SEJARAH
Perjalanan Sejarah Madura dimulai dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad 13. Dalam kitab nagarakertagama terutama pada tembang 15, mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komonitas budaya yang sama.
Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah HindiaBelanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1]
Sejarah mencatat Aria Wiraraja adalah Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan tari Satria.
Gambar1. Peta Pulau Madura GEOGRAFIS Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di
bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.
Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.
Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10 persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep
mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.
EKONOMI Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan
ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting dalam ekonomi subsisten di sana. Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkeh bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam. Selain komoditas tanaman diatas, sejak akhir tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) mencoba Pulau ini untuk dijadikan lahan pengembangan tebu di Jawa Timur. Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah
suburban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Suramadu yang sudah beroperasi sejak 10 Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi daerah Bangkalan dengan ekonomi regional. Sumenep sebagai daerah wisata juga menyimpan banyak sumber daya alam berupa gas alam yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan gas industri yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Sumur-sumur gas sebagian besar tersebar di daerah lepas pantai Kepulauan Sumenep.
KEBUDAYAAN Berbicara mengenai masalah kebudayaan yang ada di Indonesia tentu tak
akan habisnya. Indonesia memilki kebudayaan yang beragam dari Sabang sampai Merauke. Salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia adalah kebudayaan Madura.
Kebudayaan Madura - Sejarah Pulau Madura
Semua orang tahu di mana Madura itu berada, yaitu di Jawa Timur. Tetapi tidak semua orang tahu bagaimana sejarah terbentuknya pulau Madura ini, sebelum kita mengetahui apa saja kebudayaan Madura yang berkembang dalam masyarakatnya, ada baiknya kita selusuri terlebih dahulu kisah sejarah dari terbentuknya pulau Madura yang mewadahi kebudayaan Madura.
Sejarah pulau Madura dikisahkan, bahwa ada suatu negara yang disebut Mendangkamulan dan berkuasalah seorang Raja yang bernama Sangyangtunggal. Waktu itu pulau Madura merupakan pulau yang terpecah belah, Yang tampak ialah Gunung Geger di daerah Bangkalan dan Gunung Pajudan di daerah Sumenep.
Diceritakan selanjutnya bahwa raja mempunyai anak gadis bernama Bendoro Gung. Pada suatu hari Bendoro Gung hamil dan diketahui Ayahnya. Raja amat marah dan menyuruh Patihnya yang bernama Pranggulang untuk
membunuh anaknya itu. Karena itu ia tidak melanjutkan untuk membunuh anak Raja itu tetapi ia memilih lebih baik tidak kembali ke Kerajaan. Pada saat itu ia merubah nama dirinya dengan Kijahi Poleng dan pakaiannya di ganti juga dengan Poleng (Arti Poleng,kain tenun Madura). Dan gadis yang hamil itu didudukkan di atasnya, serta gitek itu di hanyutkan menuju ke Pulau "Madu Oro".
Pada saat si gadis hamil itu merasa perutnya sakit dan segera ia memanggil Kijahi Poleng. Tidak antara lama Kijahi Poleng datang dan ia mengatakan bahwa Bendoro Gung akan melahirkan anak. Dengan demikian ibu dan anak tersebut menjadi penduduk pertama dari Pulau Madura.
Perahu-perahu yang banyak berlayar di Pulau Madura sering melihat adanya cahaya yang terang ditempat dimana Raden Segoro berdiam, dan seringkali perahu-perahu itu berhenti berlabuh dan mengadakan selamatan ditempat itu. Selain daripada itu para pengunjung memberikan hadiah-hadiah kepada Ibu Raden Segoro maupun kepada anak itu sendiri. Ibunya merasa sangat takut pula karena itu ia memanggil kijahi Poleng. Kijahi poleng mengajak Raden Segoro untuk pergi ketepi pantai.
Pada saat itu memang benar datanglah 2 ekor ular raksasa dan Kijahi Poleng menyuruh Raden Segoro supaya 2 ekor ular itu didekati dan selanjutnya supaya ditangkap dan dibanting ke tanah. Tombak itu oleh Kijahi Poleng diberi nama Si Nenggolo dan Si Aluquro. Sesampainya Patih tersebut di Madura, ia terus menjumpai Raden Segoro dan mengemukakan kehendak Rajanya. Ibu Raden Segoro mendatangkan Kijahi Poleng dan minta pendapatnya, apakah kehendak raja dikabulkan atau tidak.
Raden Segoro berangkat dengan membawa senjata si Nenggolo. Akhirnya Raja Mendangkamulan atas bantuan Raden Segoro menang didalam peperangan dengan tentara Cina dan setelah itu Raja mengadakan Pesta besar karena dapat mengusir musuhnya. Raja bermaksud mengambil Raden Segoro sebagai anak mantunya. Raden Segoro minta ijin dahulu untuk pulang ingin menanyakan
kepada ibunya. Pada saat itu pula ibu dan anaknya lenyaplah dan rumahnya disebut Keraton Nepa. Karena itu sampai sekarang 2 tombak itu menjadi Pusaka Bangkalan.
Kebudayaan Madura - Ragam Budaya yang Berkembang di Madura
Walaupun berada dalam wilayah yang tandus, tetapi Madura kaya akan kebudayaannya. Kekayaan budaya yang terdapat di Madura ini dibangun atas unsur yang dipengaruhi oleh animisme, Hindu, dan Islam. Ketiga unsur inilah yang mendominasi kebudayaan Madura.
Adapun kebudayaan Madura yang harus kita ketahui dan lestarikan adalah sebagai berikut:
1. Tembang Macapat
Pada awalnya, tembang atau nyanyian dalam kebudayaan Madura ini dipakai sebagai media untuk memuji Allah Swt sebelum dilaksanakan shalat wajib. Lambat laun tembang ini dipakai untuk mengajak masyarakat Madura mencitai ilmu pengetahuan dan membenahi kerusakan moral yang terjadi.
2. Musik Saronen
Musik ini berasal dari desa Sendang, kecamatan Pragaan, kabupaten Sumenep. Jika di Madura diadakan sebuah kesenian, musik saronen inilah yang mengiringinya. Musik saronen merupakan perpaduan dari beberapa alat musik, tetapi yang paling dominan adalah alat musik tiup berupa kerucut. Nah, alat musik tiup itulah yang disebut dengan saronen.
3. Tan Muang dan Tari Duplang
Tang Muang dan Tari Duplang ini merupakan seni tari yang berasal dari kebudayaan Madura. Gerakan tari tradisional ini di setiap gerakannya selalu menampilkan kata-kata yang tertera dalam Al-Qur'an seperti Allah dan Muhammad.
Tari Muang adalah seni tradisional yang masih ada sampai sekarang. Saat ini, tarian Muang beralih fungsi menjadi tarian wajib untuk menyambut para wisatawan yang datang ke Madura, tetapi gerakannya tetap dibatasi dan masih diselipkan unsur-unsur Islaminya.
Berbeda dengan tari Muang, tari Duplang merupakan tarian yang unik dan langka. Unik karena tarian ini merupakan sebuah penggambaran prosesi kehidupan seorang wanita desa. Di dalam tarian ini mengandung pesan, yaitu masih terlupakannya wanita desa yang bekerja sebagai petani. Tarian ini diciptakan oleh seorang penari keraton bernama Nyi Raisa.
Tarian Duplang memiliki kesulitan tingkat tinggi sehingga pada zaman sekarang tarian ini punah karena geraknnya yang susah untuk diingat dan peminatnya pun kurang. Tarian inilah yang sampai saat ini masih dipertahankan kelestariannya oleh masyarakat dalam kebudayaan Madura.
4. Upacara Sandhur Pantel
Upacara Sandhur Pantel merupakan sebuah upaca ritual untuk para masyarakat Madura yang berprofesi sebagai petani ataupun nelayan. Upacara
ritual
kebudayaan
Madura
ini
merupakan
upacara
yang
menghubungkan manusia dengan makhluk ghaib atau sebagai sarana komunikasi manusia dengan Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Bentuk upacara ini berupa tarian dan nyanyian yang diiringi musik. Hampir di seluruh wilayah Madura melakukan ritual ini. Lamabat laun,
upacara ini tidak dilakukan lagi karena bertentangan dengan ajaran agama Islam. Upacara ini haram hukumnya jika dilaksanakan.
5. Kerapan Sapi
Kerapan sapi merupakan sebuah seni pertunjukan yang di dalmnya terdapat kerapan sapi serta topeng dalang. Kerapaan sapi merupakan perlombaan memacu sapi. Kesenian ini diperkenalkan pada abad ke-15 (1561 M) pada masa pemerintahan Pangeran Katandur di daerah Keratin Sumenep.
Kesenian dan kebudayaan Madura ini diikuti oleh para petani. Tujuannya untuk memberikan motivasi kepada petani agar tetap semangat untuk bekerja dan dapat meningkatkan produksi ternak sapinya. Seiring dengan berjalannya waktu, kerapan sapi ini sudah banyak disalahgunakan sehingga lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.
Contohnya seperti banyak di antara para pemain dan penonton yang melupakan kewajibannya untuk mendirikan shalat. Kerapan sapi merupakan kesenian yang khas dari Madura. Kerapan sapi ini merupakan pemasok utama dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah karena kerapan sapi mampu menarik perhatian wisatawan asing berkunjung ke Madura.
Kebudayaa Madura - Tradisi Perkawinan yang Dilarang
Dalam kebudayaan Madura ada tradisi perkawinan yang dianggap tabu dilakukan oleh masyarakat Madura, yang di sebut dengan perkawinan Salep Tarjha. Salep Tarjha ini merupakan salah satu model perkawinan yang dilarang
oleh masyarakat Madura, secara syari'at Islam sih dibenarkan, tapi adat-istiadat melarang perkawinan tersebut.
Perkawinan SalÄ“p Tarjhâ ini oleh masyarakat Madura diyakini dapat membawa bencana atau musibah bagi pelaku maupun keluarganya, yakni berupa sulit dan melarat rezekinya, sakit-sakitan, anak atau keturunan pelaku perkawinan tersebut lahir dengan kondisi tidak normal atau cacat dan lain sebagainya.
Istilah Salep Tarjha merupakan sebuah istilah yang diberikan oleh Bengaseppo (sesepuh atau nenek moyang) masyarakat dalam kebudayaan Madura bagi perkawinan silang antara 2 orang bersaudara putra-putri. Contoh, Ali dan Arin adalah dua orang bersaudara (kakak-adik) yang dijodohkan atau dinikahkan secara silang dengan Rina dan Rizal yang juga dua orang bersaudara (kakak-adik).
Dalam hal ini perlu digarisbawahi bahwa suatu perkawinan itu akan disebut sebagai perkawinan Salep Tarjha, apabila orang yang menikah tersebut adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan saudara kandung yang kemudian keduanya dinikahkan secara silang dengan 2 orang saudara kandung juga. Jadi, apabila modelnya tidak seperti ini, maka tidak disebut dengan perkawinan Salep Tarjha.
Masyarakat dalam kebudayaan Madura memiliki keyakinan bahwa perkawinan ini dapat mendatangkan musibah dan bencana bagi pelaku maupun keluarganya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang ngotot untuk tetap melakukan perkawinan Salep Tarjha ini, mereka diharuskan mengadakan ritual selamatan atau doa bersama dengan cara mengundang sanak famili, kerabat, tetangga, maupun para kiai, dengan tujuan agar pelaku perkawinan Salep Tarjha dapat terbebas atau terhindar dari mara bahaya mitos-mitos itu.
PARAWISATA Pulau Madura memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu
icon wisata Madura adalah Karapan Sapi. Setiap tahun kerapan sapi
diselenggarakan berjenjang dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, dan tingkat pembantu wilayah Madura. Selain kerapan sapi ada juga kontes Sapi Sono' yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan Sumenep ada juga Kerapan Kerbau. Selain karapan sapi yang menjadi objek wisata favorit ada juga beberapa wisata yang semuanya tersebar di 4 wilayah kabupaten diantaranya :
Objek Wisata di Kabupaten Sumenep Objek Wisata Sejarah, Budaya dan Arsitektur
Museum Keraton
Sumenep merupakan
museum
yang
dikelola
oleh
pemerintah daerah Sumenep yang di dalamnya menyimpan berbagai koleksi benda-benda cagar budaya peninggalan keluarga Karaton Sumenep dan beberapa peninggalan masa kerajaan hindu budha seperti arca Wisnu dan Lingga yang ditemukan di Kecamatan Dungkek. Didalam museum terdapat juga beberapa koleksi pusaka peninggalan Bangsawan Sumenep seperti guci keramik dari Cina dan Kareta My Lord pemberian Kerajaan Inggris kepada Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I atas jasanya yang telah banyak membantu Thomas Stamford Raffles salah seorang Gubenur Inggris dalam penelitian yang dilakukannya di Indonesia.
Keraton Sumenep merupakan peninggalan pusaka Sumenep yang dibangun oleh
Raja/Adipati
Pakunataningrat
dan
Sumenep diperluas
XXXI,
Panembahan
oleh
keturunannya
Sumolo yaitu
Sri
Asirudin Sultan
Abdurrahman Pakunataningrat I. Karaton Sumenep sendiri letaknya tepat berada di depan Museum Karaton Sumenep,
Masjid Jamik Sumenep merupakan bangunan yang mempunyai arsitektur yang khas, memadukan berbagai kebudayaan menjadi bentuk yang unik dan megah, dibangun oleh Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat yang memerintah pada tahun 1762-1811 M dengan arsitek berkebangsaan tionghoa "law pia ngho"
Kota Tua Kalianget letaknya di sebelah timur kota Sumenep, disini para pengunjung bisa melihat peninggalan-peninggalan Pabrik garam, Arsitektur Kolonial dan beberapa daerah pertahanan yang dibangun Oleh Pemerintahan Kolonial saat menjajah wilayah Sumenep,
Rumah Adat Tradisional Madura Tanean Lanjhang , bisa ditemui di beberapa daerah menuju pantai lombang maupun menuju pantai s lopeng,
Benteng VOC Kalimo'ok di Kalianget.
Objek Wisata Alam
Pantai Lombang adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. Pantai Lombang adalah satusatunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang,
Pantai Slopeng adalah pantai dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan, termasuk jenis ikan tongkol,
Pantai Ponjug di Pulau Talango,
Pantai Badur di Kecamatan Batu Putih,
Pantai Pasir Putih dan Terumbu Karang Pulau Saor (Kecamatan Sapeken),
Kepulauan Kangean dan sekitarnya merupakan gugusan kepulauan Kabupaten Sumenep yang letaknya berada di wilayah ujung timur Pulau Madura. Mempunyai banyak pantai yang eksotik,
Wisata Taman Laut Mamburit Pulau Arjasa,
Wisata Taman Laut Gililabak Pulau Talango,
Taman Air Kiermata di Kecamatan Saronggi,
Goa Jeruk Asta Tinggi Sumenep,
Goa Kuning di Kecamatan Kangean,
Goa Payudan di Kecamatan Guluk-Guluk,
Wisata Religi/Ziarah
Asta Karang Sabu merupakan kompleks pemakaman keluarga Raja / Adipati Sumenep yang memerintah pada abad 15 yaitu Pangeran Ario kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. di daerah karang sabu inilah beliau memimpin pemerintah Sumenep pada saat itu.
Kompleks pemakaman Asta Tinggi Sumenep merupakan kompleks pemakaman Raja-Raja Sumenep yang dibangun pada tahun 1644 M. terletak di daerah dataran Tinggi Kebon Agung Sumenep.
Asta Yusuf merupakan salah satu makam penyebar agama islam di Pulau Talango, makam tersebut ditemukan oleh Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat ketika betolak menuju Bali pada tahun 1212 hijriah (1791),
Asta Katandur merupakan salah satu makam penyebar agama islam di Sumenep, Pangeran Katandur yang juga salah sat u tokoh yang ahli dalam bidang pertanian dan menurut berbagai sumber, Pangeran Katandur juga merupakan pencipta tradisi kerapan sapi,
Makam Pangeran Panembahan Joharsari yang merupakan salah satu Adipati Sumenep V yang pertama kali memeluk Agama islam di Bluto,
Wisata Minat Khusus
Tirta Sumekar Indah merupakan salah satu kompleks pemandian kolam renang yang ada di Sumenep, letaknya berada di kecamatan Batuan, sebelah barat kota Sumenep. Letaknya yang strategis, dikelilingi Perkebunan Pohon Jati dan Jambu Mente serta tak jauh dari wisata kompleks pemakaman Asta Tinggi membuat pemandian ini banyak di kunjungi warga saat akhir pekan dan liburan sekolah,
Water Park Sumekar, merupakan wisata air yang terletak tak jauh dibelakang lokasi Wisata kompleks Asta Tinggi, kondisi bangunannya yang terletak dilerang bukit Kasengan sangat menambah suasana alami di kawasan ini,
Alun-Alun Sumenep sekarang menjadi taman Adipura, setiap harinya khususnya pada malam hari dibangian utara Alun-Alun Sumenep ini terdapat pasar malam dengan menyajikan berbagai macam kuliner dan accesories yang bisa dinikmati dengan harga yang murah.
Wisata kesehatan di Pulau Giliyang Kecamatan Dungkek merupakan daerah di kabupaten Sumenep yang mempunyai kandungan O2/oksigen sebesar 21,5% atau 215.000 ppm .[2]
Objek Wisata di Kabupaten Pamekasan
Pantai Talang Siring, Kecamatan Montok
Pantai Jumiang, Kecamatan Pademawu
PantaiBatu Kerbuy
Api tak kunjung padam
Makam Batuampar
Vihara Avalokitesara
Situs Pangeran Rangga Sukawati
Museum Daerah
Pasar Batik Joko Tole
Objek Wisata di Kabupaten Sampang
Pulau Mandangin
Pantai Camplong
Kuburan Madegan
Waduk Klampis Desa Kramat kecamatan Kedungdung
Air terjun Toroan
Rimba monyet - Nepa Raden segoro
Reruntuhan Pababaran
Pemandian Sumber Otok
Wisata Alam Goa Lebar
Monumen Sampang
Situs Pababaran Trunojoyo
Situs Ratoh Ebuh
Objek Wisata di Kabupaten Bangkalan
Pantai Rongkang
Pantai Sambilangan
Bukit Geger
Kuburan Aermata
Pantai Siring Kemuning di desa Macajah, Tanjungbumi
Perahu Peninggalan Saichona Moh. Chollil di desa Telaga Biru, Tanjungbumi
Mercusuar VOC , Sambilangan
Jembatan Nasional Suramadu
Tokoh Kerajaan
Madura Barat
Pangeran Tengah 1592-1621. Saudara dari:
Pangeran Mas 1621-1624
Pangeran Praseno / Pangéran Tjokro di Ningrat I / Pangeran Cakraningrat I 1624-1647. Anak dari Tengah dan Ayah dari:
Pangeran Tjokro Diningrat II / Pangeran Cakraningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah dari:
Raden Temenggong Sosro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat III / Pangeran Cakraningrat III 1707-1718. Saudara dari:
Raden Temenggong Suro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat IV / Pangeran Cakraningrat IV 1718-1736. Ayah dari:
Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I / Panembahan Tjokro Diningrat V / Pangeran Cakraningrat V 1736-1769. Kakek dari:
Raden Adipati Sejo Adiningrat II / Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VI / Pangeran Cakraningrat VI 1769-1779
Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VII / Pangeran Cakraningrat VII 1779-1815, Sultan Bangkalan 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat V dan Ayah dari:
Tjokro Diningrat VIII / Pangeran Cakraningrat VIII, Sultan Bangkalan 1815-1847. Saudara dari:
Panembahan Tjokro Diningrat IX / Pangeran Cakraningrat / Sultan Bangkalan 1847-1862. Ayah dari:
Panembahan Tjokro Diningrat X/ Pangeran Cakraningrat X / Sultan Bangkalan 1862-1882.
Pangeran Trunojoyo, Pahlawan Madura salah seorang keturunan Kerajaan Madura Barat dalam memberontak pemerintahan VOC di Jawa dan Madura
Madura Timur
Prabu Arya Wiraraja, Adipati Sumenep I pada tahun 1269 dan sebagai salah satu tokoh pendiri Kerajaan Majapahit bersama Raden Wijaya.
Pangeran Secadiningrat I
Pangeran Secadiningrat II
Pangeran Secadiningrat III Adipati Sumenep XIII tahun 1415 - 1460
Pangeran Secadiningrat IV Adipati Sumenep 1460 - 1502
Pangeran Secadiningrat V Adipati Sumenep 1502 - 1559
Raden Tumenenggung Ario Kanduruan Adipati Sumenep 1559 - 1562
Pangeran Lor dan Pangeran Wetan Adipati Sumenep 1562 - 1567
Pangeran Keduk I Adipati Sumenep 1567 - 1574
Pangeran Lor II Adipati Sumenep 1574 - 1589
Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I menjadi Adipati Sumenep 1589 1626
Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa Adipati Sumenep 1626 - 1644
Kanjeng R. Tumenggung Ario Jaingpatih Adipati Sumenep 1644 - 1648
Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro Adipati Sumenep 1648 - 1672
Kanjeng R. Tumenggung Pulang Jiwa dan Kanjeng Pangeran Seppo Adipati Sumenep 1672 - 1678
Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro II Adipati Sumenep 1678 - 1709
Kanjeng R. Tumenggung Wiromenggolo Adipati Sumenep 1709 - 1721
Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro III Adipati Sumenep 1721 - 1744
Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro IV Adipati Sumenep 1744 - 1749
Raden Buka Adipati Sumenep 1749 - 1750
Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtanegara dan Kanjeng R. Tumenggung Tirtanegara Adipati Sumenep 1750 - 1762
Kanjeng R. Tumenggung Ario Asirudin / Pangeran Natakusuma I (Panembahan Somala) Sultan Sumenep tahun 1762 - 1811
Sultan Abdurrahman Paku Nataningrat I (Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahaman) Sultan Sumenep 1811 - 1854
Panembahan Natakusuma II (Kanjeng R. Tumenggung Moh. Saleh Natanegara) menjadi Adipati Sumenep 1854 - 1879
Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat Adipati Sumenep 1879 - 1901
Kanjeng Pangeran Ario Pratamingkusuma Adipati Sumenep 1901 - 1926
Kanjeng Pangeran Ario Prabuwinata Adipati Sumenep 1926 – 1929
Sejata khas madura
Gambar2. Cerulit
Clurit adalah alat pertanian yang berfungsi sebagai alat potong yang berbentuk melengkung menyerupai bulan sabit. Meskipun memiliki bentuk yang sama dengan arit / sabit, Clurit lebih mengacu pada senjata tajam sedangkan Arit atau Sabit cenderung bersifat sebagai alat pertanian. Clurit merupakan senjata khas dari suku Madura Provinsi Jawa Timur digunakan sebagai senjata carok. Legenda senjata ini adalah senjata yang biasa digunakan oleh tokoh yang bernama Sakera yang kontra dengan dengan penjajah Belanda. Kini senjata clurit sering digunakan masyarakat Madura untuk carok.
Sebelum digunakan clurit diisi dulu dengan asma’ / khodam dengan cara melafalkan do’a-do’a sebelum melakukan carok. Carok dan celurit tak bisa dipisahkan. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri ( kehormatan ). Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat. Bahwa kalau ada persoalan, perselingkuhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu menggunakan kebijakan dengan jalan carok. Alasannya adalah demi menjunjung harga diri. Istilahnya, daripada putih mata lebih baik putih tulang. Artinya, lebih baik mati berkalang tanah daripada menanggung malu. Penyelesaian dengan cara carok pasti salah satu ada yang mati. Oleh karena itu walaupun salah satu khasanah budaya rakyat Indonesia, Pemerintah tetap menetapkan sebagai pelanggaran hukum