BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Reseksi usus bisa berlanjut dengan suatu tindakan pembuatan stoma tergantung pada panjang dan segmen usus yang dibuang. Kantong stoma dibuat sebaik mungkin sehingga pasien merasa hidup seperti keadaan normal. Kegagalan dalam menggunakan kantong stoma dapat mengganggu kesehatan dan stoma pasien. Beberapa masalah dikulit bisa timbul akibat penggunaan kantong stoma dan bahan perekatnya. Problemnya dari mulai gangguan fungsi usus sampai gangguan pada kulit akibat kantong stoma. Pasien yang telah menjalani pembuatan stoma akan dapat beradaptasi dengan keadaannya dan dapat
menerimanya
melalui
rehabilitasi
dan
dapat
kembali
kelingkungannya. Latar belakang kultural memainkan peranan penting dalam kehidupan pasien meliputi kepercayaan personal atau agama, persepsi, kebiasaan, dan sikap mereka terhadap penyakitnya. Beberapa problem yang sering dihadapai pada perawatan stoma antara lain berupa retraksi stoma, luka dikulit, hernia peristoma, prolaps dan stenosis. Kelainan pada kulit dapat berupa ekskoriasi kulit, gatal, nyeri, dan infeksi. Lokasi dari stoma menentukan jenis isi dan cairan usus yang keluar dari stoma. Cairan gaster, biliari, pankreas atau usus halus mengeluarkan jus yang bersifat korosif. Sedangkan kolon kurang menimbulkan masalah dan kurang merusak. Saat ini banyak bahan yang dapat digunakan untuk melindungi kulit dan memberikan kwalitas hidup yang lebih baik pada pasien. Pada tahun 2000 CC Lyon dkk menggunakan sukralfat pada perawatan kulit peristomal. Pada tahun 2002 di “Plastic surgery Center, Xijing Hospital, Fourth Military, Medical University, China melakukan studi pada hewan dengan menggunakan sukralfat untuk melihat penebalan serabut kolagen, densitas
1
fibroblast dan peningkatan kapiler. S.Mantoo dan VK Raina dari Departemen Bedah,”Medical College” Jabalpur India yang dipublikasikan 1 Mei 2005 menggunakan sukralfat pada perawatan ekskoriasi peristomal dan perineal dan ekskoriasi disekitar fistula gastrointestinal. Pasien yang mendapat terapi dengan sukralfat topical mengalami respon yang baik terhadap iritasi yang terjadi dan lebih dari 90 % mengalami complete healing. Sukralfat dibandingkan dengan bahan lain seperti alumunium paint and siloderm ointment memiliki efek terapi yang lebih baik. Sukralfat juga memiliki sifat non toxic dan non alergi walaupun digunakan dalam waktu yang cukup lama serta complete re-epitelisasi lebih dari 90 %. Selain itu sukralfat juga memiliki harga yang cukup murah dan mudah di dapat. 1.2
Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah suralfat bermanfaat dalam mengatasi iritasi kulit peristoma? 1.3
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui manfaat klinis sukralfat dalam perawatan stoma . 1.4
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat ilmiah : Mengetahui manfaat klinis sukralfat dalam mengatasi iritasi kulit peristoma.
2.
Manfaat praktis : sukralfat sebagai obat lambung yang dapat digunakan untuk mengatasi iritasi kulit peristoma yang harganya murah, aman dan mudah didapatkan.
1.5
Kontribusi Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan calon Ahli bedah tentang sukralfat sebagai obat lambung yang dapat digunakan untuk mengatasi iritasi kulit peristoma yang harganya murah, aman dan mudah didapatkan.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Definisi
Sucralfate merupakan bahan yang telah lama digunakan dalam pengobatan kelainan dilambung. Efektif dalam penyembuhan ulkus duodeni, tapi semakin jarang digunakan setelah adanya obat-obatan yang lebih efektif (seperti proton pump inhibitors) yang telah berkembang penggunaannya. Diketahui bahwa sukralfat mempunyai efek secara local yang lebih baik, dari pada aksi sistemik. Secara kimiawi sucralfate merupakan gabungan dari gula disakarida, sukrosa, dikombinasi dengan sulfat dan aluminium. Pada larutan asam (seperti asam lambung) sukralfat membentuk suatu “thick paste” yang mempunyai suatu “strong negative charge”. 2.2
Mekanisme Kerja Sukralfat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerjanya. Sucralfate, with its strong negative charge, binds to exposed positively-charged proteins at the base of ulcers. Dengan cara ini, sukralfat melapisi ulkus dan membentuk suatu “physical barrier” yang melindungi permukaan ulkus dari injuri lebih lanjut oleh asam dan pepsin. Sukralfat secara langsung menginhibisi pepsin (suatu enzim yang merusak protein) bersamaan dengan asam lambung dan ikatan garam empedu yang berasal dari melalui empedu juga melindungi dinding lambung dari injuri yang disebabkan oleh asam empedu. Sukralfat dapat meningkatkan produksi prostaglandin dan prostaglandin diketahui melindungi lapisan lambung dan dapat juga mengikat “epithelial growth factor” dan “fibroblast growth factor”, keduanya mempertinggi mekanisme perbaikan dan pertumbuhan dari dinding lambung . Ileostomi suatu tindakan membuka ileum yang umumnya dilakukan
paling tidak 20 cm dari “ileocaecal junction”..Usus halus dilekatkan pada dinding abdomen dengan maksud untuk mem-by pass usus besar, sisa hasil percernaan keluar dari tubuh melalui lubang yang disebut stoma. Ileostomy merupakan pembukaan secara temporer atau permanent antara ileum dan 3
dinding abdomen. Temporer ileostomy direkomendasikan untuk pasien yang menjalani operasi pengambilan 1 segmen dari saluran cerna. Sehingga dapat memberikan waktu sementara bagi usus untuk sembuh tanpa stress dari system pencernaan. Ileostomi sering diletakkan di fossa iliaka kanan. Feses yang keluar dikenal dengan “effluent” yang sangat lembut dan encer dan memerlukan perawatan yang harus di kosongkan sampai 6 kali sehari.\ Sering pada pasien yang menjalani pengangkatan kolon total, pasien bisa mengalami masalah penyerapan cairan dan dehidrasi pada mingguminggu awal setelah operasi. Keluarnya cairan dari ileostomi setelah pembedahan dapat mencapai 1500 cc perhari yang mengandung sejumlah besar garam. Pengeluaran cairan secara bertahap akan berkurang hingga 600 – 800 cc perhari. Colostomy adalah suatu tindakan membuka dan mengeluarkan bagian
dari Colon baik colon Asenden,Tranversum, Desendens maupun Colon Sigmoid. Colostomy dapat bersifat sementara ataupun permanent. Trauma colon dan kelainan Congenital merupakan salah satu colostomy sementara. Dan operasi dari tumor Rektum sering menjadi indikasi colostomy permanent. Pada stoma masalah kulit merupakan komplikasi yang sering dijumpai. Pada pasien-pasien dengan operasi pembuatan stoma baik elektif maupun emergensi kulitnya selalu sehat. Beberapa hari pasca operasi atau beberapa waktu setelah dirumah sejumlah pasien mengeluhkan masalah dikulit. Kadang pasien mengalami dermatitis alergi yang bisa sebagai akibat hipersensitif terhadap bahan plastik dan perekat kantong stoma ataupun oleh karena iritasi langsung. Perubahan pada kulit berhubungan dengan usia, stres dan penyakitnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit.
4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan Rancangan Penelitian Experimental Pre dan Post pemberian Sukralfat. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sub.bagian Bedah Digestive Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan Rumah sakit jejaring. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret 2008 – Juni 2008 3.3. Objek Penelitian 3.3.1. Sampel
Semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian selama periode Maret 2008 – Juni 2008. 3.3.2. Kriteria Inklusi
Pasien pada sub bagian bedah digestive yang menjalani operasi dengan pembuatan stoma di dinding perut yang disertai iritasi kulit peristoma. 3.3.3. Kriteria Eksklusi
1.
Pasien-pasien dengan penyakit penyerta
seperti
Diabetes
Mellitus dan Tuberkulosis. 2.
Pasien - pasien yang mendapat terapi kortikosteroid
3.
Pasien - pasien yang sedang menjalani Kemoterapi
4.
Pyoderma ganggrenosu
3.4. Cara Kerja
Semua subjek peneltian dicatat identitasnya dan dilakukan pencatatan iritasi kulit peristoma yang terjadi serta diukur diameter luas hiperemis dalam cm, dan nyeri. Pada daerah yang mengalami komplikasi diberikan sukralfat sirup setiap 6 jam (4 kali sehari) dan diikuti perubahan yang terjadi selama 7 hari pemberian. 5
Cara pemberian sukralfat yaitu : daerah peristoma yang mengalami
iritasi dibersihkan dari sisa effluen atau feses dengan mempergunakan NacCl 0,9% sampai bersih. Kemudian seluruh daerah yang mengalami iritasi diolesi sukralfat sirup dengan mempergunakan cotton bath. Sebelum dimasukkan dalam penelitian, subjek yang bersedia dimintakan izin kepada orang tua/wali, setelah diberitahukan maksud, tujuan dan cara-cara penelitian dengan jelas. Orang tua atau wali diminta menandatangani formulir izin. 3.5. Batasan Operasional Bahan : Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukralfat sirup. Defenisi operasional : Yang dimaksud dengan iritasi peristoma adalah
komplikasi pada temuan pasca pembuatan stoma, dimana dinyatakan dengan adanya simptom dan temuan sebagai berikut : 1.
Adanya hiperemis (warna kemerahan) dikulit disekitar stoma (dalam mm)
2.
Adanya rasa nyeri dikulit sekitar stoma (VAS)
Jeni s Stoma :
Stoma yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua periostoma baik dari usus halus (ileostomy dan jejenostomy) dan colostomy. 3.6. Alur Penelitian
Pasien yang telah menjalani operasi pembuatan stoma usus
Dilakukan pemeriksaan iritasi kulit peristoma
Doleskan sukralfat bentuk sirup sebanyak 4 x/hari diatas daerah peristoma yang terkena komplikasi
6
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari awal April 2008 sampai akhir Juni 2008 dan terkumpul 13 sampel ,dimana diberikan sukralfat syrup pada daerah yang mengalami iritasi. Dari sampel yang ada, dilakukan pengamatan dan pencatatan terhadap perubahan rasa nyeri dan luas hiperemis yang terjadi dari hari ke hari. 4.1.1
Demografi dan Diagnosa Klinis objek Penelitian
Data demografi dan diagnosa klinis dari objek penelitian terlihat pada tabel di bawah ini : Laki-laki
Perempuan
Total
10
3
13
29,9 ± 18,08
29 ± 13,75
29,7 ± 16,64
a. Colitis
1
-
1
b. Perforasi caecum
1
1
2
c. Adeno Ca. Colon
2
1
3
d. Protektive Ileostomy
1
-
1
e. Hernia Inguinalis Lateralis Starngulata
2
-
2
f. Typhoid Perforasi
1
-
1
g. Ileum Tumor
1
-
1
h. Enterocutaneus Fistel
1
-
1
i. Ileus Obstuksi
-
1
1
Jumlah Rata-rata Usia Diagnose Klinis
Pada tabel diatas rentang umur pasien antara 10 tahun sampai 73 tahun dengan usia rata-rata 29,7 dengan Standard Deviasi 16,64. Pada Laki laki di dapati rata-rata usia 29,9 dengan standart deviasi 18,08 dan perempuan didapati usia rata-rata 29,7 dengan standart deviasi 13,75.
7
Pasien dengan Adeno Ca Colon sebanyak 3 orang (2 lakilaki, 1 perempuan), perforasi caecum 2 orang (1 laki-laki,1 perempuan), Hernia Inguinalis Lateralis. Strangulata 2 orang (lakilaki), Colitis 1 orang laki-laki, Protective Ileostomy 1 orang, Thypoid Perforasi 1 orang laki-laki, ileum Tumor 1 orang laki-laki, Enterocutaneus fistel 1orang laki-laki, ileus Obstruksi 1 orang perempuan. 4.1.2
Perbedaan Rata-rata Skor Nyeri dan Diameter Hiperemis
Variabel yang dinilai dan dicatat pada penelitian ini adalah efek iritasi yang terjadi pada peristoma yaitu rasa nyeri dan hiperemis. Dimana rasa nyeri dinilai dengan mempergunakan Visual Analog Score (VAS) dan pengukuran hiperemis yang terdapat pada peristoma dengan satuan milimeter (mm). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Perbedaan rata-rata skor nyeri dan diameter Hiperemis berdasarkan pasien pertama datang dan pemberian sukralfat topikal dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-7 : Variabel
Nyeri (a)
Hiperemis (b)
Hari 0
6,15 ± 0,55
43,38 ± 7,47
Hari 1
6,15 ± 0,55
43,38 ± 7,47
Hari 2
6,15 ± 0,55
41,15 ± 7,45
Hari 3
5,84 ± 0,55
39,31 ± 7,86
Hari 4
4,3 ± 0,75
36,85 ± 8,75
Hari 5
4 ± 0
34,08 ± 8,82
Hari 6
4 ± 0
30,92 ± 7,92
Hari 7
4 ± 0
26,64 ± 6,74
P
0,0001*
0,0001*
(a) Uji Kruskal Wallis (b) Uji ANOVA * Signifikans
8
Pada tabel diatas diperoleh hasil Uji Kruskal Wallis dan ANOVA adalah Signifikan. (P < 0,05). Yang artinya ada
perubahan rata-rata score nyeri dan diameter hiperemis yang bermakna sebelum dan sesudah pemberian topikal sukralfat pada periostoma yang mengalami iritasi. 4.1.3
Korelasi antara Hari ke-0 Sampai Hari ke-7 Setelah Pemberian Topikal
Sukralfat
terhadap
Rasa
Nyeri
dan
Diameter
Hiperemis.
Untuk melihat perbedaan rata-rata yang manasajakah yang mengalami perbedaan yang bermakna dari hari ke hari baik nyeri maupun ukuran diameter hiperemis kulit di sekitar periostoma, dilakukan dengan Uji Komperasi Berganda, LSD seperti yang terlihat dari tabel di bawah ini: Kelompok Pengamatan H0 - H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H1 - H2 H3 H4 H5 H6 H7 H2 – H3 H4 H5 H6 H7 H3 – H4 H5 H6
Signifikansi Skor Nyeri NS NS NS S S S S NS NS S S S S NS S S S S S S S
Signifikansi Skor Hiperemis NS NS NS S S S S NS NS S S S S NS NS S S S NS NS S
9
H7
S
S
H4 – H5 H6 H7
NS NS NS
NS NS S
H5 – H6 H7
NS NS
NS S
H6 - H7
NS
NS
NS : Non Signficans S : Significans
Dari tabel diatas dengan Uji Komperasi Ganda (LSD ) terlihat korelasi antara hari ke-0 sampai hari ke-7 setelah pemberian sukralfat topikal. Dari hari ke-0 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi terhadap rasa nyeri telah terlihat pada Hari ke-4. Pada hari ke-1 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terihat pada Hari ke-3. Pada hari ke-2 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat pada hari ke-4. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat pada hari ke-3. Pada hari ke-4 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikans dari rasa nyeri. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikan. Pada hari ke-6 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikansi. Dari hari ke-0 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi terhadap diameter Hiperemis telah terlihat pada Hari ke-4. Pada hari ke-1
sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terihat pada Hari ke-4. Pada hari ke-2 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat pada hari ke-5. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat pada hari ke-6. Pada hari ke-4 sampai hari ke-7 terlihat perubahan yang signifikans dari diameter hiperemis pada hari 7. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 terlihat perubahan yang signifikan pada hari ke-7. Pada hari ke-6 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikansi.
10
7 VAS
6 5 4 3 2 1
Hr 0
Hr 1
Hr 2
Hr 3
Hr 4
Hr 5
Hr 6
Hr 7
Perubahan intensitas nyeri (VAS) menurut waktu sebelum dan sesudah pemberian topikal Sukralfat pada peristoma . Pada gambar diatas perubahan intensitas rasa nyeri yang bermakna,berukuran (P< 0,05) pada tiap pasien yang telah dimulai pada hari ke -3 dan di hari selanjutnya mengalami penurunan rasa nyeri samai hari ke-5. Pemberian Sukralfat secara Topikal memberikan perbaikkan rasa nyeri yang bermagna pada ke13 kasus yang ada. 50
mm
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Hr 0
Hr 1
Hr 2
Hr 3
Hr 4
Hr 5
Hr 6
Hr 7 11
Gambar Perubahan ukuran hiperemis menurut waktu sebelum dan sesudah
pemberian topikal Sukralfat pada peristoma. Pada gambar diatas. Penurunan ukuran hiperemis yang bermakna berukuran (P < 0,05) pada setiap pasien dimulai pada hari ke -4 sampai hari ke-6 pasca pemberian pengobatan. Pemberian Sukralfat secara Topikal memberikan penurunan diameter hiperemis yang bermagna pada ke-13 kasus yang ada. 4.2. Pembahasan
Dari data yang diperoleh didapatkan 9 macam penyakit penyebab dilakukannya tindakan stoma pada usus halus seperti dibawah ini : 1.
Colitis
:1
2.
Perforasi caecum
:2
3.
Adeno Ca colon
:3
4.
Protective Ileostomy
:1
5.
Hernia Inguinalis Lateralis strangulate
:2
6.
Typhoid perforasi
:1
7.
Ileum Tumor
:1
8.
Enterocutaneus Fistel Post Appendectomy : 1
9.
Ileus Obstructive d/t adhesion
:1
Dari data diatas, tindakan ileostomy yang paling banyak dilakukan adalah yang disebabkan oleh Adeno karsinoma kolon dan Hernia inguinalis Lateralis strangulate dan perforasi caecum. Keadaan yang menyebabkan dilakukannya pembuatan stoma usus halus oleh karena Hernia Strangulata dijumpai kondisi usus yang oedem, tidak viable, dan kontaminasi abdomen yang hebat (peritonitis). Diharapkan dengan melakukan ileostomy akan memberi kesempatan intestine dan cavum abdomen menjadi lebih baik. Dan akan akan dilakukan anastomose kemudian setelah kondisi pasien lebih baik. Perforasi caecum didasarkan pada keadaan umum penderita seperti
adanya kondisi shock, dan keadaan lokal seperti kontaminasi abdomen yang sangat hebat, trauma usus yang berat, Pada caecum yang disertai kondisi umum penderita yang kurang baik serta kontaminasi usus yang hebat sangat
12
berbahaya untuk melakukan anastomose. Pada adenokarsinoma kolon umumnya disebabkan oleh karena sudah terjadinya perforasi pada kolon dan adanya kontaminasi cavum abdomen oleh isi intestine. Demam Typoid adalah demam yang disebabkan oleh salmonella
thypii, yang disebabkan penyebaran organisme dari jaringan limfe ke saluran darah dan di tandai dengan demam yang terus menerus,rush, splenomegali, limfadenopati, leukopeni dan komplikasi yang lainnya. Demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan yang berat yang berkembang
di
seluruh
bagian
bumi,
dengan
perkiraan
insidens
540/100.000. salah satu penyebab kematian yang paling banyak dari thypoid fever adalah perforasi intestinal. Ada beberapa macam penanganan pada perforasi typoid : 1.
Penutupan primer dari perforasi, apakah satu lapisan atau beberapa lapis.
2.
Reseksi anastomosis
3.
End Ileostomy dan mukosa fistula (dengan atau tanpa reseksi)
4.
Tube Ileostomy. Hasil observasi menunjukkan bahwa ileostomy adalah pilihan yang lebih baik dari pada penutupan primer. Keadaan umum penderita seperti adanya kondisi shock, dan kontaminasi abdomen yang hebat, trauma usus yang berat, Pada perforasi thypoid yang disertai kondisi umum penderita yang kurang baik serta kontaminasi usus yang hebat sangat berbahaya untuk melakukan anastomose dan juga ditambah keadaan perforasi yang sudah berlangsung beberapa hari Enterokutaneus fistel adalah adanya hubungan antara saluran
cerna dengankulit, Baik antara small intestine dengan kulit maupun large intestine dengan kulit. Etiology kebanyakkan oleh karena post operative dengan infeksi rongga perut, cancer ataupun lisis dari anastomose intestine dan radiasi, Pada kasus di atas terjadi spontan enterokutaneus fistel pada kasus post appendectomi patofisiologi dapat terjadi oleh karena adanya microperforasi yang menyebabkan adanya 13
koleksi abses yang selanjutnya menjadi fistula. Penutupan spontan dari fistula dapat terjadi pada low out put selama ± 8 minggu, Dimana asupan makanan dan elektrolit seimbang. Pada pasien dengan high out put akan sulit diharapkan untuk menutup spontan, Pada kasus pasien yang diteliti ini di dapati kondisi usus yang tidak ideal untuk dilakukan anastomose dimana terdapat usus yang oedem dan cavum abdomem yang terkontaminasi dari cairan fistula. Colitis adalah suatu keadaan medis yang penanganannya
ditangani dengan pembuangan usus besar. Colitis Ulceratif muncul ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel disepanjang usus besar, yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Pasien dengan colitis ulcerative sering dengan keluhan sakit, gerakkan usus yang cepat, kotoran berdarah dan hilang selera makan. Penanganannya adalah ileostomy terhadap pasien yang tidak respon terhadap terapi medis ataupun diet. Dimana terjadi peradangan pada usus besar, Pada kasus yang didapati telah terdapat perforasi dari colon sehingga membuat kondisi intestine mengalami oedem. Dalam kondisi seperti ini tidak ideal untuk dilakukan anastomose, Maka dilakukan tindakan ileostomy sementara menunggu perbaikkan kondisi umum pasien. Sedang pada Ileus Obstructive dan hernia Strangulata dilakukan pembuatan stoma karena bagian usus yang terjepit tidak viabel lagi dan kondisi umum penderita yang tidak cukup stabil sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan anastomose.
14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Sukralfat mempunyai manfaat klinis dalam mengatasi rasa nyeri
peristoma usus halus. 2.
Pengurangan rasa nyeri (VAS ) mulai bermakna ( P < 0,05 ) setelah hari ke-3
.
3.
Pengobatan sampai hari ke-5 pengobatan.
4.
Sukralfat mempunyai manfaat klinis dalam mengatasi hiperemis peristoma usus halus.
5.
Pengurangan hiperemis (m) mulai bermakna ( P < 0,05) setelah hari ke -4 pengobatan samapai hari ke-6 pengobatan.
5.2. Saran
1.
Diharapkan kedepan dilakukan penelitian dengan kasus yang lebih banyak dan follow up yang lebih komplit.
2.
Diharapkan penelitian ini dilanjutkan dengan membandingkan manfaat klinis sukralfat dengan kontrol dalam perawatan iritasi peristoma.
15