ANALISIS KANDUNGAN ORGANIK DAN ANORGANIK SEDIMEN LIMBAH KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI DANAU MANINJAU PROPINSI SUMATERA BARAT Elfrida Program Studi Budidaya Perairann Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas U niversitas Bung Hatta ABSTRAK
Pemanfaatan air danau untuk KJA oleh masyarakat saat ini sudah cukup mengkhawatirkan. Jumlah KJA sampai pada tahun 2011 hampir mencapai 20.000 unit. Hal ini tentu akan berdampak pada kualitas air, karena menyebabkan terjadinya sendimentasi yang banyak di dasar danau dan akan menyebabkan t erjadinya pendangkalan perairan. Solusi terhadap sedimen tersebut antara lain dengan pengerukkan, tetapi hal ini bukanlah pemecahan yang ramah lingkungan karena akan menciptakan pencemaran baru. Dalam rangka pengupayaan menciptakan lingkungan yang bersih dengan menghindari pencemaran baru, diperlukan pemikiran tentang pemanfaatan dari sedimen tersebut. Sebelum dapat diketahui pemanfaatannya terlebih dahulu harus dilakukan analisis kandungan senyawa organik dan anorganik yang terkandung dalam sedimen sedimen tersebut. Telah dilakukan penelitian dengan metoda eksperimen. Sampel sedimen diambil dari lokasi lokasi kegiatan KJA secara purposive sampling di 4 lokasi yaitu : A. Nagari Tanjung Alai , B. Nagari Muko-muko C. Nagari Kubu Baru, D. Nagari Tanjung Jati. Senyawa organik dan anorganik yang dianalisis meliputi posfat, nitrat, nitrit, protein, dan kalsium. Hasil analisis terhadap sedimen limbah KJA diempat lokasi tersebut adalah: pada lokasi A; Posfat (2,68 mg/L), nitrit (0,82 mg/L), nitrat ( 1,80 mg/L), protein (0,45%), kalium (61,5 mg/L) dan Kalsium (26,2 mg/L), mg/L), lokasi B; Posfat (2,15 mg/L), nitrit (0,57 mg/L), nitrat ( 1,75 mg/L), mg/L), protein (0,34%), kalium (50,2 mg/L) dan Kalsium (22,7 mg/L), lokasi C; Posfat (1,53 mg/L), nitrit (0,25 mg/L), nitrat ( 0,71 mg/L), protein (0,28%), kalium (49,6 mg/L) dan Kalsium (20,4 mg/L) dan Lokasi D; Posfat (1,44 mg/L, nitrit (0,20 mg/L), nitrat ( 0,60 mg/L), protein (0,11%), kalium (30,5 mg/L) dan Kalsium (16,5 mg/L). Secara umum umum dari hasil hasil penelitian penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik dan anorganik dari empat lokasi mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda, dimana nilai tertinggi terdapat pada lokasi A, yang terdapat perumahan, pertanian dan KJA. Kandungan organik dan anorganik pada sedimen d itentukan oleh bentuk aktivitas yang dilakukan di perairan maupun daratan di sekitarnya, dimana limbah yang dihasilkan akan masuk ke perairan dan mempengaruhi kondisi perairan dan sedimen yang dihasilkan. Dengan melihat kandungan organik dan anorganik dari sedimen-sedimen limbah KJA tersebut, sangat memungkinkan pemanfaatannya sebagai pupuk alternatif yang dapat diguankan baik dalam bidang perikanan maupun pertanian. Kata kunci : sedimen, KJA, senyawa organik dan anorganik
59
PENDAHULUAN
Danau Maninjau yang terletak terletak di Kecamatan Tanjung raya, Kabupaten Agam, Agam, Propinsi umatera Barat memiliki lingkungan dan aspek perairan yang mendukung dilakukannya kegiatan budidaya perikanan berupa pemeliharaan dan pembesaran ikan dalam keramba jaring apung (KJA), hal ini terlihat dari jumlah KJA yang terus meningkat setiap tahunna, dimana pada tahun 2011 hampir mencapai 20.000 unit. Menurut Syandri, H (2005), dalam hal pemberian pakan, pembudidaya ikan pada KJA di danau Maninjau jarang memberikan jumlah pakan yang sesuai dengan nilai konversi pakan ( 1:1,5), pembudidaya juga jarang memberikan pakan yang sesuai dengan kebiasaan makan ikan, dimana seharusnya diberikan tiga kali sehari tetapi diberikan setiap 3 jam sekali, dan pakan yang diberikan sering yang bersifat tenggelam. Kandungan protein yang cukup tinggi dalam pakan, di dalam air akan mengalami penguraian. Protein merupakan senyawa se nyawa organik yang akan terurai dalam perairan menjadi dua +
-
bentuk yaitu yaitu dalam bentuk NH4 (ammonium) dan NH3 (amoniak) (Connel, WD, 1995). Boyd, C.E (1990) menyatakan bahwa amoniak merupakan senyawa yang berbahaya dan tidak diperbolehkan ada dalam suatu perairan karena akan menurunkan kadar oksigen terlarut (DO) dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada insang. Minimal konsentrasi amoniak yang diperbolehkan dalam usaha budidaya < 0,1 ppm. Sumber amoniak lain dalam usaha budidaya adalah sisa metabolisme ikan (feses ikan). Menurut Syandri.H (2005), untuk pemeliharaan ikan Nila dengan KJA 1800 petak dibutuhkan pakan sebanyak 3 ton per petak dan periode pemeliharaan 3 kali dalam setahun sehingga total pakan yang disebarkan ke perairan dalam setahun sebanyak 16.200 ton. Dari jumlah tersebut yang termanfaatkan oleh ikan hanya 85%, sedangkan sisaya akan terbuang ke perairan, dimana dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan terjadinya seimen. D apat dibayangkan jumlah pakan yang akan terbuang ke perairan dari sekitar hampir 20.000 unit KJA dengan berbagai ikan yang dibudidayakan/dipelihara. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sedimen yang sudah menumpuk di dasar perairan dan sudah mengandung senyawa yang berbahaya adalah dengan pengerukkan. Tetapi akan timbul masalah baru apabila hasil kerukan tidak dimanfaatkan lebih lanjut. Penumpukkan kembali hasil kerukan pada suatu tempat atau atau lokasi akan menimbulkan pencemaran baru karena bila hari hujan maka akan terjadi proses „leaching‟ atau peluluhan 60
senyawa-senyawa yang terdapat dalam sedimen tersebut yang akan berdampak terhadap organisme yang berada disekitarnya. Sedimen perairan diindikasikan mengandung berbagai unsur-unsur kimia orgnik dan anorganik karena merupakan tumpukkan atau hasil akumulasi dari berbagai proses kimia yang terjadi di perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan organik dan anorganik yang terkandung dalam sedimen limbah KJA di danau Maninjau, dimana dari hasil analisis ini kedepannya dapat diketahui pemanfaatannya, sehingga penanggulangan masalah pencemaran yang ramah lingkungan dapat dilakukan.
METODE Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2011. Lokasi penelitian adalah pada Keramba Jaring Apung (KJA) di danau Maninjau, Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium Kimia Universitas Bung Hatta.
Bahan dan Alat
Materi atau bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen limbah kegiatan pemeliharaan ikan di beberapa KJA di danau Maninjau. Sampel diambil pada 4 (empat) titik yang representatif. Alat yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen crab, thermometer, kertas pH, pH meter, seichi disk, seperangkat alat pengukur kualitas air, botol sampel dan alat tulis. Instrumen analisis yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis dan Labu Kjedhal.
Pelaksanaan Penelitian Titik Sampling Pengambilan Sedimen
Penelitian dilakukan di Danau Maninjau Propinsi Sumatera Barat pada lokasi yang ada kegiatan keramba jaring apung (KJA) dengan metode eksperimen. Penentuan lokasi sampling ditentukan secara purposive sampling dengan 4 titik lokasi yaitu 1. Nagari Tanjung Alai (Perumahan dan budidaya/KJA), 2. Nagari Muko-muko (Aliran air keluar dan budidaya/KJA), 3. Nagari Tanjung T anjung Jati (Aliran air masuk dan budidaya/KJA) dan 4. Nagari Kubu Baru (Perumahan dan budidaya/KJA).
61
Parameter yang diukur : a. Sedimen : Aspek fisika : warna, bau dan tekstur dari sedimen. Aspek kimia : analisis +
kandungan Posfat (PO4-P), Nitrit (NO2-N), Nitrat (NO3-N), Protein, Kalium (K ) dan +2
Kalsium (Ca ) b. Air : Aspek fisika : warna, bau, rasa, temperatur, kecerahan/ cuaca , aspek kimia, yang
diperiksa/diukur langsung di lapangan seperti pH, oksigen terlarur (DO), biological oxygen demand (BOD) dan amoniak dan aspek biologi : diamati flora dan fauna di danau Maninjau pada saat sampel diambil juga d iamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Lokasi 1. Nagari Tanjung Alai : Jumlah keramba jaring apung (KJA) pada lokasi ini cukup
anyak,sedikit perumahan penduduk 2. Nagari Muko-muko : Jumlah keramba jaring apung (KJA) yang relatif banyak, terdapat
turbin dan bendungan PLTA PLTA Maninjau, dan merupakan merupakan muara dari air keluar keluar danau, 3. Nagari Kubu Baru : Jumlah keramba jaring apung (KJA) yang paling banyak, terletak
dekat ,perumahan penduduk yang cukup padat, dan lokasi pasar 4. Nagari Tanjung Jati : Jumlah keramba jaring apung (KJA) relatif sedikit, memiliki
beberapa anak a nak sungai kecil yang mengalir/berasal dari catchround area yang berada di hutan yang terdapat diatasnya, Berada di bawah lokasi pertanian, perbukitan dan sering terjadi longsor yang mengakibatkan tanah, lumpur, pasir dan bebatuan masuk dan mengendap di dasar danau dan merupakan muara dari semua aliran air danau B. Pengamatan Perairan Aspek Fisika Perairan Warna perairan danau Maninjau antara bening kehijauan dan kehijauan. Adanya warna
air tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain hadirnya beberapa jenis plankton baik fitoplankton maupun zooplankton, larutan tersuspensi, dekomposisi bahan organik, mineral maupun sering ditemukan pada tambak dan kolam, bahan-bahan lain yang terlarut dalam air (Kordi dan Tancung, 2002). Warna perairan juga ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan
62
bahan anorganik; karena keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam (misalnya besi dan mangan), serta bahan-bahan lainnya (Peavy et al ., ., 1985 dalam Effendi, 2003). Bau di perairan lokasi pengambilan sedimen yaitu lokasi KJA rata-rata berbau amis atau
berbau pelet, pe let, hal ini karena kare na memang pada lokasi KJA cukup banyak pelet pe let yang masih terapung dan sudah pasti di dasar perairan akan banyak juga pelet-pelet yang jatuh/yang tidak termakan oleh ikan. Banyak zat kimia organik menyebabkan masalah rasa dan bau pada air. Dekomposisi biologi dari zat organik juga menghasilkan cairan dan gas yang menghasilkan rasa dan bau pada air. Hasil dari reduksi senyawa sulfur akan menghasilkan menghasilkan bau “telur “telur busuk”. busuk”. Juga, Juga, suatu zat berminyak hasil sekresi dari jenis alga alga tertentu yang menghasilkan rasa dan bau. Rasa air danau di lokasi pengambilan sedimen limbah KJA adalah hambar atau tawar, hal
ini menandakan bahwa pada perairan tersebut belum terjadi kontaminasi atau pencemaran yang menyebabkan timbulnya rasa pada perairan. o Suhu/temperatur perairan berkisar 28,7-29,5 C, sedangkan suhu udara di sekitarnya
29,7- 31,7 oC. Menurut Irianto (2005), organisme air memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap t erhadap penyakit. Organisme air akan mengalami stres bila terpapar pada suhu diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernapasan pada ikan berupa menurunnya laju pernapasan dan denyut jantung. Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagian cahaya yang diteruskan.
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang diungkapkan dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Selain itu kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi dijangkau oleh cahaya. Kecerahan perairan di lokasi pengambilan sampel berkisar 120-150 120- 150 cm, c m, ini menandakan ba hwa perairan cukup bagus dimana cahaya matahari bisa maksimal masuk ke dalam perairan sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan air dapat diklasifikasikan sbb:
63
Aspek Kimia Perairan
Aspek kimia yang diamati dan diukur langsung di lapangan pada perairan diempat lokasi pengambilan sampel sedimen limbah KJA meliputi pH, DO, BOD dan amoniak. pH perairan berkisar 8,14- 8,20. Angka ini menunjukkan bahwa perairan berada pada
suasana agak basa. Hal ini dapat terjadi karena banyak terurainya bahan kimia yang bersifat basa di perairan. Pakan ikan mengandung protein yang cukup tinggi, dimana pakan yang tidak termanfaatkan oleh ikan akan terbuang ke perairan. Selanjutnya akan melewati proses penguraian. Protein akan terurai menjadi amoniak dan amonium, dimana keduanya merupakan senyawa basa. Sisa metabolisme berupa feses yang juga mengandung amoniak, akan terbuang dan menumpuk di dasar perairan yang membuat pH perairan menjadi basa. Menurut Boyd (1988), perairan dengan pH 6 – 9 adalah kisaran yang baik bagi pertumbuhan ikan (good growth), sedangkan perairan dengan pH 4-6 atau 9 – 11 akan menyebabkan lambatnya pertumbuhan (slow growth ) ikan yang dibudidaya, sedangkan pH kecil dari 4 tau lebih dari 11 dalam jangka waktu lama akan menyebabkan kematian (death) bagi ikan yang dipelihara. Nilai oksigen terlarut (DO) pada perairan di lokasi pengambilan sampel berkisar 4 – 4 – 6,4 6,4 mg/L. Cuaca pada saat pengambilan sampel pada beberapa lokasi dalam keadaan mendung berawan, hal itu akan berpengaruh pada kandungan oksigen di perairan karena intensitas sinar matahari tidak maksimal. Cukup banyaknya pakan yang terurai di perairan akan meningkatkan juga kadar amoniaknya dan secara tidak langsung akan menurunkan menuru nkan kandungan oksigen terlarut, sebab kandungan DO berbanding terbalik dengan konsentrasi amoniak (Boyd, 1986). Untuk kelayakan kehidupan ikan di perairan kisaran kadar DO yang dibutuhkan diatas 5 mg/L. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah adalah suatu karakteristik yang menunjukkan
banyaknya/jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hul u ke muara (Boyd,1990)
64
Berdasarkan konsentrasi BOD bisa diketahui keadaan dari perairan tersebut. Bila konsentrasi BOD berada pada kisaran 0-10 ppm perairan tidak tercemar-tercemar ringan, 10-20 pp tercemar sedang, diatas 25 ppm perairan tercemar berat. Pada keempat lokasi pengambilan sampel konsentrasi BOD perairan berkisar antara 6,8 – 7,4 mg/L yang menandakan bahwa perairan masih dikategorikan tidak tercemar - tercemar ringan. Amonia merupakan produk akhir metabolisme nitrogen yang bersifat racun Di dalam
perairan senyawa ammonia terdapat dalam dua bentuk yaitu amoniak (berbahaya (berbaha ya bila dalam konsentrasi tinggi) dan amonium (tidak berbahaya). Pada kadar yang sangat rendah kurang berbahaya, tetapi dengan meningkatnya kadar amoniak, secara
cepat menjadi berbahaya
terhadap hewan perairan. Ketika tingkat mencapai 0,06 mg / L, ikan dapat mengalami kerusakan insang. Ketika tingkat mencapai mencapai 0,2 mg / L, ikan sensitif sensitif seperti trout dan salmon salmon mulai mati. mati. Sebagai tingkat dekat 2,0 mg / L, toleran ikan bahkan seperti mas mulai mati (Sawyer,1994) Berdasarkan pengukuran di lapangan, konsentrasi amoniak pada perairan di lokasi pengambilan sampel sedimen berkisar 0,01-0,23 mg/L. Konsentrasi ini pada beberapa ikan sensitif sudah menyebabkan kematian. Dalam budidaya ikan disarankan perairan boleh tidak mengandung amoniak, tetapi masih diperkenankan dengan konsentrasi dibawah 0,1 mg/L, dengan kata lain dengan kandungan amoniak tersebut diperairan sudah cukup tinggi. Hal ini terjadi karena kurang terkontrolnya pemberian pakan sehingga pakan yang mengandung protein tinggi akan terurai menjadi amnoniak di perairan dan menyebabkan cukup tingginya kandungan amoniak di perairan. Aspek Biologi Perairan
Aspek biologi yang diamati di lokasi pengambilan sampel hanya flora dan fauna. Flora yang hanya ada di perairan adalah tumbuhan enceng gondok, sedangkan tumbuhan yang ada dipinggir danau adalah pepohonan tinggi. Tumbuhan air atau hidrofolik ialah golongan yang mencakup semua tumbuhan yang hidup di air bersauh (berakar dalam lumpur dan dasar air) atau tidak. Disamping tipe mkroskopik yang mengapung bebas dan berenang-renang yang merupakan dasar utama pembentukkan kategori tersendiri yang disebut plankton. Golongan hidrofolik cenderung melintas memotong golongan lainnya dan dengan itu sering ditiadakan dari spectrum biologi (Polunin, 1994).
65
Fauna yang dominan di perairan lokasi KJA otomatis adalah ikan, baik yang berada di KJA maupun ikan yang berenang bebas. Menurut Odum (1996), pada perairan tawar, hewan yang paling umum u mum mendominasi mendo minasi adalah hewan-hewan dari golongan go longan hewan bertulang belakang be lakang yaitu ikan. Pengamatan Sedimen Aspek Fisika Sedimen (warna, bau dan tekstur )
Sedimen di Nagari Tanjung Alai: hitam keabuan, berbau menyengat dan tekstur kasar, Nagari Muko-muko: kehitaman, berbau menyengat/kuat dan tekstur lumpur kasar berpasir, Nagari Kubu Baru: hitam kecoklatan, berbau berbau menyengat dan tektur halus dan Nagari Tanjung Jati Jati : hitam kekuningan, berbau lebih lebih menyengat dan tekstur tekstur lebih kasar Aspek Kimia Sedimen
Hasil analisis terhadap aspek kimia sampel sedimen dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Dari tabel di bawah terlihat bahwa konsentrasi posphat pada sedimen cukup tinggi yaitu berada pada kisaran 1,44 - 2,68 mg/L. Untuk budidaya perikanan (Baku Mutu kelas II/golongan B, ) konsentrasi posphat perairan yang dianjurkan hanya 0,2 mg/L. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya konsentrasi posphat pada suatu perairan antara lain aktifitas KJA KJA dan limbah rumah tangga/penduduk (tinja, urine, deterjen). Total limbah penduduk yang masuk perairan danau Maninjau sebesar 209,93 kg/hari atau 75.574,8 kg/tahun, sedangkan pencemaran limbah deterjen 9,02 ton/tahunnya (KLH, 2011). Konsentrasi posphat pada sedimen secara implisit menunjukkan konsentrasi posphat di perairan.
66
Tabel.1. Hasil Analisis Kandungan Senyawa Organik dan Anorganik Sampel Sedimen Limbah KJA Danau Maninjau Lokasi No.
Parameter
Satuan
Mukomuko
Tjg. Alai
Kubu Baru
Tjg. Jati
1.
Posphat (P-PO4)
mg/L
2,68
2,15
1,53
1,44
2.
Nitrit (N-NO )
mg/L
0,82
0,57
0,25
0,20
3.
Nitrat (N-NO )
mg/L
1,80
1,75
0,71
0,60
4.
Protein (N x 6,25)
%
0,45
0,34
0,28
0,11
5.
Kalium (K)
mg/L
61,5
50,2
49,6
30,5
6.
Calcium (Ca)
mg/L
26,2
22,7
20,4
16,5
2
3
Berdasarkan penelitian Fitriani dkk (2008), dengan kandungan nitrat (NO3) 0,234-1,186 mg/L dan posphat (PO4) 0,277-1,025 mg/L pada pupuk dapat menghasilkan kelimpahan Chlorella Chlorella sp mencapai 1653,77x104 sel/ml – 1874,57 x 104 sel/ml. Dengan kisaran nilai kandungan posphat 1,44 - 2,68 mg/L pada sedimen, merupakan gambaran kandungan posphat perairan yang dapat mengindikasikan tingkat kesuburan perairannya. Po sphat yang terdapat pada perairan akan berikatan dengan unsur lain membentuk senyawa kompleks dan akan larut atau mengendap pada sedimen. Di perairan, nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri dari atas amoniak (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea. Bentuk-bentuk nitrogen tersebut mengalami transformasi sebagai dari siklus nitrogen nitrogen (Effendi, 2003). Nitrat merupakan hasil dari reaksi biologi yaitu nitrogen organik. Limbah industri dan domestik akan mengandung nitrat dan akan menjadi polusi untuk permukaan air. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit n itrit dan nitrat. Oleh karena kare na nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan.
67
Dari tabel 1 diatas kandungan nitrat nitrat dari sedimen berkisar berkisar antara 0,6 – 0,6 – 1,80 1,80 mg/L, dengan kisaran ini sedimen diindikasikan dapat digunakan sebagai pupuk dalam memproduksi Chlorella sp. Fitriani dkk (2008) mengatakan bahwa pupuk yang digunakan dalam memproduksi pakan alami Chlorella sp Chlorella sp dengan kandungan nitrat 0,234-1,186 mg/L mg/L dapat menghasilkan menghasilkan kelimpahan mencapai 1653,77x104 sel/ml – sel/ml – 1874,57 1874,57 x 104 sel/ml. Dengan jumlah kelimpahan Chlorella sp ini kesuburan perairan dapat dikategorikan mesotropik (tingkat kesuburan sedang). Hasil analisis juga menunjukkan adanya kandungan kalsium dan kalium pada sedimen, yang merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar (unsur hara makro) dalam pupuk yang biasa digunakan dalam bidang pertanian maupun perikanan, dimana konsentrasi kedua unsur tersebut dalam tiap pupuk berbeda-beda. Sehingga secara tidak langsung terlihat pemanfaatan sedimen-sedimen ini selanjutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan Saran
Hasil analisis kandungan posfat, nitrat, nitrit, protein, kalsium dan kalium sedimen limbah KJA danau Maninjau pada 4 lokasi mempunyai nilai /konsentrasi yang berbeda, dimana nila tertinggi terdapat pada Nagari Muko-muko. Hasil analisis aspek fisika dan kimia perairan menunjukkan bahwa perairan danau Maninjau masih dalam batas kelayakan untuk dilakukannya kegiatan budidaya ikan. Berdasarkan kandungan posfat, nitrat, kalsium dan kalium dari sampel, maka sedimen limbah KJA dapat dimanfaatkan sebagai pupuk baik di bidang pertanian maupun perikanan. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk menganalisis menganalisis unsur-unsur penunjang lainnya dan mencoba mengaplikasikannya sebagai pupuk baik di bidang pertanian maupun perikanan,
DAFTAR PUSTAKA Abel,P.D, 1989, Water Pollution Biology. Ellis Horwood Limited. Chishester. United Kingdom. 231 p Astuti, I. R, Mardiana, L dan Prihadi, V.2008. Studi Kandungan Posfor Pada Limbah Organik Di Dasar Perairan Yang Dipengaruhi Aktivitas KJA DI Waduk Cirata Jawa Barat. Teknologi Perikanan Budidaya (Prosiding). Pusat Riset Perikanan Budidaya, hal 363370
68
Azwar, Z.A, Suhenda, N. Praseno, O.2004. Manajemen Pakan Pada Usaha Budidaya Ikan Di KJA. Pengembangan Budidaya Perikanan Di Perairan Waduk. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Hal 37-44 Azwar, ZI., Ningrum, S dan Ongko, S. 2004. Manajemen Pakan Usaha Budidaya Ikan di Karamba Jaring Apung. Dalam Pengembangan Budidaya Perikanan di Perairan Waduk. Pusat Riset Budidaya Perikanan. Jakarta. Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA, 163p Boyd,C.E.1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agricultural. Experiment Station, Auburn.University. Auburn.University. Alabama, 482p 482 p Connel.W.D.1 & Miller, J.G 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Y. Koestoer (penerjemah). Universitas Indonesia Press. Jakarta, 520 hal Fitriani, Tryas.2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea dan TSP Terhadap Pertumbuhan Populasi Chlorella sp. elibrary.ub.ac.id/handle/123456789/32447 Kementrian Negara Kependudukaan dan Lingkungan Hidup.1988. Keputusan No. 02/MenKLH/1988 tentang Pedoman Baku Mutu Lingkungan. Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2011. Profil 15 Danau Priorita Nasional 2010-2014. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta Krismarno. 2004. Optimalisasi Budidaya Ikan Dalam KJA Di Perairan Waduk Sesuai Daya Dukung Dan Pengembangan Budidaya Perikanan Di Perairan Waduk. Pusat Riset Perikanan Budiday. Jakarta. 75-85 LIPI. 2001. Permasalahan Danau Maninjau & Pendekatan Permasalahannya. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI. Cibinong. 106 hal. LIPI. 2007. Program Penyehatan Danau Maninjau & Pemberdayaan Masyarakat Di Sekitar Danau. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI. Cibinong. 38 hal Lukman dan Hidayat. 2002. Pembebanan dan Distribusi Organik di Waduk Cirata. Jurnal Tek. Lingkungan. P3TL-BPPT. Vol. 3 (2): 129 – 129 – 135. 135. Mc. Donald, M.E, Tikkanen, C. A, Axler, R. P , Larsen, C. P dan Host, G. 1996. Fish Simulation Culture Modekl (FIS-C) : A Bioenergetics Based Model for Aquacultural Wasteload Application. Aquacultural Engineering. 15 (4): 243 – 243 – 259. 259.
69
Nastiti, A.S., Krismono, Krismono, dan E.S. Kartamiharja. 2001. Dampak Budidaya Ikan dalam KJA terhadap Peningkatan Unsur N dan P di Perairan Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 7 (2): 22 -30. Odum, E.P.1966. Ecology. 2nd ed. Holt. Rinehart and Windston, Inc. New York, 152 p Rachmansyah. 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Disertasi. Disertasi. Rao, C.S. 1992. Environmental Pollution Control Engineering. Wiley Eastern Limited, New Delhi, 431p Sawyer. 1994. Chemistry for Enviromental. 4 th ed. Mc Graw Hill Inc. USA Syandri, H. Azrita. 2006. Penangkaran IkaN Bilih ( Mystacoleucus Mystacoleucus padangensis Blkr) Di Danau Maninjau Umaly, R.C dan Ma L.A.Cuvin. 1988. Limnology: Laboratory and field guide, Physico-chemical factors, Biological factors. National Book Store, Inc. Publishers. Metro Manila. 332 p. Wetseel, R. G. 1970. Recent and Postglacial Production Rates of Mart lake. Limnology Oceanography. 15: 491-503
70