PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF DENGAN PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA PUSKESMAS CAKRANEGARA 1
2,
3
Rias Pratiwi Safitri , H arlina arlina Putri Rusiana Baiq Nurainun Apriani Idris 1,2,3) STIKES YARSI Mataram 1)
[email protected]
ABSTRAK
Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang, seseorang, ditunjukkan ditunjukkan dengan kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 2003). Pola tidur harian yang berubah merupakan perubahan paling terlihat pada usia lanjut, terdapat 30% kelompok usia tujuh puluh tahun yang banyak terbangun di waktu malam hari (Bandiyah, 2009). Kondisi lain yang menyebabkan kualitas tidurnya menurun yaitu merasakan nyeri persendian dan mimpi buruk sehingga merasa kurang segar saat bangun dipagi hari. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh relaksasi progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia wilayah kerja puskesmas cakranegara. Disain penelitian yang digunakan yaitu quasi experiment experiment dengan pendekatan pendekatan experiment-control experiment-control group design. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner kualitas tidur adopsi dari Fitrisyia & Ismayadi (2012). Analisa data dengan Paired Sample T-Test yang diolah menggunakan SPSS For Windows 20. Menggunakan purpose sampling sehingga di dapatkan 18 responde yang sesuai criteria inklusi dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji statistik paired sample t-test, jika nilai P-Value > 0.05 maka Ho diterima (signifikan) (signifikan) df= 4.076 dengan dengan derajat derajat bebas 5 % sehingga sehingga t table = 2.312, 2.312, jika t hitung hitung < t table maka Ho di terima. terima. pada kelompok kelompok eksperimen memiliki P-value = 0.159 dan t hitung = -1.554 (signifikan). Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki PValue = 0.526 dengan t hitung = 0.663 (signifikan) (signifikan) sehingga H1 diterima. diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian relaksasi progressive progressive terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia. Disarankan puskesmas cakranegara melakukan pendataan lansia lebih rutin terutama saat posyandu lansia, lansia, meningkat meningkatkan kan keberfung keberfungsian sian caregive caregiverr dan bisa melakuk melakukan an relaksas relaksasii progresi progresiff yang dikombina dikombinasika sikan n dengan dengan senam lansia secara rutin sehingga kualitas hidup meningkat. Kata kun ci: r elaksas laksasi progress progressive, kual itas ti dur, l ansa ansa
A. LATAR LATAR BEL BELAKAN AKANG G
Lans Lansia ia merup merupak akan an perio periode de penu penutu tup p bagi bagi rent rentan ang g kehidupan kehidupan seseorang, seseorang, ditunjukkan ditunjukkan dengan dengan kemunduran kemunduran fisik
segar segar setelah setelah bangun bangun di pagi pagi hari, hari, mengan mengantuk tuk di siang siang hari namun ada 3 lansia yang mengeluh tidak terbiasa tidur disiang hari (OW, November 2014).
dan psikologis psikologis secara bertahap bertahap (Hurlock, (Hurlock, 2003). Peningkatan Peningkatan
Pola tidur harian yang berubah merupakan perubahan perubahan
jumlah lansia akibat peningkatan usia harapan hidup tentunya
paling terlihat pada usia lanjut, terdapat 30% kelompok usia
akan akan menimbu menimbulka lkan n bebera beberapa pa masalah masalah di bidang bidang keseha kesehatan tan,,
tujuh puluh tahun yang banyak terbangun di waktu malam hari
salah satunya adalah gangguan tidur. Proses degenerasi degenerasi pada
(Bandiy (Bandiyah, ah, 2009). 2009). Kondisi Kondisi lain lain yang yang menyeba menyebabka bkan n kualita kualitass
lansia lansia mengak mengakibatk ibatkan an kuantit kuantitas as tidur tidur lansia lansia akan akan semaki semakin n
tidurnya menurun yaitu merasakan nyeri persendian dan mimpi
berkurang sehingga tidak tercapai kualitas tidur yang adekuat
buruk sehingga s ehingga merasa kurang segar se gar saat bangun dipagi hari.
(Nugroho, 2008).
Terapi non farmakologis yang termurah sampai saat ini,
Hasil survei awal terhadap 10 lansia di Wilayah kerja
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti, tidak ada
Puskesmas Puskesmas Cakranegara Cakranegara ditemukan bahwa lansia mengatakan mengatakan
efek efek samping, samping, mudah mudah untuk untuk dilakuk dilakukan an adalah adalah relaksa relaksasi si otot
mengeluh susah tidur di malam hari, mulai tidur antara jam 8
progresif . Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik
sampai sampai jam 8.30. 8.30. Lansia Lansia mengata mengatakan kan sering sering terbang terbangun un pada pada
untuk mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel
malam malam hari hari seki sekitar tar jam jam 3 pagi pagi untuk untuk ke kama kamarr mand mandii dan dan
dan sistematis dalam menegangkan sekelompok otot kemudian
setelah itu sulit untuk tertidur lagi. Kondisi lain yang dialami
meri merile leks kska kann nny ya
lansia lansia sehi sehing ngga ga terba terbang ngun un pada pada mala malam m hari hari dika dikare rena naka kan n
diperkenalkan oleh Edmund Jacobson pada tahun 1938 (Conrad
merasakan merasakan nyeri, tebangun tebangun karena karena mimpi dan alasan yang tidak
dan Roth, 2007). Selain untuk memfasilitasi memfasilitasi tidur, relaksasi relaksasi otot
jelas. Keluhan lain yang dialami lansia adalah merasa kurang
progresif
juga
kemb kembal alii
(Mar (Mark ks,
bermanfaat
untuk
2011 2011). ).
Rela Relaks ksas asii
ansietas,
ini ini
mengurangi
kelelahan, kram otot serta nyeri leher dan punggung (Berstein,
apkan terapi relaksasi nafas dalam pada lansia yang menderita
Borkovec, dan Steven, 2000).
gangguan tidur
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
D. HASIL
relaksasi progresif terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia wilayah kerja puskesmas cakranegara. Disain penelitian
pengaruh relaksasi progresif yang diberikan pada kedua kelompok tersebut.
yang digunakan yaitu quasi experiment dengan pendekatan
a.
experiment-control group design. Alat ukur yang digunakan
Kelompok Kontrol
Tabel 5.2 Hasil ukur pada kelompok kontrol
adalah kuesioner kualitas tidur adopsi dari Fitrisyia & Ismayadi
Kelompok
(2012). Analisa data dengan Paired Sample T-Test yang diolah
Kontrol
menggunakan SPSS For Windows 20. Menggunakan purpose
Pretest
sampling sehingga di dapatkan 18 responde yang sesuai criteria inklusi
dibagi
menjadi
dua
kelompok
yaitu
N
Posttest
Std.
Mean
Correla
Deviasi
tion
(df)
(r)
9
4.055
19.22
9
3.528
18.22
0.293
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Dapat diketahui ada perbedaan nilai pretest dengan nilai
B. RUMUSAN MASALAH
postest pada kelompok kontrol dengan nilai df pretest lebih
Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah
besar dibanding df posttest (4.055>3.528), hal ini menunjukkan
penelitian yaitu “Adakah Pengaruh relaksasi progresif terhadap
adanya penurunan kualitas tidur pada Kelompok kontrol yang
peningkatan kualitas tidur pada lansia wilayah kerja puskesmas
tidak diberi perlakuan (intervensi). Jika nilai r > 0.05 maka ada
cakranegara?”
hubungan signifikan antara satu variable dengan variable lain,
C. METODE
pada kelompok kontrol memiliki nilai r 0.293 > 0.05
Penelitian ini ingin menggunakan hubungan sebab
(signifikan), menunjukkan tanpa diberikan relaksasi progresif
akibat dari perlakuan yang diberikan kepada responden. Sebelum
mempengaruhi kualitas tidur lansia, dengan terjadi penurunan
diberi perlakuan tertentu dilakukan pengukuran pra – test,
kualitas tidur sebelum pretest dan sesudah posttest .
kemudian setelah perlakuan pengukuran lagi
( post-test ) untuk
b.
mengetahui akibat dari perlakuan (Nursalam, 2005). Adapun pre-
Kelompok Eksperimen
Tabel 5.3 Hasil ukur pada kelompok eksperimen
testnya berupa pengukuran gangguan tidur sebelum diberikan
Kelompok
teknik relaksasi nafas dalam sedangkan post-testnya berupa
Eksperimen
N
Std.
Mean
Deviasi
Correlation (r)
(df)
pengukuran gangguan tidur sesudah diberikan teknik relaksasi Pretest
nafas dalam pada lansia. Adapun design penelitian dapat
Posttest
9
3.354
15.33
9
4.246
17.44
0.445
digambarkan sebagai berikut: O1
Dapat diketahui ada perbedaan nilai pretest dengan nilai
O2
postest pada kelompok eksperimen dengan nilai df pretest lebih
p
Gambar 4.1 Rancangan penelitian
besar dibanding df posttest (3.354<4.246), hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas tidur pada kelompok eksperimen
Keterangan :
yang diberi perlakuan (intervensi). Jika nilai r > 0.05 maka ada
O1
: Pre test
hubungan signifikan antara satu variable dengan variable lain,
P
: Pemberian Tekni k relaksasi napas dal am
pada kelompok kontrol memiliki nilai r 0.445 > 0.05
O2
: Post test
(signifikan), menunjukkan dengan diberikan relaksasi progresif
Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Tekanan Darah (TD)
Mean
Eksperimen Kontrol
14.444 13.889
(df)
peneli
mempengaruhi kualitas tidur lansia, dengan terjadi peningkatan kualitas tidur sebelum pretest dan sesudah posttest .
ti 33.208 26.069
mener
c.
Analisis Tambahan
E. PEMBAHASAN
Relaksasi progressive efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia, selain itu member efek secara fisik dengan stabilnya tekanan darah lansia setelah diberikan relaksasi Hasil penelitian tersebut dengan data tambahan yang
progressive. Masalah yang dialami oleh responden yaitu
diperoleh peneliti dengan mengukur tekanan darah responden
kualitas tidur mereka menurun karena ada perubahan aktifitas
sebelum pretest dan setelah posttest baik pada kelompok
(tidak bekerja), kondisi tubuh dan panca indra yang menurun,
eksperimen maupun kelompok kontrol. Setelah dianalisis
ada penyakit bawaan, dan pola makan yang kurang teratur.
ternyata tekanan darah lansia menjadi lebih stabil setelah
Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya fungsi gerak otot
kualitas tidurnya lebih baik sehingga efektivitas dari relaksasi
lansia sehingga berpengaruh pada kondisi fisik, tekanan darah
progressive baik untuk meningkatkan kualitas tidur lansia.
maupun pola tidurnya yang menyebabkan mereka sering mengalami insomnia. Menurut Friedman (dalam Benson, 2000)
5.1.1
Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol
kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan
Tabel 5.4 Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol Kelompo k
Eksperi
Std.
Correl
P-
(drajat bebas
Deviatio
ation
Valu
5%)
n (df)
(r)
e
4.076
0.445
men Kontrol
0.663
4.528
sebagai akibat menurunnya fungsi dan kekuatan fisik dan fungsi kognitif, sumbersumber finansial yang tidak memadai,
t hitung
-1.554
lansia merupakan kelompok rawan karena kepekaan dan
0.293
Hasil
dan isolasi sosial. Hal tersebut di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan
0.15
Signifi
oleh Edmund Jacobson (dalam Erliana.,dkk, 2008) bahwa
9
kan
latihan relaksasi otot progresif yang dilaksanakan 20-30 menit,
0.52
Signifi
6
kan
satu kali sehari secara teratur selama satu minggu cukup efektif dalam
Berdasarkan hasil uji statistik paired sample t-test , pada kelompok eksperimen memiliki P-value = 0.159 dan t hitung = -1.554. Jika nilai P-Value > 0.05 maka Ho diterima (signifikan),
pada kelompok
eksperimen
0.159
memiliki
P-Value
>
0.05
(signifikan). Pada kelompok eksperimen ini memiliki t table = 2.132, df= 4.076 dengan derajat bebas 5 %, jika t hitung < t table maka Ho di terima, hal ini menunjukkan Ho diterima karena t hitung < t table
menurunkan
insomnia.
Penelitian
Jacobson
ini
dilanjutkan oleh para pengikutnya diantaranya Benson (dalam Miltenberger, 2004). Dalam penelitian Austaryani & widodo (2010) mengemukakan relaksasi otot progresif dari otot dapat menurunkan denyut nadi dan tekanan darah, juga mengurangi keringat dan frekuensi pernafasan. Relaksasi otot yang dalam, jika dikuasai dengan baik mempunyai efek seperti obat antiansietas. Menurut Diahwati (2001), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tersebut merupakan suatu hal yang normal. Tetapi kebutuhan tidur tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas
yaitu -1.554 < 2.132.
saja karena setiap orang kebutuhan untuk tidur itu berbeda. Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki
Masa neonatus sekitar 50% waktu tidur total adalah tidur REM.
P-Value = 0.526 dengan t hitung = 0.663. Jika nilai P-
Lama tidur sekitar 18 jam. Pada usia satu tahun lama tidur
Value > 0.05 maka Ho diterima (signifikan), pada
sekitar 13 jam dan 30 % adalah tidur REM. Waktu tidur
kelompok kontrol memiliki P-Value 0.526
menurun dengan tajam setelah itu. Dewasa muda membutuhkan
> 0.05
(signifikan). Pada kelompok kontrol ini memiliki t
waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75% dan REM 25%.
table = 2.132, df= 4.076 dengan derajat bebas 5 %,
Selain yang disebutkan di atas, perangsangan sistem saraf
jika t hitung < t table maka Ho di terima, hal ini
otonom juga memainkan peranan yang sangat penting dalam
menunjukkan Ho diterima karena t hitung < t table
pemeliharaan tekanan arteriol
yaitu 0.663 < 2.132.
cardiac output dan derajat konstriksi dari resistensi (arteriol)
dengan pengaruhnya pada
serta kapasitasi (venul dan venula) pembuluh darah yang mengakibatkan resistensi perifer menurun dan tekanan darah juga menurun (Purba dalam Erliana., dkk 2008). Hal ini dibuktikan pada saat sesudah penelitian ada salah satu responden yang mengalami penurunan tekanan darah dari 168/80 mmHg menjadi 153/80 mmHg karena latihan relaksasi tersebut dilakukan secara berulang-ulang. F.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji statistik paired sample t-test , Jika nilai P-Value > 0.05 maka Ho diterima (signifikan) df= 4.076 dengan derajat bebas 5 % sehingga t table = 2.312, jika t hitung < t table maka Ho di terima. pada kelompok eksperimen memiliki P-value = 0.159 dan t hitung = -1.554 (signifikan). Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki P-Value = 0.526 dengan t hitung = 0.663 (signifikan) sehingga H1 diterima. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh pemberian relaksasi progressive terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia. DAFTAR PUSTAKA
Austaryani, N.P & Widodo, A. 2010. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Gonilan, Kartasura Potter & Perry, 2006. Fundamental Keperawatan. Buku satu. Edisi ketujuh, Jakarta: Salemba Medika. Nugroho. 2008. Keperawatan gerontik dan Geriatrik . Jakarta: EGC Wold, Gloria H. 2004. Basic Geriatric Nursing. Third edition. Amerika : Mosby Nonik. 2011. Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Banjar Karang Suwung Sading . Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Conrad, A. & Roth, W.T. (2007). Muscle Relaxation for Anxiety Disorder: It works but how?. The Journal of Anxiety Disorder , 243-264. http://www.laboratoriosilesia.com Berstein,A.D.Borkovec.Stevens, et al. (2000).The Journal : New Direction in Progressive Relaxation Training a Guidebook for Helping. USA: Praeger Publisher.USA Marks,I. Tracey. (2011). Master your Sleep, Proven Methode Simplied . USA: Bascom Hills Publish Group Erliana.,dkk. 2008. Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot
Progresif ( Progressive Muscle Relaxation) Di Bpstw Ciparay Bandung. Bandung Fitrisyia & Ismayadi. 2011. Relaksasi Otot Progresif Dengan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia. Fakultas Keperawatan USU. Sumatera Utara Benson, H.M.D. 2000. Dasar-dasar Respon Relaksasi: Bagaimana menggabungkan respon Relaksasi dengan Keyakinan Pribadi Anda. Bandung. Mizan Castle, S.M. 2001. Learning How to Relaks. Available online at http//www.relax.com (diakses 27 Februari 2008) Davis, M, Eshelman, E.R dan Matthew Mckay. 1995. Panduan Relaksasi dan Reduksi Stres Edisi III . Alih Bahasa: Budi Ana Keliat dan Achir Yani. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC Diahwati, D. 2001. Serba- Serbi Manfaat dan Gangguan Tidur . Bandung. Pionir Jaya Friedman, M.M.1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik Edisi 3. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta. EGC Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatris Klinis Edisi Ketujuh Jilid Dua. Jakarta. Binarupa Aksara Lichstein, KL., Johnson, RS. 1993. Relaxation for Insomnia and Hypnotic Medication Use in Older Women. Available online at http//www.mayday.coh.org (diakses 2 Februari 2008) Miltenberger. 2004. Relaksasi. Available online at http//www.eworld-indonesia.com (diakses 2 Februari 2008) Notoadmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik edisi Empat Volume 2. Jakarta. EGC Prawitasari, J.E., 1998. Pengaruh Relaksasi Terhadap Keluhan Fisik . Available online at http// klinis.wordpress.com.(diakses 5 Maret 2008) Purwanto, S. 2007. Terapi Insomnia. Available online at http// klinis.wordpress.com. (diakses 5 Maret 2008)