BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan
dalam
perencanaan
atau penataan
pembangunan
bangsa
(Hidayat, 2009). Dewasa ini berbagai penyakit mulai berkembang, dan dari berbagai penyakit yang muncul, sebagian besar penyakit ditandai dengan gejala demam. Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu, terlebih saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin mewabah pada musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan maupun sebaliknya. Terjadinya
perubahan
cuaca tersebut
mempengaruhi
perubahan
kondisi
kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang biasa disebut demam (hipertermi). Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Maryuni, 2010). Demam merupakan fase awal dari berkembangnya sebuah penyakit, penanganan demam dengan kompres di masyarakat banyak mengalami salah persepsi. Masyarakat menganggap bila demam lebih efektif jika dikompres dingin, tetapi sebenarnya kompres hangatlah yang lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh akibat demam. Penatalaksaan demam di Rumah Sakit juga sangat perlu dilakukan oleh perawat sebagai tindakan mandiri sebelum melakukan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain. Dari uraian di atas, kami ingin menginformasikan kepada masyarakat mengenai penatalaksanaan kompres hangat yang efektif untuk menurunkan suhu tubuh akibat demam. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang efektifitas 1
kompres hangat melatarbelakangi kami untuk mengalisis jurnal yang telah teruji kebenarannya melalui penelitian sehingga dapat meluruskan persepsi masyarakat selama ini. 1.2
Rumusan Masalah
Dengan memerhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam analisis jurnal ini adalah : 1. Apakah penyebab terjadinya demam? 2. Bagaimanakah efektifitas kompres hangat dalam penurunan suhu tubuh akibat demam? 3. Bagaimanakah penatalaksanaan kompres hangat di Rumah Sakit? Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang dicapai melalui analisis jurnal ini adalah : 1. Mengetahui penyebab terjadinya demam. 2. Mengetahui efektifitas kompres hangat dalam penurunan suhu tubuh akibat demam. 3. Mengetahui penatalaksanaan kompres hangat yang dilakukakan di Rumah Sakit. 1.4
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari analisis jurnal ini adalah : 1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penyebab terjadinya demam agar masyarakat lebih waspada terhadap kesehatan. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang efektifitas kompres hangat dalam menurunkan suhu akibat demam sehingga dapat meluruskan persepsi masyarakat selama ini. 3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penatalaksanaan kompres hangat yang dilakukan di Rumah Sakit.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Demam Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat
berupa infeksi lokal atau sistemik.
Paling sering demam disebabkan oleh
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan bawah, gastrointestinal, dan sebagainya. Ada beberapa kasus, penyakit infeksi yang menyerang sistem gastrointestinal pada anak-anak, salah satunya adalah Thypoid Abdominalis atau dikenal dengan istilah demam tifoid. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 16-33 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan kejadian 500-600 ribu per kasus kematian tiap tahun (R, Aden, 2010). Di Indonesia, demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005,
kasus
demam
tifoid
menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap rumah sakit dengan persentase 3,15%. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, tentang jumlah pasien demam tifoid yang dirawat di Ruang G1 (anak) Lt. 2 pada tahun 2011 yakni sebanyak 299 orang, dengan persentase sekitar 14,1% dari total keseluruhan pasien yang dirawat di Ruang G1 (anak) Lt. 2. Menurunkan atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara kompres. Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan para ibu saat anaknya demam.
Namun kompres
mengunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan, oleh karena itu, kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan. 3
Hal ini dilakukan juga karena tindakan kompres hangat lebih mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan kompres hangat juga memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu tergantung pada obat antipiretik.
2.2
Efektifitas Kompres Hangat Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang
telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43 OC. Lokasi kulit tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat pada
kulit
dapat menghambat
shivering
dan
dampak metabolik
yang
ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer,
sehingga
meningkatkan
pengeluaran
panas
tubuh.
Penelitian
menunjukkan bahwa pemberian terapi demam kombinasi antara antipiretik dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik saja, selain itu juga
mengurangi
rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan.
Pemakaian antipiretik dan kompres hangat memiliki proses yang tidak berlawanan dalam menurunkan temperatur tubuh. Oleh karena itu, pemakaian kombinasi
keduanya dianjurkan pada tatalaksana demam.Tindakan
kompres
hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi sering diabaikan
bahkan
sering dibebankan pada keluarga pasien. Untuk dapat
mengangkat intervensi ini ke permukaan maka perlu
adanya
upaya
untuk
membuktikan efektifitas dari tindakan ini dalam menurunkan demam khususnya pada pasien anak penderita demam tifoid. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu adanya upaya untuk membuktikan Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis. Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut 4
juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik jika perlu (demam > 38,50C). Hal ini sesuai dengan teori Aden (2010) yang mengatakan antibiotik merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid. Tetapi, pemberian antibiotik tidak secara otomatis menurunkan demam, karena di dalam tubuh masih terjadi proses kerja dari antibiotik dalam mematikan bakteri penyebab infeksi. Dalam melakukan penelitian, responden yang dijadikan sampel telah memenuhi kriteria inklusi peneliti yaitu pasien yang belum mengkonsumsi antipiretik pada saat akan dilakukan penelitian, sehingga dapat menunjukkan hasil yang akurat dari tindakan kompres hangat dan bukan efek dari hasil pemberian antipiretik.
2.3
Penatalaksanaan Kompres Hangat Pemberian tindakan kompres hangat merupakan bagian dari tindakan
mandiri perawat yang termasuk aman dan tidak memiliki efek samping dalam penatalaksanaannya. Sehingga perawat dapat menerapkan tindakan mandirinya sebelum dilakukan tindakan kolaborasi dengan tim medis. Tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup efektif dalam menurunkan demam. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap keadaan demam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tindakan
kompres hangat efektif dalam menurunkan
demam pada pasien thypoid abdominalis di Ruang G1 Lt. 2 RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
5
BAB III PEMBAHASAN 3.1
Penyebab Terjadinya Demam Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa
infeksi lokal atau sistemik. Paling sering demam disebabkan oleh penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan bawah, gastrointestinal, dan sebagainya. Ada beberapa kasus, penyakit infeksi yang menyerang sistem gastrointestinal pada anak-anak, salah satunya adalah Thypoid Abdominalis atau dikenal dengan istilah demam tifoid. Menurunkan atau tepatnya mengendalikan dan mengontrol
demam
pada anak dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara kompres. Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang diterapkan para ibu saat anaknya demam.
Namun kompres mengunakan es sudah tidak
dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan, oleh karena itu, kompres menggunakan air hangat lebih dianjurkan. karena tindakan
kompres
hangat
lebih
Hal ini dilakukan juga
mudah dilakukan
dan
tidak
memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, tindakan kompres hangat juga memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu tergantung pada obat antipiretik. 3.2 Efektifitas Kompres Hangat Dalam Penurunan Suhu Tubuh Akibat Demam Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43 OC. Lokasi kulit tempat mengompres biasanya di wajah, leher, dan tangan. Kompres hangat pada
kulit
dapat menghambat
shivering
dan
dampak metabolik
yang
ditimbulkannya. Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer,
sehingga
meningkatkan
pengeluaran
panas
tubuh.
Penelitian 6
menunjukkan bahwa pemberian terapi demam kombinasi antara antipiretik dan kompres hangat lebih efektif dibandingkan antipiretik saja, selain itu juga
mengurangi
rasa tidak nyaman akibat gejala demam yang dirasakan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19 responden yang
mengalami
demam tifoid, terdapat
14 responden yang
hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik 3.2
Penatalaksanaan Kompres Hangat di Rumah Sakit Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada
19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik ANALISIS PICOT P :
Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota
Gorontalo, Di dapatkan hasil penelitian tentang kompres
hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh.
7
I: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan demam yang dibahas pada jurnal ini dengan memberikan kompres air hangat kepada pasien yang mengalami demam. Kompres di berikan oleh 19 responen. Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. C: Setelah membandingkan jurnal utama dan jurnal pendukung di temukan hasil dari kompres dengan air hangat efektif untuk menurunkan panas karena Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga
terjadi
vasodilatasi.
Terjadinya
vasodilatasi
ini
menyebabkan
pembuangan/ kehilangan energi/ panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali. Pernyataan ini di dukung oleh jurnal lain yang berjudul ‘EFEKTIFITAS KOMPRES
DINGIN
DAN
HANGAT
PADA
PENATALAKSANAAN
DEMAM” Yang membahas mengenani ke efektifitasan kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh pada pasien demam, yaitu dengan melakukan upaya melebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat(tepid-sponging)atau kompres hangat,dan pemakaian kompres hangat dalam tatalaksana demam. Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk,yang telah di basahi air hangat dengan temperature maksimal 43 c . Lokasi kulit empat mengompres biasanya di wajah,leher,dan tangan. Kompres hangat pada kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolic yang di timbulkannya. Selain itu kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga memungkinkan pengeluaran panas tubuh. Dan penggnaan kompres dingin tiak efektif karena mendinginkan dengan air es atau alcohol kurang bermanfaat karena mengakibatkan vasokonstruksi pembuluh darah sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi selain itu pengompresan dengan alcohol dapat menyebabkan keracunan alcohol dengan gejala hepoglikemia sampai kematian .Kompres dingin menurunkan temperature kulit lebih cepat dari pada termperatur inti tubuh. Sehingga meragsang vasokontriksi dan shivering. Shivering mengakibatkan gangguan metabolisme karena meningkatkan konsumsi oksigen dan volume respirasi meningkatkan 8
persentase karbon dioksida dalam udara ekspirasi dan meningkatkan aktifitas system saraf simpatis,oleh karena itu kompres dingin kurang efektif daam tatalaksana demam karena selain kurang nyaman juga merangsang produksi panas dan menghalangi pengeluaran panas tubuh O: Berdasarkan, hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu tubuh responden sebelum perlakuan sebesar 38,4 ± 0,70C. Sedangkan suhu tubuh responden setelah perlakuan sebesar 37,7 ± 1,00C. Jika dilihat dari standar deviasi ternyata ditemukan variasi nilai yang lebih besar pada anak yang sesudah dikompres dibandingkan dengan suhu anak sebelum dikompres. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan suhu antara satu anak dengan yang lain memiliki variasi nilai penurunan yang cukup berbeda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan kompres hangat dapat menurunkan demam pada pasien demam thypoid. T: kompres hangat diberikan hingga pasien mengalami penurunan suhu tubuh berkisar(36,5 hingga 37,5) Adapun kekurangan yang ada pada jurnal utama yaitu tidak adanya cara-cara yang jelas dalam penjelasan tatacara pengompresan menggunakan air hangat Dan dimana tidak adaya waktu, yang dicantumkan di jurnal berapa lama dilakukannya proses pengompresan tersebut. Dan adapun kelebihan dari jurnal tersebut yaitu analisis data yang dicantumkan sudah jelas dan lengkap.
9
BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Dari pembahasan dan tinjauan pustaka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Sebagian besar demam berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau sistemik.
Paling sering demam disebabkan
oleh penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan bawah, gastrointestinal, dan sebagainya. 2. Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana demam
yang
dialami oleh
pasien
tersebut
juga
sulit
untuk
menunjukkan penurunan suhu tubuh. 3. Pemberian tindakan kompres hangat merupakan bagian dari tindakan mandiri perawat yang termasuk aman dan tidak memiliki efek samping dalam penatalaksanaannya.
Sehingga
perawat
dapat menerapkan
tindakan mandirinya sebelum dilakukan tindakan kolaborasi dengan tim medis. Tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup efektif dalam menurunkan demam. 4.2 Saran 1. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan 10
dengan menggunakan proses keperawatan, dan peran perawat juga bisa memberitahukan , dan memberikan informasi ke semua masyarakat bahwa dimana kompres menggunakan air hangat lebih efektif dalam proses penurunan demam. tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangan penggunaan kompres menggunakan air hangat . 2.
Peran Perawat sebagai advokat Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya seperti informasi pentingnya penggunaan kompres air hangat untuk menurunkan demam yang lebih efektif ketimbang menggunakan air dingin.
3. Peran Perawat sebagai Edukator.Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.Seperti memberikn
informasi
tentang
bagaimana
cara
Perawat bisa
alterative
untuk
menurunkan demam seperti menggunakan air hangat, Karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa dengan kompres menggunakan air hangat bisa menyembuhkan demam, dan masyarakat masih menggunakan air dingin untuk mengompres padahal hal terebut bisa membuat badan menggigil dan demam tidak sembuh disini peran perawat harus memberikan informasi yang benar supaya masyarkat tidak salah mempresepsikan . 4. Peran Perawat sebagai koordinator.Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat bisa mengkoordinator atau memberitahukan ke tim kesehatan lainnya untuk memberitahukan kepada semua klien atau masyarakat bahwa kompres menggunakan air hangat lebih cepat menurunkan demam ketimbang menggunakan air dingin .
11
5.
Peran Perawat sebagai kolaborator.Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi
dan
lain-lain
dengan
berupaya
mengidentifikasi
pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.perawat juga bisa memberikan informasi tentang penggunaan air hangat sebagai kompres untuk demam, dan perawat bisa kalaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk menggunakan kompres air hangat untuk menurunkan penyakit demam karena sudah di teliti juga demam bisa turun dengan kompres menggunakan air hangat disinilah pentingnya peran perawat berkalaborasi oleh tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pendapat dan informasi. Sehingga perawat tidak bisa menjalankan peranan ini bila tidak bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait. 6. Peran Perawat sebagai Konsultan.Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan informasi contohnya perawat memberikan informasi yang benar terhadap klien tentang penggunaan kompres air hangat untuk penderita demam, supaya klien atau masyarakat tau informasi yang benar karena sudah diteliti bahwa kompres menggunakan air hangat lebih efektif menurunkan demam ketimbang menggunakan air dingin, menggunakan air dingin tidak bisa cepat menurunkan demam, akan tetapi bisa menyebabkan pusing, menggigil dan badan semakin hangat disini peran perawat sangat penting untuk memberikan informasi yang benar. 7. Peran Perawat sebagai Pembaharuan.Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.Seperti melakukan perubahan terhadap presepsi yang salah tentang melalukan kompres dengan air dingin akan menyebabkan demam menurun, itu yang harus dirubah karena menggunakan air dingin tidak bisa cepat untuk menyembuhkan demam melainkan bisa menyebabkan badan menjadi menggigil dan pusing , kompres yang benar yaitu menggunakan air hangat 12
karena jika menggunakan air hangat maka akan terjadi pelebaran pembuluh darah yang akan menyebabkan lancarnya pembuluh darah dan cepatnya pengeluran
kringat. Disini peran perawat untuk melakukan
pembaharuan informasi atau perubahan yang benar.
13