ARTIKEL
PENGGUNAAN KEMASAN PLASTIK, KAITANNYA DENGAN KESEHATAN EVI ROVIATI
Plastik sebagai kemasan
Penggunaan bungkus atau kemasan plastik di masyarakat semakin meningkat. Kemasan
plastik dianggap murah dan praktis untuk pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Alasan lain menggunakan plastik untuk pembungkus makanan karena pembungkus non-plastik seperti
kertas pengemas maupun daun dianggap sulit diperoleh dan mudah rusak dibanding kemasan plastik. Sekarang roti, biskuit, mi instan, juga air mineral menggunakan plastik sebagai pembungkus. Tidak hanya produk pabrikan, dalam kehidupan sehari-hari pedagang makanan juga
cenderung menggunakan plastik untuk membungkus makanan. Perhatikan saja kalau kita beli jajanan gorengan maka penjual langsung memasukkan jajanan yang masih panas itu ke
pembungkus plastik yang lebih kita kenal sebagai “tas kresek”. Juga kalau kita beli makanan berkuah seperti bakso atau soto, penjual memasukkan kuah panasnya langsung ke bungkus plastik.
Kebiasaan mengisi ulang botol minuman kemasan juga seringkali dilakukan oleh
masyarakat. Karena merasa sayang membuang kemasan yang masih bagus, botol minuman kemasan itu dipergunakan berulang-ulang. Padahal, bahaya kesehatan mengintai dari balik kemasan botol plastik air mineral yang diisi berulang-ulang.
Tahukah anda bahwa di Amerika dan Eropa penggunaan plastik untuk pembungkus
makanan diupayakan untuk dihindari? Alasannya ada dua, pertama dari berbagai penelitian di luar negeri disebutkan, sejumlah bahan plastik bersifat racun (toksik). Polystirena (PS) misalnya,
diketahui bersifat karsinogenik yang bisa memicu timbulnya kanker. Demikian juga bahan lainnya seperti poly-vinyl-chlorida (PVC) dan vinylidene chloride resin mengandung dioksin,
suatu zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan seperti itu pada kemasan makanan mudah bermigrasi atau berpindah ke makanan, yang jika dikonsumsi akhirnya juga akan masuk pada jaringan tubuh.
Faktor yang menyebabkan mudah bermigrasinya bahan tersebut adalah lemahnya ikatan
struktur plastik, yaitu residu (sisa) monomer plastik. Migrasi sisa monomer plastik makin besar
jika makanan yang dibungkus mengandung kadar asam tinggi, seperti sari buah, sirup, minuman
berkarbonasi, makanan bersuhu tinggi, seperti kuah bakso, jajanan gorengan, juga makanan berkadar lemak tinggi, seperti kuah soto dan sebagainya. Perpindahan bahan tersebut ke dalam makanan juga dipengaruhi lamanya kontak makanan dengan plastik, makin lama kontak residu juga makin banyak.
Alasan kedua, penggunaan plastik yang begitu luas dapat menjadi masalah lingkungan
yang sangat kompleks. Sampah plastik tidak mudah terurai dibandingkan dengan sampah organik.
Di Indonesia dan negara-negara berkembang plastik bekas pakai mendominasi sampah. Hal ini dapat kita lihat di kota-kota besar, termasuk Surabaya. Membakar sampah plastik juga bukan penyelesaian yang baik karena residu dan asap plastik sangat beracun.
Di Eropa dan Amerika kemasan untuk belanja lebih populer menggunakan kertas atau
karton (disini seperti kertas semen) yang dibentuk seperti tas. Jika terpaksa menggunakan plastik harus dilapisi dengan pembungkus jenis lain seperti kertas atau aluminium foil, jadi kemasan plastik tidak kontak langsung dengan makanan.
Memang tidak semua jenis plastik tidak dapat digunakan sebagai pembungkus makanan.
Kemasan plastik dari bahan polyethylene (PE) dan polypropilene (PP) diketahui tidak berbahaya.
Plastik PE umumnya berwarna bening baik yang lemas atau kaku seperti kemasan air mineral (gelas dan botol).
Sedangkan yang berbahaya adalah plastik PS dan PVC. PS yang berbentuk styrofoam
(gabus putih seperti untuk pembungkus peralatan elektronik) sekarang banyak digunakan untuk pembungkus produk fast food. Bahkan pengusaha katering menggunakannya sebagai pengganti
dus / kotak. Plastik yang mengandung PVC adalah plastik yang bening dan kaku, plastik wrapper
yang sangat tipis yang biasanya digunakan untuk mengemas sayur dan buah. Sebuah penelitian menghasilkan data bahwa sari jeruk dan minyak goreng yang dikemas dengan plastik yang terbuat dari PVC dapat mengandung monomer vinyl clorida sampai 40 ppb (part per bilion). Mengapa plastik?
Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung
menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer. Misalnya, plastik jenis PVC
(Polivinil Chlorida), sesungguhnya adalah monomer dari vinil klorida. Disamping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat bahan nonplastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat
dengan berat molekul rendah, yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti lekat, dan masih banyak lagi.
Mengapa plastik begitu banyak dipakai? Plastik memang mempunyai beberapa
keunggulan sifat antara lain: ia kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat termoplastis,yaitu dapat
direkat menggunakan panas, serta dapat diberi label atau cetakan dengan berbagai kreasi. Selain itu plastik juga mudah untuk diubah bentuk.
Sesudah Perang Dunia II, berbagai jenis kemasan plastik fleksibel muncul dengan pesat.
Sebagai bahan pembungkus, plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal, komposit atau berupa
lapisan multilapis dengan bahan lain, (pakah itu antara plastik dengan plastik yang beda jenis, plastik dengan kertas atau lainnya). Kombinasi tersebut dinamakan aminasi. Dengan demikian, kombinasi dari berbagai janis plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan.
Selain mempunyai banyak keunggulan, ternyata kemasan atau wadah plastik menyimpan
kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer dari bahan
plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari
botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu, kita hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A.
Bisphenol A adalah perusak hormone. Berbagai penelitian telah menghubungkan
Bisphenol-A dengan dosis rendah dengan beberapa dampak terhadap kesehatan, seperti perubahan permanen pada organ kemaluan, meningkatkan kadar prostat, penurunan kandungan hormon
testoteron, memungkinkan terjadinya kanker payudara, sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap hormon dan kanker, dan membuat seseorang menjadi hiperaktif.
Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri
makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi. University of Missouri telah melakukan tes laboratorium mengenai penggunaan Bisphenol-A pada botol susu bayi dan menemukan bahwa Bisphenol-A pada
produk botol susu bayi plastik dari 5 merek terkemuka di Amerika, sangat berpotensi untuk ikut
larut dalam cairan. Menurut laporan ini, kelima merk botol susu bayi yang masih dipersoalkan adalah Avent, Dr. Brown's, Evenflo, Gerber dan Playtex. Plastik sendiri dikonsumsi sekitar 100 juta ton/tahun di seluruh dunia. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A. cokelat
Plastik dibagikan menjadi dua macam berdasarkan sifatnya bila dipanaskan, yaitu tipe
(nama ilmiahnya: thermoplastic) dan tipe biskuit (nama ilmiahnya: thermosetting).
Maksud dari tipe cokelat adalah plastik yang melunak bila dipanaskan, sedangkan tipe biskuit
adalah plastik yang apabila telah mengeras akan tetap keras walaupun terus dipanaskan. Plastik yang berbahan baku minyak termasuk dalam golongan plastik tipe cokelat.
Pada makanan yang dikemas dalam kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak mungkin
dapat dicegah 100% (terutama jika plastik yang digunakan tak cocok dengan jenis makanannya).
Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak makanan yang dapat bermigrasi ke
dalam makanan. Demikian pula dengan lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin
lama kontak antara makanan tersebut dengan kemasan plastik, maka jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi jumlahnya. Bahaya di balik plastik
Monomer atau aditif plastik apa saja yang perlu diwaspadai? Tidak semua memang, hanya
beberapa saja seperti vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinylidene klorida serta styrene.
Monomer vinil klorida dan akrilonitril cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada
manusia. Vinil klorida dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA. Sedangkan akrilonitril bereaksi dengan adenin.
Vinil asetat telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan liver pada hewan.
Akrilonitril menimbulkan cacat lahir pada tikus-tikus yang memakannya. Monomer-monomer
lain seperti akrilat, stirena, dan metakrilat serta senyawa-senyawa turunannya, seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa metilendiamin,
melamin, epodilokkloridrin, bispenol, dan akrilonitril dapat menimbulkan iritasi pada saluran
pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung. Aditif plastik jenis plasticizer, stabilizer dan antioksidan dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang membuat makanan berubah rasa serta aroma, dan bisa menimbulkan keracunan.
Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, senyawa berberat molekul kecil
dapat masuk ke dalam makanan secara bebas, baik yang berasal dari aditif maupun plasticizer. Migrasi monomer maupun zat-zat pembantu polimerisasi, dalam kadar tertentu dapat larut ke
dalam makanan padat atau cair berminyak maupun cairan tak berminyak. Semakin panas makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang terjadinya migrasi (perpindahan) ke dalam bahan makanan.
Aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat (DOP) pada PVC termigrasi cukup
banyak ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak kedelai pada suhu 3oC selama 60 hari kontak. Jumlah aditif DBP dan DOP yang termigrasi tersebut berkisar dari 155–189 mg. DEHA (di-2-etil-heksil-adipat) pada PVC termigrasi ke dalam daging yang
dibungkusnya, pada daging yang berkadar lemak antara 20–30%, DEHA yang termigrasi 14,523,5 mg tiap dm2 (desimeter persegi) pada suhu 4oC selama 72 jam.
Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan
suatu bahan pelembut (plasticizers). Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate
(DEHA),
dan
bifenil
seperti
PCB
sekarang
industri pengepakan dan pemrosesan makanan. Bahan
pelembut
poliklorin sudah
(PCB)
dilarang
yang
digunakan
pemakaiannya
karena
dalam dapat
menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada manusia (karsinogenik). Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut,
serta tangan dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
Bahan pelembut lain yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. DEHA mempunyai
aktivitas
mirip
dengan
hormon
estrogen
(hormon
kewanitaan
pada
manusia).
Berdasarkan
hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang
cacat, selain mengakibatkan kanker
hati. Untuk menghindari bahaya yang mungkin
terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan
lain yang tidak
mengandung
bahan
terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).
pelembut,
seperti
plastik
yang
Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika kita membakar bahan yang
terbuat dari plastik. Pembakaran plastik ini dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi kita. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma
menjadi
mengeluarkan
tidak
DEHA
subur
yang
dan
dapat
terjadi
gangguan
mengganggu
kesuburan.
keseimbangan
Pembakaran
hormon
PVC
estrogen
akan
manusia.
Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.
Bahan pelembut ESBO (epoxidized soybean oil) juga biasa digunakan sebagai insektisida.
Sejauh ini, bahaya bahan pelembut ini bagi kesehatan manusia belum ada/dalam penelitian. Sedangkan bagi lingkungan, ESBO mampu membunuh zooplankton, dan hal ini berakibat
pada terganggunya rantai makanan hewan-hewan laut. Hal tersebut pun akan berdampak pada terganggunya sumber protein, khususnya ikan, bagi manusia.
Kenali kode tiap jenis plastik
Sebelum menggunakan kembali botol dari bekas minuman kemasan tersebut, hendaknya
masyarakat mengetahui bahan dasar dari plastik-plastik yang aman untuk dipakai. Caranya dengan dengan melihat simbol atau kode yang biasanya tertera di bawah produk plastik tersebut.
Kode dan simbol tersebut sangat penting untuk diketahui karena berkaitan dengan jenis bahan
serta cara dampak pemakaiannya. Produk plastik yang dimaksud bukan hanya botol plastik air mineral yang banyak beredar di pasaran, tetapi juga plastik wadah makan, penutup makanan, hingga botol susu untuk buah hati Anda.
Kode-kode yang menandakan bahan pembuatan plastik kemasan tersebut dikeluarkan oleh
The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan diadopsi oleh lembagalembaga pengembangan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standarization).
Secara umum tanda pengenal plastik tersebut berada di dasar atau bagian bawah kemasan,
berbentuk segi tiga yang didalamnya tercantum angka yang menunjukkan arti tertentu, serta nama
jenis plastik di bawah segitiga. Tanda pengenal plastik dibagi menjadi 7 kelompok. Serta 3 tambahan sehingga totalnya ada 10 buah. Tanda-tanda plastik tersebut adalah:
JENIS KE 1:
Tanda ini biasanya tertera logo daur ulang dengan
angka 1 di tengahnya serta tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di bawah segitiga. Biasanya
plastik jenis ini dipakai untuk botol plastik, berwarna jernih/ transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus,
dan hampir semua botol minuman lainnya. Mayoritas, plastik PET di dunia dipergunakan untuk
serat sintetis (sekitar 60 persen), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 persen).
Yang perlu diperhatikan adalah, botol dengan bahan ini direkomendasikan HANYA
SEKALI PAKAI. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat
apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.
Para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan pet maupun produk daur ulangnya
juga harus waspada. Sebab, di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan antimoni trioksida. Dengan menghirup debu yang mengandung senyawa kimia itu, bahan tersebut mudah masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan. Kontaminasi senyawa itu dalam periode yang lama akan mengalami iritasi kulit dan saluran pernafasan.
Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran.
Apabila pekerja tersebut berhasil mempertahankan kehamilannya dan melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan. JENIS KE 2:
Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo
daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga.
HDPE biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu,
tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE merupakan
salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.
HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu
tinggi. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan HANYA UNTUK SEKALI PEMAKAIAN, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.
JENIS KE 3:
Ini adalah jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Pada kemasan
yang mengandung plastik jenis ini tertera logo daur ulang (terkadang
berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V. V itu berarti PVC (polyvinyl chloride).
Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan
beberapa botol minuman kemasan. Plastik ini berbahaya untuk kesehatan karena, PVC
mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC, saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut. Karena DEHA bisa lumer pada suhu
15 derajat celsius. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan penurunan berat badan.
Sebisa mungkin kita MENGHINDARI PEMAKAIAN PLASTIK JENIS INI.
Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami, misalnya seperti daun pisang atau daun jati. JENIS KE 4:
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan
LDPE. LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan,
plastik
kemasan,
dan
botol-botol
yang
lembek.
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel
dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60 derajat celsius sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gasgas yang lain seperti oksigen. Plastik ini sulit dihancurkan tapi dapat didaur ulang. Bahan ini
BAIK UNTUK TEMPAT MAKANAN karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini. JENIS KE 5:
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP.
Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat
makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol
minum untuk bayi. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman. Sebab, PRODUK INI AMAN. JENIS KE 6:
Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan
PS. PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang
apoteker dari Jerman secara tidak sengaja. PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain.
Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan
styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
Bahan ini HARUS DIHINDARI, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak,
mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Jika harus didaur ulang, PS memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.
Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka
tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara ini sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning jingga, dan meninggalkan jelaga. JENIS KE 7:
Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER. Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 jenis, yaitu PC -
polycarbonate, SAN – styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, dan Nylon.
OTHER dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti
botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik,
dan plastik kemasan. Plastik jenis ini dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak Batita dan Balita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula.
PC, TIDAK DIANJURKAN UNTUK DIPERGUNAKAN untuk tempat makanan
ataupun minuman. Sebab, dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium,
penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Ironisnya botol susu sangat mungkin
mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas.
Sedangkan SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman. Sebab, kedua bahan ini memiliki
resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya SAN terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai
bahan mainan lego dan pipa. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.
Apa yang harus dilakukan?
Aturan mengenai kemasan yang aman sebenarnya sudah diatur dalam UU Pangan dan UU
Perlindungan Konsumen, hanya peraturan teknisnya rupanya belum seluruhnya dibuat. Untuk itu
sebaiknya konsumen sendiri berupaya mencegah keburukan kemasan plastik bagi kesehatannya : 1. Gunakan plastik PE dan PP untuk pembungkus makanan.
2. Hindari penggunaan plastik yang mengandung monomer vinyl chloride, polystirena atau acrylonitryl untuk makanan. Termasuk juga penggunaan kemasan styrofoam yang biasanya berbentuk gelas atau mangkuk, apalagi jika makanan di dalamnya disiram dengan air panas.
3. Pengusaha katering sebaiknya kembali menggunakan kotak karton dan pelapis plastik PE/PP,
jangan dibiasakan menggunakan kotak styrofoam, lebih-lebih untuk makanan berkuah dan panas.
4. Jangan menggunakan plastik ketika memanaskan makanan, terutama plastik yang dibuat dari PVC atau PS. Untuk memasak dengan oven microwave gunakan jenis kemasan food grade yang khusus digunakan untuk oven microwave.
5. Hindari membungkus makanan yang masih panas dengan wadah plastik.
6. Hindari membungkus makanan dengan plastik hasil daur ulang (recycle). Hati-hati “tas kresek” umumnya jenis ini.
7. Paling aman gunakan bahan-bahan alami untuk pembungkus makanan, misalnya daun pisang,
daun jati, atau janur. Juga daun lontar dan klobot jagung. Selain bahan alami ini aman untuk
manusia dan lingkungan juga bisa menjadi pembungkus yang punya ciri khas dan menjadi produk potensial untuk dikembangkan secara ekonomis.
Beberapa hal lain yang perlu digaris bawahi saat akan menggunakan produk plastik.
1. Harus bijak dalam menggunakan plastik, khususnya kode 1, 3, 6, dan 7 (PC), seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi. Gunakan hanya sekali pakai!
2. Akan aman bila menggunakan plastik dengan kode 4, 5, dan 7 (SAN atau ABS)
3. Waspadai kontaminasi zat warna plastik dalam makanan.
Biasanya kita seringkali
membungkus makanan yang masih panas dengan kantong plastik berwarna hitam. Ternyata
zat pewarna hitam ini kalau terkena panas, bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk zat
radikal beracun yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan ini karsinogenik dan dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol layaknya penyakit kanker.
4. Bagi para orang tua yang membutuhkan botol susu untuk anak mereka hendaknya memilih botol susu bayi berbahan kaca, atau plastik jenis 4 atau 5. Gunakanlah cangkir bayi berbahan
stainless steel, atau plastik jenis 4 atau 5. Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex.
Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi (dengan lubang penghisapnya) berbahan
jenis 7 PC (polycarbonate). Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.
5. Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum. Jika penggunaan botol plastik
berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2), tidak dapat dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan. Gantilah dengan botol stainless steel atau gelas/kaca.
6. Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas dalam plastik, khususnya pada microwave
oven. Bungkuslah terlebih dahulu makanan dengan daun pisang atau kertas sebelum dibungkus dengan plastik pembungkus ketika akan dipanaskan di microwave oven.
7. Cegah menggunakan kemasan plastik untuk mengemas makanan berminyak atau berlemak.
Cobalah untuk mulai menggunakan kemasan berbahan kain untuk membawa sayuran, makanan, ataupun belanjaan.
8. Cegah penggunaan piring dan alat makan plastik untuk masakan. Gunakanlah alat makan berbahan stainless steel, kaca, keramik, dan kayu.
Sumber Pustaka Acuan:
Arif Hartoyo, Menggunakan Kemasan Plastik Untuk Pangan Dengan Bijak. Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor Administrator. Kenali Tanda Segitiga Pada Kemasan Plastik http://lyla-home.blogspot.com Richardus Widodo. Hati-hati Menggunakan Kemasan Plastik untuk Kemasan Makanan. Teknologi Pangan - Fakultas Industri Pangan UNTAG Surabaya Surabaya e-health. Ketahui Kriteria Pada Kemasan Plastik yang Anda Gunakan. http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/waspada-bahaya-kemasan-botolplastik http://floodgates.wordpress.com http://www.suarakarya.com http://www.gizi.net