KAITANNYA BUDAYA DAN GENDER DENGAN LANSIA 1. Pengertian Lansia Menurut Undang-undang Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sedangkan Sedangkan menurut undang – undang undang no.4 tahun 1965 pasal 1, seseorang di nyatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Mubarok, 2006). 2. Kaitannya Budaya dan Gender dengan Lansia Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Konstruksi gender pada usia lanjut juga terlihat bahwa : a.
b.
c.
d.
e.
f.
Wanita yang memiliki peran ganda (seperti mantan pegawai + pengurus rumah tangga) lebih kecil kemungkinan menjadi depresi dari pada wanita yang mengidentifikasikan mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang dengan peran tunggal saja. Masa menjanda atau menduda adalah suatu peristiwa hidup yang stress full. Janda lebih l ebih bisa mengatasi daripada duda, terutama karena jaringan sosial yang lebih besar dimiliki oleh wanita. Lebih banyak wanita daripada pria yang terus hidup pada usia 80 tahun keatas, tetapi mereka lebih mungkin menjadi sakit dan hidup dalam kemiskinan. (Rollin's, 2007), Hal senada juga disampaikan disampaikan oleh Kevin Kinsella and Yvonne J. Gist, (1998). Bagi perempuan dan laki-laki, khususnya di negara-negara negara-negara dimana bias gender meliputi semua lini kehidupan. Akses Perempuan terhadap kesehatan sering tidak proporsional, ini dipengaruhi oleh tingginya tingkat kemiskinan dan ketergantungan ketergantungan ekonomi, kekerasan, ketidakadilan gender, gizi dan makanan makanan distribusi, terbatas kekuasaan pengambilan pengambilan keputusan, dan sikap negatif terhadap perempuan dan anak perempuan (Kevin Kinsella and Yvonne J. Gist, 1998). Organisasi Kesehatan Dunia Organisasi (1998) telah mengeluarkan "Tantangan "Tantangan Gender" untuk masyarakat masyarakat internasional, panggilan untuk: apresiasi yang lebih baik risiko faktor yang yang melibatkan melibatkan kesehatan kesehatan perempuan; perempuan; pengembangan pengembangan pencegahan pencegahan strategi strategi untuk mengurangi dampak penyakit penyakit yang tidak proporsional, penyakit pd wanita yang lebih tua (misalnya, penyakit jantung koroner, osteoporosis, dan demensia), dan peningkatan penekanan pada pada pemahaman pemahaman mengapa mengapa orang mati mati lebih cepat cepat dari perempuan. perempuan. Tindakan harus dilakukan untuk memperbaiki memperbaiki hasil yang diskriminatif, termasuk dampaknya terhadap perempuan. Tindakan yang ditujukan untuk penyetaraan tidak memperhitungkan dampak kumulatif yang diderita perempuan yang digaji lebih rendah dan terganggunya karier karena kehamilan, mengasuh anak dan orangtua. Perempuan mendapat pendidikan pelatihan yang lebih sedikit dan lebih umum ditempatkan pada pekerjaan paruh waktu atau pekerjaan umum. Karena faktor ini, tunjangan yang didasarkan pada pekerjaan tetap tidak menguntungkan perempuan. Perempuan juga mendapat hambatan budaya yang menghalangi akses mereka terhadap pembiayaan, pembiayaan, warisan dan dan hak kepemilikan. kepemilikan. Kepentingan Kepentingan ekonomi perempuan perempuan perlu perlu lebih dilindungi sehingga memerlukan tindakan positif untuk mengatasi hasil yang diskriminatif. Upah yang sama untuk kerja yang sama sangat penting. Penciptaan lapangan kerja bagi perempuan harus harus dimasukkan dimasukkan dalam kebijakan pasar pasar kerja yang aktif agar mereka mereka bisa berpartisipasi, dan dan hak jaminan jaminan sosialnya naik. naik. Diperlukan Diperlukan peningkatan kesadaran kesadaran tentang tentang perlakuan yang yang sama terhadap perempuan. perempuan. Perempuan perlu memperoleh informasi yang memadai agar dapat melakukan pilihan yang tepat. Perubahan dalam hukum pekerjaan di Negara-negara tertentu juga membantu
mengurangi diskriminasi terhadap pekerja perempuan. Contohnya, pengusaha yang mempekerjakan perempuan yang memiliki anak membayar iuran jaminan sosial yang lebih rendah. Ini mendorong para pengusaha untuk mempekerjakan lebih banyak ibu yang bekerja. Beberapa inisiatif telah memperbaiki cakupan jaminan sosial bagi pekerja yang bergerak dalam pekerjaan yang lebih fleksibel, seperti pekerja rumah, yang kebanyakan adalah perempuan. g. Perempuan lansia di Indonesia berpotensi mengalami diskriminasi ganda, baik karena statusnya sebagai perempuan maupun karena statusnya sebagai penduduk yang usianya sudah lanjut. Sebagai perempuan, diskriminasi yang disebabkan oleh struktur sosial dan budaya masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak usia muda. Hal ini kita ketahui sebagai akibat dari perbedaan yang sifatnya kodrati maupun sebagai akibat dari perbedaan gender. Perbedaan tersebut juga tercermin dari status perkawinan lanjut usia perempuan yang sebagian besar berstatus cerai mati dan cerai hidup. Karena usia harapan hidup perempuan yang lebih panjang dibandingkan laki-laki, maka lebih banyak lanjut usia perempuan yang ditinggal meninggal lebih dulu oleh suaminya, dan karena perbedaan gender menyebabkan perempuan terbiasa mengurus dirinya sendiri, sehingga lebih siap untuk tinggal sendiri. Sedangkan lanjut usia laki-laki lebih banyak berstatus kawin. h. Penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang tidak pernah sekolah jumlahnya dua kali lipat dari laki-laki. Penduduk perempuan yang buta huruf juga dua kali lipat laki-laki. Rata rata lama sekolah penduduk perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Angka kematian ibu hamil dan melahirkan masih tinggi. Angka penderita anemia pada perempuan masih tinggi. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan jauh lebih rendah dari laki-laki, Indeks pembangunan gender (GDI/Gender Development Index) lebih kecil dari indeks Pembangunan Manusia (HDI/Human Development Index) yang menunjukkan bahwa pembangunan sumberdaya manusia secara keseluruhan belum diikuti dengan keberhasilan gender, Indeks Pemberdayaan Gender (GEM/Gender Empowerment Measure) masih rendah, yang menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam jabatan publik dan pengambilan keputusan masih rendah. i. Tindak kekerasan terhadap perempuan masih relatif tinggi, Masih banyak hukum dan peraturan yang bias gender dan mendiskriminasikan perempuan. Meskipun secara persentase masih tergolong rendah dibanding negara maju, namun karena jumlah penduduk yang sangat besar menyebabkan secara absolut jumlah penduduk lanjut usia Indonesia jauh lebih besar dibandingkan negara-negara yang saat ini sudah mengalami problem penduduk lanjut usia seperti Jepang, Korea-Selatan, Singapura, dan Hongkong.
Gender dalam Pemeliharaan Kesehatan Pasca Reproduksi Kesehatan reproduksi meliputi kesehatan fisik dan mental setiap individu sepanjang siklus kehidupannya sehingga pemeliharaan kesehatan pascareproduksi (sering juga disebut dengan kesehatan lansia) juga perlu mendapat perhatian kita bersama. Masa pascareproduksi ini ditandai dengan terjadinya penurunan berbagai fungsi alat/organ tubuh (Endang, 2008). Permasalahan Kesehatan Pasca Reroduksi mencakup : 1. Osteoporosis Osteoporosis merupakan penyakit pada tulang yang ditandai dengan berkurangnyamassa tulang akibat proses penuaan, yang dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Pada perempuan proses ini lebih cepat karena menurunnya hormon estrogen, khususnya setelah masa menopause. 2. Gangguan Fungsi Reproduksi Gangguan fungsi reproduksi pada perempuan setelah menopause akibat menurunnya hormon estrogen, mengakibatkan liang kemaluan menjadi kering dan sakit bila bersenggama (dispareuni). Gangguan reproduksi pada laki- laki disebabkan menurunnya sekresi hormone androgen/testosteron, dengan gejala menurunnya gairah seksual, menurunnya daya sensitivitas terhadap rangsangan, penurunan daya orgasme serta disfungsi ereksi (impoten) dan pembesaran kelenjar prostat. 3. Andropause Andropause merupakan menurunnya kemampuan fisik, seksual dan psikologis pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh menurunnya produksi hormon testosteron. Keadaan ini biasanya terjadi pada pria berusia 56 - 60 tahun atau lebih. 4. Menopause Menopause merupakan keadaan biologis dimana fungsi reproduksi perempuan berakhir, yang ditandai dengan berhentinya siklus haid yang pada umumnya dimulai pada waktu seorang perempuan berusia 40 - 45 tahun. Di Indonesia, menopause baru terjadi pada perempuan di atas 50 tahun.