamatan, desa/kelurahan. Pada tahun 2013, Provinsi Gorontalo terdiri dari 77 kecamatan dan 735 desa/kelurahan. 3. Kependudukan dan APBD Berdasarkan angka proyeksi penduduk tahun 2016, jumlah penduduk Provinsi Gorontalo sebanyak 1.133.237 jiwa. Wilayah
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
48
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Provinsi Gorontalo yang seluas 12,215 km 2 memiliki kepadatan penduduk mencapai 90 jiwa/km 2. Wilayah kabupaten/kota Yang terpadat penduduknya adalah Kota Gorontalo dengan kepadatan penduduk mencapai 3.001 jiwa/km 2. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk terkecil adalah Kabupaten Pohuwato, yaitu hanya sekitar 32 jiwa/km 2 dengan luas wilayah 4.455,60 km 2. Sedangkan jumlah APBD Provinsi Gorontalo pada Tahun 2016 Rp1.693.867.011.321,- (satu triliun enam ratus Sembilan puluh tiga miliar delapan ratus enam puluh tujuh juta sebelas ribu tiga ratus dua puluh satu rupiah). (sumber data: Kementerian Dalam Negeri). 4. Organisasi Perangkat Daerah Peraturan
Pemerintah
Nomor
41
Tahun
2007
tentang
Organisasi Perangkat Daerah telah secara nyata menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap berkembangnyabesaran organisasi perangkatDaerah. Hal ini disebabkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut, tidak adanya prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata masingmasing daerah, sebagai parameter besaran organisasi perangkat daerah. penentuan organisasi perangkat daerah hanya berdasarkan variabel umum yakni jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD, sedangkan variabel teknis berdasarkan beban kerja masingmasing perangkat daerah tidak dijadikan sebagai dasar penentuan pembentukan perangkat daerah. Kebijakan tersebutmenimbulkan atau berdampak pada pembentukan organisasi perangkat daerah yang
besar
dan
kurang
mempertimbangkan
asas
rasional,
proporsional, efektif, dan efisien. Fakta menunjukkan bertambah besar ukuran organisasi pemerintah
daerah
tidak
dibarengi
dengan
pencapain
kinerja
signifikan, baik kinerja pelayanan, pembangunan, maupun kinerja pemerintahan daerah yang bersangkutan. Dengan demikian besaran organisasi yang berkembang secara nyata telah menimbulkan pembengkakan dan sekaligus inefisiensi anggaran daerah. Selain aspek yuridis, penataan kelembagaan suatu daerah juga harus didasarkan pada kebutuhan empiris. Kebutuhan empiris Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
49
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO ini merupakan suatu konsekuensi dari dinamisasi perkembangan yang terjadi di masyarakat seiring dengan berbagai tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat. Kebutuhan yang dewasa ini menjadi
bagian
dari
pola
kehidupan
masyarakat
antara
lain
kebutuhan terhadappenyediaan pelayanan publik yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dengan munculnya berbagai kebutuhan baru dan berkembangnya kebutuhan yang telah ada, pemerintah perlu memfasilitasi dan mengatur penyediaan kebutuhan tersebut yang mana untuk menanganinya dibutuhkan suatu kelembagaan pemerintah. Berkembangnya selanjutnya perangkat
berbagai
berimplikasi daerah.
Dalam
permasalahan-permasalahan
kebutuhan
terhadap
kebutuhan
kenyataan yang
tersebut
empiris
membutuhkan
yang
kelembagaan juga
muncul
penanganan
segera, karenanya perlu ada pola organisasi yang memberikan kemungkinan untuk melakukan penanganan secara cepat dan tepat. Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 besaran Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan berdasarkan tiga variabel yaitu jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 ini, besaran organisasi perangkat daerah secara eksplisit dapat ditentukan. Selain ditentukan oleh ketiga variabel tersebut, penentuan besaran organisasi perangkat daerah juga ditentukan oleh letak daerah secara geografis, apakah berada di dalam Pulau Jawa ataukah berada di luar Pulau Jawa. Dalam hal ini, penentuan besaran organisasi perangkat daerah Provinsi Gorontalo yang berada di Luar Pulau Jawa mengikuti aturan yang disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1: Penetapan Variabel Besaran Organisasi Perangkat Daerah Provinsi di Luar Pulau Jawa sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah No. 1.
VARIABEL Jumlah Penduduk (jiwa)
KELAS INTERVAL ≤ 1.500.000 1.500.001 – 3.000.000 3.000.001 – 4.500.000
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
NILAI 8 16 24 50
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO 4.500.001 – 6.000.000 > 6.000.000
32 40
2.
Luas Wilayah (Km2)
≤ 20.000 20.001 – 40.000 40.001 – 60.000 60.001 – 80.000 > 80.000
7 14 21 28 35
3.
Jumlah APBD (Rp.)
≤ Rp500.000.000.000,00 Rp500.000.000.001,00 – Rp1.000.000.000.000,00 Rp1.000.000.000.001,00 – Rp1.500.000.000.000,00 Rp1.500.000.000.001,00 – Rp2.000.000.000.000,00 > 2.000.000.000.000,00
5 10 15 20 25
Di Provinsi Gorontalo, struktur organisasi dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo terbagi dalam Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Kantor Unit Pelayanan. Pengaturan mengenai struktur organisasi dan tata kerja lembaga-lembaga tersebut diatur dalam Peraturan Daerah sebagai berikut: 1. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 7 Tahun 2013 tentangPembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo; 2. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 8 Tahun 2013 tentangPenamaan
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Provinsi
Gorontalo; 3. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 11 Tahun 2013 tentangOrganisasi
dan
Tata
Kerja
Sekretariat
Daerah
dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Gorontalo; 4. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 12 Tahun 2013 tentangOrganisasi
dan
Tata
Kerja
Dinas
Daerah
Provinsi
Gorontalo; 5. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 13 Tahun 2013 tentangOrganisasi
dan
Tata
Kerja
Lembaga
Teknis
Daerah
Provinsi Gorontalo; dan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
51
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO 6. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 14 Tahun 2013 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain. Peraturan Daerah sebagaimana disebutkan diatas disusun dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri
Nomor
57
tahun
2007
tentang
Petunjuk
TeknisPenataan Organisasi Perangkat Daerah. Berdasarkan ketentuan Perangkat Daerah Provinsi Gorontalo sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah tersebut di atas, susunan organisasi perangkat daerah dapat dirinci seperti terlihat dalam Tabel 2. Tabel 2: Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Gorontalo (Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007) No.
Perangkat Daerah
Peraturan Daerah
Keterangan
1.
Sekretariat Daerah
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Gorontalo
Terdiri dari 1 (satu) Sekretaris Daerah, 3 (tiga) Assisten, setiap Asisten terdiri dari 2 (dua) Biro, setiap Biro terdiri dari 3 (tiga) bagian, kecuali biro humas dan protokol hanya terdiri dari 2 (dua) bagian, dan setiap bagian terdiri dari 3 (tiga) subbagian, serta kelompok jabatan fungsional.
2.
Sekretariat DPRD
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Gorontalo
Terdiri dari 1 (satu) Sekretaris Dewan, 4 (empat) Bagian, setiap Bagian terdiri dari 2 (dua) Subbagian kecuali Bagian Umum terdiri dari 3 (tiga) Subbagian, dan kelompok jabatan fungsional.
3.
Dinas Daerah
Peraturan Daerah Terdiri dari 1 (satu) Nomor 12 Tahun Kepala Dinas, 1 (satu) 2013 tentang Sekretaris dan 3 (tiga)
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
52
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Organisasi dan Tata Subbagian, serta 4 s/d Kerja Dinas Daerah 6 (empat s/d enam) Provinsi Gorontalo Bidang dan setiap Bidang terdiri dari 2 s/d 3 (dua s/d tiga) Seksi, Kelompok Jabatan Fungsional, dan Unit Pelaksana Teknis Dinas 4.
Lembaga Daerah
Teknis Peraturan DaerahNomor 13 Tahun 2013 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Gorontalo
Untuk Badan terdiri dari 1 (satu) Kepala Badan, 1 (Satu) Sekretaris dan 3 (tiga) Subbagian, serta 3 s/d 4 (tiga s/d empat) Bidang dan setiap Bidang terdiri dari 2 (dua) Subbidang, serta Unit Pelaksana Teknis Badan. Untuk Kantor terdiri dari 1 (satu) Kepala Kantor, 1 (satu) Subbagian dan 3 (tiga) Seksi, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Untuk Inspektorat terdiri dari 1 (satu) Inspektur, 1 (Satu) Sekretariat dan dibantu 3 (tiga) Subbagian, dan 4 (empat) Inspektur Pembantu Wilayah, serta Kelompok Jabatan Fungsional.
5.
Lembaga Lain
Teknis Peraturan DaerahNomor 14 Tahun 2013 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain
Untuk Badan terdiri dari 1 (satu) Kepala Badan, 1 (Satu) Sekretaris dan 3 (tiga) Subbagian, serta 3 s/d 4 (tiga s/d empat) Bidang dan setiap Bidang terdiri dari 2 (dua) Subbidang, serta Unit Pelaksana Teknis Badan. Untuk Kantor terdiri dari 1 (satu) Kepala Kantor, 1 (satu) Subbagian dan 3 (tiga)
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
53
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Seksi. Untuk KORPRI terdiri dari 3 (tiga) Bagian dan setiap Bagian terdiri dari 2 (dua) Subbagian. Untuk Satpol PP terdiri dari 1 (satu) Kepala, 1 (satu) Subbagian dan 3 (tiga) Seksi. 6.
Rumah Sakit Peraturan Umum Daerah DaerahNomor 7 Tahun 2013 tentangPembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo dan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 8 Tahun 2013 tentangPenamaan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo
Terdiri dari 1 (satu) Direktur, 1 Subbagian, 2 (dua) Seksi, serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Susunan organisasi perangkat daerah seperti terlihat dalam Tabel 2 dikenal juga dengan istilah pola maksimum. Organisasi Perangkat Daerah Provinsi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Lembaga Lain, dan Rumah Sakit Daerah. Sebutan Bawasda pada Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 diganti dengan sebutan Inspektorat pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007. Jumlah pejabat struktural dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo sampai pada dengan saat ini adalah sebagai berikut: a. Eselon I
= 1 orang
b. Eselon II
= 40 orang
c. Eselon III
= 167 orang
d. Eselon IV
= 454 orang
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
54
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO e. Eselon V
=-
Jumlah total pegawai sampai dengan tahun 2015 adalah 3.031 orang. D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Peraturan Terhadap Masyarakat dan Keuangan Daerah
Daerah
Penerapan berbagai Peraturan Daerah tentang Pembentukan Perangkat Daerah Provinsi Gorontaloyang masih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo merasa ketidaksinkronan antara besaran organisasi yang dibentuk dengan visi
dan
misi
yang
ditetapkan
menyebabkan
penyelenggaraan
pemerintahan berjalan dalam koridor rutinitas belaka dan tidak mampu membawa perubahan yang mendasar di daerah sesuai perencanaan. Organisasi perangkat daerah yang dibentuk seringkali tidak memberikan konstribusi bagi pengembangan pembangunan daerah. Hal tersebut biasanya dipengaruhi faktor lain yang sering diabaikan selama ini dalam rangka penataan kelembagaan perangkat daerah yakni tidak dilakukan pembedaan penentuan secara khusus kriteria kelembagaan bagi daerah dan adanya penyeragaman pola sehingga organisasi yang dibentuk dengan berbagai pertimbangan subyektifitas birokrat di daerah dan terkadang muncul organisasi yang dibentuk tidak sesuai dengan kebutuhan daerah. Dengan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah yang baru mengantikan Peraturan Daerah sebelumnya, diharapkan penataan Perangkat Daerah dapat menghasilkan perangkat daerah yang mampu mengedepankan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan struktur dan fungsi yang efektif, efisien dan rasional sesuai dengan
kemampuan
koordinasi,
integrasi
daerah. dan
Selain
itu,
sinkronisasi
diperlukan
dan
simplikasi
adanya serta
komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah, serta struktur yang tepat fungsi dan tepat ukur dari Perangkat Daerah dapat berjalan
secara
efektif,
efisien
dan
rasional
sehingga
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
dapat
55
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO menciptakan bagi kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Provinsi Gorontalo. Berdasarkan
uraian
di
atas
bahwa
besaran
perangkat
daerahsekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor keuangan, kebutuhan daerah,cakupan tugasyang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayahkerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertaliandengan urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas, serta mampu menguasai cara-cara baru yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi,
yaitu
melakukan
penyesuaian
pola
organisasi
yang
cenderung kaku menjadi lebih fleksibel . Dalam lingkup organisasi Pemerintahan Daerah, berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah menuntut penyesuaian atau perubahan pola penataan kelembagaannya. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam merespon dan melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, dilakukan penataan
terhadap
Gorontalo,
yang
kelembagaan selama
ini
Perangkat Perangkat
Daerah
Provinsi
Daerah
Provinsi
Gorontalomasih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Adapun susunan perangkat daerah Provinsi Gorontalo berdasarkan pemetaanyang dilakukan
oleh
kementerian
dalam
negeri
sesuai
ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, seperti terlihat dalam tabel 3. Tabel 3: Susunan Perangkat Daerah Provinsi Gorontalo berdasarkan hasil Pemetaan NO
1.
PERANGKAT DAERAH
Sekretariat Daerah -
Sekretaris Daerah
-
3 Asisten
SKOR
TIPE
616
B
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
56
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO
-
6 Biro
2.
Sekretariat DPRD
470
C
3.
Inspektorat
517
C
DINAS DAERAH 1.
Dinas Sosial
836
A
2.
Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
814
A
3.
Dinas Kepemudaan dan Olahraga
836
A
4.
Dinas Perpustakaan
880
A
5.
Dinas Pariwisata
825
A
6.
Dinas Pertanian
845
A
7.
Dinas Komunikasi dan Informatika
658
B
8.
Dinas Perdagangan
636
B
9.
Dinas Transmigrasi
770
B
10.
Dinas Pendidikan
605
B
11.
Dinas Kesehatan
638
B
12.
Dinas Kebakaran
660
B
13.
Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat
737
B
14.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
638
B
15.
Dinas Pangan
792
B
16.
Dinas Lingkungan Hidup
660
B
17.
Dinas Perhubungan
625
B
18.
Dinas Penanaman Modal
704
B
19.
Dinas Statistik
715
B
20.
Dinas Kebudayaan
704
B
21.
Dinas Kearsipan
640
B
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
57
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO
22.
Dinas Kelautan dan Perikanan
750
B
23.
Dinas Kehutanan
671
B
24.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
733
B
25.
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
693
B
26.
Dinas Pekerjaan umum dan penataan ruang
557
C
27.
Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
517
C
BADAN DAERAH 1.
Badan Perencanaan
928
A
2.
Badan Keuangan
627
B
3.
Badan Penelitian dan Pengembangan
715
B
4.
Badan Kepegawaian
968
A
5.
Badan Pendidikan dan Pelatihan ASN
968
A
6.
Badan Penghubung
88
SETINGKAT BIDANG: 1.
Perumahan rakyat dan kawasan
394
Bidang
pemukiman 2.
Tenaga Kerja
308
Bidang
3.
Pertanahan
330
Bidang
4.
Pengendalian Penduduk dan KB
330
Bidang
5.
Persandian
304
Bidang
6.
Perindustrian
264
Bidang
Data dalam tabel 3 tersebut berdasarkan pemetaan urusan pemerintahan
untuk
memperoleh
informasi
intensitas
urusan
pemerintahan wajib dan potensi urusan pemerintahan pilihan serta beban kerja penyelenggaraan urusan pemerintahan yang digunakan untuk
menentukkan
susunan
dan
tipe
perangkat
daerah
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
58
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Penggabungan beberapa urusan pemerintahan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar dan yang tidak terkait dengan pelayanan dasar serta urusan pemerintahan pilihan setingkat bidang, karena urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud tidak memenuhi syarat dibentuk Dinas Daerah Provinsi sendiri, sehingga urusan pemerintahan tersebut digabung dengan dinas lain. Dimana penggabungan urusan pemerintahan dalam 1 (satu) dinas Daerah provinsi
didasarkan
pada
perumpunan
Urusan
Pemerintahan
dengan criteria yaitu kedekatan karakteristik Urusan Pemerintahan, dan/atau keterkaitan antar penyelenggaraan Urusan Pemerintahan serta nomenklatur dinas yang mendapatkan tambahan bidang Urusan Pemerintahan merupakan nomenklatur dinas dari Urusan Pemerintahan yang berdiri sendiri sebelum penggabungan.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
59
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO
BABIII EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT Untuk membentuk Peraturan Daerah yang harmonis dan singkron
dengan
peraturan
perundang-undangan
yang
ada
di
Indonesia,maka pembentukan Peraturan Daerah harus dilaksanakan sesuai dengan kaedah-kaedah pembentukan peraturan perundangundangan yang berlaku. Peraturan Daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan atau terintegrasi dalam satu kesatuan sistem hukum nasional. Sehingga materi muatan Peraturan Daerah harus memilikikeharmonisan dan singkron dengan peraturan perundangundang yang berlaku, khususnya dengan peraturan perundangundangan yang memiliki kedudukan atau hierarki yang lebih tinggi atau sama kedudukannya dalam hierarki peraturan perundangundangan. Keharmonisasan Peraturan
Daerah
dan
singkronisasi
merupakan
suatu
dalam
pembentukan
keharusan
yang
harus
dipenuhi, agar Peraturan Daerah yang dibentuk dapat berlaku dan dilaksanakan secara efektif. Beberapa
peraturan
perundang-undangan
yang
memiliki
keterkaitan dengan pengaturan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, yang perlu diperhatikan dan dijadikan acuan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
60
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO serta
dasar
dalampembentukan
rancangan
peraturan
daerah
sebagaimana dimaksud. A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam
Pasal18
ayat(5)Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah
menjalankan
otonomi
seluas-luasnya,
kecuali
urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Perintah Pusat.Berdasarkan bunyi Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam desentralisasi daerah
diberikan
hak
otonomi.
Otonomi
daerah
adalah
Hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakat
sendiri
urusan
setempat
sesuai
pemerintahan dengan
dan
kepentingan
peraturan
perundang-
undangan. Terkait dengan dasar konstitusional mengenai pembentukan peraturan daerah dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni diatur secara tegas dalam Pasal 18 ayat (6) yang menyatakan bahwa pemerintahan daerah berhak untuk membentuk peraturan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dasar kewenangan pembentukan Peraturan Daerah ini merupakan dasar konstitusional yang dimiliki oleh Pemerintahan Daerah (Pemerintah Daerah dan DPRD) dalam membentuk Peraturan Daerah untuk mengatur dan menjalankan otonomi daerah. B. Undang-Undang Nomor tentangPenanggulangan Bencana
24
Tahun
2007
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris katulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam yang memiliki berbagai keunggulan, namun dipihak lain posisinya berada dalam wilayah yang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis
yang
rawan
terhadap
terjadinya
bencana
dengan
frekwensi yang cukup tinggi, sehingga memerlukan penanganan yang sistematis, terpadu, dan terkoordinasi. Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
61
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Potensi
penyebab
bencana
diwilayah
negara
kesatuan
Indonesia dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) jenis bencana, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena alam, letusan gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran tanaman,
hutan/lahan epidemi,
karena
wabah,
antariksa/benda-benda
faktor
kejadian
angkasa.
alam,
luar
hama
biasa,
Sedangkan
penyakit
dan
kejadian
bencana
nonalam
antara lain kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia, kecelakan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Dan yang dimaksud dengan bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi. Penanggulangan Bencana merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana sebelum, pada saat maupun sesudah terjadinya bencana. Selama
ini
masih
dirasakan
adanya
kelemahan
baikdalam
pelaksanaan penanggulangan bencana maupun yang terkait dengan landasan hukumnya, karena belum ada undang-undang yang secara khusus menangani bencana. Mencermati
hal-hal
tersebut
diatas
dan
dalam
rangka
memberikan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan penanggulangan
bencana,
disusunlah
Undang-Undang
tentang
Penanggulangan Bencana yang pada prinsipnya mengatur tahapan bencana meliputi pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Materi muatan Undang-undang ini berisikan ketentuanketentuan pokok sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang Pemerintah dan pemerintah daerah, yang dilaksanakan
secara
terencana,
terpadu,
terkoordinasi,
dan
menyeluruh.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
62
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO 2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahap tanggap darurat
dilaksanakan
sepenuhnya
oleh
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Badan penanggulangan bencana tersebut terdiri dari unsure
pengarah
dan
unsur
pelaksana.
Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
mempunyai
pengkoordinasian
tugas
dan
penyelenggaraan
fungsi
antara
penanggulangan
lain
bencana
secara terencana dan terpadu sesuai dengan kewenangannya. 3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan memperhatikan hak masyarakat yang antara lain mendapatkan bantuan
pemenuhan
kebutuhan
dasar,
mendapatkan
perlindungan sosial, mendapatkan pendidikan dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. 4. Kegiatan
penanggulangan
bencana
dilaksanakan
dengan
memberikan kesempatan secara luas kepada lembaga usaha dan lembaga internasional. 5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana, karena masingmasing tahapan mempunyai karakteristik penanganan yang berbeda. 6. Pada saat tanggap darurat, kegiatan penanggulangan bencana selain didukung dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, juga disediakan dana siap pakai dengan pertanggungjawabanmelalui mekanisme khusus. 7. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada setiap tahapan bencana, agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan dana penanggulangan bencana. 8. Untuk menjamin ditaatinya undang-undang ini dan sekaligus memberikan efek jera terhadap para pihak, baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan sehinggamenyebabkan terjadinya bencana yang menimbulkan kerugian, baik terhadap harta benda Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
63
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO maupun matinya orang, menghambat kemudahan akses dalam kegiatan
penanggulangan
bencana,
dan
penyalahgunaan
pengelolaan sumber daya bantuan bencana dikenakan sanksi pidana, baik pidana penjara maupun pidana denda, dengan menerapkan pidana minimum dan maksimum. Dengan
materi
muatan
sebagaimana
disebutkan
diatas,
Undang-Undang ini diharapkan dapat dijadikan landasan hukum yang
kuat
sehingga
dalam
penyelenggaraan
penyelenggaraan
penanggulangan
penanggulangan
bencana
bencana
dapat
dilaksanakan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu. Dimana di dalam Pasal 18 dinyatakan bahwa pemerintah daerah membentuk badan penanggulangan bencana daerah. Badan penanggulangan bencana daerah sebagaimana dimaksud terdiri atas badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib dan badan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau setingkat eselon IIa. Selanjutnya dalam Pasal 25
menyatakan
bahwa
ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pembentukan, fungsi, tugas, struktur organisasi, dan tata kerja badan penanggulangan bencana daerah diatur dengan peraturan daerah. C. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Dalam
Undang-Undang
Nomor
12
tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengatur mengenai teknik dan materi pembentukan peraturan perundang-undangan termasuk Peraturan Daerah sebagai salah satu hierarki peraturan perundang-undangan, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pengaturan mengenai materi muatan yang dapat diatur dalam Peraturan Daerah diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan yang menyatakan bahwa materi muatanPeraturan Daerah Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
64
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Provinsi
dan
Peraturan
Daerah
Kabupaten/Kota
berisi
materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Jadi secara normatif tujuan dibentuknya Peraturan Daerah adalah untuk menyelenggarakan otonomi daerah, penjabaran lebih lanjut
peraturan
perundang-undangan
yang
lebih
tinggi,
dan
menampung kondisi khusus daerah yang tetap diselaraskan dengan peraturan perundang-undangan yang lain dan kepentingan umum. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atasUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Ketetapan
Majelis
Undang/Peraturan Peraturan
Permusyawaratan Pemerintah
Pemerintah,
Rakyat,
Pengganti
Peraturan
Presiden,
Undang-
Undang-Undang, Peraturan
Daerah
Provinsi, danPeraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dimana Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki. Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota
berisi
materi
muatan
dalam
rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, menjadi pedoman teknis dalam proses
pembentukan
Peraturan
Daerah
mulai
dari
tahapan
perencanaan (prolegda) sampai pada tahapan pengundangan, dan menjadi pedoman teknis dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah.
Oleh
karena
itu,
proses
pembentukan
dan
proses
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalotentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah harusmengacu dan berpedoman pada mekanisme dan pengaturan yang diatur dalam Undang-Undang ini termasuk peraturan pelaksanaannya. D. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
65
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah merupakan peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur
secara
umum
kewenangan dan tatacara penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kewenangan
pembentukan
peraturan
daerah
merupakan
kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah untuk mengatur dan menjalankan pemerintahan di daerah. Melalui Peraturan Daerah yang dibentuk, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengaturan dan regulasi untuk menjalankan pemerintahan, termasuk dalam rangkamengatur dan mengendalikan tindakan/perilaku masyarakat. Dalam Pasal 236 menjadi dasar kewenangan bagi Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk membentuk Peraturan
Daerah.
pembebanan seluruhnya peraturan
biaya atau
Perda
dapat
paksaan
sebagian
memuat
ketentuan
penegakan/pelaksanaan
kepada
perundang-undangan
pelanggar dan
sesuai
tentang perda
ketentuan
pembatasan
dalam
menentukan norma pidana yang hendak dimuat dalam peraturan daerahserta juga dapat memuat ancaman sanksi yang bersifat mengembalikan keadaan semula dan sanksi administratif. Dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah secara tegas mengatur mengenaiklasifikasiurusan pemerintahan yaitu urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang
sepenuhnya
Selanjutnya,
urusan
menjadi
kewenangan
pemerintahan
Pemerintah
konkuren
adalah
Pusat. urusan
pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Dimana urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah
terdiri
atas
urusan
pemerintahan
wajib
dan
urusan
pemerintahan pilihan. Urusan wajib terdiri atas urusan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan pemerintahan wajib Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
66
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO yang
berkaitan
pemerintahan
dengan
wajib
pelayanan
yang
dasar
sebagian
merupakan
substansinya
urusan
merupakan
pelayanan dasar. Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: a. pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan umum dan penataan ruang; d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman; e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan f.
sosial.
Sedangkan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: a. tenaga kerja; b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; c. pangan; d. pertanahan; e. lingkungan hidup; f.
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa; h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana; b. perhubungan; c. komunikasi dan informatika; d. koperasi, usaha kecil, dan menengah; e. penanaman modal; f.
kepemudaan dan olah raga;
g. statistik; h. persandian; i. j.
kebudayaan; perpustakaan; dan
k. kearsipan. Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi: a. kelautan dan perikanan; Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
67
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO b. pariwisata; c. pertanian; d. kehutanan; e. energi dan sumber daya mineral; f.
perdagangan;
g. perindustrian; dan h. transmigrasi. Pembagian
urusan
pemerintahan
konkuren
antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.Berdasarkan prinsip tersebut maka yang menjadi kriteria Urusan Pemerintahan yang merupakan kewenangan Daerah provinsi adalah: a. Urusan
Pemerintahan
yang
lokasinya
lintas
Daerah
kabupaten/kota; b. Urusan
Pemerintahan
yang
penggunanya
lintas
Daerah
kabupaten/kota; c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi. Penyelenggara
Pemerintahan
Daerah
provinsi
dan
kabupaten/kota terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh Perangkat
Daerah.
Dimana
kepala
daerah
dan
DPRD
dalam
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dibantu oleh Perangkat Daerah. Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud diisi oleh pegawai aparatur sipil negara. Untuk perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, dinas, dan badan. Sedangkan perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah,
sekretariat
kecamatan. sebagaimana
DPRD,
Perangkat dimaksud
inspektorat,
Daerah di
atas
provinsi selain
dinas, dan
badan,
dan
kabupaten/kota
melaksanakan
Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah juga melaksanakan Tugas Pembantuan.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
68
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Dalam
pembentukan
dan
susunan
perangkat
daerah
sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan Perda. Perda tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah berlaku setelah mendapat persetujuan dari Menteri bagi perangkat daerah provinsi dan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi Perangkat Daerah kabupaten/kota. Persetujuan Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat diberikan berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang
tidak
berkaitan
Pemerintahan
Pilihan.
dengan
Pelayanan
Selanjutnya
Dasar
terkait
dan
dengan
Urusan
kedudukan,
susunan organisasi, perincian tugas dan fungsi, serta tata kerja perangkat daerah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah, dalam hal ini peraturan gubernur untuk daerah provinsi, peraturan bupati untuk kabupaten, dan peraturan walikota untuk kota. E. Peraturan Pemerintah Perangkat Daerah Peraturan
Nomor
Pemerintah
18
Nomor
Tahun
18
Tahun
2016
tentang
2016
tentang
Perangkat Daerah merupakan salah satu peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
yang
pembentukannya
merupakan
perintah
atau
pendelegasian dari ketentuan dalam Pasal 232 ayat (1) dari UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah membawa perubahan yang signifikan terhadap pembentukan Perangkat Daerah, yakni dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata di masingmasing Daerah. Hal ini juga sejalan dengan prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang rasional, proporsional, efektif, dan efisien. Pengelompokan
organisasi
Perangkat
Daerah
didasarkan
pada konsepsi pembentukan organisasi yang terdiri atas 5 (lima) elemen, yaitu kepala Daerah (strategic apex ), sekretaris Daerah (middle line ), dinas Daerah (operating core ), badan/fungsi penunjang (technostructure ), dan staf pendukung (supporting staff ). Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Dinas 69
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Daerah merupakan pelaksana fungsi inti (operating core) yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembantu kepala Daerah dalam melaksanakan fungsi mengatur dan mengurus sesuai bidang Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah, baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Badan Daerah melaksanakan fungsi penunjang (technostructure ) yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembantu kepala Daerah dalam melaksanakan fungsi mengatur dan mengurus untuk menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi inti (operatingcore ). Dalam rangka mewujudkan pembentukan Perangkat Daerah sesuai dengan prinsip desain organisasi, pembentukan Perangkat Daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini didasarkan pada asas efisiensi, efektivitas, pembagian habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas, fleksibilitas, Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kepala Daerah dibantu oleh Perangkat Daerah yang terdiri dari unsur staf, unsur pelaksana, dan unsur penunjang. Unsur staf diwadahi dalam sekretariat Daerah dan sekretariat DPRD. Unsur pelaksana Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah diwadahi dalam dinas Daerah. Unsur pelaksana fungsi penunjang Urusan Pemerintahan Daerah diwadahi dalam badan Daerah. Unsur penunjang yang khusus
melaksanakan
fungsi
pembinaan
dan
pengawasan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diwadahi dalam inspektorat. Di samping itu, pada Daerah kabupaten/kota dibentuk kecamatan sebagai
Perangkat
Daerah
yang
bersifat
kewilayahan
untuk
melaksanakan fungsi koordinasi kewilayahan dan pelayanan tertentu yang bersifat sederhana dan intensitas tinggi. Kepala inspektorat
dinas,
dan
kepala
camat
atau
badan, nama
sekretaris lain
di
DPRD,
kepala
kabupaten/kota
bertanggung jawab kepada kepala Daerah melalui sekretaris Daerah. Fungsi
sekretaris
Daerah
dalam
pertanggungjawaban
tersebut
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
70
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO hanyalah fungsi pengendalian administrasi untuk memverifikasi kebenaran administrasi atas pertanggungjawaban yang disampaikan oleh kepala dinas, kepala badan, sekretaris DPRD, inspektur, kepala satuan polisi pamong praja dan camat atau nama lain kepada kepala Daerah. Dasar utama pembentukan Perangkat Daerah, yaitu adanya Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah yang terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib dibagi atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Berdasarkan
pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimuat
Pemerintahan
konkuren,
dalam
matriks
Perangkat
pembagian
Daerah
mengelola
Urusan unsur
manajemen yang meliputi sarana dan prasarana, personil, metode kerja
dan
penyelenggaraan
perencanaan, penganggaran,
fungsi
pengorganisasian, pengawasan,
manajemen
pelaksanaan,
penelitian
dan
yang
meliputi
pengoordinasian, pengembangan,
standardisasi, dan pengelolaan informasi sesuai dengan substansi urusan pemerintahannya. Pembentukan Perangkat Daerah mempertimbangkan faktor luas wilayah, jumlah penduduk, kemampuan keuangan Daerah serta besaran beban tugas sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah sebagai mandat yang wajib dilaksanakan oleh setiap Daerah melalui Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah ini menetapkan Perangkat Daerah dalam 3 (tiga) tipe, yaitu sekretariat Daerah, sekretariat DPRD dan inspektorat tipe A; sekretariat Daerah, sekretariat DPRD dan inspektorat tipe B; dan sekretariat Daerah, sekretariat DPRD dan inspektorat tipe C; dinas tipe A, dinas tipe B, dan dinas tipe C; badan tipe A, badan tipe B, dan badan tipe C; serta kecamatan dalam 2 (dua) tipe, yaitu kecamatan tipe A dan kecamatan tipe B. Penetapan tipe Perangkat Daerah didasarkan pada perhitungan jumlah nilai Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
71
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO variabel beban kerja. Variabel beban kerja terdiri dari variabel umum dan variabel teknis. Variabel umum, meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah anggaran pendapatan dan belanja Daerah dengan bobot sebesar 20% (dua puluh persen) dan variabel teknis yang merupakan beban utama dengan bobot sebesar 80% (delapan puluh persen). Pada tiap-tiap variabel, baik variabel umum maupun variabel teknis ditetapkan 5 (lima) kelas interval, dengan skala nilai dari 200 (dua ratus) sampai dengan 1.000 (seribu). Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, agar kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi secara optimal. Oleh karena
itu,
Perangkat
Daerah
yang
melaksanakan
Urusan
Pemerintahan wajib berkaitan dengan pelayanan dasar diwadahi dalam bentuk dinas utama minimal tipe C. Pembinaan
dan
pengendalian
Perangkat
Daerah
dalam
Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan dalam rangka penerapan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi antar Daerah dan antar sektor, sehingga masing-masing Pemerintah Daerah taat asas dan taat norma dalam penataan kelembagaan Perangkat Daerah. Menteri
atau
gubernur
selaku
wakil
Pemerintah
Pusat
dapat
membatalkan Perda tentang pembentukan Perangkat Daerah yang bertentangan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini. Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengendalian penataan Perangkat Daerah, Pemerintah Pusat melakukan fasilitasi melalui asistensi,
pemberian
arahan,
pedoman,
bimbingan,
supervisi,
pelatihan, dan kerja sama, sehingga sinkronisasi dan simplifikasi dapat tercapai secara optimal dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah ini memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada Daerah dalam menata Perangkat Daerah secara efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan nyata dan kemampuan
Daerah
masing-masing
serta
adanya
koordinasi,
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
72
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO integrasi,
sinkronisasi
dan
simplifikasi
serta
komunikasi
kelembagaan antara Pusat dan Daerah. Perangkat Daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat
DPRD,
inspektorat,
dinas,
dan
badan.
Dimana
kedudukan, tugas, dan fungsi perangkat daerah provinsi sebagai berikut: a. Sekretariat Daerah Provinsi Sekretariat Daerah provinsi merupakan unsur staf yang dipimpin oleh sekretaris Daerah dan bertanggung jawab kepada gubernur. Sekretariat Daerah provinsi sebagaimana dimaksud mempunyai tugas membantu gubernur dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian
administratif
terhadap
pelaksanaan
tugas
Perangkat Daerah serta pelayanan administratif. Sekretariat Daerah provinsi dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi
pengoordinasian
pengoordinasian pemantauan
penyusunan
pelaksanaan
dan
evaluasi
tugas
kebijakan
Daerah;
Perangkat
Daerah;
pelaksanaan
kebijakan
Daerah;
pelayanan administratif dan pembinaan aparatur sipil negara pada
instansi
Daerah;
dan
pelaksanaan
fungsi
lain
yang
diberikan oleh gubernur yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya b. Sekretariat DPRD Provinsi Sekretariat
DPRD
provinsi
merupakan
unsur
pelayanan
administrasi dan pemberian dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD
provinsi.
Sekretariat
DPRD
provinsi
sebagaimana
dimaksud dipimpin oleh sekretaris DPRD provinsi yang dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD provinsi dan secara administratif bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris Daerah provinsi. Sekretaris DPRD provinsi diangkat dan diberhentikan dengan keputusan gubernur atas persetujuan
pimpinan
DPRD
provinsi
setelah
berkonsultasi
dengan pimpinan fraksi.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
73
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Sekretariat DPRD provinsi mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi
kesekretariatan
dan
keuangan,
mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD provinsi, serta menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD provinsi dalam melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan. Sekretariat
DPRD
sebagaimana
provinsi
dimaksud
di
dalam atas
melaksanakan
tugas
menyelenggarakan
fungsi
penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD provinsi; penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD provinsi; fasilitasi penyelenggaraan rapat DPRD provinsi; dan penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD provinsi. c. Inspektorat Daerah Provinsi Inspektorat
Daerah
penyelenggaraan provinsi
Provinsi
Pemerintahan
sebagaimana
Inspektur
merupakan
Daerah
Daerah.
dimaksud
provinsi
unsur
pengawas
Inspektorat
dipimpin
sebagaimana
oleh
Daerah
inspektur.
dimaksud
dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris Daerah. Inspektorat
Daerah
provinsi
mempunyai
tugas
membantu
gubernur dalam membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah. Inspektorat sebagaimana
Daerah
provinsi
dimaksud
di
dalam atas
melaksanakan
tugas
menyelenggarakan
fungsi
perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan; pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan dari gubernur; penyusunan laporan hasil pengawasan; pelaksanaan administrasi inspektorat Daerah provinsi; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh gubernur terkait dengan tugas dan fungsinya. d. Dinas Daerah Provinsi Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
74
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Dinas Daerah provinsi merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Dinas Daerah provinsi dipimpin oleh kepala dinas Daerah provinsi yang berkedudukan
di
bawah
dan
bertanggung
jawab
kepada
gubernur melalui sekretaris Daerah provinsi. Dinas
Daerah
provinsi
sebagaimana
dimaksud
di
atas
mempunyai tugas membantu gubernur melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah provinsi. Dinas Daerah provinsi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya; pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya; pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya; pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan pelaksanaan fungsi lain yang
diberikan
oleh
gubernur
terkait
dengan
tugas
dan
fungsinya. e. Badan Daerah Provinsi Badan Daerah provinsi merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi. Badan Daerah provinsi dipimpin oleh kepala badan Daerah provinsi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris Daerah provinsi. Badan Daerah provinsi mempunyai tugas membantu gubernur melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi. Badan Daerah provinsi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
di
atas
menyelenggarakan
fungsi
penyusunan
kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; pelaksanaan tugas
dukungan
pemantauan,
teknis
evaluasi,
sesuai dan
dengan
pelaporan
lingkup
tugasnya;
pelaksanaan
tugas
dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; dan pelaksanaan fungsi Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
75
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Berdasarkan uraian di atas, perangkat daerah Provinsi Gorontalo sebagai berikut: a. Sekretariat Daerah dengan skor 616 tipe B dengan ketentuan terdiri dari 1 orang Sekretaris, paling banyak 3 Asisten, masing-masing asisten paling banyak 2 biro, masing-masing biro paling banyak 3 bagian, dan masing-masing bagian paling banyak 3 sub bagian. b. Sekretariat DPRD dengan skor 470 tipe C dengan ketentuan terdiri dari 1 orang Sekretaris, paling banyak 3 bagian, masing-masing bagian paling banyak 2 sub bagian. Akan tetapi adanya beban kerja yang cukup tinggi Pemerintah daerah menggangap perlu untuk dinaikkan tipeloginya menjadi tipe B dengan mengunakan kewenangan diskresi yang diatur dalam Undang-undang 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 22. c. Inspektorat dengan skor 517 tipe B dengan ketentuan terdiri dari 1 orang Inspektur, 1 sekretaris paling banyak 2 sub bagian dan 2 inspektur pembantu. Akan tetapi adanya beban kerja yang cukup tinggi Pemerintah daerah menggangap perlu untuk
dinaikkan
tipeloginya
menjadi
tipe
B
dengan
mengunakan kewenangan diskresi yang diatur dalam Undangundang 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemrintahan pasal 22. d. Dinas Daerah terdiri dari: 1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan Tipe A Urusan
pemerintahan
dibidang
pendidikan
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 605 memperoleh tipe B. sementara urusan pemerintahan dibidang kebudayaan dengan skor 704 tipe B merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Dalam Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
76
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO rangka efisiensi dan efektifitas suatu perangkat daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, kedua urusan pemerintahan ini merupakan urusan pemerintahan yang serumpun. Selain itu berdasarkan Pasal 54 ayat (1) peraturan pemerintah tersebut menyebutkan “Dalam hal kemampuan keuangan Daerah atau ketersediaan aparatur yang dimiliki oleh Daerah masih terbatas, tipe Perangkat Daerah dapat diturunkan dari hasil pemetaan”. Oleh karenanya urusan pemerintahan dibidang kebudayaan yang awalnya dapat diwadahi dalam bentuk dinas tersendiri dengan tipe B, akan tetapi melihat kemampuan keuangan daerah dan ketersediaan aparatur serta beban kerja yang ada di bidang kebudayaan dibidang
tersebut
kebudayaan
sehingga
urusan
digabungkan
pemerintahan
dengan
urusan
pemerintahan dibidang pendidikan yang diwadahi dalam bentuk dinas pendidikan dan kebudayaan dengan tipe A yang mana nomenklatur dinas tersebut mencerminkan urusan
pemerintahan
yang
digabung
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 54 ayat (4) Peraturan Pemerintah tersebut. 2. Dinas Kesehatan dengan tipe A Urusan
pemerintahan
dibidang
kesehatan
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 638 memperoleh tipe B. Bahwa dalam rangka efisiensi Organisasi, maka urusan pengendalian penduduk dan keluarga berencana, dengan skor 330 (setingkat bidang), maka dilakukan penggabungan sesuai perumpunan Urusan Pemerintahan ke Dinas kesehatan sehingga dinas kesehatan menjadi tipe A. 3. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dengan tipe B
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
77
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Urusan pemerintahan dibidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 557 memperoleh tipe C. Urusan
pemerintahan
dibidang
Perumahan
dan
Kawasan Pemukiman merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 394 setingkat bidang. Akan tetapi berdasarkan Pasal 53 ayat (3) menyebutkan “Dalam hal hasil perhitungan nilai variabel
Urusan
Pemerintahan
Wajib
yang
berkaitan
dengan pelayanan dasar tidak memenuhi perhitungan nilai variabel untuk menjadi dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Urusan Pemerintahan tersebut tetap dibentuk sebagai dinas tipe C ”. Untuk itu urusan pemerintahan bidang perumahan rakyat dan kawasan pemukiman dapat diwadahi dalam bentuk dinas tipe C. Bahwa dalam rangka efisiensi Organisasi, maka urusan
pengendalian
pemukiman,
maka
perumahan
dilakukan
dan
kawasan
penggabungan
sesuai
perumpunan Urusan Pemerintahan ke Dinas pekerjaan umum
dan
penataan
ruang,
sehingga
menjadi
dinas
pekerjaan umum dan penataan ruang dengan tipe B. 4. Satuan Polisi Pamong Praja dengan tipe A Berdasarkan Pasal 15 ayat (7) dan Pasal 16 Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah menyebutkan Khusus untuk Urusan Pemerintahan di
bidang
ketenteraman
dan
ketertiban
umum
serta
perlindungan masyarakat dilaksanakan oleh: a. dinas Daerah provinsi yang menyelenggarakan sub urusan ketenteraman dan ketertiban umum; dan b. dinas Daerah provinsi yang menyelenggarakan sub urusan
kebakaran.Dinas
menyelenggarakan
sub
Daerah
urusan
provinsi
ketenteraman
yang dan
ketertiban umum disebut satuan polisi pamong praja Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
78
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Daerah provinsi. Urusan pemerintahan dibidang satuan polisi pamong praja merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 737 dengan dinas tipe B, sedangkan sub urusan kebakaran dengan skor 660 dengan dinas tipe B. Akan tetapi berdasarkan efiseinsi, kemampuan keuangan daerah dan keterbatasan sumber daya manusia yang ada, kedua sub urusan tersebut digabungkan yang diwadahi
dalam
satu
dinas
ketenteraman
dan
ketertiban yang disebut dengan satuan polisi pamong praja. 5. Dinas Sosial dengan tipe A Urusan pemerintahan dibidang sosial merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 836 memperoleh tipe A. 6. DinasPerpustakaan dan Kearsipan dengan tipe A Urusan
pemerintahan
dibidang
perpustakaan
dan
kearsipan merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak
berkaitan
dengan
pelayanan
dasar.
Urusan
pemerintahan di bidang perpustakaan dengan skor 880 memperoleh
tipe
A.
sementara
urusan
pemerintahan
dibidang kearsipan dengan skor 640 tipe B. Dalam rangka efisiensi
dan
efektifitas
suatu
perangkat
daerah
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, kedua urusan pemerintahan ini merupakan urusan pemerintahan yang serumpun. Selain itu, berdasarkan Pasal 54 ayat (1) peraturan pemerintah tersebut menyebutkan “Dalam hal kemampuan keuangan Daerah atau ketersediaan aparatur yang dimiliki oleh Daerah masih terbatas, tipe Perangkat Daerah dapat diturunkan dari hasil pemetaan”. Oleh karenanya urusan pemerintahan dibidang perpustakaan dan kearsipan yang awalnya dapat diwadahi dalam bentuk dinas tersendiri dengan tipe A dan tipe B, akan tetapi mempertimbangkan Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
79
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO kemampuan keuangan daerah dan ketersediaan aparatur serta beban kerja yang ada di bidang perpustakaan dan kearsipan tersebut maka urusan pemerintahan dibidang Perpustakaan digabungkan dengan urusan pemerintahan dibidang kearsipan yang diwadahi dalam bentuk dinas perpustakaan dan kearsipan tipe A dengan 5 bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah,
yang
mana
nomenklatur
dinas
tersebut
mencerminkan
urusan
pemerintahan
yang
digabung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (4) Peraturan Pemerintah tersebut. 7. Dinas Kelautan dan Perikanan dengan tipe B Urusan pemerintahan dibidang Kelautan dan Perikanan merupakan berkaitan
urusan
dengan
pemerintahan
pelayanan
wajib
dasar
yang
dengan
tidak
skor
750
memperoleh tipe B. 8.
Dinas Kepemudaan dan Olah Raga dengan tipe A Urusan pemerintahan dibidangKepemudaan dan Olah Raga merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 836 memperoleh tipe A.
9.
Dinas Lingkungan Hidup dengan tipe A Urusan
pemerintahan
dibidangLingkungan
Hidupmerupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 660 memperoleh tipe B. Untuk
melakukan
perangkat
efisiensi
daerah
dan
efektifitas
dengan
organisasi
mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah makaurusan pemerintahan dibidang
pertanahan
(setingkat
bidang)
yang
memperoleh
digabungkan
skor
dengan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
330
urusan
80
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO pemerintahan
sesuai
dengan
perumpunan
ke
dinas
lingkungan hidup sehingga dinas tersebut menjadi tipe A.
10. Dinas Kehutanan dengan tipe B Urusan pemerintahan dibidang Kehutanan merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 671 memperoleh tipe B.
11. Dinas Pangan dengan tipe B Urusan
pemerintahan
dibidang
Pangan
merupakan
urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 792 memperoleh tipe B.
12. Dinas Pariwisata dengan tipe A Urusan pemerintahan dibidang Pariwisata merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 825 memperoleh tipe A.
13. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dengan tipe A Urusan
pemerintahan
Masyarakatdan
dibidangPemberdayaan
Desamerupakan
urusan
pemerintahan
wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 693 memperoleh tipe B. Bahwa untuk efisiensi dan efektifitas organisasi perangkat daerah
maka
Administrasi merupakan
Urusan
pemerintahan
Kependudukan urusan
dan
pemerintahan
Catatan wajib
di
bidang
Sipil
yang
yang
tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 517 memperoleh tipe C. digabungkan sesuai perumpunan urusan pemerintahan ke dinas pemberdayaan masyarakat dan desa sehingga dinas ini dinaikan satu tingkat menjadi tipe A.
14. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan tipe B
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
81
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Urusan pemerintahan dibidangPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anakmerupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 638 memperoleh tipe B.
15. Dinas Pertanian dengan tipe A Urusan
pemerintahan
dibidang
Pertanian
merupakan
urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 845 memperoleh tipe A. 16. Dinas Perdagangan dengan tipe B Urusan pemerintahan dibidang Perdagangan merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan
dasar.
Perdagangan
Urusan
dengan
skor
pemerintahan 636
di
memperoleh
bidang tipe
B.
Sementara urusan pemerintahan dibidang perindustrian dengan skor 264 setingkat subbidang. Berdasarkan Pasal 53 ayat (5) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, maka urusan pemerintahan
dibidang
dengan
urusan
dengan
tidak
digabungkan.
Perindustrian
pemerintahan menambah
Dimana
dibidang
tipelogi
kedua
digabungkan perdagangan
dari
urusan
Dinas
yang
pemerintahan
tersebut serumpun dengan menggunakan nomenklatur dari dinas yang berdiri sendiri sebelum digabungkan, dalam hal ini Dinas Perdagangan.
17. Dinas Transmigrasi dengan tipe A Urusan pemerintahan dibidang transmigrasi merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan
dasar.
transmigrasi
Urusan
dengan
skor
pemerintahan 770
di
memperoleh
bidang tipe
B.
Sementara urusan pemerintahan dibidang tenaga kerja dengan skor 308 setingkat bidang. Berdasarkan Pasal 18 ayat (1), ayat (6), dan ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, maka Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
82
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO urusan pemerintahan dibidang tenaga kerja digabungkan dengan
urusan
pemerintahan
dibidang
transmigrasi
dengan tipelogi dapat dinaikkan satu tingkat diatasnya. Sehingga Dinas Transmigrasi yang tadinya tipe B menjadi Tipe
A,
oleh
karena
digabungkan
dengan
urusan
pemerintahan dibidang Tegana Kerja. Dimana kedua urusan
pemerintahan
tersebut
serumpun
dengan
menggunakan nomenklatur dari dinas yang berdiri sendiri sebelum digabungkan, dalam hal ini Dinas Transmigrasi.
18. Dinas Perhubungan dengan tipe B Urusan pemerintahan dibidang Perhubungan merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 625 memperoleh tipe B. 19. Dinas Komunikasi dan Informatika dengan tipe B Urusan
pemerintahan
dibidangKomunikasi
dan
Informatikamerupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 658 memperoleh tipe B.
20. Dinas Statistik dengan tipe A Urusan
pemerintahan
dibidang
statistik
merupakan
urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan pemerintahan di bidang Statistik dengan skor 715 memperoleh tipe B. Sementara urusan pemerintahan
dibidang
persandian
dengan
skor
304
setingkat bidang. Berdasarkan Pasal 18 ayat (1), ayat (6), dan ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, maka urusan pemerintahan dibidang
persandian
digabungkan
dengan
urusan
pemerintahan dibidang statistik dengan tipelogi dapat dinaikkan
satu
tingkat
diatasnya.
Sehingga
Dinas
Statistik yang tadinya tipe B menjadi Tipe A, oleh karena digabungkan
dengan
urusan
pemerintahan
dibidang
Persandian. Dimana kedua urusan pemerintahan tersebut Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
83
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO serumpun dengan menggunakan nomenklatur dari dinas yang berdiri sendiri sebelum digabungkan, dalam hal ini Dinas Statistik.
21. Dinas Penanaman Modal dengan tipe B Urusan
pemerintahan
dibidangKomunikasi
dan
Informatikamerupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 704 memperoleh tipe B. Dimana Dinas Penanaman Modal didalamnya terdapat unit pelayanan terpadu satu pintu berdasarkan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, yang mana besaran unit pelayanan terpadu satu pintu sama dengan besaran Dinas Penaman Modal. Disamping itu, dalam penjelasan pasal tersebut di atas, disebutkan Kepala Dinas Penanaman Modal sekaligus menjadi kepala unit pelayanan terpadu satu pintu.
22. Dinas Energi Sumber Daya Mineral dengan tipe B Urusan
pemerintahan
dibidangEnergi
Sumber
Daya
Mineral merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 733 memperoleh tipeB.
23. DinasKoperasi, Usaha Kecil, dan Menengah dengan tipe A Urusan pemerintahan dibidangKoperasi, Usaha Kecil, dan Menengah merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar dengan skor 814 memperoleh tipeA. e. Badan Daerah, terdiri dari: 1.
Badan Perencanaan dengan tipe A Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016
tentang
Perangkat
Daerah,
Badan
merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
84
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO menjadi kewenangan Daerah Provinsi. Dimana Badan Perencanaan memperoleh skor 928 dengan tipe A. 2.
Badan Keuangan dengan tipe B Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016
tentang
Perangkat
Daerah,
Badan
merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi. Dimana Badan Keuangan memperoleh skor 627 dengan tipe B. 3.
Badan Penelitian dan Pengembangan dengan tipe B Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016
tentang
Perangkat
Daerah,
Badan
merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi. Dimana Badan Penelitian
dan
Pengembangan
memperoleh
skor
715
dengan tipe B. 4.
Badan Kepegawaian dengan tipe A Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016
tentang
Perangkat
Daerah,
Badan
merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi. Dimana Badan Kepegawaian memperoleh skor 968 dengan tipe A. 5.
Badan Pendidikan dan Pelatihan dengan tipe A Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016
tentang
Perangkat
Daerah,
Badan
merupakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi. Dimana Badan Pendidikan dan Pelatihanmemperoleh skor 968 dengan tipe A. 6.
Badan Penghubung Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016
tentang
Perangkat
Daerah,
Badan
Penghubung dalam rangka untuk menunjang koordinasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan dan pembangunan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
85
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO dengan Pemerintah Pusat, yang berkedudukan ibu kota negara.
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS Eksistensi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah merupakan suatu hal yang dianggap penting. Sehingga materi yang terkait dari Rancangan
Peraturan
Daerah
Provinsi
Gorontalo
tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dapat ditilik dari berbagai macam data faktual yang dikaji melalui satu buah kajian naskah akademik. Uraian komprehensif dalam naskah akademik harus memuat tiga landasan utama yang dapat dikemukakan sebagai berikut: A. Landasan Filosofis Filosofis berasal dari kata filsafat, yakni ilmu tentang kebijaksanaan. Berdasarkan akar kata semacam ini, maka arti filosofis
tidak
lain
kebijaksanaan.
adalah
Karena
sifat-sifat
yang
menitikberatkan
mengarah
kepada
sifat
kepada akan
kebijaksanaan, maka filosofis tidak lain adalah pandangan hidup suatu bangsa yakni nilai-nilai moral atau etika yang berisi nilai-nilai yang baik dan yang tidak baik (H. Rojidi Ranggawijaya, 1998:43). Semuanya pandangan
itu
bersifat
filosofis
mengenai
hakikat
sesuatu.
mencerminkan
sistem
nilai
tersebut
artinya
menyangkut
Hukum baik
diharapkan
sebagai
sarana
mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat. Nilai-nilai ini ada yang dibiarkan dalam masyarakat sehingga setiap pembentukan hukum
atau
peraturan
perundang-undangan
harus
dapat
menangkapnya setiap kali akan membentuk hukum atau peraturan perundang-undangan. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Untuk itu, maka pemerintah sebagai pengemban Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
86
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO amanat
rakyat
Undang-Undang
harus Dasar
tetap
berlandaskan
1945
dalam
sepenuhnya setiap
kepada
perencanaan,
pelaksanaan, dan pengembangan pembangunan nasional. Paradigma pembangunan nasional yang tercantum dalam Pancasila sebagai Landasan
Idiil,
Undang-Undang
Dasar
Tahun
1945
sebagai
Landasan Konstitusional, Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional, Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konsepsional, serta Rencana Pembangunan Nasional sebagai Landasan Operasional. Pancasila merupakan landasan idiil yang dijadikan dasar dalam perumusan dan pengembangan visi, misi, strategi, dan kebijakan serta program pembangunann nasional. Kelima sila Pancasila mengandung butir-butir yang merupakan kristalisasi nilainilai luhur bangsa. Segala bentuk visi, misi, strategi, kebijakan dan program dalam upaya mencari solusi terhadap permasalahan serta tantangan bangsa ke depan, hendaknya tetap berlandaskan kepada Pancasila. Dalam pengertian tersebut, seluruh sila-sila dan butirbutir yang terkandung dalam Pancasila merupakan landasan yang dijadikan referensi di dalam perumusan dan pengembangan visi, misi, strategi, dan kebijakan serta program pembangunan nasional. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (1) yang menyatakan Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, kemudian pada ayat (2) menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, selanjutnya pada ayat (3) yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. Hamid S. Attamimi (1992:8), dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa negara hukum (rechtstaat ) secara sederhana adalah negara yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan di bawah kekuasaan hukum. Dalam negara hukum, segala sesuatu harus dilakukan menurut hukum ( everything must be done according to law ). Negara hukum menentukan bahwa pemerintah harus tunduk pada hukum, bukannya hukum yang harus tunduk pada pemerintah (H.W.R. Wade, 1971:6). Dengan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
87
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO demikian konsekuensi dari negara hukum tersebut, maka seluruh aktifitas kenegaraan harus selalu didasarkan atas aturan hukum, pembentukan Organisasi Perangkat Daerah baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah provinsi serta kabupaten dan kota. Dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan menggurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam kaitan ini pemberian otonomi luas kepada daerah didalamnya termaksud pembentukan Organisasi Perangkat Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan,
pemberdayaan
dan
peran
serta
masyarakat.Selain itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. B. Landasan Sosiologis Peraturan
perundang-undangan
dikatakan
mempunyai
landasan atau dasar sosiologis (sociologische grondsIag ) apabila ketentuan-ketentuannya
sesuai
dengan
keyakinan
umum
atau
kesadaran hukum masyarakat. Kondisi dan kenyataan ini dapat berupa kebutuhan atau tuntutan yang dihadapi oleh masyarakat, kecenderungan dan harapan masyarakat. Dengan memperhatikan kondisi semacam ini peraturan perundang-undangan diharapkan dapat diterima oleh masyarakat dan mempunyai daya laku secara Efektif. Bertalian dengan hal tersebut, maka dikenal dengan dua teori yaitu: 1. Teori kekuasaan (machtteorie), yang pada pokoknya menyatakan bahwa kaedah hukum mempunyai kelakuan sosiologis, apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa, diterima ataupun tidak oleh warga-warga masyarakat.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
88
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO 2. Teori pengakuan (Anerkennungstheorie) yang berpokok pangkal pada pendapat, bahwa kelakuan kaedah hukum didasarkan pada penerimaan atau pengakuan oleh mereka kepada siapa kaedah hukum tadi tertuju. Secara
sosiologis,
Peraturan
Daerah
yang
disusun
mengindikasikan bahwa hukum sebagai sarana rekayasa sosial dalam masyarakat akan menimbulkan perubahan sosial, perubahan sosial yang diakibatkan oleh perubahan hukum. Hingga saat ini hak-hak masyarakat dalam pelayanan publik, sebagai
mandat
dari
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1945, belum dapat diberikan secara penuh karena Negara tidak memiliki cukup sumber daya yang memadai. Dalam perjalanannya kemudian, hak-hak ini juga belum sepenuhnya dapat dipenuhi
dalam
penyelenggaraan
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini, birokrasi belum banyak mengalami perubahan mendasar. Banyak
permasalahan
yang
dihadapi
pada
masa-masa
sebelumnya, belum terselesaikan. Pemberian pelayanan publik yang bermutu dan penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur penyalahgunaan
kekuasaan
adalah
sedikit
dari
sasaran
pembangunan yang belum dapat dicapai. Permasalahan ini makin meningkat kompleksitasnya dengan terjadinya perubahan besar terutama yang disebabkan oleh desentralisasi, demokratisasi, dan globalisasi. Terkait dengan penataan kelembagaan, penataan kelembagaan suatu
daerah
jugaharus
didasarkan
pada
kebutuhan
empiris.
Kebutuhan empiris ini merupakan suatukonsekuensi dari dinamisasi perkembangan yang terjadi di masyarakat seiring denganberbagai tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat. Kebutuhan yang dewasa inimenjadi bagian dari pola kehidupan masyarakat antara lain kebutuhan terhadap penyediaanpelayanan publik yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, kebutuhanterhadap informasi dan komunikasi, dan kebutuhan-kebutuhan lain yang
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
89
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO semakinberkembang dari hari ke hari. Dengan munculnya berbagai kebutuhan baru danberkembangnya kebutuhan yang telah ada, pemerintah perlu memfasilitasi dan mengaturpenyediaan kebutuhan tersebut
yang
mana
untuk
menanganinya
dibutuhkan
suatukelembagaan pemerintah. Disamping berkembangnya berbagai kebutuhan tersebut yang selanjutnyaberimplikasi perangkat
daerah,
terhadap dalam
permasalahan-permasalahan segera.
Olehkarenanya,
kebutuhan
kenyataan yang
perlu
empirisjuga
membutuhkan
adanya
kelembagaan
pola
muncul
penanganan
organisasi
yang
memberikan kemungkinan untuk melakukanpenanganan secara cepat dan tepat. C. Landasan Yuridis Landasan yuridis merupakan landasan hukum yang menjadi dasar
pembentukan
Landasan
hukum
yang
perundang-undangan pembentuknya,
suatu
akan
peraturan
menjadi
tidak tetapi
hanya juga
dasar
perundang-undangan. pembentukan
dilihat perlu
dari
suatu
kewenangan
diketahui
tatacara
pembentukan dan dasar logika yuridisnya. Bagir Manan (1992, hal. 15) merinci yang menjadi syarat dasar keberlakuan yuridis sebagai berikut: Pertama , keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan. Setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang. Jika tidak maka peraturan perundangundangan tersebut batal demi hukum. Dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal secara hukum. Misalnya peraturan perundang-undangan formal harus dibuat secara bersama-sama antara Presiden dengan DPR, jika tidak maka Undang-Undang tersebut batal demi hukum. Kedua , keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis atau peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi atau sederajat. Ketidaksesuaian bentuk inidapat menjadi alasan untuk membatalkan peraturan perundang-undangan tersebut. Misalnya kalau Undang-Undang Dasar 1945 atau Undang-Undang terdahulu menyatakan bahwa sesuatu harus diatur oleh Undang-Undang, maka dalam bentuk UndangUndang lah hal itu diatur. Kalau diatur dalam bentuk lain
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
90
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO misalnya Keputusan Presiden maka keputusan tersebut dapat dibatalkan. Ketiga, keharusan mengikuti tata cara tertentu, apabila tata cara tersebuttidak diikuti, maka peraturan perundangundangan tersebut batal demi hukum atau tidak/belum memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Misalnya Peraturan Daerah dibuat bersama-sama antara DPRD dan Kepala Daerah tanpa mencantumkan persetujuan DPRD maka batal demi hukum. Keempat, keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Suatu Undang-Undang tidak boleh mengandung kaidah yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Ada sejumlahperaturan perundang-undangan yang dijadikan sebagai
landasan
pembentukan
Rancangan
Peraturan
Daerah
Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, yaitu: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah; dan 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Dalam hal pembentukan peraturan daerah dasar hukumnya adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun
1945,
Undang-Undang
tentang
Pembentukan
Daerah, dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Jika terdapat peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memerintahkan secara langsung pembentukan peraturan perundang-undangan baik secara tegas atau secara tersirat, maka peraturan perundangundangan tersebut dimuat di dalam dasar hukum.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
91
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Oleh
sebab
itu,
maka
landasan
hukum
Pembentukan
Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah adalah sebagaimana telah disebutkan di atas. Hal tersebut, karena peraturan daerah sebagaimana dimaksud dibentuk berdasarkan perintah atau delegasi dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
92
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO BABV JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUPMATERI MUATAN A. Jangkauan, Diwujudkan
Arah
Pengaturan,
dan
Sasaran
YangAkan
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah tentunya pembentukan dan susunan perangkat daerah harus diatur dengan peraturan daerah. pengaturan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah ini diharapkan dapat menjangkau seluruh tugas dan fungsi sebagai instrumen kelembagaan yang mampu mewadahi, mengkoordinir, mengendalikan sumber daya dan perilaku
dalam
rangka
mencapai
tujuan
organisasi
sebagai
manifestasi dari kehendak yang utuh dan terstruktur secara jelas untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan sesuai dengan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah provinsi yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Adapun arah pengaturan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah meliputiasas, pembentukan dan susunan perangkat daerah, unit pelaksana teknis, staf ahli, jabatan perangkat daerah, serta ketentuan peralihan. Sasaranyang akan diwujudkandengan dibentuknya Peraturan Daerah
Provinsi
Gorontalotentang
Pembentukan
dan
Susunan
Perangkat Daerah, yaitu dapat mewujudkan pembentukan Perangkat Daerah sesuai dengan prinsip desain organisasi dan didasarkan pada asas efisiensi, efektivitas, pembagian habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas, fleksibilitas, Urusan Pemerintahan yang
menjadi
Pemerintahan
kewenangan dan
potensi
Daerah, Daerah,
dan serta
intensitas berbagai
Urusan
ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
93
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO B. Ruang Lingkup Materi Muatan Materi muatan yang hendak dituangkan dalam Rancangan Peraturan
Daerah
Provinsi
Gorontalo
tentangPembentukan
dan
Susunan Perangkat Daerah merupakan penormaan dari jangkauan dan arah pengaturan yang telah ditentukanuntuk menentukan luasnya pengaturan norma dalam Rancangan Peraturan Daerah dimaksud.Oleh Rancangan
karena
itu,
dapat
Peraturan
tentangPembentukan
dan
diuraikan
Daerah Susunan
materi
Provinsi Perangkat
muatan Gorontalo
Daerah,
sebagai
berikut: 1. Ketentuan Umum Untuk
menyeragamkan
pemahaman
dan
kesesuaian
dalam
memahami dan melaksanakan isi dari peraturan perundangundangan, serta menghindari terjadinya multitafsir terhadap norma yang diatur maka perlu untuk menentukan defenisi dan batasan
pengertian
terhadap
suatu
istilah
yang
hendak
digunakan dalam Peraturan Daerah. Definisi atau batasan pengertian yang akan digunakan dalam Rancangan
Peraturan
Daerah
Provinsi
Gorontalo
tentangPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, adalah: a. Daerah adalah Provinsi Gorontalo. b. Gubernur adalah Gubernur Gorontalo. c. Pemerintah
Daerah
penyelenggara
adalah
Pemerintahan
Gubernur Daerah
sebagai yang
unsur
memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom. d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah
lembaga
perwakilan
rakyat
Daerah
yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. e. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubernur dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
94
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO f.
Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi
kewenangan
dilakukan
oleh
Pemerintahan
Presiden
kementerian Daerah
yang
negara
untuk
pelaksanaannya
dan
penyelenggara
melindungi,
melayani,
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. Pembentukan Perangkat Daerah dilakukan berdasarkan asas Urusan
Pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan
Daerah,
intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah, efisiensi, efektivitas, pembagian habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas dan fleksibilitas. 2. Materi Pokok Yang Diatur Pengelompokan
materi
muatan
dirumuskan
secara
lengkap
sesuai dengan kesamaan materi yang diatur. a. Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perangkat Daerah. Susunan Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud terdiri atas: 1) sekretariat Daerah merupakan sekretariat Daerah tipe B; 2) sekretariat DPRD merupakan sekretariat DPRD tipe B; 3) inspektorat merupakan inspektorat tipe B; 4) dinas, terdiri atas: a)
dinas pendidikan dan kebudayaandengan tipe A yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang pendidikan, dan bidang kebudayaan;
b)
dinas
kesehatandengan
tipe
A
yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan dan bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana; c)
dinas pekerjaaan umum dan penataan ruangdengan tipe B yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaaan umum dan penataan ruang, bidang perumahan dan kawasan permukiman;
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
95
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO d)
satuan polisi pamong prajadengan tipe A yang menyelenggarakan
urusan
ketentraman
dan
ketertiban umum, dan urusan kebakaran; e)
dinas sosialdengan tipe A yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial;
f)
dinas
perpustakaan
dan
kearsipan
dengantipeA
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perpustakaan dan kearsipan; g)
dinas kelautan dan perikanan dengan tipe B yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan;
h)
dinas kepemudaan dan olah ragadengan tipeA yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kepemudaan dan olah raga;
i)
dinas
lingkungan
hidup
dengan
tipe
A
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan pertanahan; j)
dinas
kehutanan
dengan
tipe
B
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan; k)
dinas pangan dengan tipe B yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pangan;
l)
dinas
pariwisata
dengan
tipe
A
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pariwisata; m)
dinas pemberdayaan masyarakat dan desa dengan tipe A yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa dan bidang administrasi kependudukan dan catatan sipil;
n)
dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dengan tipe B yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
96
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO o)
dinas
pertanian
dengan
tipe
A
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian; p)
dinas
perdagangan
dengan
tipe
B
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan; q)
dinas
transmigrasi
dengan
tipe
A
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang transmigrasi, dan bidang tenaga kerja; r)
dinas
perhubungan
dengan
tipe
B
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perhubungan; s)
dinas komunikasi dan informatika dengan tipe B yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika;
t)
dinas
statistik
dengan
tipe
A
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik, dan bidang persandian; u)
dinas
penanaman
modal
dengan
tipe
B
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal; v)
dinas energi sumber daya mineral dengan tipe B yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi sumber daya mineral; dan
w)
dinas koperasi, usaha kecil, dan menengah dengan tipe A yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi, usaha kecil, dan menengah.
5) badan terdiri atas: a) badan
perencanaan
dengan
yangmelaksanakanfungsi
tipe
A
penunjangurusan
pemerintahan di bidang perencanaan; b) badan
keuangan
dengan
yangmelaksanakanfungsi
tipe
B
penunjangUrusan
Pemerintahan di bidang keuangan;
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
97
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO c) badan penelitian dan pengembangan dengan tipe B yangmelaksanakanfungsi
penunjangurusan
pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan; d) badan
kepegawaian
dengan
yangmelaksanakanfungsi
tipe
A
penunjangurusan
pemerintahan di bidang kepegawaian; e) badan
pendidikan
dan
pelatihan
yangmelaksanakanfungsi
dengan
tipe
A
penunjangurusan
pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan; dan f)
badan
penghubung
yangmelaksanakanfungsi
penunjangkoordinasi pelaksanaan dan pembangunan dengan pemerintah pusat. Kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah diatur dengan peraturan Gubernur. b. Unit Pelaksana Teknis Pada dinas dan badan dapat dibentuk unit pelaksana teknis. Dimana
pembentukan
unit
pelaksana
teknisuntuk
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu. Pembentukan unit pelaksana teknis sebagaimana
dimaksud
ditetapkan
dengan
Peraturan
Gubernur setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada Menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam negeri. Selain unit pelaksana teknis,terdapat unit pelaksana teknis dinas Daerah dibidang pendidikan berupa satuan pendidikan Daerah dan bidang kesehatan berupa rumah sakit Daerah. Satuan pendidikan Daerah sebagaimana dimaksud berbentuk satuan pendidikan formal. Rumah sakit daerah sebagaimana dimaksud di atas bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata
kelola
klinis
serta
menerapkan
pola
pengelolaan
keuangan badan layanan umum Daerah. c. Staf Ahli Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
98
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Gubernur dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu staf ahli. Staf ahli sebagaimana dimaksud berjumlah paling banyak 3 (tiga) staf ahli dan diangkat oleh Gubernur dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Dimana pengangkatan dan pemberhentian staf ahli Gubernur oleh Gubernur. d. Jabatan Perangkat Daerah
Sekretaris Daerah merupakan jabatan eselon Ib atau jabatan pimpinan tinggi madya.
Sekretaris DPRD, Inspektur, asisten sekretaris Daerah, kepala dinas, kepala badan dan staf ahli gubernur merupakan jabatan eselon IIa atau jabatan pimpinan tinggi pratama.
Kepala Biro sekretariat Daerah merupakan jabatan eselon IIb atau jabatan pimpinan tinggi pratama.
Sekretaris inspektorat, inspektur pembantu, sekretaris dinas,
sekretaris
badan,
kepala
badan
penghubung,
kepala bagian, dan kepala bidang merupakan jabatan eselon IIIa atau jabatan administrator.
Kepala cabang dinas kelas A, kepala unit pelaksana teknis dinas dan badan kelas A merupakan jabatan eselon IIIb atau jabatan administrator.
Kepala subbagian, kepala seksi, kepala cabang dinas daerah kelas B, dan kepala unit pelaksana teknis dinas dan badan kelas B merupakan jabatan eselon Iva atau jabatan pengawas.
Kepala subbagian pada cabang dinas daerah kelas B dan kepala subbagian pada unit pelaksana teknis dinas dan badan kelas B, serta kepala subbagian pada satuan pendidikan merupakan jabatan eselon IVb atau jabatan pengawas.
Kepala unit pelaksana teknis daerah yang berbentuk satuan pendidikan merupakan jabtan fungsional guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
99
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO
Kepala unit pelaksana teknis daerah yang berbentuk rumah sakit daerah dijabat oleh dokter atau dokter gigi yang ditetapkan sebagai pejabat fungsional dokter atau dokter gigi dengan diberikan tugas tambahan
e. Ketentuan Peralihan Perangkat
Daerah
yang
menyelenggarakan
sub
Urusan
Pemerintahanbidang Bencanayang telah terbentuk sebelum Peraturan
daerah
ini
diundangkan,
tetap
melaksanakan
tugasnyasampai dengan dibentuknya Perangkat Daerah baru yang melaksanakan melaksanakan sub urusan bencana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesatuanbangsadan politik, tetap melaksanakan tugasnyasampai mengenai
dengan
pelaksanaan
peraturan urusan
perundang-undangan pemerintahan
umum
diundangkan. Anggaran penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan politik dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sampai dengan peraturan perundang-undangan
mengenai
pelaksanaan
urusan
pemerintahan pemerintahan umum diundangkan. Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, kepala Perangkat Daerah dan kepala unit kerja pada Perangkat Daerah yang ada tetap menjalankan tugas sampai dengan ditetapkannya/dikukuhkannya
pejabat
yang
baru
berdasarkan Peraturan Daerah ini. 3. Ketentuan Penutup Ketentuan penutup mengatur mengenai: a. Untuk pertama kali, pengisian kepala Perangkat Daerah dan kepala unit kerja pada Perangkat Daerah diselesaikan paling lambat 19 Desember 2016 serta pengisian kepala Perangkat Daerah
dan
kepala
unit
kerja
pada
Perangkat
Daerah
sebagaimana dimaksud, untuk pertama kalinya dilakukan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
100
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO dengan mengukuhkan pejabat pejabat yang sudah memegang jabatan setingkat dengan jabatan yang akan diisi dengan ketentuan memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi jabatan. b. Semua peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai Perangkat Daerah yang telah ada tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. c. pencabutan dan dinyatakan tidak berlakuPeraturan Daerah Provinsi
Nomor
9
Tahun
2008
tentang
Politeknik
Gorontalo,Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 7 Tahun 2013tentangPembentuk 2013tentangPembentukan an Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo, Peraturan Daerah
Provinsi
Gorontalo
Nomor
11
Tahun
2013
tentangOrganisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
Provinsi
Gorontalo, Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 12 Tahun 2013 tentangOrganisasi tentangOrganisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Gorontalo, Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 13 Tahun 2013 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Gorontalo, dan Peraturan Daerah
Provinsi
tentangOrganisasi peraturan
daerah
Gorontalo dan
Nomor
Tata
tentang
Kerja
14
Tahun
Lembaga
Pembentukan
Lain,
dan
2013 sejak
Susunan
Perangkat Daerah yang baru tersebut mulai berlaku. d. Peraturan
pelaksanaan
dari
peraturan
daerah,dimana
ditetapkan paling lama 1 (satu)bulansejak peraturan daerah diundangkan. e. Saat berlakunya peraturan daerah. Dimana peraturan daerah tersebut mulai berlaku pada tanggal 19 Desember 2016.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
101
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas, maka yang menjadi simpulan dalam Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, yaitu: 1. Pertimbangan yang mendasari perlu dibentuknya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah yakni: a. Ketidaksinkronan antara besaran organisasi yang dibentuk dengan
visi
dan
penyelenggaraan koridor
misi
yang
ditetapkan
pemerintahan
rutinitas
belaka
dan
daerah tidak
menyebabkan
berjalan
mampu
dalam
membawa
perubahan yang mendasar di daerah sesuai perencanaan. Sehingga perangkat daerah yang dibentuk seringkali tidak memberikan konstribusi bagi pengembangan pembangunan daerah. b. Bahwa diabaikannya faktor lain dalam rangka penataan kelembagaan
perangkat
daerah
yaitu
tidak
dilakukan
pembedaan penentuan secara khusus kriteria kelembagaan bagi
daerah
penyeragaman
provinsi.
Sehingga
yang
terjadi
poladan
organisasi
yang
dibentuk
adanya hanya
berdasarkan berbagai pertimbangan subyektifitas birokrat di daerah yang terkadang muncul perangkat daerah yang dibentuk tidak sesuai dengan kebutuhan daerah. c. Bahwa perangkat daerah yang ada sekarang, indikator hasil pemetaannya belum menyeluruh, artinya bahwa masih menggunakan
variable
umum
dengan
indikator
jumlah
peduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD. Sementara dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah
Pemerintah
Nomor
Perangkat
Daerah,
sebagai 41
Tahun
pengganti
dari
Peraturan
tentang
Organisasi
perangkat
daerahnya
2007
pembentukan
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
102
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO mempertimbangkan faktor luas wilayah, jumlah penduduk, kemampuan keuangan daerah, serta besaran beban tugas sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah sebagai mandat yang wajib dilaksanakan oleh setiap Daerah melalui Perangkat Daerah. d. Bahwa
bertambah
besar
ukuran
organisasi
pemerintah
daerah tidak dibarengi dengan pencapain kinerja signifikan, baik
kinerja
pelayanan,
pembangunan,
maupun
kinerja
pemerintahan daerah yang bersangkutan. Dengan demikian besaran organisasi yang berkembang secara nyata telah menimbulkan
pembengkakan
dan
sekaligus
inefisiensi
anggaran daerah. e. Bahwa dengan pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah yang baru sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah mengantikan Peraturan Daerah sebelumnya, diharapkan penataan Perangkat Daerah dapat menghasilkan
perangkat
daerah
yang
mampu
mengedepankan pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan struktur dan fungsi yang efektif, efisien dan rasional sesuai dengan kemampuan daerah. 2. Yangmenjadi
landasan
filososfis
pembentukan
Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat
terwujudnya
Daerah
kesejahteraan
adalah
masyarakat
untukmempercepat melalui
peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakatsebagai perwujudan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat serta berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sementara, landasan sosiologis yaitu untuk pembentukan instrumen kelembagaan yang mampu mewadahi, mengkoordinir, mengendalikan sumber daya dan perilaku dalam rangka
mencapai
tujuan
organisasi.Selanjutnya,
landasan
yuridis yaitu berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pembentukan perangkat daerah. Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
103
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO 3. Jangkauan tentang
Rancangan
Peraturan
Pembentukan
dan
DaerahProvinsi
Gorontalo
Susunan
Perangkat
Daerahdiharapkan dapat menjangkau seluruh tugas dan fungsi yang merupakan manifestasi dari kehendak yang utuh dan terstruktur secara jelas untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan
sesuai
dengan
urusan
pemerintahan
yang
diserahkan kepada daerah provinsi. Sedangkan arah pengaturan meliputi asas, pembentukan dan susunan perangkat daerah, unit pelaksana teknis, staf ahli, serta ketentuan peralihan. Untuk sasaranyang Rancangan
akan
diwujudkan
Peraturan
Pembentukan
dan
Daerah
Susunan
dengan Provinsi
diberlakukannya Gorontalo
Perangkat
tentang
Daerah,yaitudapat
mewujudkan pembentukan Perangkat Daerah sesuai dengan prinsip desain organisasi dan didasarkan pada asas efisiensi, efektivitas, pembagian habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas, fleksibilitas, Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah, serta berbagai ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Adapun ruang lingkup materi muatan yakni ketentuan umum, materi pokok yang diatur, dan ketentuan penutup. B. Saran Berdasarkan simpulan tersebut di atas maka saran yang diberikan, sebagai berikut: 1. Perlu adanya Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. 2. Mengingat sifatnya yang urgen serta pembentukannya yang merupakan perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta diberi batas waktu dalam penetapan peraturan daerah
sebagaimana
dimaksud.
Sehingga
perlu
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
mendapat
104
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO prioritas
dalam
Pemerintah
penyusunan
Provinsi
Gorontalo
dan
pembahasannya
bersama
Dewan
oleh
Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi Gorontalo. 3. Perlu
pengawasan
berkelompok
masyarakat
terhadap
baik
perseorangan
Pemerintah
Daerah
maupun dalam
mengimplementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, sehingga apa yang menjadi tujuan dari peraturan daerah dapat terwujud.
Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
105
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU A.
Hamid S. Attamimi,Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I-Pelita V , Disertasi, Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1990.
----------------, Teori Perundang-Undangan Indonesia , Makalah pada Pidato Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap di Fakultas Hukum UI Jakarta, 25 April 1992. A. S. Moenir,Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia , Jakarta, Bumi Aksara, 1995 Azwar, Sikap Manusia dan Skala Pengukurannya, Jakarta, PT. Rineka, 2011. Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia , Inhill C, Jakarta, 1992. ----------------, Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang- undangan Nasional, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, 1994. ----------------, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara , Mandar Maju, Bandung, 1995. ----------------, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang- undangan Tingkat Daerah , LPPM Unisba, Bandung, 1995. ----------------,Menyongsong Fajar Otonomi Hukum UII, Yogyakarta, 2002. Bagir
Daerah .
Pusat
Studi
Manan dalam Supar dan Modoeng,Teori dan Praktek Penyusunan Perundang-undangan Tingkat Daerah , PT. Tintamas Indonesia. Jakarta, 2001.
B.Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah Akademik , Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2008. Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum , Rajawali Pers, Cet-5, Jakarta, 2003. Bulkis, Manajemen Pembangunan , Universitas Hasanudin, Makasar, 2004. Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
PEMERINTAHAN PROVINSI GORONTALO Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia , Jakarta, Kencana, Prenada Media Group, 2010. H.
Rojidi Ranggawijaya, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia , Mandar Maju, Bandung, 1998.
Hamzah, Hubungan Eksekutif dengan Legislatif Daerah dan Implikasi Hukumnya,Pascasarjana UNHAS, Makassar, 2008. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia , Jakarta, Cetakan 9, PT. Bumi Aksara, 2007. Horton and Hunt, Sociology, Prentice Hall, London, 1984. I Nyoman Sumaryadi, Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah , CV. Citra Utama, jakarta, 2005. Inu Kencana Syafiie dkk, Ilmu Administrasi Publik , PT. Rineka Cipta, 1999. IrawanSoejito, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah , Bina Aksara, Jakarta, 1981. Maria Farida Indrati Soeprapto,Ilmu Perundang-Undangan , Kanisius. Yogyakarta, 2007. Meuthia-Rochman dalam artikel berjudul “ Good Governance” : Prinsip, Komponen dan Penerapannya, yang dimuat dalam buku HAM: Penyelenggaraan Negara Yang Baik & Masyarakat Warga, Komnas HAM, Jakarta, 2000. Munir Fuady.Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. CV Utomo: Bandung.2005. Pipin
Syarifin, dan Dedah Jubaedah, Pemerintahan Indonesia Jakarta, Pustaka Setia, 2005.
Daerah
di
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1997. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah , Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999. Sedarmayanti,Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil , Bandung, PT. Refka Aditama, 2010. Sudargo
Gautama, Pengertian Bandung, 1983.
tentang
Negara
Hukum , Alumni
Syahyuti, Tinjauan Sosiologis Terhadap Konsep Kelembagaan Dan Upaya MembangunRumusan Yang Lebih Operasional , Pusat Naskah Akademik Raperda ttgPembentukan dan Susunan Perangkat Daerah