Jurnal Medika Veterinaria Veterinari a ISSN : 0853-1943
Vol. 8 No. 1, Februari 2014
MORFOMETRI DAN KARAKTERISTIK HISTOLOGI OVARIUM SAPI ACEH (Bos i ndicus ) SELAMA SIKLUS ESTRUS M orphometri orphometri c and H istological istological Ch aracteri aracteri stics of of Aceh Aceh Cattle (Bos indicus) Ovari Ovari es dur dur in g the Estr ous Cycle 1
M. Jalaluddin 1
Laboratorium Laboratoriu m Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Aceh E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Kemampuan sapi aceh bereproduksi di lingkungan yang ekstrim diduga didukung oleh system reproduksinya. reproduksinya. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari sistem reproduksi sapi aceh dengan mengkaji morfometri dan karakteristik histologi ovarium sapi aceh selama siklus estrus. Lima belas ekor sapi ac eh betina dewasa pubertas, fase siklus estrus, berat badan 200-300 kg di gunakan dalam penelitian ini. Sampel diperoleh dari Rumah Potong Hewan Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Ovarium dilakukan pengamatan morfometri, kemudian difiksasi dalam larutan Bouin dan diproses secara histologi. Ovarium di warnai dengan hematoksilin eosin untuk mengamati morfometri dan karakteristik histology ovarium. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar, serta dianalisis secara deskriptif. Ovarium sapi aceh memiliki morfometri dan struktur histologis yang berbeda selama fase siklus estrus terjadi. _________________ __________________________ __________________ ________________ ________________ __________________ ___________________ __________________ _________________ __________________ _________________ _________________ ____________ ___ Kata kunci: histologi, ovarium, sapi Aceh, siklus estrus
ABSTRACT The reproductive performances of aceh cattle in extreme environment is supported by its reproductive capacity system. This research was conducted to study there productive system of aceh cattle by examining morphometric and histological characteristics of aceh cow ovaries during the estrous cycle. Fifteen Aceh mature cows during estrous cycle, with 200-300 kg of body weight were used in this study. Samples were taken from slaughter house i n Banda Aceh Municipality, Aceh Province. The ovaries were observed morphometry, then fixed in Bouin solution and processed histologically. histologically. Ovaries were stained with hematoxylin hematoxylin and eosin to observe the morphometric morphometric characteristics of ovarian histology. histology. The data obtained are presented in the form of tables and figures, and analyzed descriptively. Aceh has a cow ovarian morphometry and histologycal structure during different phases of of the estrous cycle occurs. _________________ __________________________ __________________ ________________ ________________ __________________ ___________________ __________________ _________________ __________________ _________________ _________________ ____________ ___ Key words: histology, histology, ovary, aceh cattle, estrous estrous cycle
PENDAHULUAN
Sapi aceh merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara dipelihar a dan tersebar di P rovinsi Aceh. Sapi ini merupakan keturunan persilangan berurutan antara Bos sondaicus dengan Bos indicus dan sudah di identifikasi sebagai suatu bangsa sapi ( aceh cattle breed ) oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat dengan nomor Character based User Interface (CUI) 133655001. Sapi aceh merupakan plasma nutfah Provinsi Aceh yang sudah berkembang dan mampu beradaptasi beradaptas i di wilayah dengan kondisi alam panas, kering, sumber pakan dan sumber air yang terbatas (Pancaputra, 2008; USDA, 2010). Faktor penting dalam upaya peningkatan populasi serta menjaga kelestarian plasma nutfah adalah dengan melakukan karakterisasi dan identifikasi terhadap sifat-sifat produksi dan reproduksi sapi aceh. Muntasib dan Masy’ud (2003) menyatakan menyatakan bahwa proses penyelamatan penyelamata n dan perlindungan perlind ungan ( saving ) terhadap suatu keaneka ragaman hayati ( biodiversity) biodiversity) baik hewan maupun tumbuhan harus didukung oleh kajian-kajian ( studying ) tentang kondisi fisiologi keaneka ragaman hayati itu sendiri. Kajian morfometri dan karakteristik histologi ovarium sapi aceh pada selamasiklus estrus merupakan kajian yang berguna untuk mengetahui kondisi fisiologis fisiolog is reproduksinya. 66
Saluran reproduksi betina merupakan salah satu sistem dalam tubuh hewan yang mengalami perkembangan dan perubahan morfologi saat terjadi kebuntingan (Kimura et al ., ., 1999). Ditambahkan oleh Priedkalns (1989), bahwa ovarium mengalami serangkaian perubahan morfologi dan fisiologi selama siklus estrus dan proses reproduksi. Ovarium mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai organ eksokrin yang menghasilkan oosit (sel telur) dan sebagai organ endokrin yang menghasilkan hormon steroid (estrogen dan progesteron). Ovarium terletak di dalam kavum abdominalis, menggantung, dan bertaut melalui mesovarium ke uterus (Hafez dan Hafez, 2000; Hamny, 2006). Struktur, bentuk, dan ukuran ovarium masingmasing hewan sangat bervariasi tergantung kepada spesies, umur, tahap siklus seksual, dan jumlah anak yang dilahirkan (Priedkalns, 1989; Hafez dan Hafez, 2000). Ovarium sebelah kanan biasanya lebih besar daripada ovariumsebelah kiri. Sapi memiliki ovarium dengan ukuran panjang sekitar 3,8 cm, lebar 2 cm, dan tinggi 1,5 cm (Frandson et al ., ., 2003). Berdasarkan pernyataan di atas, maka dilakukan kajian untuk mendapatkan data dan informasi tentang morfometri dan karakteristik histologi ovarium sapi aceh selama siklus estrus dengan metode hematoksilin eosin, sehingga dapat digunakan untuk mendukung upaya pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan sapi aceh sebagai plasma nutfah Provinsi Aceh.
Jurnal Medika Veterinaria
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Anatomi, Histologi, dan Riset Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan 15 ekor sapi aceh ( Bos indicus) betina dewasa dengan berat badan 200-300 kg. Sampel diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) Banda Aceh, Provinsi Aceh. Penggunaan sampel sebagai bahan penelitian telah dilaporkan kepada Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Banda Aceh untuk mendapatkan persetujuan. Sapi yang dipotong berasal dari berbagai daerah di Provinsi Aceh, dan sampel yang digunakan di asumsikan mewakili sapi aceh. Setelah hewan disembelih, ovarium (n=15) segera dipisahkan dari saluran reproduksi dan diambil untuk dilakukan pengamatan morfometri, kemudian dimasukkan kedalam larutan fiksatif, selanjutnya dilakukan pemrosesan jaringan untuk pengamatan mikroskopis. Pemrosesan Jaringan Pemrosesan jaringan dilakukan secara mikroteknik, meliputi fiksasi, dehidrasi, clearing , infiltrasi, embedding , sectioning , dan mounting . Prosedur pembuatan preparat histologi sesuai prosedur Luna (1968). Pewarnaan Hematoksilin Eosin Pewarnaan hematoksilin eosin digunakan untuk mengamati karakteristik dan morfologi dari jaringan dan sel secara umum, meliputi struktur dan bentuk sel (Kiernan, 1990). ProsedurPenelitian Pengamatan morfometri ovarium dilakukan melalui mengukur berat, panjang, lebar dan tebal ovarium dalam kondisi segar. Menurut Sikar (1983) yang disitasi Rifqiyati (2006) bahwa pengukuran ovarium meliputi: 1). Berat, menggunakan timbangan, 2). Panjang, menggunakan jangka sorong dengan mengukur jarak dari ekstremitas cranialis ke ekstremitas kaudalis, 3). Lebar, menggunakan jangka sorong dengan mengukur jarak dari bagian yang terpaut ke permukaan bebas, dan 4). Tebal, menggunakan jangka sorong dengan mengukur jarak dari permukaan medial ke lateral. Penentuan fase siklus berahi didasari pada kombinasi hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis terhadap status ovarium. Pengamatan terhadap ukuran ovarium, perkembangan folikel-folikel kortek ovarium dan struktur histologisnya dapat memberi gambaran terhadap status reproduksi (Nalbandov, 1990), guna memastikan apakah organ ovarium yang digunakan memiliki folikel yang berkembang atau tidak, guna mengetahui fase siklus berahinya, maka dibuat preparat histologi dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) seperti yang pernah dilaporkan oleh Gaytan et al . (1991).
M. Jalaluddin
Analisis Data Data kuantitatif yang meliputi berat, panjang, lebar dan tebal ovarium disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan mikroskopis bersifat semikuantitatif, disajikan dalam bentuk gambar dan dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap morfometri ovarium sapi aceh pada berbagai stadium siklus estrus disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Morfometri ovarium sapi aceh pada berbagai stadium siklus estrus (n= 15) Ovarium Deskripsi Kanan Kiri Berat (g) 3,52±1,65 2,71±1,14 Panjang (cm) 2,76±0,40 2,49±0,28 Tebal (cm) 1,46±0,35 1,25±0,31 Lebar (cm) 1,68±0,26 1,56±0,30 cm: centimeter; g: gram; n: jumlah sampel
Ukuran ovarium kanan sapi aceh hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan ovarium kiri. Ovarium kanan memiliki panjang 2,76±0,40 cm dan lebar 1,68±0,26 cm sedangkan ovarium kiri memiliki panjang 2,49±0,28 cm dan lebar 1,56±0,30 cm, ovarium kanan memiliki berat sebesar 3,52±1,65 g sedangkan ovarium kiri memiliki berat sebesar 2,71±1,14 g. Ukuran ovarium di atas berbeda dengan laporan Umartha (2005), yang menyatakan bahwa panjang dan lebar ovarium sapi aceh umur 3,5-4,5 tahun adalah 2,37±0,28 cm dan 1,01±0,33 cm. Perbedaan morfometri ovarium yang didapat pada penelitian ini dengan yang dilaporkan oleh Umartha (2005) adalah sesuai dengan laporan Hafez dan Hafez (2000)dan Hamny (2006), bahwa morfometri ovarium masing-masing hewan bervariasi, sangat dipengaruhi oleh spesies, umur, tahap siklus reproduksi, paritas (banyaknya kelahiran), dan tingkat gizi pakan. Status siklus estrus sapi aceh betina yang digunakan dalam penelitian initerdiri atas fase yang bervariasi, yaitu proestrus 3 ekor (20%), estrus 7 ekor (47%), metestrus 2 ekor (13%) dan diestrus 3 ekor (20%). Jumlah sampel sapi aceh yang digunakan berdasarkan status siklus estrus (n=15) disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram jumlah sampel sapi aceh berdasarkan fase siklus estrus
67
Jurnal Medika Veterinaria
Vol. 8 No. 1, Februari 2014
Gambar 2. Gambaran ovarium sapi aceh pada berbagai fase siklus estrus dengan pewarnaan HE . (A). Proestrus, folikel tersier muda sedang mengalami pematangan ( ) dan letaknya masih jauh dari kortek, (B). Estrus, folikel de Graff sudah pecah/ovulasi ( ), (C). Metastrus, korpus luteum berkembang dan matang ( ), dan (D). Diestrus, korpus albikans mengalami degenerasi ( ).
Fase proestrus ditunjukkan dengan dimulainya proses pembesaran folikel ovarium terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik; fase estrus ditunjukkan dengan pematangan Folikel de Graaf dan mencapai ukuran maksimal, ovum mengalami perkembangan ke arah pematangan dan terjadi ovulasi; fase metestrus ditandai dengan ditemukan adanya korpus hemoragikum di bekas tempat yang ditempati oleh folikel de Graff , dan setelah ovulasi terjadi maka dinding folikel menjadi kolaps. Hemoragi yang terjadi ketika ovulasi akhirnya membeku dan menjadi korpus hemoragikum, beberapa hari kemudian korpus hemoragikum berubah menjadi jaringan luteal yang menghasilkan korpus luteum; dan fase diestrus ditandai dengan keberadaan korpus albikans (Dellmann dan Brown, 1992; Putro, 2008). Gambaran histologi ovarium sapi aceh pada fase siklus estrus dengan pewarnaan HE disajikan pada Gambar 2. KESIMPULAN
Ovarium sapi aceh memiliki morfometri dan struktur histologis yang berbeda selama fase siklus estrus terjadi. Perbedaan morfometri dan struktur histologis tersebut diduga memiliki peran dalam proses reproduksi pada sapi aceh. DAFTAR PUSTAKA Dellmann, H.D. dan E.M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II. Edisi Ketiga. UI Press, Jakarta. Frandson, R.D., W.L. Wilke,dan A.D. Fails. 2003. Anatomy of The Female Reproductive System. In. Anatomy and Physiology of Farms Animals. 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Baltimore-Maryland, USA.
68
Gaytan, F., J. Aceitero, C. Bellido, J.E. Sánchez-Criado, and E. Aguilar. 1991. Estrous cycle-related changes in mast cell numbers in several ovarian compartments in the rat. Biol. Reprod. 45:27-33. Hafez, B. dan E.S.E. Hafez. 2000. Anatomy of Female Reproduction. In Reproduction in Farm Animals. Hafez, B. and E.S.E. Hafez (Eds.). 7rd ed. Lippincott Williams & Wilkins, USA. Hamny. 2006. Studi Morfologi Organ Reproduksi Kancil (Tragulus javanicus) dengan Tinjauan Khusus pada Ovarium, Perkembangan Tesis. Folikel, dan Pematangan Oosit In Vitro. SekolahPascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kiernan, J.A. 1990. Histological &Histochemical Methods: Theory & Practice. 2nd ed. Pergamon Press, England. Kimura, Y., N. Manabe, S. Nishihara, H. Matsushita, C. Tajima, S. Wada, and H. Miyamoto. 1999. Up-Regulation of the α2,6sialyltransferase messenger ribonucleic acid increases glycoconjugates containing α2,6-linked sialic acid residues in granulose cells during follicular atresia of porcine ovaries. Biol. of Repro. 60:1475-1482. Luna, L.G. 1968. Manual of Histologic Staining Methods af The Armed Forces Institute of Pathology. 3rd ed. The Blakiston Division McGraw-Hill Book Company, New York. Muntasib, H. dan B. Masy’ud. 2003. Dasar-DasarKonservasi. Edisi Pertama. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta. Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mammalia dan Unggas. Edisi Ketiga. UI Press, Jakarta. Pancaputra, B. 2008. Daging Sapi Aceh Termahal di Dunia. Bibit. 1(1):31-33. Priedkalns, J. 1989. Sistem Reproduksi Betina. Dalam: Buku Teks Histologi Veteriner II. Brown, D. (Ed.). Edisi Ketiga. UI Press, Jakarta. Putro, P.P. 2008. Teknik Sinkronisasi Estrus pada Sapi. Bagian Reproduksi dan Obstetri. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rifqiyati, N. 2006. Dinamika Perkembangan Ovarium Rusa Timur (Cervus timorensis) dengan Tinjauan Khusus pada Karakteristik Histokimia Folikel. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Umartha, B.A. 2005. Mengenal Karakteristik Sapi Aceh. Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU). Indrapuri. Nanggroe Aceh Darussalam. USDA (United States Department of Agriculture). 2010. Surveillance and Data Systems for USDA/APHIS/VS. http://www.aphis. usda.gov/vs/nahss/docs/surveillance_standards_appendixC_b reed_codes.pdf .