TORCH merupakan singkatan dari 4 TORCH merupakan penyakit infeksi (T (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simpleks Virus).
Toxoplasmosis
Rubella
Protozoa Parasit T. gondii Famili : Sarcocystidae Tachyzoite 2-4 & 4-8 m Oocyst 12,1 x 11 m Cyst 200 m
Antigen : Virus Rubella Famili : Togaviridae Ukuran : 60 - 70 nm
TORCH Cytomegalovirus
Herpes Gen italis itali s
Antigen : Virus Cytomegalo Famili : Herpesviridae Ukuran : 180 - 200 nm
Antigen : Virus Herpes Simpleks-2 Famili : Herpesviridae Ukuran : 180 - 200 nm
Tinja kucing (mengandung ookista)
Hewan potong yang terinfeksi
(mengandung kista) Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Organ/darah donor yang terinfeksi
Makan makanan : sayuran dan buahbuahan yang tercemar tinja kucing (sumber ookista)
Makan daging yang masih mentah atau kurang matang (mengandung kista) Secara vertikal dari ibu ke janin
Melalui transfusi darah
Melalui transplantasi organ
Resiko penularan terhadap janin: Trimester I = 15% Trimester II = 25% Trimester III = 65% Namun derajat infeksi terhadap janin paling besar adalah bila infeksi terjadi pada trimester I.
DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN
Abortus spontan Trias klasik toksoplasma berupa: 1.
Hidrosepalus
2.
Kalsifikasi intrakranial
3.
Korioretinitis Trias tersebut jarang terlihat
75% tidak memperlihatkan gejala 25-50% memperlihatkan sekuele
Hidrosepalus
Korioretinitis
Mikrosepali
Mikroptalmia
Hepatosplenomegali
Kalsifikasi serebral
Konvulsi
Perkembangan mental terganggu
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakan bila: IgM positif
Titer IgM akan tetap tinggi sampai 3 – 4 bulan Titer IgG meningkat 4 kali lipat pada
pemeriksaan ulang selang waktu 2 - 3 minggu
DIAGNOSIS PRANATAL
Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin melalui tali pusat) ataupun amniosentesis (aspirasi cairan ketuban) dengan tuntunan ultrasonografi.
Pembiakan darah janin ataupun cairan ketuban dalam kultur sel fibroblas, ataupun diinokulasi ke dalam ruang peritoneum tikus diikuti isolasi parasit, ditunjukan untuk mendeteksi adanya parasit. Pemeriksaan dengan teknik PCR guna mendeteksi DNA T. gondii pada darah janin atau cairan ketuban. Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah janin guna mendeteksi antibodi IgM janin spesifik (antitoksoplasma).
TERAPI
Spiramycin Untuk mencegah penjalaran ke janin. 3g/hari/oral dalam 3 dosis untuk 3 minggu di ulang setelah 2 minggu sampai kehamilan aterm.
Pyrimethamine dan Sulfadiazine Untuk menurunkan derajat infeksi kongenital meningkatkan proporsi neonatus tanpa gejala.
dan
Phyrimethamin 1 mg/kg/hari secara oral untuk 3-4 hari. Sulfadiazine 50-100 mg/kg/hari/oral dibagi 2 dosis.
Asam Folinat Untuk mencegah kerusakan janin. 2 kali 5 mg injeksi intamuskuler tiap minggu pemakaian phyrimethamin.
selama
PENCEGAHAN
Masaklah daging sampai matang.
Hindari memegang mulut dan mata pada waktu mengolah daging mentah, cucilah tangan dgn bersih.
Cucilah permukaan dan peralatan dapur yang bersentuhan dengan daging mentah.
Cucilah buah-buahan dan sayuran dengan bersih sebelum dimakan.
Pakailah sarung tangan bila berkebun/menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing.
Rendamlah piring makan kucing selama 5 menit dengan air mendidih.
Sekresi nasofaring
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Melalui saluran pernafasan
Melalui plasenta, dari ibu ke janin
Abortus spontan Sindroma rubella kongenital Secara spesifik, infeksi pada trimester I berdampak terjadinya sindroma rubella kongenital sebesar 25% ( 50% resiko terjadi pada 4 minggu pertama ), resiko sindroma rubella kongenital turun menjadi 1% bila infeksi terjadi pada trimester II dan III.
Intra Uterin growth retardation simetrik Gangguan Pendengaran Kelainan jantung : PDA (Patent Ductus Arteriosus) dan hiplasia arteri pulmonalis. Gangguan mata Katarak Retinopati Mikroptalmia Hepatosplenomegali Gangguan sistem saraf pusat Mikrosepalus Kalsifikasi Otak Retardasi Psikomotor Hepatitis Trombositopenik purpura
Biasanya terjadi demam ringan, sakit kepala, rasa lelah dan perasaan tidak karuan, sakit tenggorokan, batuk 30-50% tidak bergejala Ruam akan timbul sekitar 16-18 hari setelah terpapar Pada orang dewasa kadang2 disertai sakit pada persendian
Pemeriksaan Serologi :
IgM akan cepat memberi respon setelah keluar ruam dan kemudian akan menurun dan menghilang dalam waktu 4 – 8 minggu.
IgG juga akan memberikan respon setelah keluar ruam dan tetap tinggi selama hidup.
Diagnosa ditegakan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari hemagglutination-inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali selang waktu 2 minggu atau setelah adanya IgM.
Diagnosis Rubella juga dapat ditegakan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut.
Ditemukan IgM dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus
Vaksinasi Bayi pada usia 1 tahun Anak remaja usia 11-12 tahun Wanita usia subur yang seronegatif - sebelum hamil (jika mungkin) - setelah melahirkan Para pekerja „Healthcare‟
TERAPI
Tidak ada pengobatan khusus untuk Rubella, namun, manajemen dalam menangani gejala untuk mengurangi ketidaknyamanan. Perawatan bayi baru lahir difokuskan pada pengelolaan komplikasi.
Saliva Urin Sekresi Serviks atau vagina Sperma ASI Darah atau organ donor yang terinfeksi Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Respiratory droplets Kontak dengan sumber infeksi (saliva, urin, sekresi serviks dan vagina, sperma, ASI, airmata) Transfusi dan transplantasi organ Secara vertikal dari ibu ke janin : Prenatal (plasenta) Perinatal (pada saat kelahiran) Postnatal (ASI, kontak langsung)
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan tubuh lain.
Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 – 6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1 – 2 tahun kemudian. IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup.
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah:
Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi yang tepat.
Angka negatif palsu yang mencapai 20%.
Adanya
IgG
tidak
menyingkirkan
kemungkinan
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5 – 2.5 % bayi lahir hidup.
Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa infeksi terhadap janin dan infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang asimptomatik.
Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan dengan angka sebesar 40 – 50%.
10 – 20% neonatus yang terinfeksi memperlihatkan gejala-gejala:
Hidrop non imune
PJT simetrik
Korioretinitis
Mikrosepali
Kalsifikasi serebral
Hepatosplenomegali
Hidrosepalus
80 – 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat menunjukkan gejala :
Retardasi mental
Gangguan visual
Gangguan perkembangan psikomotor
TERAPI Saat ini belum ada terapi yang efektif. Penapisan serologis tidak dianjurkan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (2000) : 1. Sekuele infeksi primer belum dapat diperkirakan secara akurat 2. Belum tersedia vaksin 3. Sebanyak 1 sampai 2 persen bayi mengekresi sitomegalovirus, dan upaya-upaya untuk mengidentifikasi dan mngisolasi mereka mahal dan tidak praktis (Demmler, 1991;Hagay dkk.,1996)
Saliva
Cairan vesikel
Ibu yang terinfeksi pada saat hamil
Kontak dengan lesi Kontak tidak langsung Secara vertikal dari ibu ke janin Prenatal (plasenta jarang 1 : 200.000 kehamilan) Perinatal Postnatal
Infeksi Primer
Merupakan paparan pertama kali terhadap HSV 1 atau 2 yang dapat menyebabkan lesi vulva dan disuria namun kadang - kadang juga tanpa gejala. Seringkali di diagnosa sebagai infeksi traktus urinarius atau candidiasis.
Pada pemeriksaan ditemukan ulkus multiple yang disertai rasa nyeri hebat. Kadang disertai dengan pembesaran kelenjar inguinal
Infeksi non-primer, episode pertama herpes genitalis Terjadi pada penderita dengan riwayat lesi oro-labial HSV-1 yang kemudian mendapatkan infeksi genital-HSV 2. Terdapat perlindungan silang dari infeksi oro-labial sehingga gejala yang ditimbulkan oleh HSV 2 lebih ringan dibandingkan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi HSV 1. Infeksi non primer ini biasanya lebih asimptomatik dibandingkan infeksi primer. Herpes Rekuren Episode ulangan dapat asimptomatik (subklinis). Gejala yang timbul biasanya ebih ringan dibandingkan infeksi pertama. Seringkali didahului oleh rasa gatal, pedih di area yang akan timbul erupsi Pada pemeriksaan dijumpai satu atau dua ulcus yang meliputi area kecil 90% penderita infeksi HSV 2 dan 60% pada infeksi HSV 1 akan mengalami kekambuhan dalam tahun pertama. Rata rata kekambuhan 2 kali pertahun , namun beberapa penderita memperlihatkan gejala ulangan yang lebih sering
Kultur jaringan Pemeriksaan serologi IgM dan IgG (HSV-1 dan HSV-2)
TERAPI Herpes primer dan episode infeksi pertama kali Obat antivirus untuk menurunkan berat dan lamanya gejala. Obat ini tidak dapat mencegah latensi sehingga tidak dapat mencegah serangan ulang.
Regimen – Acyclovir 200 mg 3 x 1 selama 5 hari (untuk ibu hamil dan menyusui) – Famcyclovir 250 mg 2 x 1 selama 5 hari – Valciclovir 500 mg 2 x 1 selama 5 hari.
Analgesik
Herpes genital rekuren
Rekurensi bersifat “self limiting” dengan terapi suportif.
Rekurensi dapat diringankan dengan obat antiviral sedini mungkin saat erupsi belum muncul.
Dosis – Acyclovir 200 mg 5 x 1 selama 5 hari – Famcyclovir 125 2 x 1 selama 5 hari – Valciclovir 500 mg 1 x 1 selama 5 hari.