STUDI EKSPERIMENTAL PEMANFAATAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT DALAM PEMBUATAN BETON
JURNAL
Oleh : SURATNO 2010 22 201 030
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE 2015
1
STUDI EKSPERIMENTAL PEMANFAATAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT DALAM PEMBUATAN BETON Suratno1 Dina Pasa Lolo2 Hairulla2 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Musamus Email :
[email protected] Abstrak Meningkatnya kebutuhan bahan bangunan dalam jangka panjang menyebabkan persediaan material yang disediakan alam akan terus berkurang. Produksi batu bata merah di kampung Wasur Kabupaten Merauke menimbulkan permasalahan baru seperti kurangnya pemanfaatan limbah hasil produksi terutama dalam bidang konstruksi. Penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui nilai Kuat tekan dan kuat tarik belah beton yang diuji dalam jangkau waktu tertentu. Proses penelitian dilaksanakan di Laboratorium teknik sipil Universitas Musamus Merauke. Rancangan campuran beton menggunakan metode Doe dan pengujian menggunakan Standar Nasional Indonesia. Benda uji yang dibuat sebanyak 30 pasang atau 60 contoh dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15 cm dan 30 contoh dengan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm. Pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah beton pada umur beton 3, 7, 14 dan 28 hari untuk kuat tekan beton normal adalah 162,444 kg/cm2, 189,833 kg/cm2, 252,450 kg/cm2 dan 311,383 kg/cm2 sedangkan beton dari agregat limbah batu bata 74,044 kg/cm2, 102,000 kg/cm2, 122,967 kg/cm2 dan 149,883 kg/cm. Hasil pengujian kuat tarik belah beton normal adalah 1,840 Mpa, 2,318 Mpa, 2,742 Mpa, 3,539 Mpa dan beton dari agregat limbah batu bata 0,849 Mpa, 1,221 Mpa, 1,681 Mpa dan 1,893 Mpa. Kata kunci :Limbah Batu Bata, Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah I.
PENDAHULUAN Lajunya pertumbuhan yang disertai dengan pesatnya pembangunan di Kabupaten Merauke saat ini berakibat pada tingginya kebutuhan dan jumlah material bahan bangunan yang diperlukan. Bahan bangunan tersebut dapat berasal dari alam maupun buatan. Meningkatnya kebutuhan bahan bangunan dalam jangka panjang menyebabkan persediaan material yang disediakan alam akan terus berkurang. Dengan keadaan yang seperti ini dituntut adanya pemanfaatan sumber daya lokal
1. 2.
seperti pemanfaatan limbah maupun sampah. Seiring dengan adanya Produksi batu bata merah di kampung Wasur Kabupaten Merauke timbul permasalahan baru seperti kurangnya pemanfaatan limbah hasil produksi terutama dalam bidang konstruksi. Penelitian pemanfaatan limbah batu bata sisa hasil produksi sebagai pengganti agregat untuk pembuatan beton bertujuan untuk mengetahui nilai Kuat tekan dan kuat tarik belah beton.
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Musamus Dosen Teknik Sipil Universitas Musamus
1
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian Hardjasaputra, Harianto dan Sutanto, Frengky. Dalam Penggunaan Limbah Batu Bata Dan Plester Sebagai Aggregat Halus Pada Campuran Beton Baru. Hasil dari pengetesan menunjukan bahwa dibandingkan dengan beton alami, beton daur ulang limbah tembok mengalami penurunan kuat tekan sebesar 26 persen, sedangkan beton daur ulang limbah batu bata mengalami penurunan kuat tekan sebesar 32 persen. Untuk meningkatkan mutu beton daur ulang dilakukan mix design dengan w/c ratio < 0.5, sehingga diperoleh kuat tekan yang meningkat mencapai 35 MPa. Penelitian Riyawan, Eko., Monita, Olivia. Dalam Pengaruh Gradasi Agregat Kasar Lempung Bakar Pada Beton Ringan. Hasil penelitian kuat tekan beton dari benda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada umur beton 28 hari dari empat macam variasi gradasi butiran agregat kasar ringan mengacu pada ukuran nominal agregat ringan (ASTM C 330) yaitu variasi 25-75, 19-4,75, 12,5-4,75 dan 9,5-2,36 diperoleh nilai kuat tekan masingmasing sebesar 208,670 kg/cm2 , 226,354 kg/cm2, 221,638 kg/cm2, 216,922 kg/cm2. Kuat tekan beton ringan tertinggi yaitu pada variasi 19-4,75 mm karena susunan gradasi agregat ringan yang sempurna atau baik sehingga seluruh beton ringan terisi dengan agregat ringan. Penelitian Safi, Fahrudin., Rofikatul, Kharimah. Dalam Alternatif Pemakaian Agregat Lempung Bakar Pada Beton Ringan Non Pasir. Hasil penelitian kuat
tekan beton non pasir di masingmasing variasi suhunya agregat yakni pada suhu 8000C = 7.93 MPa, suhu 9000C = 7.45 MPa, suhu 10000C = 11.83 MPa, suhu 11000C = 12.32 MPa, dan pada suhu 12000C mencapai 14.10 MPa. Pengaruh kenaikan suhu pada agregat lempung terhadap kuat tarik belah beton non pasir dengan variasi suhu 8000C, 9000C, 10000C, 11000C, dan 12000C memberikan kenaikan nilai kuat tarik belah betonnya sebesar 0.34 MPa, 0.22 MPa, 0.52 MPa, 0.58 MPa, dan 0.66 MPa, walaupun pada suhu 9000C terjadi sedikit penurunan kekuatan betonnya yang disebabkan pada kesalahan teknis dalam melakukan pencampuran beton tersebut. B. Landasan Teori 1. Pengertian beton Beton merupakan bahan campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya aggregat halus, aggregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk masa padat ( SK.SNI T15-1990-03:1). 2.
Batu bata Batu bata adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Batu bata adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat
2
dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Batu merah yang baik harus mempunyai bidang-bidang yang datar, rusuk-rusuk yang tajam dan siku, tidak menunjukan retak-retak, tidak mudah hancur atau patah dan perubahan bentuk yang berlebihan. Bentuk lain yang disengaja karena pencetakan yang diperbolehkan. Permukaan batu bata merah harus kasar, warnanya merah seragam( merata) dan bunyinya nyaring bila diketuk. Berdasarkan mutu Kuat tekannya batu bata merah dikelompokan menjadi 3 tingkatan seperti pada tabel 1 dibawah ini: Tabel 1 Kuat Tekan Batu Bata Merah Kuat Mutu Batu Merah Tekan Rata-Rata Tingkat I (satu) >10 Tidak ada yang N/mm2 menyimpang Tingkat II (dua) 10-8 Satu buah dari 10 N/mm2 benda percobaan Tingkat III (tiga) Dua buah dari 8-6 N/mm2 sepuluh benda percobaan Sumber: Heinz Frick dan Ch. Koesmarrtadi, 1999 3. Material penyusun beton a. Agregat kasar Agregat kasar sebagai bahan campuran beton berupa kerikil dan batu pecah. Kerikil diperoleh dari
sungai secara alami yang terdiri dari bermacam-macam ukuran yang biasanya didapatkan dengan ukuran 5-40 mm, dengan bentuk yang agak bulat serta permukaannya yang agak licin. Sedangkan batu pecah diperoleh dari batu yang digiling dengan mesin pemecah batu dan biasanya didapatkan dengan ukuran 5-10 mm, 10-15 mm. 10-20 mm. Tabel 2 Syarat agregat kasar menurut (B.S) Persen Butir Lewat Ayakan, Besar Butir Ukuran Maksimal Ayakan 12,5 40 mm 20 mm mm 40 100 100 95-100 20 95100 30-70 12,5 100 9010 100 10-35 4,8 25-55 40-85 0-5 0-10 0-10 Sumber: Ir. Tri Mulyono, M.T, 2004 b.
Agregat halus Agregat halus untuk beton merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan standar Amerika. Agregat yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No. 100, atau bahanbahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analis saringan dari ASTM (American Society Of Testing and Materials) . Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disentegrasi alami dari batuan-batuan yang dibawa oleh arus sungai. Akibat terguling dan terkikis akhirnya membentuk butir-butir halus dengan ukuran 0,14-5 mm atau dapat juga
3
berupa pasir olahan yang dihasilkan oleh pemecah batu atau biasa juga disebut sebagai abu batu dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan agregat halus. Tabel 3 Batas gradasi agregat halus (BS) Ukuran ayakan (mm) 10 4,8 2,4 1,2 0,6 0,3 0,15
Persen Berat Butir Yang Lewat Ayakan I II III IV 100 100 100 100 90-100 90-100 90-100 95-100 60-95 75-100 85-100 95-100 30-70 55-90 75-100 90-100 15-34 35-59 60-79 80-100 5-20 8-30 12-40 15-50 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber: Ir. Tri Mulyono, M.T, 2004 c.
Semen Semen portland merupakan bahan utama atau komponen beton terpenting yang berfungsi sebagai bahan pengikat an-organik dengan bantuan air dan mengeras secara hidrolik. Semen harus memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam PBI (1971). Portland semen inilah yang dapat menyatukan antara agregat kasar dan agregat halus sehingga mengeras menjadi beton. Semen portland adalah semen hidrolis yang terutama terdiri dari silikat-silikat yang bersifat hidraulis bersama bahan-bahan tambahan yang biasanya digunakan yaitu gypsum. Semen hidrolis merupakan semen portland, semen putih dan semen alumunia, untuk pembuatan beton digunakan semen portland. Semen portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dari bahan kapur dan bahan lempung yang dibakar sampai meleleh, setelah terbentuk klinker yang kemudian dihancurkan, digerus dan ditambah dengan gips dalam jumlah yang sesuai, sedangkan semen portland
adalah semen yang dibuat dengan menggiling bersamaan klinker semen portland. Semen yang digunakan untuk pembuatan bata beton adalah semen portland yaitu semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari atas silikat-silikat kalsium yang bersifat hidarulis bersama bahan tambahan. d.
Air Air merupakan bahan dasar pembuat dan perawatan beton, penting namun harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang memenuhi syarat sebagai air minum, memenuhi syarat pula untuk bahan campuran beton, tetapi tidak berarti air harus memenuhi persyaratan air minum. Jika tidak diperoleh air dengan standar air minum, maka dapat dilakukan pemeriksaan secara visual yang menyatakan bahwa air tidak berwarna, tidak berbau, dan cukup jernih. Kandungan air yang tinggi menghalangi proses pengikatan dan kandungan air yang rendah menyebabkan reaksi tidak selesai. Kandungan air yang tinggi dapat mengakibatkan mudah mengerjakannya, kekuatan mortar dan beton rendah, mortar dan beton menjadi porous. Terjadinya pemisahan antara pasir/agregat pada adukan mortar atau beton yang disebut ”segresi”. Kekuatan dari hardened cement pasta ditentukan oleh perbandingan berat antara faktor air semen.
4
4. Umur beton Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Kekuatan beton akan naik secara cepat (linier) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya akan kecil. Kekuatan tekan beton pada kasus-kasus tertentu akan bertambah sampai beberapa tahun dimuka. Biasanya kekuatan tekan rencana beton dihitung pada umur 28 hari. Untuk struktur yang menghendaki kekuatan awal tinggi, maka campuran dikombinasikan dengan semen khusus atau ditambah dengan bahan tambah kimia dengan tetap menggunakan jenis semen I (OPC-I) laju kenaikan umur beton tergantung dari penggunaannya bahan penyusunnya yang paling utama adalah penggunaan bahan semen karena semen cenderung secara langsung memperbaiki kinerja tekannya. 5. Kuat tekan beton Kuat tekan beton adalah besarnya kemampuan beton dalam menerima beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton akan hancur jika dibebani dengan gaya tekan tertentu. Kuat tekan beton f’c ditentukan dengan silinder standar berukuran diameter 15cm dan tinggi 30cm yang dirawat dibawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan pembebanan tertentu, pada umur 28 hari Kuat tekan beton dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut: uat tekan beton fc dengan fc’ p
kg c
: : kuat tekan beton (kg/cm2) : beban maksimum (kg)
A : luas penampang (cm2) Sumber :(SNI 03-1974-1990) Kekuatan tekan rata-rata f’cr dihitung berdasarkan persamaan: fc f cr Dengan F’cr
: : kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2) Fc : kuat tekan benda uji (kg/cm2) N : jumlah benda uji Kekuatan tekan beton dapat dicapai sampai 14000 psi atau lebih bergantung pada campuran, sifatsifat agregat, serta lama dan kualitas perawatan. Kekuatan beton paling umum digunakan adalah sekitar 3000 sampai 6000 psi, dan beton komersial dengan agregat biasa, kekuatanya sekitar 300 sampai 10000 psi. Kekuatan tekan f’c ditentukan dengan silinder standar (berukuran 6 in x 12 in) yang dirawat di bawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan pembebanan tertentu pada umur 28 hari. Spesifikasi standar yang dipakai di amerika serikat biasanya diambil dari ASTM C-39. 6. Kuat tarik belah Pengujian kuat tarik belah dilakukan untuk mengetahui ketahanan geser dari komponen struktur yang terbuat dari beton yang terbuat dari agregat ringan. Nilai kuat tarik tidak langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja penekan mesin uji ditekan. Perhitungan kuat tarik belah dari benda uji dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
5
Dengan : Fct: kuat tarik-belah (Mpa) P : Beban maksimum L : panjang benda uji dalam mm D : diameter benda uji Sumber ( SNI 03-2491-2002 ) 7. Perawatan beton Perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras. Perawatan beton dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan kehilangan air yang begitu cepat sehingga beton mengalami keretakan. Perawana beton dilakukan minimal selama 7 hari dan beton dengan kekuatan awal tinggi minimal selama 3 hari serta harus dipertahankan pada kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat ( PB, 1989:29). Flow Chart Penelitian
III. METODOLOGI PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Agregat yang digunakan untuk beton normal adalah pasir lokal yang berasal dari Kelurahan Bambu Pemali Kabupaten Merauke dan agregat kasar berupa batu pecah. Limbah batu bata yang digunakan sebagai pengganti agregat kasar dan halus dalam pembuatan beton diambil dari kampung Wasur Kabupaten Merauke, sedangkan air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air bersih yang digunakan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Musamus Merauke.
Persiapan dan Pengambilan Material Pemeriksaan Material Di Laboratorium Agregat Kasar 1. Agregat Normal 2. Agregat dari Limbah Batu Bata
Agregat Halus 1. Agregat Normal 2. Agregat dari Limbah Batu Bata
Hasil Pemeriksaan Material
Perhitungan Rancangan (Mix Design )Metode DoE dengan Acuan K-175 1. 2. 3. 4.
Pembuatan Benda Uji 15 Pasang Benda Uji Kuat Tekan (Agregat Normal) 15 Pasang Benda Uji Kuat Tekan (Agregat dari Limbah Batu Bata) 15 Buah Benda Uji Kuat Tarik Belah (Agregat Normal) 15 Buah Benda Uji Kuat Tarik Belah (Agregat dari Limbah Batu Bata) Perawatan Benda Uji (Curing) Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Hasil dan Kesimpulan
Gambar 1. Flow Chart Penelitian 6
IV. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengujian bahan 1. Hasil pengujian agregat halus pasir alami Hasil pengujian terhadap agregat halus yaitu pasir lokal, yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu hasil pengujian kadar lumpur sebesar 2,860 % atau lebih kecil dari batas yang disyaratkan yaitu sebesar 5 %. Hasil pengujian Kandungan zat organik yang terkandung dalam penelitian ini lebih kecil dari batas maksimumnya hal ini dapat dilihat dengan tidak terjadinya perubahan warna setelah diberikan larutan Natrium Hidroksida (NAOH) 3% dengan air. Hasil pengujian Saturated Surface Dry (SSD) sebesar 2,664 dan hasil pengujian Absortion sebesar 2,564. Hasil pengujian kadar air agregat halus 2,696 sedangkan Hasil analisa ayakan dalam peneltian ini didapat gradasi agregat halus masuk dalam zona 2 dan memiliki modulus halus butir 3,62 atau masuk dalam batas yang disyaratkan yaitu antara 1,5 sampai 3,8. Grafik gradasi agregat dapat dilihat pada gambar 2 berikut.
1.
Hasil pengujian agregat kasar / batu pecak Hasil pengujian terhadap agregat kasar yaitu kerikil batu pecah yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu pengujian kadar lumpur sebesar 0,501 %. Kadar air agregat kasar 0,447, sedangkan hasil pengujian Saturated Surface Dry (SSD) adalah 2,662 dan Absortion sebesar 0,58 Sedangkan dari hasil analisa ayakan dalam peneltian ini didapat gradasi agregat kasar masuk dalam ukuran agregat maksimum 40 atau masuk dalam zona 1 dan modulus halus butir 7,6 grafik zona agregat dapat dilihat sepert gambar 3 berikut:
Gambar 3. Grafik Gradasi Agregat Kasar Sumber : Hasil Pengujian 2014 1.
Gambar 2. Grafik Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus Zona 2 Sumber : Hasil Pengujian 2014
Hasil pengujian agregat halus limbah batu bata Hasil pengujian terhadap agregat halus yang berasal dari limbah batu hasil pengujian Saturated Surface Dry (SSD) sebesar 2,074 dan hasil pengujian Absortion sebesar 3,635 . Hasil pengujian kadar air agregat halus adalah 2,975 sedangkan hasil analisa ayakan dalam peneltian ini didapat gradasi agregat halus limbah batu bata masuk dalam zona 2 dan memiliki
7
modulus halus butir 2,97 atau masuk dalam batas yang disyaratkan yaitu antara 1,5 sampai 3,8. Adapun grafik gradasi agregat halus dapat dilihat seperti gambat 4berikut:
Gambar 4. Grafik Gradasi Agregat Halus Limbah Batu Bata Sumber : Hasil Pengujian 2014 2.
Hasil pengujian agregat kasar limbah batu bata Hasil pengujian terhadap agregat kasar yaitu kerikil batu pecah yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu hasil pengujian kadar air agregat halus 1,530, sedangkan hasil pengujian Saturated Surface Dry (SSD) adalah 1,967 dan Absortion sebesar 20,31. Hasil analisa ayakan didapat gradasi agregat kasar masuk dalam ukuran agregat maksimum 40 atau masuk dalam zona 1 dan modulus halus butir 7,67. Grafik gradasi agregat kasar limbah batu bata dapat dilihat gambar 4.4 berikut:
B. Hasil Rancangan Campuran Beton Perhitungan mix desing beton normal dengan komposisi semen, pasir lokal, kerikil batu pecah dan air menggunakan metode DoE, dari hasil perhitungan tersebut didapat perbandingan campuran antara semen, pasir, kerikil dan air adalah 1PC : 2,37 PB : 3,54 KR : 0,57 Air atau kebutuhan bahan per 1 m³ yaitu: a. Semen : 325 kg b. Pasir :769 kg c. Kerikil batu pecah : 1151 kg d. Air : 185 ltr Sedangkan untuk rancangan campuran beton dengan menggunakan agregat limbah batu bata menggunakan acuan perhitungan beton normal dengan memperhatikan penyerapan dan kadar air yang terkandung dalam agregat batu bata. Hasil dari koreksi perhitungan rancangan Metode DoE didapat perbandingan campuran antara semen, pasir, kerikil dan air adalah 1PC : 2,35 PB : 2,88 KR : 1,25 Air atau kebutuhan bahan per 1 m³ yaitu : 1. Semen : 325 kg 2. Pasir : 763 kg 3. Kerikil limbah batu bata : 936 kg 4. Air : 406 ltr C. Hasil dan Pembahasan Pengujian
Slump
Gambar 5. Grafik Gradasi Agregat Kasar Limbah Batu Bata Sumber : Hasil Pengujian 2014
Pengujian nilai slump menggunakan kerucut Abrams dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm, terlihat jelas tinggi slump test agregat dari limbah batu bata lebih rendah dibandingkan dengan agregat beton normal yaitu untuk agregat dari limbah dengan benda uji kubus dan silinder tinggi slump test sebesar
8
10,5 cm sedangkan untuk agregat beton normal pada benda uji kubus dan silinder tinggi slump test sebesar 11 cm. Hasil pengujian slump test pada penelitian ini masih masuk dalam rancangan mix design beton yaitu antara 7,5 cm sampai dengan 15. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Pengujian Nilai Slump Benda Uji Kubus Silinder
Agregat Normal Limbah batu bata Normal Limbah batu bata
Nilai Slump (cm) 11 10,5 11 10,5
Sumber : Hasil Pengujian slump beton 2014 D. Hasil dan Pembahasan Kuat Tekan Beton Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan alat Compression Testing Machine untuk kuat tekan beton normal dan kuat tekan beton dengan agregat limbah batu bata pada benda uji kubus dengan ukuran 15 x 15 15 cm di peroleh kuat tekan maksimum beton pada umur beton 3, 7, 14 dan 28 hari selengkapnya disajikan pada tabel dibawah di bawah ini: Tabel 5. Kuat Tekan Beton Normal dan Kuat Tekan Beton dari Limbah Batu Bata Umur Beton 3 hari 7 hari 14 hari 28 hari
Beton Normal (kg/cm2) 162,444 189,833
Beton Limbah Batu Bata (kg/cm2) 74,044 102,000
252,450
122,967
311,383
149,883
Sumber : Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton 2014
Gambar 6. Grafik Pengujian Kuat Tekan Beton Normal dan Kuat Tekan Beton dari agregat Limbah Batu Bata Sumber : Hasil Pengujian 2014 Berdasarkan tabel 4.2 terlihat jelas bahwa Kuat tekan beton normal pada umur beton 3, 7, 14 dan 28 hari masing-masing adalah 162,444 kg/cm2, 189,833 kg/cm2, 252,450 kg/cm2 dan 311,383 kg/cm2 sedangkan Kuat tekan beton dengan agregat dari limbah batu bata pada umur beton 3, 7, 14 dan 28 hari mempunyai kuat tekan sebesar 74,044 kg/cm2, 102,000 kg/cm2, 122,967 kg/cm2 dan 149,883 kg/cm2 atau mempunyai selisih kuat tekan sebesar 88,400 kg/cm2 (54,419 %), 87,833 kg/cm2 (46,269 %), 129,483 kg/cm2 (51,291 %) dan 161,500 kg/cm2 (51,865 %). Kuat tekan karakteristik beton normal pada umur 28 hari dalam penelitian ini mempunyai nilai kuat tekan rata-rata sebesar 276,407 kg/cm2 sedangkan untuk beton dengan agregat yang berasal dari limbah batu bata mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 150,776 kg/cm2. E. Hasil
Dan Pembahasan Kuat Tarik Belah Beton
beton
Pengujian kuat taik belah dilakukan dengan
9
menggunakan alat Compression Testing Machine pada beton normal dan beton dengan agregat limbah batu bata pada benda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari selengkapnya disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 6 Kuat Tarik Belah Beton Normal dengan Kuat Tarik Belah Beton dari Limbah Batu Bata Kuat Tarik Kuat Tarik Belah Belah Beton Umur Beton Limbah Beton Normal Batu Bata (kg/cm2) (kg/cm2) 3 hari 1,840 0,849 7 hari
2,318
1,221
14 hari
2,742
1,681
28 hari
3,539
1,893
Sumber : Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton 2014 Berdasarkan tabel 4.13 terlihat jelas Kuat tarik belah beton normal pada umur beton 3, 7, 14 dan 28 hari masing- masing adalah sebesar 1,840 Mpa, 2,318 Mpa, 2,742 Mpa dan 3,539 Mpa, sedangkan kuat tarik belah beton dengan agregat dari limbah batu bata pada umur beton 3, 7, 14 dan 28 hari mempunyai kuat tarik belah sebesar 0,849 Mpa, 1,221 Mpa, 1,681 Mpa dan 1,893 Mpa atau mempunyai selisih kuat tarik sebesar 0,991 Mpa (53,859%), 1,097 Mpa (47,325%), 1,061 Mpa (38,694%) dan 1,646 Mpa (46, 510 %).
Gambar 7. Grafik Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Normal dan Beton dari agregat Limbah Batu Bata Sumber : Hasil Pengujian 2014 V. PENUTUP A. Kesimpulan Hasil pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah beton pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari untuk kuat tekan beton normal adalah 162,444 kg/cm2, 189,833 kg/cm2, 252,450 kg/cm2 , 311,383 kg/cm2 dan untuk beton dengan agregat dari limbah batu bata mempunyai kuat tekan sebesar 74,044 kg/cm2 , 102,000 kg/cm2, 122,967 kg/cm2 dan 149,883 kg/cm2 atau mempunyai selisih kuat tekan sebesar 54,419 %, 46,269 %, 51,291 % dan 51,865 %. Sedangkan untuk kuat tarik belahnya untuk beton normal adalah sebesar 1,840 Mpa, 2,318 Mpa, 2,742 Mpa, 3,539 Mpa dan untuk kuat tarik belah beton dengan agregat dari limbah batu bata mempunyai kuat tarik belah sebesar 0,849 Mpa, 1,221 Mpa, 1,681 Mpa, 1,893 Mpa atau mempunyai selisih kuat tarik sebesar 53,859 % %, 47,325 %, 38,694 dan 46,510 %. B. Saran Ada pun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah batu bata sebagai bahan campuran
10
beton dengan presentase tertentu sehingga didapat kuat tekan yang maksimum. DAFTAR PUSTAKA Candra Rahmadiyanto., Wuryati Samekto. 2001. Teknologi Beton, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hardjasaputra Harianto., Sutanto Frengky, Penggunaan Batu Bata Dan Plesteran Sebagai Pengganti Agregat Halus Pada Campuran Beton Baru. Koesmartadi Ch, Frick Heinz, 2004, Ilmu Bahan Bangunan, Seri Konstruksi Arsitektur 9. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Mulyono Tri, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta. Murdock, L. J Dan Brook, K.M., Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat, Terjemahan oleh Stephanus Hindarko, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991. Nasution, Amrinsyah, 2009, Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang, ITB, Bandung. Nawy, Edward G., Tanpa Tahun, Beton Bertulang, Suatu Pendekatan Dasar. Terjemahan Oleh Bambang Suryoatmono. 2010 Bandung: PT. Refika Aditama. Nugraha, Paul dan Antoni, 2007. Teknologi Beton.Penerbit Andi, Yogyakarta. Nur, O. Fitrah, Analisa Sifat Fisis dan Mekanis Batu Bata Berdasarkan Sumber Lokasi dan Posisi Batu Bata dalam
Proses Pembakara, ISSN 1858-2133, Vol. 4 No. 2, 2008. Revisi SNI 03-1972-1990, Cara Uji Slump Beton. Riyawan, Eko., Monita, Olivia, 2013, Pengaruh Gradasi Agregat Kasar Lempung Bakar Pada Beton Ringan,Jurnal Teknobiologi, IV (2) 2013:109-112, ISSN :20875428. Safi, Fahrudin., Rofikatul, Kharimah, 2014, Alternatif Pemakaian Agregat Lempung Bakar Pada Beton Ringan Non Pasir,Jurnal Teknik Sipil, Hal. 119-129.
SNI
03-1969-1990, Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar. SNI 03-1970-1990, Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. SNI 03-2491-2002, Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton. SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. SNI 1970:2008, Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. SNI 03-1971-1990, Metode Pengujian Kadar Air Agregat.
11