Tri Sukitman dan Suluh Mardika Alam
PEREMPUAN MADURA BERBASIS PENDIDIKAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMIKIRAN A. DARDIRI ZUBAIRI Mukhlishi (Dosen Prodi PPKn STKIP PGRI Sumenep) Email:
[email protected] Abstrak
Berbicara tentang perempuan Madura tentunya sama keka membicarakan perem puan lain di luar Madura yang saat ini sama-sama bertarung mempertahankan lokalitas-identasnya. Hal ini tentunya cukup beralasan bahwa, saat ini identas semua perempuan sama-sama bertarung di tengah gempuran cank versi kosmek, bahkan tak dapat dipungkiri saat ini perempuan Madura telah sedikit bergeser dan lepas dari akar identas i dentas ke-Maduraan-nya. Tentunya butuh b utuh pelestarian kearifa kearifan n lokal Madura Madura itu sendiri dengan pendidikan berbasis responsif gender , sehingga perempuan yang sering disebut tangguh, cerdas, mampu menjaga diri, ulet, sederhana, sea dan religius akan tetap tersematkan keka perempuan Madura mampu mentradisikan mentradisikan berbagai kearifan lokal ditengah pusaran kepungan arus global. Kata Kunci: Perempuan Madura,Pendidikan,Responsif Madura,Pendidikan,Responsif Gender Abstract
Discussing about Madurese women is of course the same with that about other women outside Madura; they are trying to maintain their personal idenes. It is indeed reasonable since every woman is ghng against “beauty based only on cos mecs version”. version”. It turns out that Madurese women have have shied and been far from their Madurese identy. identy. Hence, It needs an act to maintain the local wisdom through resposive-based resposive-based gender educaon so that Madurese women’s integrity, integrity, inteligence, self-defense self-defense ability, ability, taughness, simplicity, simplicity, loyality, loyality, and religiousity can sll sll survive. Those local wisdoms can survive if Madurese women are able to perform various local wisdoms in the middle of globalizaon. Key Words: Madurese Woman, Educaon, Responsive Gender
A. Pendahuluan Perbincangan gender tersosialisasi baik mulai dari seminar, diskusi, sarasehan dan lain sebagainya (Rozi, 2010:1). Maka tidak heran jika setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai hari perempuan Internasional, seap tanggal
22 Desember diperinga dengan hari Ibu, bahkan setiap tanggal 21 April diperinga sebagai hari Karni, salah satu tokoh perempuan Indonesia. (Khasanah; 2008:110). Berbicara soal isu gender yang sering berkonotasi pada wanita secara Volume 7, Nomor 2, Juni 2015
117
118
PEREMPUAN MADURA
spesik perempuan Madura (baca: islah wanita, perempuan dan Bebini’ ) yang ditengarai sarat dengan rahasia cukup bombass menyita perhaan seantero jagad Madura bahkan Nusantara, tanpa terkecuali ikon budaya Madura menjadi sorotan, dak mau kennggalan dunia maya atau yang lumrah mengislahkan jejaring sosial dari yang hanya membahas tentang sosok Perempuan Madura menjadi tema hangat seper ars atau selebris naik daun. Namun demikian,perempuan Madura dalam berbagai perspekf berjalan natural sesuai dengan kodratnya sebagai wanita yang sebenarnya. (Mukhlishi; 2013, 3). Kalau dikaji lebih mendalam dan serius mengenai peranan perempuan maka dapat ditemukan bahwa perempuan memiliki kontribusi besar dalam membangun agama, bangsa dan negara. Karena perempuan merupakan mahluk yang dikhususkan oleh Allah sebagai salah satu unsur penegak kehidupan rumahtangga, penyebar kasih sayang, dan penumbuh ketenangan, kebahagiaan kesejukan dan kesejahteraan (al-Hasyimy; 2002, 19). Perempuan inilah yang diberikan tugas oleh Islam untuk mendidik generasi penerus, pembentuk jiwa-jiwa pahlawan serta melahirkan insan-insan yang memiliki otak cemerlang. Perempuan dak akan dapat merealisasikan hal tersebut kecuali dia cerdas, berkepribadian kuat dan berjiwa suci serta bermoral nggi.Bertolak dari hal itu maka perempuan memerlukan pendidikan dan nasehat dan bimbingan dalam membentuk kepribadian Islam
Jurnal Pelopor Pendidikan
yang ismewa. Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia, penyadaran dan mengangkatsertamenjadikan manusia berta nggungjawab harus mampu dengan akses pendidikan, akhirnya pendidikan bagi kaum perempuan masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat. Masyarakat memandang bahwa perempuan tugasnya hanya di dapur, sumur dan kasur. Pandangan ini seakan telah menjadi rumus baku dalam kamus masyarakat. Seorang tokoh Al-Banna mengatakan “diantara pendidikan yang baik bagi perempuan adalah mengajarinya halhal yang masih dibutuhkan olehnya keka menjalankan perannya seper membaca, menulis, menghitung, pelajaran agama, sejarah para salafus saleh-bagi laki-laki maupun perempuan-mengajari bagaimana mengatur rumah tangga, tentang kesehatan, dasar-dasar pendidikan dan mengasuh anak serta menga jarinya segala hal yang dibutuhkan oleh seorang ibu dalam mengatur rumah dan mengasuh anak-anak. (Ibrahim; 2005, 25). Sangat jelas sekali bahwa orang tua merupakan salah satu kunci kesuksesan masa depan, penentu generasi masa depan. Jika terlalu memprioritaskan laki-laki sehingga perempuan cenderung dinakan terutama dalam segi pendidikan dan pembelajaran, akan terjadi kempangan dalam mendidik atau mencetak insan kamil masa depan, karena bagaimanapun seorang ayah berpendidikan tapi sang ibu dak berpendidikan maka jangan harap kader-kader masa
Mukhlishi
depan akan cemerlang. Tidak dapat dipungkiri bahwa yang paling dominan pengaruhnya dalam mendidik anak adalah ibu, tanpa adanya seorang ibu yang berpengetahuan maka harapan-harapan mencetak manusia jenius, bertanggung jawab dan berahlak mulia akan menjadi mimpi yang dak akan tercapai. Oleh karena itu, halyang harus dilakukan untuk memenuhi harapan masyarakat bangsa dan agama ialah mendorong masyarakat untuk terbuka, yakni pandangan masyarakat mengenai lemahnya kaum perempuan dalam peran serta membangun bangsa sudah saatnya di akhiri.Yaitu dengan memberikan pengarahan dan pendidikan bagi masayarakat. Sehingga semangat orang tua untuk melanjutkan pendidikan bagi anak perempuan akan mulai sadar dan terbuka. Melihat realita dariberbagai kajian pendidikan yang berbasis gender. Maka dalam pandangan peneli ada respons yang cukup baik khususnya berbicara tentang genderadalah menarik bagi penulis selama dari awal yang peneli ama ahirnya selama ini bias gender menimbulkan pro dan kontra. Sehing ga p enul is meras a te rtarik untuk menelitinya dalam bentuk karya ilmiah, karena pendidikan akan selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan yang ter jadi di masyarakat dan berbagai respons selalu mengitarinya yang tentunya juga berdampak terhadap implementasi pendidikan bagi kemajuan bangsa ini.
B. Kajian Gender dalam Islam Secara operasional dalam bahasa Inggris gender diartikan sebagai jenis kelamin, namun hal ini kurang tepat karena gender disamakan dengan sex. Dalam kamus Webster’s New World Diconary. Menurut Khairuddin Nasuon (2009; 237) Gender dapat diarkan perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dari segi nilai dan ngkah laku.Dari denisi ini dapat disederhanakan dalam pemahaman penulis terhadap makna gender adalah bisa terjadi akibat dak adanya emansipasi yang membrangus terhadap hak-hak perempuan. Secara bahasa kata (al-rijal) dan (alnisa’) bukan satu-satunya islah dalam Al-Qur’an untuk mengungkapkan makna laki-laki dan perempuan, namun ada kata al-dzakaral-dzukur yang merujuk pada laki-laki dan al-untsa,al-mar’ah/ al-nisa’. Kata al-dzakaral-dzukur dan al-untsa menunjukkan pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara biologis. Sedangkan berbagai kata dalam islah yang ada dalam bahasa Arab banyak digunakan dan terdapat secara umum terdapat dalam banyak kamus yang mudah didapat untuk dijadikan referensi adalah kata al-rajul dan al-nisa’ konotasinya lebih pada dimensi kultural yang mempunyai budaya tertentu al-ri jal al-rajul dan al-mar’ah/al-marah atau al-nisa’ konotasinya secara spesik kata ini hanya merujuk terhadap manusia saja. Sehingga dapat diambil kesimpulan semua al-dzakar adalah al-rajul dan
Volume 7, Nomor 2, Juni 2015
119
120
PEREMPUAN MADURA
al-untsa adalah al-mar’ah/al-imarah, sehingga ungkapan laki-laki lebih memiliki budaya tertentu misalnya; berkir matang, dan sifat masculity, yang terdapat pada kata al-rijal, maka perempuan yang memiliki sifat kejantanan (al-rajlah) islah ini disebut Tomboy. (Nasuon; 2009, 108-109).Maka dengan ini pemahaman relasi gender yang lebih adil yang terdapat dan terselip dalam pesan Al- Qur’an. Sehingga endingnya dapat lebih nampak keuniversalan AlQur’an. Secara skemas perbedaan seks dan jender dalam pandangan Iskandar Dzulakarnain (2009) adalah sebagai berikut: Seks
Gender
Biologis
Kultural
Pemberian Tuhan
Diajarkan
Tidak dapat diubah
Dapat diubah
Peranan seks
Peran gender
Laki-laki Sperma Testis Penis
Perempuan Sel telur Haidl Hamil Melahirkan Menyusui
Laki-laki Produksi Mencari nafkah Mengatur Memimpin
Perempuan Reproduksi Merawat anak Menyapu Mencuci Memasak
Dalam al-Qur’an dengan jelas telah memberikan fakta bahwa ratu Bilqis pernah memerintah di Negeri Saba’ (Ali; 2008, 119) yang termaktub dalam QS. An-Naml.
Jurnal Pelopor Pendidikan
Arnya: Sesungguhnya aku men jumpai seorang wanitayang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. C. Teori Feminisme Sebagai Landasan Gerakan Gender Gender dapat dikatakan sebagai bagian dari feminisme. Sedangkan teori fenimisme paling dak ada 5 dari bacaan historiogranya, yaitu: 1) Feminisme liberal, yaitu teori yang beranggapan bahwa latar belakang kedak adilan pada wanita adalah karena kelemahan kaum wanita itu sendiri (Anwar,.:44). Penulis dapat ambil contoh perempuan banyak dipisahkan antara hal yang sifatnya privat dengan hal yang bersi fat publik sehingga yang terjadi kebebasan menjadi terkekang, seper peran yang sangat minim bagi wanita dalam publik. 2) Feminisme radikal, teori ini berpendapat bahwa akar penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah jenis kelamin itu sendiri, sehingga terjadi kepercayaan yang mengakar di masyarakat laki-laki memang lebih mampu dari pada perempuan (Anwar, .:84-85). Hal ini terbangun sejak dulu bahwa perempuan idenk dengan kelemah lembutan, semisal sedikitnya para ulama’ per-
Mukhlishi
empuan yang sampai pada level mujtahid, atau pengarang atau penulis kitab Mu’tabarah. 3) Feminisme Marxisme, aliran ini berpendapat bahwa penindasan adalah bagaian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi dan penindasan merupakan kelanjutan dari sistem eksploitasi yang bersifat strruktural. Sehingga solusi yang ditawarkan adalah perubahan struktur kelas. (Anwar; , 88-89). Kaum feminisme marxis selalu meletakkan isu perempuan dalam kerangka krik terhadap kapitalisme dan menganggap penindasan terhadap perempuan bersifat struktural. (Muslikha, 2004:34). Hal ini mungkin dak cukup hanya memberikan kouta 30% bagi wanita pada jabatan publik. 4) Feminisme sosial, teori bersumber karena penilaian dan anggapan terhadap perbedaan biologis laki-laki dan perempuan (konstruksi sosial). Sehingga yang perlu dibangun dan diperangi adalah struktur dan sistem yang dibangun atas bias gender . Penulis merasa ini terjadi akibat kebodohan yang berpegang teguh terhadap nilai tradisional. Seper wanita pada ahirnya larinya ke dapur juga, jangan sekolah yang nggi, karena dak akan jadi dokter atau dak akan jadi pak camat dan sebagainya.
5) Feminisme Islam, Islam menga jarkan tentang kesejajaran antara laki-laki dan wanita dak ada perbedaan dalam berkarya, namun yang membedakan adalah taqwa, bukan jenis kelamin, warna kulit, etnis, suku bangsa atau keturunan. (Nasuon, 2009:222).Hal ini tegas dalam al-Qur’an sesungguhnya yang membedakan kemuliaan disisi Allah adalah ketaqwaan masing-masing. Dengan demikian, kodrat dan trah alami sebagai insan yang berlainan jenis, seper reproduksi, melahirkan menyusui dan datang bulan merupakan satu hal pembeda. Dalam kaitan ini, gerakan feminisme dak mereduksi perbedaan natural dan biologis yang sangat mendasar, namun sebaliknya gerakan feminisme harus diletakkan dalam kerangka memburu keternggalan perempuan dalam menggapai ha-haknya sebagai manusia(Yazid, 2007: 1031-104). Perbedaan peran secara sosiologis yang didasarkan pada anatomi biologis banyak dipengaruhi oleh faktor geograf is, topogras, demogras, klimatologis dan hal lain yang berhubungan dengan ekologi (Sumbulah, 2008:25). Hal ini juga tampak dalam kekuasaan yang selalu diidenkkan dengan aksi maskulin berupa ketegaran, kekuatan dan dapat mempengaruhi orang lain. (Mulia dan Farida,2005:4). Sehingga distorsi semacam kedakadilan gender menjadi lebih melunak yang merupakan realitas obyekf individu bukan subyekf perempuan itu sendiri.
Volume 7, Nomor 2, Juni 2015
121
122
PEREMPUAN MADURA
D. Perempuan Madura Berbasis Pendidikan Responsif Gender dalam Pemikiran A. Dardiri Zubairi Perempuan Madura dari sudut pandang tradisi dalam pemikiran A. Dardiri (2013:82)ditemukan kearifan lokal yang luar biasa, seper dalam tradisi abekalan bahwa tradisi ini sungguh berbeda dengan tradisi pacaran atau ‘jadian’ yang hanya diketahui oleh sesama peergroup-nya dan terkadang orang tua dak tahu menahu bahwa anaknya berpacaran. Sejauh pengamatan penulis, si anak biasanya mengelabui orang tua dengan modus teman kelas, belajar kelompok, mengerjakan tugas bersama, saking intensnya publik sering mengislahkan semua ini Teman Tapi Mesra (TTM).Sebagai penghalus dari prilaku pacaran. Secara lebihlanjut rahasia perempuan Madura adalah ‘Raddin Atena, Bagus Tengka Gulina’ (Indah prilakunya, itulah kecankan yang sesungguhnya) (A. Daridiri, 2013:92). Perempuan Madura dianggap cank dak hanya secara pandangan dari luar atau sudut pandang wajah saja, namun lebih mempermbangkan substansi itu sendiri. Maka, dak heran jika adagium yang disematkan pada perempuan Madura seper yang disebut di atas dengan ‘pajalenna neter kolenang, palembayya meltas manjalin, matana murka’ alessa daun mimba, enga’ tannggal sakaleyan, pepena ngalompang, bibirre padhena jerruk saloni. (ar bebasnya kurang lebih; “jalannya pelan ha-ha, ayunan tangannya indah elass seper rotan, matanya indah memesona, alisnya seper daun Mimba
Jurnal Pelopor Pendidikan
bak tanggal satu, pipinya merona, bibrinya seper jeruk satu irisan”). Diakui atau dak,kearifan lokal yang mengakar pada Perempuan Madura sejak kecil sudah sangat akrab dengan alam yang memang Allah SWT. berikan pada manusia sebagai pengemban misi tugas khalifah untuk melestarikannya. Beberapa tamsil yang perlu patut ditelaah hikmah dari lokalitas kearifan Madura seper kebisaan perempuan Madura yang berada di daerah pegunungan dimana akvitasnya membawa air dengan menggunakan kepala, jualan keliling (aeher) atau belanja kepasar dak dijinjing atau dipikul dengan bahu, namun yang terbiasa perempuanMadura membawa beban berat (nyo’on) bahkan ada perempuan Madura yang kuat membawa beban 50 Kg bahkan ada yang lebihdi atasnya. Hal ini ternyata membawa dampak posif terhadap kesingsetan postur tubuh Perempuan Madura yang sudah tertempa sejak usia awal. Sehingga jangan heran keka perempuan Madura mempunyai postur yang lebih super mantap dari wanita lain pada umumnya, mohon maaf bukan niat pamer apalagi jorok, namun inilah perempuan Madura yang dak perlu dirawat bersama, karena inilah yang sesungguhnya terjadi dan dak cukup berlebihan jika Madura punya adagium ‘mon lake’ mekol mon bebine’ nyo’on’ adagium ini sangat relevan dengan konsep warits dalam AlQur’an. Selain itu, secara geogras wilayah Madura termasuk daerah tandus gersang, kering, kerontang (gunong na’nong
Mukhlishi
bato kaleak tar-centaran), namun sisi nilai tambahnya (value added) keka dibandingkan dengan pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya di Indonesia yang dianggap tanahnya lebih subur dan punya peluang lebih menjanjikan. Namun dari semua ini dak usah berkecil ha dibalik suatu kekurangan terselip buk keberuntungan tersendiri terhadap wilayah Madura dak rawan dari bencana alam berupa gempa menurut analisis ahli geologi (baca: BNPB). Selain itu terlebih pada mayoritas Perempuan Madura menjadikan posturnya dak mudah lembek sehingga imunitas tubuhnya dapat dipaskan lebih punya kualitas dak tak terbatas. Banyak contoh nyata bahwa Perempuan Madura dak punya rahasia dan banyak dari orang tua (ibu atau nenek) yang hidup secara natural. Keka Perempuan Madurabersolek banyak mengambil langsung dari alam seper Beddhe’ Polor (baca: Madura) yang masih steril dak mengandung bahan kimia atau alkohol yang berbahaya terhadap kulit. Sehingga dak mempunyai efek negaf pada tubuh terutama wajah yang sering dijadikan simbol kecankan. Kiranya dak berlebihan keka simbol celleng sedde’ atau hitam manis (black sweet) dan watowa ajam (makin dewasa makin nampak aura canknya) men jadi simbol tersendiri yang bukan rahasia lagi. Hal demikian, semua lekat pada diri Perempuan Madura. Jangan heran terhadap keampuhan dan kemujaraban hasil ‘Ramuan Madura’,bahkan ada ramuan ‘tongkat wasiat’ khusus para pria.
Mungkin terlalu banyak jika semua disebutkan satu persatu, sedaknya sebagai penguat, seper merk odol gosok gigi cap batu-bata (baca Madura; Bato Kombhung) atau batu pecahannnya genteng (tembikar), mengunyah kapur dan sirih (mocang) atau minyak rambutnya dari minyak kelapa dan ternyata hasil riset para ahli seper yang disampaikan oleh Wahyudi Hadi, Dosen Unisma Spesialis Pengobatan Tradisional (24/3/2007), salah satu penguat gigi perempuan Madura dengan menguyah sirih dan pinangagar dak cepat keropos. Dengan banyaknya simbol atau fenomena yang dialami Perempuan Madura membukkan, bahwa Perempuan Maduramerupakan bentuk responsif gender yang sangat baik untuk menjawab ppersoalan-persoalan kempangan dalam diri kehidupan perempuan. E. Penutup Sebagai penutup daribahasan tulisan ini,pada dasarnya perempuan Madura dak punya rahasia apalagi yang bersifat kosmek, namun mereka hidup dengan alam ciptaan yang maha kuasa ini. Harapan dari kami semoga ulasan ini dak dianggap cibiran atau menggurui, namun ini adalah usaha untuk menyibak tabir lokalitas Madura yang sering tersudutkan, norak dan kampungan, namun dengan usaha membedah sebuah fenomena yang sangat kental dan beragam dapat memberi nilai posif-kreaf, imajinaf-inovaf dengan usaha dak perlu merahasiakannya. Inilah tugas generasi Madura untuk
Volume 7, Nomor 2, Juni 2015
123
124
PEREMPUAN MADURA
melestarikan kearifan lokal (local wisdom)khususnya pendidikan berbasis responsif gender, sehingga perempuan Madura yang sering disebut tangguh, cerdas, mampu menjaga diri, ulet, sederhana, sea dan religius akan tetap tersematkan keka perempuan Madura mampu mentradisikan berbagai kearifan lokal ditengah pusaran kepungan arus global. Karena, kalau kita mau jujur semua ini adalah ilmu dan pemberian Tuhan yang patut disyukuri kenapa ha rus ditutup-tutupi kalau untuk kebaikan sesama haqqul adami.
Dafar Pustaka: Al-Hasyimi, Muhammad Ali, 2002. Ja Diri Perempuan Muslimah, terj. M. Abdul Ghafar E.M, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Ali, Nizar, 2008. Hadits Vs Sains; Memahami Hadis-Hadis Musykil, Yogyakarta: Teras. Anwar, Syamsul, , Metodologi Hukum Islam, Diktat Mata kuliah Ushul Fiqh Pascasarjana UIN Sunan Kali jaga Yogyakarta. Departmen Agama RI Qur’an dan Ter jemahannya. Dzulkarnain, Iskandar, 2009. Metodologi Studi Islam, Beraji: Diktat MSI STIA. Ibrahim, Abu Mun’eim, 2005. Mendidik Anak Perempuan, terj. Abdul Hayyie Al-Kaani. Jakarta: Gema Insani. Khasanah Umratul, dkk, 2008. Spek trum Gender; Kilasan Inklusi Gen -
Jurnal Pelopor Pendidikan
der di Peguruan Tinggi, Malang: UIN Maliki Press. Muhammad, Kiai Husein, 2004. Islam Agama Ramah Perempuan Pembelaan Kiai Pesantren. Yogyakarta: PT. LKIS. Mukhlishi, 2013. “Ternyata perempuan Madura dak punya Rahasia” da lam Bulen Akasara XII. Musdah Si Mulia dan Farida, Anik, 2005.Perempuan dan Polik, Jakarta: Gramedia Pustaka, Muslikhat, Sit, 2004. Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: Gema Insani. Nasuon, Khairuddin, 2009. Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA+Tazzafa. Rozi. A. Fahrur, 2010. Isu-Isu Gender Kontemporer, Malang: UIN Maliki Press. Sumbulah Umi, dkk, 2008. Spektrum Gender; Kilasan Inklusi Gender di Peguruan Tinggi, Malang: UIN Maliki Press. Yazid, Abu, 2007. Nalar dan Wahyu, Jakarta: Erlangga. Zubairi, A. Dardiri, 2013. Rahasia Perempuan, Surabaya: al-Aar Press kerja sama dengan penerbit Andheb-Asor.