RINGKASAN
Analisis Efisiensi Tataniaga Sapi Potong Kelompok Ternak “Lembu Suro” Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro.
Kebutuhan daging sapi nasional pertahun angkanya mencapai 653 ribu ton atau setara dengan 3.657.000 ekor sapi, dimana rata-rata kebutuhan konsumsi masyarakat untuk daging sapi setiap bulan jumlahnya sebesar 305 ribu ekor sapi. dari jumlah kebutuhan yang besar tersebut, angka produksi dari peternak lokal hanya mampu memenuhi sebesar 406 ribu ton ata u setara dengan 2.339.000 ekor sapi. Hal ini yang menyebabkan adanya gap adanya gap kekurangan kekurangan pasokan dari sapi lokal untuk kebutuhan nasional yaitu sebesar 247 ribu ton daging sapi atau setara dengan 1.383.000 ekor sapi (Dirjen Peternakan dan Kesehat an Hewan, 2015). Jumlah populasi sapi potong di Jatim tahun t ahun 2014 mencapai 4,12 juta ekor. Jumlah populasi tersebut merupakan populasi terbesar di Indonesia, yang berkontribusi 32 persen terhadap kebutuhan daging daging nasional nasional (Dinas Peternakan Jatim, 2015). Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu lumbung sapi sapi potong untuk Provinsi Provinsi Jawa Timur. Populasi sapi potong di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 tercatat sebanyak 172.673 ekor, meningkat 8 persen dibandingkan dengan populasi tahun 2013 2013 yang berjumlah 160.037 ekor atau meningkat 18 persen dibandingkat dengan populasi populasi tahun 2012 yang yang berjumlah 145,578 ekor. Peternakan sebagai suatu sistem agribisnis mengandung pengertian bahwa peternakan harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu mulai dari agro input produksi hingga pemasaran produk produk yang dihasilkan. Pemilihan saluran pemasaran sangat penting di dalam suatu suatu usaha. Usaha peternakan sapi potong, khususnya menyangkut tataniaga sapi potong belum banyak di atur oleh pemerintah. Usaha pemasaran pemasara n atau tataniaga t ataniaga sapi potong lebih banyak ban yak di kuasai oleh lembaga-lembaga pemasaran yang membentuk suatu jaringan, mata rantainya terbentuk mulai dari tingkat peternak, blantik, pedagang pengumpul, jagal sampai konsumen. Jalur pemasaran yang tidak efisien/relatif panjang menyebabkan kerugian baik bagi peternak maupun konsumen, konsumen terbebani dengan beban biaya pemasaran yang berat dan peternak memperoleh pendapatan menjadi lebih rendah. Maka dari itu penelitian penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi tataniaga sapi potong pada kelompok ternak “Lembu Suro” Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini menggunakan metode yang digunakan adalah metode survei dan wawancara yaitu pengumpulan informasi dari responden dengan alat bantu kuesioner. Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari peternak dan lembaga-lembaga pemasaran, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan masalah-masalah yang diteliti. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peternakan sapi potong dan lembaga-lembaga lembaga-lembaga pemasaran sedangkan variabel variabel tergantung dalam penelitian ini yaitu biaya pemasaran, margin margin pemasaran, keuntungan, farmer’s share share dan efisiensi saluran tataniaga. Penelitian dilaksanakan di kelompok ternak “Lembu Suro” Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro pada bulan januari 2016. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis saluran tataniaga, analisis margin pemasaran, margin pemasaran, analisis keuntungan, analisis Farmer’s analisis Farmer’s Share dan analisis efisiensi tata niaga. Saluran tataniaga ternak sapi potong dilakukan dengan analis deskriptif kualitatif dengan melakukan survei dan wawancara kepada peternak sapi potong dan lembaga-lembaga pemasaran yang kemudian nantinya di deskripsikan secara detail sesuai aslinya kemudian dianalisis biaya pemasaran, margin pemasaran, keuntungan, farmer’s share dan nilai efisiensi tataniaga dengan rumus rumus perhitungan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran tataniaga yang ada pada saluran tataniaga kelompok ternak “Lembu Suro” Kecamatan Kedewan Kabupaten
Bojonegoro, yaitu saluran tataniaga I, II, III dan IV. Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam tata niaga sapi potong pada kelompok ternak Lembu Suro Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro antara lain adalah Pedagang pengumpul Kecil (Polang antar desa dan antar kecamatan), Blantik pasar hewan, Pedagang pengumpul besar (Polang antar Kabupaten dan antar Provinsi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa margin pemasaran yang didapat dari saluran tataniaga I (Alur Langsung) adalah sebesar 0 persen, saluran tataniaga II (Alur pendek) adalah sebesar 3,33 persen, saluran tataniaga III (Alur sedang) adalah sebesa r 4,91 persen dan saluran tataniaga IV(Alur Panjang) adalah sebesar 10,21 persen. Farmer’s share yang didapat dari saluran tataniaga I (alur langsung) adalah sebesar 100 persen, saluran tataniaga II (Alur Pendek) adalah sebesar 96,67 persen, saluran tataniaga III (Alur Sedang) adalah sebesar 95,08 persen dan saluran tataniaga IV (Alur Panjang) adalah sebesar 89,78 persen. Adapun nilai efisiensi yang didapat oleh semua saluran tataniaga sapi potong kelompok ternak “Lembu Suro” terletak pada 0-33 persen, yang berarti seluruh saluran tataniaga efisien. Nilai efisiensi dari saluran tataniaga I(Alur langsung) adalah sebesar 0 persen, saluran tataniaga II (Alur pendek) adalah sebesar 0,76 persen, saluran tataniaga III (alur sedang) adalah sebesar 1,08 persen dan saluran tataniaga IV (Alur Panjang) adalah sebesar 2,71 persen. Saluran tataniaga sapi potong kelompok ternak “Lembu Suro” setelah dilihat dari margin pemasaran, Farmer’s Share dan nilai efisiensi tataniaga, maka didapatkan saluran tataniaga yang paling efisien yaitu saluran tataniaga I (Alur Langsung), karena margin pemasaran rendah, Farmer’s share yang tinggi dan Nilai efisiensi tataniaga rendah. Namun pada saluran tataniaga I (Alur Langsung) jarang terjadi, karena peternak menjual langsung ternak kepada konsumen dan itu hanya terjadi pada suatu keadaan tertentu saja yaitu pada saat Idul Adha (Idul Qurban) dan pada saat konsumen memiliki hajatan.