TREND PERAWATAN KECANTIKAN PEREMPUAN (Studi Fenomenologi Pemaknaan Kecantikan Pada Konsumen Perempuan di Klinik Kecantikan Natasha Skin Care Kota Madiun) Didin Dwi Kartikasari 0811213038 Dibimbing oleh Nike Kusumawanti dan Andini Setya Karlina Abstraksi Kecantikan dan perempuan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Munculnya konstruksi bahwa cantik itu memiliki wajah putih, bersih, dan bebas jerawat menjadi pendorong bagi klinik-klinik kecantikan untuk memberikan jasa atau layanan kecantikan. Perempuan rela menghabiskan waktu, uang, dan tenaga untuk melakukan perawatan wajah demi sebuah kecantikan. Sehingga klinik kecantikan semakin menjamur di Indonesia, salah satunya adalah klinik Natasha Skin Care di Kota Madiun. Hasrat perempuan untuk mendapatkan kecantikan inilah yang kemudian menjadi suatu kajian penting dalam dunia akademis. Oleh karena peneliti mengangkat tema kecantikan yaitu tentang makna cantik bagi konsumen perempuan di Natasha Skin Care Madiun. Penelitian menggunakan teori Barbie Culture yang diusung oleh Rogers dimana kecantikan perempuan disimbolkan oleh boneka Barbie dan kehidupannya dalam film Barbie. Bahwa kecantikan diidentifikasi dengan sosok Barbie sehingga orang yang cantik di mata umum adalah yang paling mirip dengan Barbie. Perempuan cantik harus berkulit putih, bermata biru dan bertubuh langsing. Dia akan melakukan perawatan untuk mempercantik wajah dan penampilannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Jasa perawatan kecantikan yang dulu merupakan konsumsi sekunder bahkan tersier, saat ini menjadi kebutuhan primer bagi sebagian perempuan. Dalam penelitian ini menunjukkan dua poin penting tentang makna kecantikan bagi konsumen perempuan di Natasha Skin Care Madiun. Pertama kecantikan sebagai kepercayaan diri. Sebagai kepercayaan diri, perempuan membutuhkan sebuah pengakuan atas kecantikannya. Sehingga ketika perempuan mendapat pujian atas kecantikannya, dia akan merasa lebih percaya diri untuk bergabung di lingkungan masyarakat. Kedua sebagai penunjang karir, perempuan meyakini bahwa dengan memiliki kecantikan, dapat memudahkan perempuan untuk eksistensi diri dalam karir. Selain itu, menjadi salah satu upaya perempuan untuk mendapatkan pekerjaan dan meningkatkan jabatan. Kata kunci : Perempuan, Barbie Culture, Makna Cantik
ABSTRACT
Didin Dwi Kartikasari. (2014). Sociology Department. Faculty of Social and Political Science. Brawijaya University, Malang. A Trend of Female‟s Beauty Treatment (Phenomenology Study of Beauty Definition on Female Customers of “Natasha Skin Care” Beauty Clinic, Madiun). Nike Kusumawanti and Andini Setya Karlina.
Beauty and women are two things which are closely related to each other. The emergence of a construct which points out that beauty is about having bright complexion, clean and acnefree face has become a great stimulus for beauty clinics to provide their beauty services. Women are willing to spend their time, money and energy to do face treatment for the sake of beauty. Consequently, the existence of beauty clinics in Indonesia has spread out days by days, one of them is “Natasha Skin Care” Clinic in Madiun City. The women‟s desire to achieve beauty, later on, becomes an important study in academic world. Therefore, the researcher raised a beauty theme or issue about the mean of beauty female customers of “Natasha Skin Care” Madiun. In this research, the researcher used Barbie Culture theory that is stated by Rogers in which female beauty is symbolized by Barbie doll and her life in Barbie movies. Beauty is identified by Barbie‟s characters so that a beautiful woman, in a general point of view, is the one who looks like Barbie. Beautiful woman should have bright complexion, blue eyes and slim body. She will do treatment to beautify her face and her whole look. The type of research which was used is qualitative research by using phenomenology approach. Beauty treatment service which long ago became a secondary or tertiary need becomes a primary need for several women nowadays. In this research, it can be shown that there are two main points about beauty definition of female customers in “Natasha Skin Care” Madiun. First of all, beauty as self confidence which means that women need confession for her beauty. Thus, when a woman gets compliment for her beauty, she will feel more confident to join the society. Second of all, beauty as a supportive factor for women‟s career which means that women believe that by having beauty, they will get an easier way to obtain self-existence in their career. Moreover, it also becomes another effort for women to get the job and promote their position. Key words : Women, Barbie Culture, Beauty meaning.
1.
Perawatan Kecantikan Perempuan Perempuan dan kecantikan adalah dua hal berbeda namun saling berkaitan. Kecantikan
konon merupakan anugerah yang terindah bagi seorang perempuan, tidak ada yang lebih diimpikan oleh perempuan selain tampil cantik dan mempesona dihadapan lawan jenisnya (Melliana, 2006:ix). Oleh karena itu banyak perempuan yang berusaha untuk menunjang penampilannya, salah satunya dengan cara melakukan perawatan wajah supaya lebih cantik dan menarik. Setiap perempuan pasti akan mendambakan akan kecantikan, terutama pada bagian wajahnya. Karena biasanya perempuan akan mendapat pujian lebih karena karakter feminimnya, seperti cantik, manis, putih, sopan, manja, karena itu bagi perempuan penampilan menjadi sesuatu yang penting (Melliana, 2006:13). Perempuan akan merasa bangga apabila orang lain memuji penampilannya, terutama pada bagian wajah. Sehingga perempuan berusaha selalu tampil cantik dan menarik didepan masyarakat. Definisi cantik memang cenderung diasosiasikan dengan putih, hampir tidak pernah perempuan berkulit hitam atau coklat dibilang cantik. Fenomena cantik menurut teori Barbie Culture adalah kecantikan seseorang yang dapat ditunjukkan dari kemampuan untuk menawan hati, menghayutkan, mempesona, memikat, jelita, memperdaya, lembut, dramatis, cantik dan indah, fantastis, bergaya, menarik, glamor dan gemerlapan, anggun, elok, berseriseri, berkilau, bercahaya dan manis (Roger, 2009:6). Dalam bukunya, Robert (2009) menjelaskan mengenai fenomena Boneka Barbie yang digambarkan dengan seorang perempuan muda, yaitu berkulit putih, bermata biru, berambut panjang pirang dan bertubuh langsing, sehingga orang yang cantik dimata umum adalah yang paling mirip dengan Barbie, (Rogers, 2009:6). Hal ini yang menjadikan Barbie sebagai ikon perempuan modern, sosok Barbie bisa merubah perempuan untuk lebih cantik dan menarik. Fenomena Barbie Culture memberikan inspirasi kepada perempuan untuk selalu tampil cantik dan menarik. Oleh karena itu, segala upaya akan dilakukan perempuan untuk tampil cantik seperti Barbie, salah satu upaya yang harus dilakukan seorang perempuan yaitu melakukan perawatan di klinik-klinik kecantikan. Fenomena yang terjadi ini merambah seluruh lapisan masyarakat terutama perempuan, tidak terbatas kelas golongan atau status sosial tertentu. Barbie sudah menjadi ikon kecantikan perempuan saat ini, Barbie juga ikon feminitas perempuan dalam kelompok menengah masyarakat. Sebuah boneka Barbie ternyata memiliki pengaruh yang besar terhadap kebudayaan abad ini, karena sosok Barbie yang cantik, putih,
bertubuh indah mengakibatkan perempuan yang mengenal Barbie akan menjadikan Barbie sebagai ikon kecantikan mereka. Makna kecantikan yang hadir saat ini merupakan konstruksi sosial, yang tidak lagi memaknai cantik sebagaimana cantik, tapi cantik sekarang ini menjadi sebuah kebutuhan perempuan, dimana kebutuhan akan pengakuan sosial bahwa perempuan itu harus cantik. Oleh karena itu perempuan berlomba-lomba untuk tampil cantik dan menarik supaya diakui oleh lingkungan masyarakat. Adanya beragam kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan akan jasa layanan kecantikan, menjadikan masyarakat semakin konsumtif. Masyarakat konsumen di Indonesia muncul disebabkan oleh proses kapitalisme. Pusat perawatan wajah yang telah menjamur saat ini, tidak hanya dinikmati oleh kalangan dewasa atau pekerja, para remaja juga banyak yang melakukan perawatan wajah di berbagai klinik yang tersedia di kota-kota. Semua mereka lakukan dikarenakan para perempuan akan lebih percaya diri jika mereka melakukan perawatan wajah supaya lebih cantik dan menarik jika dihadapan banyak orang. Sebagian perempuan rela mengorbankan tenaga, waktu, bahkan harta untuk membayar impian itu agar menjadi kenyataan (Melliana, 2006:ix). Sekarang ini menginginkan wajah cantik dan putih tidak harus dari faktor keturunan/genetik, melainkan dengan berbagai banyak cara medis supaya terlihat cantik. Kecantikan bisa perempuan dapatkan asalkan mereka mempunyai tingkat ekonomi yang mendukung. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi pasar untuk menyediakan kebutuhan layanan jasa untuk kecantikan perempuan. Berdasar pada kebutuhan perempuan akan cantik itu sendiri, sehingga jasa kecantikan berkembang pesat. Penyedia layanan kecantikan sudah marak di berbagai wilayah, baik urban maupun sub urban. Salah satu klinik kecantikan yang sudah terkenal di Indonesia adalah Natasha Skin Care, dan sudah tersebar diseluruh Indonesia. Klinik Natasha Skin Care, merupakan klinik yang pertama berdiri di Kota Madiun Jawa Timur. Sebelum klinik-klinik kecantikan yang lain bermunculan, Natasha Skin Care
langsung disambut dengan antusiasme masyarakat.
Perkembangan Kota Madiun sendiri dapat dikatakan cukup bagus. Di Kota Madiun sendiri, terdapat banyak klinik kecantikan, diantaranya ada lima klinik kecantikan terkenal di Indonesia yang juga mendirikan cabang di Madiun. Yakni, Natasha Skin Care, Calista Beauty Care, Erhaskin, Naavagreen Natural Skin Care, dan Larissa Aesthetic Center. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian trend perawatan kecantikan yang dilakukan oleh perempuan. Natasha Skin Care menjadi pilihan bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Trend melakukan perawatan wajah diklinik Natasha Skin Care menarik untuk diteliti karena merupakan klinik kecantikan yang paling ramai dikunjungi oleh pengunjung. .
Melakukan perawatan di Natasha Skin Care juga mengangkat prestige seseorang, sehingga perempuan yang memiliki tingkat ekonomi menengah pasti akan memilih perawatan di Natasha Skin Care. Data primer yang didapatkan penulis dari hasil wawancara langsung kepada asisten manager yang bernama HN di Kantor Natasha Skin Care Madiun menunjukkan bahwa saat ini terdapat 3.125 yang telah tercatat sebagai member. Dan rata-rata pelanggan yang datang ke klinik tersebut adalah 100 orang perhari. Dalam penelitian ini, fokus peneliti adalah untuk mencari makna kecantikan bagi perempuan yang melakukan perawatan. Dan Natasha Skin Care adalah pusat perawatan wajah yang sudah terkenal di seluruh Indonesia, terutama masyarakat Madiun yang masih aktif melakukan perawatan di Natasha Skin Care. Hal ini memiliki makna sendiri bagi perempuan yang melakukan perawatan di Natasha Skin Care, sehingga peneliti ingin mencari lebih dalam mengenai makna kecantikan. Menyambung dengan fokus penelitian, munculnya trend bagi perempuan di kota suburban dalam melakukan perawatan kecantikan di klinik kecantikan memunculkan pertanyaan yakni bagaimana makna kecantikan bagi perempuan yang melakukan perawatan kecantikan di klinik Natasha Skin Care? Dalam menganalisis fenomena ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian fenomenologi. Fenomenologi merupakan ilmu tentang perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia yang juga dikenal sebagai aliran filsafat sekaligus metode berfikir, yang mempelajari fenomena manusiawi (human phenomena) tanpa mempertanyakan penyebab dari fenomena itu, realitas objektifnya, dan penampakkannya (Kuswarno, 2009:2). Kuswarno (2009) melanjutkan bahwa
dalam penelitian yang menggunakan pendekatan
fenomenologi, fenomena yang ditunjukkan adalah asli seperti yang tampak apa adanya, dan sangat menyakini bahwa fenomena yang tampak itu tidak lepas dari makna-makna yang tersembunyi di baliknya karena aliran fenomenologi ini mempercayai bahwa selalu ada makna di balik setiap fenomena (Kuswarno, 2009: 2). Pendekatan fenomenologi berusaha mencari makna transedental/abstrak dari objek atau fenomena yang tampak (Kuswarno, 2009:2). Selanjutnya, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, persepsi, dll., (Moleong, 2013:6). Penelitian Kualitatif dilakukan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2013:6). Dari segi teknik pencarian data
dalam penelitian kualitatif, seperti yang disebutkan oleh Moleong yakni memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang (Moleong, 2013:5). Penelitian kualitatif ini digunakan peneliti untuk menggali informasi dan menguraikan realitas yang ada mengenai makna kecantikan wajah bagi konsumen di Natasha Skin Care di Kota Madiun. 2.
Masalah Penelitian Masalah yang diangkat dari penelitian ini adalah Bagaimana makna kecantikan bagi
perempuan yang melakukan perawatan kecantikan di klinik Natasha Skin Care. Hasil dari penelitian ini untuk mengetahui makna kecantikan bagi perempuan yang melakukan perawatan kecantikan di klinik Natasha Skin Care. Barbie Culture Membahas makna kecantikan tidak lepas dari konsep Barbie Culture yang diusung oleh Roggers. Barbie adalah sebuah boneka yang pertama kali diproduksi oleh perusahaan Mattel Inc. di Jepang pada tahun 1959, boneka Barbie merupakan sosok wanita muda langsing, berambut panjang, dan bermata indah (Rogers, 2005: 5). Barbie, yang mana adalah sebuah boneka, memiliki pengaruh yang besar bagi perempuan, baik dari segi fashion, style, maupun dalam kehidupan sehari-hari Barbie. Sosok Barbie yang menampilkan gaya pakaian, wajah yang cantik, kulit yang putih, tubuh yang langsing menjadikan perempuan saat ini menjadikan Barbie sebagai ikon kecantikannya. Ikon adalah gambaran apa yang diciptakan setiap orang dalam dunianya sendiri, oleh karena itu setiap orang mempunyai ikon kecantikan sendiri-sendiri yang dianggap hal itu bisa merubah penampilannya supaya lebih cantik dan dikagumi banyak orang. Salah satunya adalah Barbie yang berperan sebagai ikon dalam pengalaman setiap orang yang berhubungan dengannya, banyak perempuan yang sudah mengenal sosok Barbie mempunyai kenanganan tentang Barbie. Mereka telah menganggap bahwa Barbie selain dijadikan ikon mereka, mereka merasa bahwa Barbie telah menjadi teman masa kecilnya yang bisa diajak bermain. Sosok plastik/Barbie ini mempresentasikan beragam status dalam masyarakat perempuan, dewasa muda, dan berkulit putih (Rogers, 2005: 12). Sehingga banyak perempuan yang selalu menginginkan wajah seperti Barbie, karena jika perempuan telah mengikuti gaya dan penampilan Barbie, berarti perempuan itu sudah menjadi cantik. Sebagian besar perempuan menjadikan Barbie sebagai model acuannya, Barbie berfungsi sebagai salah satu model acuan di antara model acuan yang lainnya. Barbie telah menjadi ikon yang mempresentasikan feminitas yang menggoda dan membujuk karena daya tariknya kadang menumpulkan ide-ide brilian seperti itu (Rogers, 2005:25). Hal inilah yang membuat para perempuan mengetahui bahwa penampilan mereka sangatlah penting bagi feminitas
mereka, sebagaimana juga daya tarik dan peranan mereka sangat penting. Sehingga perempuan harus lebih memperhatikan penampilannya, misalnya saja dengan melakukan perawatan wajah, tubuh, melangsingkan tubuhnya dengan cara melakukan diet. Hal ini dilakukan hanya semata-mata untuk mendapatkan perhatian dan pujian dari masyarakat, terutama lawan jenisnya. Feminitas Barbie juga tidak hanya tampak dalam penampilannya yang serasi, namun juga dalam caranya bersikap baik dengan orang lain dan didoronng untuk menjadi sosok yang menyenangkan dengan tutur kata yang lembut, sopan, suka menolong, dan sensitif (Rogers, 2005:28). Selain itu feminitas juga melahirkan sebuah ikatan sosial khusus dan juga sikap tertentu dan penampilan tertentu yang sangat penting bagi kaum perempuan. Oleh karena itu, sosok Barbie juga tidak tergambar dengan kecantikan fisiknya saja, melainkan kecantikan dalam juga tergambar didalam tubuh Barbie. Barbie selalu menampilkan dan memberi kesan pakaian yang feminim dalam keadaan dan situasi apapun. Dan hal ini juga membawa pengaruh besar bagi perempuan yang mengenal lebih dekat sosok Barbie, bahwa mereka tidak meniru penampilan fisiknya saja namum kepribadian dan kesopanan Barbie juga mereka ikuti. Pengetahuan tentang Barbie, yang dibangun dari kotak kemasan Barbie, novel-novel Barbie dan buku Little Golden Book, seperti Very Busy Barbie, menggambarkan seorang gadis yang baik, yang kesuksesannya lahir tanpa sikap kasar atau bahkan persaingan yang keras (Roger, 2005:28). Dari sini sudah terlihat jelas bahwa Barbie sudah tergambar sebagai perempuan muda yang cantik dan berperilaku sopan. Mungkin bagi kaum laki-laki Barbie adalah boneka biasa yang tak bisa berbuat apa-apa, namun bagi perempuan sosok Barbie membawa pengaruh yang sangat besar dari tahun 60 an sejak diciptakannya boneka Barbie. Barbie muncul sebagai simbol objektivikasi seksual dan estetis perempuan, bagi sebagian orang, Barbie mungkin tidak berarti apa-apa selain sebagai sebuah boneka, akan tetapi Barbie memiliki banyak arti bagi sebagian yang lain (Rogers, 2009:5). Sebagai ikon konsumerisme, dewasa ini banyak perempuan yang disengaja atau tidak mengadopsi gaya Barbie. Misalnya, dengan memakai barang-barang bermerk, serta konsumsi mode-mode pakaian atau fashion. Secara tidak langsung perempuan yang mengidolakan Barbie atau menjadikan Barbie sebagai ikonnya, pasti secara tidak langsung mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan Barbie dan meniru gaya Barbie. Barbie adalah ikon konsumerisme somatis yang baru lahir, yakni sebuah teknologi pembentukan tubuh yang digerakkan oleh keyakinan bahwa tubuh bisa menjadi apapun yang kita inginkan hanya dengan memberikan cukup uang dan perhatian terhadapnya (Rogers, 2009: 53). Perempuan akan melakukan apa pun dan berapa pun untuk menunjang
penampilannya yang lebih cantik dan sempurna, namun meskipun biaya yang digunakan cukup banyak untuk menjadikan dirinya sama persis dengan Barbie kemungkinan besar sangat sedikit. Hanya saja perempuan sudah menjadikan Barbie sebagai patokan/ikon mereka walaupun tidak sempurna, tapi mereka sudah berusaha tampil cantik. Sempurna, cantik, putih, langsing, gadis impian, dan citra yang melekat dalam tubuhnya adalah istilah-istilah yang digunakan banyak perempuan yang mengenal Barbie. Dan istilahistilah itulah yang membawa dampak besar bagi perempuan yang menjadikan Barbie sebagai ikon dan idola mereka. Barbie lah yang bisa merubah kepribadian sebagian perempuan, mereka menjadikan Barbie sebagai teman dalam kesehariannya. Sosok Barbie mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perempuan, mereka berlomba-lomba untuk tampil cantik dan menarik di hadapan masyarakat. Meskipun yang mereka lakukan tidaklah mudah, akan tetapi sosok Barbie yang mendorong mereka untuk melakukan hal seperti itu. Sosok Barbie juga memberikan kesadaran bagi perempuan bahwa kecantikan itu sangat penting untuk menunjang pekerjaan dan lingkungan sosial mereka. Citra perempuan sukses menurut Barbie Culture adalah citra kemudaan, kecantikan, dan kelangsingan (Rogers, 2009:157-158). Oleh karena itu, berbagai barang dan jasa merupakan sesuatu yang penting bagi perempuan yang ingin menampilkan diri dengan gambaran kesuksesan. Bahwa semua perempuan pasti selalu menginginkan wajahnya tampil lebih muda, meskipun umurnya sebenarnya sudah tidak muda lagi. Namun bagaimanapun caranya perempuan akan melakukan apa saja untuk mempercantik dirinya. Salah satu contohnya adalah dengan melakukan perawatan wajah guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan. Sehingga secara tidak langsung, perempuan pasti akan menggunakan atau konsumsi barang-barang bermerk untuk menunjang penampilannya. Dalam hal ini tubuh Barbie adalah tubuh yang menyimbolkan citra kesuksesan perempuan yang tertinggi, Barbie dipandang sukses terutama karena bentuk tubuhnya yang membuat iri kaum perempuan (Rogers, 2009:158). Dalam berbagai hal bedah kosmetik merupakan tuntunan mengenai apa yang harus dilakukan kaum perempuan untuk menjadi ikon seperti Barbie demi mencapai kesuksesan. Praktik bedah plastik/kosmetik sangat dominan dikalangan kaum perempuan dan terus meningkat di Negara-negara maju misalnya saja di Amerika, Inggris dan berbagai masyarakat yang perindustriannya sangat berkembang. Singkatnya, teori barbie culture yang ditulis oleh Rogers (2009) ini menjelaskan bagaimana fenomena kecantikan yang mengkonstruksi pemahaman perempuan tentang cantik. Teori Barbie Culture ini secara eksplisit menjelaskan tentang arti cantik bagi perempuan yang mana digambarkan dengan realita yang coba dibentuk melalui gambaran sosok boneka barbie dan kehidupannya dalam film Barbie. Peneliti mengelompokkannya
menjadi tiga hal penting, yakni yang pertama kecantikan perempuan menjadi simbol objektifikasi seksual dan estetis. Simbol objektifikasi adalah simbol pembendaan, maksudnya, perempuan sebagai sebuah objek seksual dan estetis yang dinikmati sehingga harus menampilkan sosok yang indah. Yang kedua adalah ikon konsumerisme. Yaitu perempuan dengan segala macam kebutuhannya, termasuk kebutuhan untuk tampil cantik dan menawan, sehingga menuntutnya menjadi seorang yang konsumtif. Yang ketiga adalah ikon feminitas yang tegas. Yaitu menunjukkan sifat-sifat feminim akan tetapi tidak condong pada keadaan lemah. Feminitas yang tegas yang dimaksudkan antara lain berpenampilan serasi, cara berhubungan dengan orang lain, perempuan yang mampu menunjukkan ide-ide brilian atau dalam kata lain perempuan yang berpengathuan luas, dan citra perempuan sukses. Kecantikan dan Wajah Kata “cantik” berasal dari bahasa latin, bellus, yang pada saat itu diperuntukkan bagi para perempuan dan anak-anak (Melliana, 2006:11). Sedangkan menurut kamus lengkap bahasa Indonesia edisi keempat (2008), cantik mempunyai arti, indah, jelita, elok dan molek. Kecantikan tidak bisa dilepaskan dari citra tubuh dan seksualitas. Mitos kecantikan menyatakan bahwa kualitas yang disebut “cantik” benar-benar sudah menjadi hal yang sangat diinginkan bagi semua perempuan. Bahwa perempuan juga sudah menganggap mempunyai wajah yang cantik adalah bagian yang penting untuk menunjang penampilannya dalam hal pekerjaan maupun dalam hal yang lainnya. Sehingga perempuan yang mempunyai ekonomi yang lebih untuk merubah fisiknya menjadi cantik sangatlah mudah, jika ada uang semuanya bisa mereka lakukan tanpa harus pikir panjang. Sebab kecantikan fisik begitu penting artinya bagi perempuan dan masyarakat. Barbie adalah ikon feminitas dalam hubungannya dengan kelompok menengah masyarakat barat (Rogers, 2009:23). Bahwa perempuan saat ini menjadikan Barbie sebagai ikon mereka, sehingga perempuan berusaha untuk menjadikan dirinya mirip seperti Barbie. Mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, seperti merubah wajahnya menjadi lebih cantik dan putih, meskipun harus menghabiskan sebagian uangnya untuk melakukan perawatan tubuh tersebut. Gaya Barbie bisa disebut sebagai feminitas yang tegas, yaitu gaya berpenampilan dan bersikap feminin yang begitu diharapkan dan dikukuhkan dalam realitas masyarakat (Rogers, 2009: 27). Barbie identik dengan penampilan feminim, sehingga menjadi acuan bagi para perempuan untuk tampil cantik dan menarik. Barbie bukanlah ikon perempuan tertindas yang tak mampu berbuat apa-apa, Barbie perempuan mandiri yang sukses dan bersikap sopan. Barbie adalah sosok perempuan yang mempunyai sikap manis dan mempunyai kepribadian yang baik dalam menuju kesuksesan, kebahagiaan, kegembiraan, dan
keglamoran (Rogers, 2009:55). Sehingga sosok Barbie menjadi cerminan dari semua perempuan yang ingin mempunyai tampilan fisik yang menarik dan sikap yang ramah. Karena perempuan pada dasarnya harsu bersikap feminim dan sopan seperti perempuan seutuhnya dan berpenampilan menarik. Menurut pandangan Barbie Culture makna cantik yaitu tidak hanya tampak dalam penampilannya yang serasi namun juga dalam caranya bersikap baik dan dorong untuk menjadi sosok yang menyenangkan dengan tutur kata yang lembut, sopan, suka menolong dan sensitif. Anak perempuan yang baik seperti Barbie tidak bersikap suka menyerang atau suka berteriak, tidak berisik dan tidak suka mencemooh. Sehingga perempuan yang mengenal sosok Barbie bahwa kecantikan itu di nilai bukan hanya dari luar saja, namun kecantikan dari dalam juga penting. Penampilan Barbie senantiasa mengesankan pakaian feminim yang ketat untuk situasi apapun yang dia lakukan, sehingga hal ini menjadi acuan para perempuan untuk berpenampilan seperti Barbie dengan feminimnya sehingga selalu tampil dengan wajah yang cantik. Wajah sebagai sesuatu yang unik, fisik, lunak, dan publik, wajah merupakan simbol utama diri. Wajah memiliki keunikan karena tidak ada dua wajah yang identik dan lewat wajahlah kita mengenali diri masing-masing serta mengindentifikasi diri kita sendiri (Synnott, 2007:115). Oleh karena itu, sebelum orang lain mengenal secara mendalam bagaimanakah orang tersebut, pasti orang lain akan menilai wajah dan penampilan kita seperti apa. Dari sinilah perempuan sadar bahwa kecantikan wajah juga penting untuk di nilai orang lain, sebelum mereka menilai diri kita. Wajah dapat digunakan sebagai bentuk pengakuan dari orang lain dan masyarakat dengan kondisi diri yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sifat fisik yang dimiliki seseorang dengan demikian personal meski ia dirias, dihias dan dipengaruhi trend sekarang ini, wajahlah bagian terpenting orang lain melihat diri kita seperti apa untuk mengenalnya. Karena bagian wajahlah orang lain bisa mengenal dan menghafal seperti apakah orang tersebut.
Wajah menjadi suatu bentuk pencerminan kondisi diri sehingga memiliki
pengakuan terhadap kondisi diri pada seseorang sehingga kriteria cantik dan jelek menjadi penilaian dari wajah seseorang. Wajah menunjukkan usia, gender dan ras diri dengan bermacam-macam keakuratan juga kesehatan juga status sosio ekonomi (Synnott, 2007:115). Oleh karena itu, seseorang di anugrahi Tuhan wajah supaya orang lain bisa mengetahui dan menghafal masing-masing setiap individu. Dan dengan wajahlah orang lain juga bisa melihat gender dan usia orang yang mereka lihat, karena dengan wajah yang terlihat orang lain bisa menyimpulkan sendiri usia berapakah orang tersebut. Selain itu juga bisa diketahui dari ras mana orang itu, setiap
daerah atau ras seseorang mempunyai ciri-ciri wajah yang berbeda-beda, dari status sosio ekonomi juga bisa terlihat dari wajah orang itu. Misalnya saja akan terlihat mana seseorang yang wajahnya terlihat terawat dan wajahnya yang biasa saja, dari sini bisa dibedakan status sosialnya. Suasana hati dan emosi bahkan karakter keperibadian juga dapat ditunjukkan dari wajah. Wajah adalah tempat pertemuan empat indera kita, penglihatan, citra rasa, pembauan dan pendengaran dan jalan masuk bagi makanan, minuman dan udara (Synnott, 2007:115). Oleh karena itu, bahwa orang lain bisa menilai orang tersebut dan menilai bagaimanakah karakter kepribadiannya dari wajahnya. Dari sini pasti terlihat karakter kepribadian masing-masing orang dari ucapan atau raut wajah yang ditunjukkan dan orang tersebut tidak akan sadar bahwa orang lain akan menilainya. Selain itu, orang lain bisa mengetahui tingkat kecantikan dari seorang perempuan dilihat dari wajahnya. Wajah juga sumber komunikasi non verbal, jadi seseorang tidak perlu berdialog
langsung sebab sudah memiliki wajah. Jadi seseorang yang belum mengenalnya, pasti yang paling utama orang lain melihatnya adalah dari wajah yang dimilikinya, apakah orang ini cantik, manis, atau biasa aja. Jika seseorang memiliki wajah yang cantik dan menarik maka orang lain pasti akan senang dan tertarik jika melihatnya. Dari sini lah perempuan berlombalomba tampil cantik dihadapan orang lain terutama lawang jenisnya supaya mendapat pujian yang lebih atas kecantikan yang dimilikinya. Kalimat “cantik itu mahal” mungkin
ada benarnya (Melliana, 2006:27). Jadi jika
seorang perempuan tidak ada biaya lebih untuk melakukan perawatan, maka untuk menjadi cantik sesuai keinginan hanyalah angan-angan semata. Karena biaya yang dibutuhkan untuk merubah fisik menjadi cantik dan menarik sangatlah mahal jika tidak mempunyai ekonomi yang lebih. Kecantikan juga dapat diukur dari wajah, dimana wajah sebagai penentu dasar bagi persepsi mengenai kencantikan atau kejelekan individu dan semua persepsi ini secara langsung tidak membuka penghargaan diri (Synnott, 2007:116). Kekuatan dari kecantikan dan kejelekan dalam masyarakat ditunjukkan dengan jelas dari data riset. Kekuatan pada kecantikan dapat mencerminkan suatu bentuk pengakuan yang dimiliki seseorang oleh masyarakat. Makna cantik pada dasarnya merupakan suatu bentuk keunggulan wajah yang dimiliki oleh seseorang sehingga digunakan sebagai batasan cantik dan jelek sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh masyarakat. Dengan demikian kecantikan merupakan bentuk aktulisasi diri dari wajah sehingga seseorang dapat dikatakan memiliki wajah cantik atau wajah jelek. Perawatan Kecantikan
Setiap perempuan selalu menginginkan kulit yang putih, bersinar dan juga cerah, namun hal ini tidak bisa didapatkan begitu saja tanpa melakukan perawatan yang benar. Hal inilah yang menyebabkan banyak perempuan rela mengeluarkan jutaan rupiah hanya untuk mendapatkan kulit yang mereka inginkan. Dan saat ini banyak tersedianya klinik-klinik kecantikan yang bisa mencerahkan kulit wajah (Siswowardoyo.2011). Dari semua masalah yang dihadapi oleh perempuan, masalah kulit merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi oleh perempuan diseluruh dunia. Namun untuk terlihat seperti itu tidaklah mudah karena selalu saja ada masalah yang bermunculan baik jerawat, komedo, ataupun warna kulit yang kurang bersinar, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka biasanya perempuan memutuskan untuk melakukan perawatan atau menggunakan produk kecantikan sesuai keinginan mereka (Siswowardoyo, 2011). Kecantikan wajah dan kulit adalah sesuatu yang diharapkan oleh banyak perempuan. Konstruksi sosial seperti ini membuat perempuan dianggap sebagai kaum yang senang dipuji dan dikagumi penampilan fisiknya, baik oleh lawan maupun sesama jenis (Melliana, 2006:15). Oleh karena itu, perempuan sekarang ini berlomba-lomba untuk bisa tampil cantik dihadapan wanita yang lain. Karena wajah yang bersih, putih dan berkilau adalah salah satu bagian dari kecantikan. Dapat dikatakan, penampilan merupakan bentuk kontrol sosial yang mempengaruhi bagaimana perempuan melihat dirinya dan bagaimana ia dilihat oleh orang lain. Harapan perempuan akan kecantikan fisik ini telah menambah pentingnya nilai kecantikan itu sendiri, sehingga perempuan semakin rapuh dan peka terhadap penampilan mereka ( Melliana, 2006: 17). Dan untuk mendapatkan itu semua tidaklah mudah, mereka harus melakukan perawatan khusus di klinik yang mereka inginkan. Melakukan perawatan wajah juga tidak bisa sembarangan, harus ada Dokter atau ahli kecantikan yang menangani wajah mereka. Jika mereka melakukan perawatan tidak dengan para ahli maka wajahnya bisa rusak, karena obat atau cream yang digunakan harus sesuai dengan resep Dokter. Sering terjadi di masyarakat, perempuan lebih banyak dinilai dan dipuji dari penampilan fisiknya daripada kualitas pribadi lainnya, karena di masyarakat penampilan fisik merupakan aspek yang harus didahulukan ketika menentukan kualitas diri seorang perempuan (Melliana, 2006:18). Sehingga perempuan sekarang sangat memperhatikan penampilanya terutama bagian wajah. Jika mereka menjadi cantik dan menarik maka masyarakat akan memujinya dan itu menjadi kepuasan tersendiri bagi perempuan tersebut. Perempuan modern yang mengingkinkan wajahnya putih, cantik dan menarik harus melakukan perawatan di klinik kecantikan yaitu salah satunya di Natasha skin care. Natasha skin care adalah pusat perawatan wajah yang sudah terkenal dengan menggunakan teknologi
canggih, selain itu jika seorang perempuan melakukan perawatan wajah disana maka juga bisa mengangkat prestige mereka. Semua perempuan juga pasti ingin melakukannya, tetapi tidak semua orang bisa melakukan perawatan wajah di Natasha skin care karena biaya yang harus dikeluarkan juga cukup mahal. Jadi hanya orang yang mempunyai harta/uang lebih yang bisa melakukan perawatan wajah di Natasha skin care. . Selain untuk tampil cantik dan menarik dihadapan banyak orang, perawatan kulit di keseharian juga sangat penting untuk kesehatan kulit wajah. Perawatan kulit sebaiknya digunakan sejak dini, saat mulai menginjak usia pubertas yang mana keadaan hormonal akan mempengaruhi keadaan kulit, terutama pada kulit wajah. Perawatan kulit wajah (facial treatment) secara teratur penting untuk dilakukan, apalagi bagi perempuan yang lebih banyak berada di luar rumah. Dengan begitu sangat diperlukan perlindungan kulit dari partikel bebas, seperti asap kendaraan bermotor, polusi dan sinar langsung ultra violet (Siswowardoyo, 2011). Hal ini yang bisa membuat wajah menjadi rusak dan kusam, sehingga membuat perempuan tidak percaya diri.
Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Hal itu yang kemudian mendorong perempuan untuk terlihat cantik. Di sisi lain, perawatan kecantikan menjadi hal yang penting bagi perempuan untuk mempercantik diri. maka, perawatan kecantikan menjadi trend di kalangan perempuan. Dari adanya fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui makna cantik kecantikan bagi perempuan yang melakukan perawatan kecantikan. Peneliti mengambil salah satu klinik kecantikan yang cukup terkenal di Indonesia, yakni Natasha Skin Care yang berada di Kota Madiun. Madiun bukan termasuk deretan kota besar di Indonesia. Akan tetapi klinik Natasha Skin Care Madiun adalah yang pertama berdiri di Kota Madiun dan berkembang pesat di kota tersebut. Perawatan kecantikan bukan suatu kebutuhan primer, akan tetapi mayarakatnya, khususnya kaum hawa banyak yang melakukan perawatan kecantikan salah satu di klinik Natasha Skin Care. Menjadi masyarakat kota suburban ternyata tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk mengkonsumsi kebutuhan tersier seperti perawatan kecantikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Barbie Culture yang ditulis oleh Rogers untuk membantu peneliti dalam mencari jawaban akan makna kecantikan bagi perempuan, khususnya disini adalah makna kecantikan bagi perempuan yang melakukan perawatan kecantikan. Intisari dari teori Barbie Culture yang ditulis oleh Rogers (2009) adalah bahwasanya Barbie merupakan wujud dari perempuan cantik. Kecantikan bagi perempuan adalah hal yang sangat penting. Karena kecantikan perempuan adalah ikon objektifikasi seksual dan estetis, ikon konsumerisme, dan ikon feminitas yang tegas. Sehingga dalam
penelitian ini dapat diketahui makna kecantikan bagi konsumen perempuan di Natasha Skin Care Madiun yaitu terdapat dua makna cantik, pertama kecantikan untuk manambah rasa kepercayaan diri dan yang kedua kecantikan sebagai penunjang atau tuntutan karier (pekerjaan).
perempuan
cantik Trend : Perawatan kecantikan (Di Natasha Skin Care)
Makna Cantik
Barbie Culture (Rogers)
Simbol Objektifikasi Seksual dan Estetis
Ikon Konsumerisme
Ikon Feminitas yang Tegas
Bagan Alur Pemikiran
Kecantikan untuk kepercayaan diri
Kecantikan sebagai tuntutan karier
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, persepsi, dll., (Moleong, 2013:6). Penelitian Kualitatif dilakukan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2013:6). Dari segi teknik pencarian data dalam penelitian kualitatif, seperti yang disebutkan oleh Moleong yakni memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang (Moleong, 2013:5). Penelitian kualitatif ini digunakan peneliti untuk menggali informasi dan menguraikan realitas yang ada mengenai makna kecantikan wajah bagi konsumen di Natasha Skin Care di Kota Madiun. Alasannya memilih penelitian kualitatif karena strategi penelitian yang diambil lebih mengutamakan pada pemahaman terhadap sebuah fenomena sosial yang terjadi sekarang ini. Oleh karena itu sifat kealamian dari sebuah penelitian sangat diutamakan. Sifat alamiah dan metode wawancara adalah beberapa ciri penelitian kualitatif. Dimana penelitian kualitatif memiliki karakteristik bahwa data yang diambil diperoleh langsung dari lapangan, bukan dari laboraturium atau penelitian yang dikontrol, melakukan kunjungan pada situasi alamiah subjek, dan berusaha mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi ilmiah (Salim, 2005:4). Pada penelitian ini peneliti berupaya untuk memahami dan memberikan penafsiran terhadap sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat dan peneliti juga melihat proses dan pengalaman perempuan dalam melakukan perawatan wajah di Natasha Skin Care. Pada penelitian ini akan menggambarkan realitas sosial bahwa seorang perempuan ingin mempunyai wajah yang lebih cantik dari perempuan lain dan mereka berlomba-lomba untuk tampil cantik dihadapan orang lain, sehingga untuk mewujudkan semua itu, perempuan harus melakukan perawatan wajah di klinik kecantikan yaitu salah satunya Natasha Skin Care. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Fenomenologi merupakan ilmu tentang perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia yang juga dikenal sebagai aliran filsafat sekaligus metode berfikir, yang mempelajari fenomena manusiawi (human phenomena) tanpa mempertanyakan penyebab dari fenomena itu, realitas objektifnya, dan penampakkannya (Kuswarno, 2009:2). Kuswarno (2009) melanjutkan bahwa
dalam penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologi, fenomena yang
ditunjukkan adalah asli seperti yang tampak apa adanya, dan sangat menyakini bahwa fenomena yang tampak itu tidak lepas dari makna-makna yang tersembunyi di baliknya
karena aliran fenomenologi ini mempercayai bahwa selalu ada makna di balik setiap fenomena (Kuswarno, 2009: 2). Pendekatan fenomenologi berusaha mencari makna transedental/abstrak dari objek atau fenomena yang tampak (Kuswarno, 2009:2). Penelitian ini dilakukan di pusat perawatan kecantikan Natasha Skin Care Kota Madiun. Alasan peneliti mengambil tempat penelitian di Natasha Skin Care Madiun karena Natasha Skin Care klinik yang pertama berdiri di Kota Madiun sebelum klinik-klinik yang lain bermunculan. Madiun merupakan kota sub-urban dan bukan kota utama di Jawa Timur. Akan tetapi trend perawatan kecantikan yang notabene melekat di lingkungan perkotaan, ternyata juga marak di kota sub-urban seperti Madiun. Selain itu, Natasha Skin Care memiliki jumlah pengunjung yang paling ramai jika dibandingkan dengan klinik-klinik kecantikan yang ada di Kota Madiun. Penentuan informan dilakukan dengan purposive (bertujuan). Informan bertujuan yaitu dengan cara disengaja berdasarkan ciri-ciri atau criteria tertentu yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini, informan telah ditentutan yaitu informan remaja, dewasa dan ibu-ibu rumah tangga maupun ibu-ibu pekerja yang melakukan perawatan kecantikan wajah di klinik kecantikan yaitu di Natasha skin care. Adapun yang menjadi informan adalah : 1. Informan Utama : Perempuan yang melakukan perawatan wajah di Natasha Skin Care Madiun yang sudah melakukan perawatan lebih dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan dalam jangka waktu lebih dari 3 tahun, perempuan lebih mengerti akan pentingnya menjaga dan merawat kulit wajah. Sehingga mereka akan terus selalu melakukan perawatan wajah untuk menunjang penampilannya. Penentuan informan utama juga sudah ditentukan peneliti yaitu Athira, Berlian, Ayyus, Findha dan Sri Murtini Informan Pendukung : Masyarakat yang tidak melakukan perawatan di Natasha Skin Care dan bagian Administrasi Natasha Skin Care Madiun. Yaitu mbak HN dan Dokter Harto sebagai Dokter kecantikan Natasha Skin Care. Teknik analisa data yang digunakan peneliti ini adalah teknik analisa data sesuai dengan prosedur pendekatan fenomenologi. Langkah-langkah analisis data fenomenologi, menurut Moustakas adalah (Kuswarno, 2009:69) : Berikut pengaplikasian analisis data fenomenologi : 1) Semua data yang diambil peneliti dilokasi penelitian yaitu klinik kecantikan Natasha Skin Care Kota Madiun, diorganisasikan dengan membuat transkip pada semua hasil wawancara yang peneliti dapatkan dilapangan. Transkip wawancara, kemudian dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat horisonalisasi. Horisonalisasi merupakan
kegiatan melengkapi data dari berbagai sumber dan sudut pandang yang lain. Untuk melengkapi data yang ada, peneliti melengkapinya dengan catatan-catatan hasil wawancara dengan Dokter, bagian Administrasi dan Coustomer Service yang berada di Natasha Skin Care Kota Madiun. 2) Peneliti melakukan proses decoding, yakni memberi tanda pada wawancara dengan konsumen perempuan Natasha. Penandaan dilakukan dengan cara yaitu peneliti memuat catatan transkip wawancara yang dilakukan dengan nara sumber, kemudian pada catatan tersebut, peneliti memilah data yang dibutuhkan. Karena hasil wawancara yang dilakukan dengan konsumen perempuan Natasha, tidak semuanya data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Hal tersebut disebabkan wawancara yang dilakukan peneliti menggunakan wawancara tidak berstruktur, dimana pertanyaan yang diajukan peneliti tidak terpacu pada urutan draft pertanyaan. 3) Peneliti harus membaca berulang-ulang hasil wawancara yang diperoleh, hal ini dilakukan supaya peneliti bisa memahami hasil dari wawancara dengan para konsumen perempuan Natasha. Pembacaan berulang-ulang penting dilakukan karena antara bahasa tulis dengan bahasa lisan memiliki pemaknaan yang berbeda. Peneliti hasil membutuhkan pemahaman supaya apa yang dimaksudkan oleh konsumen perempuan Natasha dapat dimengerti oleh peneliti. Sehingga peneliti lebih mudah mengaplikasikannya kedalam bahasa tulis penelitian. 4) Setelah dibaca dengan cermat, maka peneliti melakukan reduksi data yakni memotong hal-hal yang tidak berhubungan dengan masalah penelitian. Untuk bisa mereduksi data maka peneliti menggunakan horisonalisasi yaitu mengelompokkan pernyataan yang memiliki nilai yang sama dan pernyataan yang tidak relevan dengan topik masalah penelitian ini. Selain itu horisonalisasi digunakan peneliti untuk mengklarifikasi data yang diperoleh dari hasil transkip wawancara dengan konsumen perempuan Natasha Skin Care. 5) Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan ke dalam unit makna dan ditulis gambaran mengenai bagaimana pengalaman tersebut terjadi dengan menggunakan bahasa yang mudah diketahui. Pengalaman yang dituliskan disini adalah pengalaman para konsumen perempuan Natasha tentang bagaimana mereka melakukan perawatan wajah di Natasha, mengapa mereka memilih Natasha sebagai ikonnya dan bagaimana makna cantik menurut mereka. Dari apa yang sudah dipaparkan oleh konsumen
perempuan Natasha maka akan muncul suatu makna, yang kemudian oleh peneliti akan dideskribsikan dengan bahasa yang mudah dipahami. 6) Penggunaan bahasa yang jelas bertujuan supaya makna terdalam dari pernyataan tersebut mudah diketahui. Dalam hal ini peneliti harus pintar-pintar dalam menyusun dan memilah kata-kata yang sesuai dengan kontek asli dari hasil wawancara dengan konsumen perempuan Natasha. Hal ini penting dilakukan karena untuk menjaga keaslian makna pesan yang disampaikan oleh konsumen perempuan Natasha. 7) Pada kolom keempat dari tabel horisonalisasi berisi makna terdalam dari maknamakna pernyataan konsumen perempuan Natasha untuk kemudian diintergrasikan dalam sebuah harmoni makna. Peneliti memilah-milah makna-makna yang telah disampaikan oleh konsumen perempuan Natasha Skin Care. Peneliti juga harus bisa menangkap makna terdalam yang disampaikan oleh konsumen perempuan Natasha. Dengan begitu makna-makna terdalam tersebut dapat disentesakan dan diintegrasikan kedalam sebuah harmoni makna. 8) Makna terdalam dalam bentuk harmoni, maka makna inilah yang akan menjadi fokus bahasan penelitian, serta menjadi hasil penelitian dalam bab pembahasan skripsi ini. 3. Makna Kecantikan Bagi Konsumen Perempuan di Natasha Skin Care Kota Madiun 3.1. Kecantikan untuk Kepercayaan Diri Kecantikan wajah seseorang adalah suatu anugerah terindah dan kebanggaan tersendiri bagi seorang perempuan. Semua perempuan pasti menginginkan dan selalu mendambakan mempunyai wajah yang cantik dan menarik, karena itu sudah menjadi kodrat manusia yang senang akan kecantikan. Apalagi dengan kecantikan yang dimilikinya mereka merasa mendapat pujian dari orang lain, terutama pada lawan jenisnya. Karena laki-laki akan menyukai perempuan yang mempunyai wajah cantik, sehingga kecantikan begitu dipuja dan di idam-idamkan perempuan. Perempuan akan berusaha melakukan apa saja untuk mencapai semua impian itu menjadi cantik. Sesungguhnya perempuan dapat menjelaskan banyaknya investasi waktu, uang, energi dan penderitaan dalam kecantikan (Synnott, 2007:118). Dari sini terlihat bahwa para perempuan rela berkorban demi sebuah kecantikan yang diinginkan, tidak memperdulikan seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan demi melakukan perawatan wajah diklinik yang diinginkan. Perempuan juga dituntut untuk selalu menjaga penampilannya supaya terlihat menarik didepan banyak orang. Oleh karena itu, supaya perempuan terlihat cantik dan menarik, maka perempuan tersebut harus merawat bagian wajahnya yaitu dengan cara melakukan perawatan
wajah di klinik kecantikan. Sehingga, kecantikan yang dimiliki oleh perempuan tidak lepas dari perawatan yang dilakukannya. Ketika seorang perempuan menganggap perempuan itu cantik, maka akan dilanjutkan dengan pertanyaan „melakukan perawatan dimana?‟. Maka, cantik identik dengan melakukan perawatan di klinik kecantikan, sehingga memunculkan identitas diri perempuan sebagai perempuan cantik. Kesimpulan tersebut muncul dari observasi yang dilakukan oleh peneliti di antara sekelompok perempuan muda. Ketika dalam suatu kelompok ada salah satu yang mengalami perubahan akan wajahnya, yang lain akan bertanya mengenai perawatan apa yang dilakukan serta di klinik apa. Natasha Skin Care mempresentasikan tentang kecantikan bahwa perempuan cantik itu, perempuan yang mempunyai wajah bersih, cerah, putih dan awet muda. Seperti yang di jelaskan dalam Barbie Culture yang mempresentasikan beragam status dalam masyarakat perempuan cantik yaitu dewasa muda, berkulit putih dan bersih (Rogers, 2009:12). Berikut hasil wawancara dengan Ibu Sri Murtini yang mengalami perubahan setelah melakukan perawatan mengatakan bahwa : Sebelum melakukan perawatan wajah saya agak kusam terus ada flek hitamnya mbak dibagian pipi kanan dan kiri mbak. Mungkin ini muncul gara-gara timbunan bedak yang saya pakai dulu mbak. Makanya semakin bertambah umur jadi kelihatan flek-flek hitamnya dan kalau nanti dibiarkan terus menerus, takutnya wajah saya malah bertambah masalah. Dan allhamdullilah mbak setelah saya rutin perawatan di Natasha hampir 7 tahun ini, flek-flek hitam yang muncul di wajah saya sudah hilang mbak.
(Sri Murtini, 26 April 2014, pukul 17.00).
Dari hasil wawancara yang dijelaskan ibu Sri sudah terlihat bahwa ada perubahan di wajah setelah rutin melakukan perawatan di Natasha Skin Care selama 7 tahun. Sekarang masalah flek yang selama ini mengganggu penampilannya sudah memudar, sehingga wajahnya tampak bersih dan kelihatan awet muda dengan umurnya yang sudah 50 tahun. Natasha Skin Care telah merubah wajah ibu Sri menjadi lebih bersih. Natasha Skin Care dijadikan para perempuan sebagai alat atau tempat perawatan wajah yang bisa merubah dirinya lebih cantik dan menarik. Dari perubahan yang dialaminya membuat ibu Sri lebih percaya diri dengan wajah yang bersih dan cerah. Dari data lapangan yang diperoleh sesuai dengan Barbie Culture bahwa perempuan cantik adalah perempuan muda, Ibu Sri yang umurnya yang sudah 50 tahun tetap melakukan
perawatan wajah supaya terlihat lebih muda dari umurnya. Dari pengalamannya pada saat masih muda, ibu Sri tidak terlalu memikirkan akan kesehatan kulit wajah dan pentingnya kecantikan. Karena pada saat itu ibu Sri hanya menggunakan kosmetik biasa untuk mempercantik wajahnya, tanpa memikirkan efek samping yang akan terjadi jika terus menerus menggunakan kosmetik tersebut. Setelah Ibu Sri berumur lebih dari 35 tahun, ternyata wajahnya bermuculan flek hitam yang mengganggu penampilannya. Dari masalah tersebut membuat hilangnya rasa kepercayaan diri, karena banyak masyarakat atau teman kerjanya yang menanyakan masalah diwajahnya. 3.2. Kecantikan Sebagai Penunjang atau Tuntutan Karier (Pekerjaan) Tuntutan pekerjaan yang mengharuskan Findha selalu berpenampilan rapi dan menarik. Karena pekerjaan Findha yang sebagai teller bank, setiap hari Findha harus berhadapaan dengan banyak orang. Oleh karena itu menjaga kecantikan dan penampilannya sangat penting menurutnya. Berikut hasil wawancara dengan Findha yang menyatakan bahwa kecantikan itu sangat penting untuk menunjang pekerjaan : Pentingnya kecantikan ya mbak, kalau menurut saya sih gini mbak, jadi kan misalnya orang-orang tu pertamanya kan pasti nglihatnya dari penampilan luarnya. Kalau penampilan luarnya nggak menarik dilihat dimata, pasti mereka nggak bakalan nglirik kita mbak. Jadi gimana caranya kita bisa penampilan kita tetep bagus, penampilan kita rapi, cantik, bersih dan enak dilihat. Jadi orang lain pun nyaman sama kita. Apalagi kan saya juga tuntutan kerja mbak, harus kelihatan cantik dan rapi dalam berpenampilan. Kan saya melayani masyarakat, jadi wajah dan tutur kata yang paling utama. Kalau misalkan saya nggak menjaga penampilan luarnya ya orang lain males buat nglihatnya mbak. Sedangkan teller kan kerjanya ditaruh didepan nasabah jadi ya harus menarik donk mbak dilihatnya, biar nasabah juga seneng. Jadi menurut saya kecantikan itu penting banget mbak, selain buat kesehatan kulit kita sendiri, kita juga nyaman berhadapan sama banyak orang. Apalagi kalau udah kerja mbak, penampilan sangat penting.
(Findha, 26 April 2014, pukul 13.00)
Menurut Findha penampilan sangat penting dalam pekerjaannya, apalagi Findha yang bekerja sebagai teller bank, sehingga Findha harus tampil cantik dan menarik dihadapan semua nasabahnya. Karena secara tidak langsung pasti nasabah yang akan melihat penampilannya, apakah wajahnya cantik, apakah penampilannya rapi, apakah tingkah lakunya sopan. Semua itu masyarakat yang menilainya, masyarakat pasti akan berkomentar
apapun yang kita lakukan. Jadi untuk tetap menjaga supaya masyarakat tidak berkomentar negatif maka kita harus selalu menjaga penampilan supaya tetap rapi dan menarik. Karena orang lain yang belum mengenal, pertama yang mereka lihat adalah penampilan fisiknya, jika penampilan fisiknya tidak rapi dan menarik maka orang lain juga tidak akan tertarik dengannya. Oleh karena itu dalam hal penampilan fisik, Findha sangat berhati-hati dalam menjaga penampilannya supaya tetap terlihat menarik. Findha selalu menjaga kecantikan wajahnya dengan cara melakukan perawatan wajah di Natasha Skin Care. Dengan cara seperti itulah, Findha merasa wajahnya lebih terlihat bersih dan cerah dari temannya yang lain. Hal ini menambah kepercayaan diri yang timbul dari dirinya, bahwa usaha yang dilakukan selama ini mendapatkan hasil yang diinginkan. Karena menurutnya penampilan fisik yang paling utama dilihat oleh orang lain, jika penampilannya tidak menarik maka orang lain pun juga tidak akan tertarik. Penampilan fisik terutama bagian wajahlah bentuk dari ketertarikan orang lain terhadap perempuan. Oleh karena itu perempuan sangat merawat tubuhnya terutama pada bagian wajah. Perempuan cantik menurut Barbie culture adalah perempuan yang sering diterima masyarakat, perempuan cantik pasti mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada perempuan yang tidak memiliki wajah yang cantik. Hal ini sesuai dengan Barbie Culture yaitu perempuan sebagai ikon feminitas yang tegas, yang mana feminitas yang tegas ini dimaksudkan sebagai sosok yang lemah lembut tapi memiliki pengetahuan yang luas. Makna cantik sebagai alat untuk menunjukkan kesuksesan adalah dengan menjadi perempuan yang cantik, dapat sekaligus menunjukkan bahwa dirinya mampu menjadi perempuan yang berpengetahuan luas, berpenampilan menarik, lemah lembut tapi memiliki ketegasan dan prinsip yang kuat seperti yang diungkapkan oleh Rogers melalui feminitas yang tegas. Misalnya saja dalam dunia pekerjaan, seorang perempuan yang memiliki wajah cantik, menarik dan bentuk tubuh yang ideal sering kali langsung diterima didalam pekerjaan. Penampilan fisik memang sesuatu yang didambakan para perempuan, karena masyarakat sekarang memasukkan kriteria fisik sebagai salah satu faktor penting dalam menilai kualitas diri perempuan (Melliana, 2006:21). Di masyarakat sekarang memang mengkriteriakan perempuan melihat dari penampilan fisiknya saja tanpa melihat kemampuan lain yang dimiliki perempuan tersebut. Maka dari hal sini bermunculan klinik-klinik kecantikan yang menawarkan jasa kecantikan dan bisa membius para perempuan untuk melakukannya. Tuntutan pekerjaan yang menjadi salah satu faktor perempuan yang selalu menjaga penampilannya supaya terlihat cantik dan menarik. Oleh karena itu perempuan selalu
mengutamakan penampilannya untuk menunjang pekerjaannya. Dalam dunia kerja penampilan adalah salah satu faktor untuk menarik para konsumen, misalnya saja Berlian, Findha dan Sri Murtini, mereka selalu memperhatikan penampilannya dalam bekerja. Sehingga melakukan perawatan wajah dan menjaga penampilannya adalah sebagian dari kewajiban mereka, selain itu juga akan muncul rasa percaya diri jika mempunyai wajah yang cantik dan menarik. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat dua makna cantik dari konsumen perempuan di klinik kecantikan Natasha Skin Care. Pertama adalah kecantikan sebagai kepercayaan diri. Perempuan merasa dengan menjadi cantik, dia bisa mendapatkan pujian, baik dari lawan jenis maupun dari sesama jenis. Perempuan membutuhkan sebuah pengakuan dari masyarakat atas kecantikannya, sehingga ketika mendapat pujian dari orang lain, maka ia akan merasa lebih percaya diri untuk bergabung di lingkungan masyarakat. Selain itu perempuan lebih merasa dihargai sebagai perempuan seutuhnya karena kecantikan yang dimilikinya. Maka makna kecantikan yang pertama adalah untuk kepercayaan diri. Makna kecantikan yang kedua adalah kecantikan sebagai penunjang atau tuntutan karir atau pekerjaan. Perempuan bekerja bukan hal yang asing lagi, dan tidak sedikit pekerjaan yang mengutamakan penampilan fisik sehingga menjaga performa kecantikan fisik menjadi penting. Maka, dari beberapa narasumber dalam penelitian yang notabene adalah seorang wanita karir sehingga melakukan perawatan kecantikan adalah suatu kewajiban. Munculnya anggapan dengan menjadi cantik akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan juga menjadi pendorong bagi perempuan untuk tampil cantik dan menarik. Maka, makna kecantikan yang muncul adalah cantik sebagai penunjang atau tuntutan karir.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan.2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Chaney,
David.1996.
Lifestyle
(Sebuah
Pengantar
Komprehensif).
Yogyakarta:
JALASUTRA
Kuswarno, Engkus.2009. Fenomenologi. Bandung: Widya Padjadjaran
Melliana, Annastasia. 2006. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta: LKS
Moleong, Lexy.2013. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rogers, Mary.2009. Barbie Culture (Ikon Budaya Konsumerisme). Yogyakarta: RELIEF
Salim, Agus.2005. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Suryabrata, Sumadi.1989. Metodologi Penelitian. Jakarta Utara: CV Rajawali
Suyanto, Bagong.2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Synnott, Anthony.2007. Tubuh Sosial (Simbolisme, Diri, dan Masyarakat). Yogyakarta: JALASUTRA
Yulianto, Vissia.2007. Pesona Barat di Indonesia (Analisis Kritis-Historis Tentang Kesadaran Warna Kulit di Indonesia). Yogyakarta: JALASUTRA
Skripsi :
Christin Melan Gae mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya Malang dengan judul Hubungan Penggunaan Kosmetik dengan Gaya Hidup Mahasiswa (studi pada mahasiswi kost di Kel. Ketawanggede Kec. Lowokwaru Kota Malang)
Vera Deli Anggraeni mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya Malang yang berjudul Pendisiplinan Tubuh Pada Model Perempuan (studi Geneologi Foucault pada color model Inc. Malang).
Media Cetak: Majalah “Natasha Skin Care” , Maret-April 2013. Majalah “Natasha Skin Care” , Juli-Agustus 2013 Majalah “Natasha Skin Care”, Marer-April 2014
Internet:
http://tentangwanita.com/kecantikan/perawatan-dan-natasha-skin-care-harga.html, (download 11 desember 2013, pukul 22.00).
http://tentangwanita.com/dunia-wanita/semua-tentang-natasha-skin-care.html, (download 11 desember 2013, pukul 22.25). http://www.kosmetikberbahaya.com/natasha-skin-care.htm, (download 11 desember 2013, pukul 23.00).
winditasiswowardoyo.wordpress.com/2011/12/12/perawatan-kulit-wajah-dengan-teknologitinggi/, (download 11 desember 2013, pukul 23.10).