BUKU HE RITAGE SURAKARTA
JEJAK - JEJAK FISIK KOTA SOLO
Buku Heritage Surakarta :
Jejak-Jejak Fisik Kota Solo TIM PENULISAN BUKU HERITAGE
Ir Endah Sitaresmi Suryandari Nunung Setyo N., S., M., MA Kayato Hardani., S. S Bambang Suwandana., SE Dhimas Harso JAN., S
DESAINER GRAFIS Bima Pratama P., S, Diyah Setiyani, Yusak Hartanto. G FOTOGRAFER Siska Azhari, Fuad Harsyaf, Lathifah Rahmadiyanti, Maria Karti Sari, M. Syaifun Nur
Nunuk Dwi M., S., M Drs. Jackson Napitupulu
FOTO COVER Kusumaningdyah Nurul Handayani., S., M., Dr. Eng
PPTK Drs. Mufti Rahardjo., MM
COVER DEPAN :
TIM AHL I (FAKUL TAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR)
itis S. Pitana., S., M. rop. Arch., Dr Kusumaningdyah Nurul Handayani., S., M., Dr. Eng Rr. Ratri Werdiningtyas., S., M Ir. M. Asrori., M
COVER BELAKANG :
Interior Komplek Kraton Kasunanan Kawasan Kauman
PENERBIT Dinas ata Ruang Kota Pemerintah Kota Surakarta
Copyright © Pemerintah Kota Surakarta, Dinas ata Ruang Kota @ 2013
BUKU H ERITAGE SURAKARTA
JEJAK - JEJAK FISIK KOTA SOLO 2013
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 3
DAFTAR ISI I.
Sambutan Walikota Surakarta …………………………….................................... ................................................... 6
II.
Kata Pengantar Kepala Dinas ata Ruang Kota, Kota Surakarta …………………………….............................. 7
III.
Kata Pengantar im Penyusun ……………………………................................... ....................................................8
IV.
Sekilas Sejarah Kota Surakarta ……………………………….......................................................... ......................... 9
V.
Kota Pusaka Surakarta ………………………………......................................................... ........................................ 10
VI.
Kawasan Keraton Kasunanan ………………………………........................................................... .........................13
VII.
Kawasan Kadipaten Pura Mangkunegaran ………………………………........................................................ ...... 29
VIII. Kawasan Pasar Gede dan Koridor Jalan Jendral Sudirman ..................................................................................... 39 IX.
Koridor Jalan Slamet Riyadi dan Stasiun Purwosari ................................................................................................... 53
X.
Kawasan Balapan ………………………………........................................................................................................ 69
XI.
Kawasan Kauman ……………………………............................................................................................................ 75
XII.
Kawasan Laweyan ………………………………........................................................................................................ 87
XIII.
Daftar Pustaka ………………………………............................................................................................................. 99
4 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
PETA SEBARAN KAWASAN DAN BANGUNAN SEJARAH DI KOTA SURAKARTA
SAMBUTAN WALIKOTA
Surakarta sebagai bagian dari Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) memiliki beragam potensi pusaka ragawi ( tangiable) dan pusaka non ragawi (intangiable). Buku Heritage Surakarta yang diberi judul “Jejak-Jejak Fisik Solo” merupakan gambaran sebaran obyek benda cagar budaya yang memiliki momen sejarah dan estetika fisik. Dengan ketersediaan data dan informasi profil sebaran obyek benda cagar budaya ini diharapkan dapat menjadi informasi yang baik dalam memahami sejarah perkembangan Kota Pusaka Surakarta. Penerbitan buku heritage Surakarta ini, merupakan salah satu upaya untuk mempromosikan keragaman pusaka di Kota Surakarta agar khalayak umum dapat lebih mengenal, memahami dan peduli pusaka. Ke depan, diharapkan seri penerbitan buku heritage Surakata bisa lebih disempurnakan. Oleh karena itu, secara bertahap diusahakan pembaharuan serta penyempurnaan kualitas maupun kuantitasnya. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan buku ini, diucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat.
Walikota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo
6 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
KATA PENGANTAR KEPALA DINAS TATA RUANG KOTA, KOTA SURAKARTA Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Puji syukur ke hadirat uhan Yang Maha Esa atas terbitnya Buku Heritage Jejak-Jejak Fisik Kota Solo yang merupakan dokumentasi bangunan-bangunan bersejarah di Kota Surakarta. Kota Surakarta sebagai Kota Budaya banyak memiliki kekayaan budaya baik yang bersifat bendawi maupun non bendawi. Kekayaan budaya tersebut dapat dijadikan sebagai generator yang dapat menggerakkan pertumbuhan dan perkembangan kota dengan tetap bertumpu pada aksentuasi Jawa yang memberi corak khas tersendiri bagi Kota Surakarta. inggalan sejarah berupa bangunan kuno di Kota Surakarta yang berkaitan dengan rekam jejak perjalanan sejarah kota terwujud dalam keragaman bangunan-bangunan bersejarah yang tersebar di penjuru kota. Bangunan-bangunan tersebut memiliki corak arsitekturFisik khasKota yangSolo pada akhirnya dapat menjadi penanda perkembangan arsitektur Kota Surakarta. Buku Heritage Jejak-Jejak memuat informasi secara sekilas sejumlah objek bangunan heritage Kota Surakarta. Diharapkan buku ini dapat menjadi jendela baru informasi tentang khasanah bangunan heritage di Kota Surakarta.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Ir. Endah Sitaresmi Suryandari
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 7
KATA PENGANTAR TIM PENULISAN Assalamualaikum Wr. Wb. Puji Syukur kehadirat uhan Yang Maha kuasa yang telah berkenan menganugerahkan kesempatan kepada tim penulisan sehingga buku “Buku heritage Surakarta: Jejak-Jejak Fisik Solo” dapat diselesaikan. Buku ini menyajikan sebaran bangunan benda cagar budaya dalam kawasan pusaka Kota Surakarta. Pemilihan kawasan pusaka berdasarkan pada kawasan yang memiliki nilai sejarah dan identitas yang spesifik. Penyusunan sebaran bangunan di kawasan pusaka ini berdasarkan keberdekatan secara aksesibilitas masing-masing bangunan bersejarah terhadap lingkup kawasan. Penulisan buku ini menggunakan daftar objek benda cagar budaya yang disahkan dalam SK Walikota Surakarta No. 646/ 1- R/ 1/ 2013 beserta hasil inventarisasi bangunan dan kawasan ahun 2011sebagai pemilihan. Setiap kawasan pusaka daftar di Kotadata Surakarta memiliki keberagaman bentuk dan cagar fungsibudaya yang memiliki kekhasan danacuan keunikan berdasarkan sejarahnya. Pada kesempatan ini tim penulisan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi. Akhirnya tim penulisan berharap buku ini dapat memberikan tambahan informasi kawasan pusaka dan sebaran objek benda cagar budaya di Kota Surakarta. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
im Penulisan Dinas ata Ruang Kota Surakarta dan Fakultas eknik Universitas Sebelas Maret
8 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
SEKILAS SEJARAH KOTA SURAKARTA Kota Surakarta yang juga lazim disebut dengan Kota Salo, terletak di Propinsi Jawa engah memiliki luas wilayah kurang lebih 44,04 km². yang dihuni lebih dari 560.000 jiwa atau sekitar 128 penduduk per hektar, Selain letaknya yang berada pada jalur strategis yang mempertemukan jalur dari arah Jakarta ke Surabaya atau Bali, dari arah Srmarang dan dari arah Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali atau sebaliknya, kota ini juga disebut sebagai “Ibu Kota Budaya Jawa engah”, yaitu sebagai orientasi budaya Jawa yang berbasis keraton. Kota Surakarta bermula saat Kerajaan (Keraton) Kartasuro telah mengalami kerusakan akibat perang antara Sunan Pakubuana/ PB II dengan Sunan Kuning (1742) atau sering disebut sebagai Geger Pecinan. Walaupun Keraton Surakarta berhasil direbut kembali dengan bantuan VOC dan dengan mengorbankan beberapa wilayah warisan Mataram untuk diberikan pada VOC, namun Sunan PB II menghendaki adanya pusat pemerintahan baru. Desa Sala terpilih dari dua desa lainnya, yaitu Desa Kadipala dan Sana Sewu, sebagai pusat keraton Mataram yang baru yang kemudian oleh Sunan PB II diberi nama Surakarta Hadiningrat. Hari rabu tanggal 17 Syura 1670 atau 17 Februari 1745, hari dilaksanakan dengan kirab secara besar-besaran pindahnya Ibu kota Kerajaan Mataram pindah dari Kartasuro ke Surakarta Hadiningrat menjadi cikal bakal lahirnya Kota Solo. Adapun jika dilihat perkembangannya secara fisik, Kota Solo pada awal mulanya berkembang dari kota yang berorientasi pada sungai menjadi kota daratan. Pada tahun 1500 – 1750, Kota Solo merupakan Kota epian Sungai Bengawan Soloyang merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa dan kemudian mulai berubah menjadi kota campuran perairan dan daratan pada tahun 1750 – 1850. Pada masa inilah terjadi percampuran antara konsep koloni Belanda dengan konsep kosmologi keraton dan organik masyarakat serta juga beberapa pengaruh dari Negeri Cina dan Arab yang turut memberi pengaruh dalam perkembangan Kota Surakarta. Kota Surakarta tersusun oleh tiga konsep permukiman yang terdiri dari pola permukiman masyarakat pribumi, kolonial oleh masyarakat Belanda dan konsep kosmologi oleh masyarakat Keraton Jawa. Oleh karenanya Kota Surakarta memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah baik representasi budaya jawa maupun kolonial baik yang terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ataupun yang terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua dengan latar belakang sosialnya masing-masing.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 9
KOTA PUSAKA SURAKARTA Kota Surakarta saat ini merupakan anggota dari Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) yang beranggotakan para walikota/ bupati dari kota / kabupaten yang memiliki kesejarahan dan aset-aset pusaka kota yang bernilai tinggi. JKPI di deklarasikan pada tanggal 25 Oktober 2008 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dalam kegiatan International Conference on World Heritage Cities di Solo. Sejak kelahirannya hingga tahun 2011, JKPI telah beranggotakan lebih da ri 50 kota / kabupaten. Memiliki serangkaian pertemuan dan peningkatan kinerja jaringan maupun sumber daya manusia. Di awali dengan pertemuan koordinasi awal di Kota Solo (tahun 2009), Pra-kongres di Kota Jakarta Utara dan Barat (tahun 2009), Kongres pertama di Kota Sawahlunto (tahun 2009), serta Rapat Kerja tahunan. Kawasan atau kawasan bersejarah kota atau dilestarikan. Penataan ruang melindungi kekayaan sejarahlama itu, yang merupakan aset tak suatu tergantikan yangdesa tak perlu ternilai. Keseluruhan kota atau desaharus harusdapat merupakan kesatuan yang harmonis yang mencerminkan kepribadian dan jati dirinya. Banyak contoh ditunjukkan berbagai kota pusaka di dunia, bagaimana pusaka-pusaka perkotaannya mampu dihidupkan dan menghidupi kesejahteraan masyarakatnya. Dengan kata lain pusaka-pusaka tersebut mampu secara ekonomi menghidupi dirinya sendiri. Bahkan tidak sedikit yang telah menjadi destinasi wisata yang unggul da n memberikan devisa yang terus meningkat. Konsep pembangunan Kota Surakarta adalah Eco-culture City yaitu perencanaan pembangunan pariwisata kota menempatkan pusaka perkotaan sebagai pusat pembangunan yang memberi karakter pembangunan kota secara keseluruhan. Pusaka perkotaan memberi inspirasi dalam penataan kota baik dalam hal arsitektur, estetika, maupun semangat dalam bingkai budaya yang masih hidup dan berkembang di kota ini.
10 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Gapura Klewer - Sisi Barat Keraton Surakarta Hadiningrat
Jl. DR .Radj im
an
Jl. L aran gan
. Jl
o Y
s
S
u
a d
o rs Jl. DR.Ra
djima n
MASJID AGUNG Jl. DR .Radj ima
n
a
BONDO LUMAKSO l.
n te p
ly u M
d a
i
K
J
Jl. S as
NDALEM PURWODININGRAT AN so
Jl
o .Y
s
S
d u
a
r
ono Mu
Jl. U ntun g Su ropa t
lyo Jl. S ason o Mu lyo
i
NDALEM MLOYOKUSUMAN
Jl. S ason
NDALEM SURYO HAMIJAYAN
o Mu lyo
NDALEM SASONO MULYO
K
SEKOLAH PAMARDI PUTRI
. Jl
o Y
s
S
d u
a
o rs
Jl. W ireng a
. Jl
n Jl. W
d in S
J l.
a or ik
ireng an
. Jl
Jl
os .Y
so ar ud S
PETA SEBARAN BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN KASUNANAN Jl. V etera
n
12 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
a K
p
te
n
M
u
a ly
d
i
a
n te p
l u M
d ya
i
Jl. U ntun g
Suro pat
KAWASAN KERATON KASUNANAN Kawasan ini ditandai dangan bekas kewilayahan berupa empat gapura, di utara dan selatan Gapura Gladag dan Gapura Gading, di sisi barat dan timur Gapura Klewer dan Gapura Kedunglumbu. Komponen Kawasan Keraton Kasunanan terdiri dari (dari arah utara ke selatan); Gapura Gladag–Alun-Alun Utara–Masjid Agung–embok Baluwarti–Kedaton–Alun-Alun Selatan–dan Gapura Gading. Kedaton merupakan komplek bangunan inti Keraton. embok Baluwarti sebagai pembatas permukiman tempat tinggal para Pangeran–Bangsawan dan para Abdi Dalem Keraton lainnya. embok ini juga menjadi pembatas terhadap permukiman umum di luar kawasan Keraton Kasunanan.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 13
Masjid Agung Surakarta
KAWASAN KERATON KASUNANAN PERMUKIMAN BALUWARI Kawasan Baluwarti merupakan kawasan permukiman di dalam benteng Keraton Surakarta. Baluwarti berasal dari kata dalam bahasa Portugis baluarte yang berarti benteng. Wilayah Baluwarti berada di lingkaran kedua setelah tembok Kedhaton, terletak di antara dua buah tembok besar berukuran tebal 2 meter dan tinggi 6 meter. Di luar tembok Kedhaton inilah terdapat kompleks bangunan yang dihuni oleh para pangeran, bangsawan, kerabat, abdi dalem, juga orang-orang yang berprofesi selain itu, seperti pedagang. Wilayah ini mempunyai dua buah pintu, yaitu Kori Brajanala (Gapit) utara dan Kori Brajanala (Gapit) selatan, satu dengan lainnya dihubungkan oleh dua jalur jalan yang sejajar dengan tembok Kedhaton. Pada awal tahun 1900 Susuhunan Pakubuwana X memperluas wilayah Baluwarti dan menambahnya dengan dua buah pintu ‘butulan’ yang terletak di sebelah tenggara dan sebelah barat daya. Masing-masing diresmikan pada tahun 1906 M dan 1907 M. Dengan adanya dua pintu tambahan ini penduduk yang tinggal di Baluwarti dapat lebih leluasa berhubungan dengan masyarakat di luar komplek Kedhaton .
Kawasan Baluwarti - Kasunanan
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 15
PERMUKIMAN BALUWARTI NDALEM PURWOD ININGR AAN Ndalem Purwodiningratan merupakan salah satu tempat tinggal Pangeran di lingkungan Keraton Kasunanan, Pangeran Purwodiningratan, yang dibangun dengan menggunakan kaidah-kaidah arsitektur tradisional jawa pada umumnya.
ampak Depan Ndalem Purwodiningratan
Ndalem Purwodiningratan terdiri dari bangunan Pendopo, Pringgitan dan Ndalem yang merupakan produk arsitektur jawa murni, baik dilihat dari aspek tata ruang, tampilan bangunan, bahan bangunan dan struktur bangunan. Bangunan Ndalem Purwodiningratan merupakan unsur yang dapat memperkuat citra tradisional pada kawasan sekitar maupun kota. Bangunan ini merepresentasikan arsitektur tradisional jaman kerajaan. Pada bangunan Ndalem di dalamnya terdapat ‘Gandhok Kiwo, Gandhok engah Gandhok engen’ pada Gandhok engah juga disebut Krobongan. Krobongan merupakan bagian kramat dari Ndalem Purwodiningratan yang difungsikan sebagai tempat pemujaan Dewi Sri.
16 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
PERMUKIMAN BALUWARTI NDALEM SURYOHAMIJAYAN Ndalem Suryohamij ayan merupakan sala h satu rumah k anjeng pangeran yang masih berada di lingkunan Keraton Kasunanan. Bangunan tempat tinggal ini dibangun pada sekitar tahun 1919 dengan menggunakan kaidah-kaidah arsitektur tradisional Jawa
Pendopo, Pringgitan, Ndalem, Ganyangdan terdiri dari Kuncungan, dilengkapi dengan lapangan tenis dan area panahan. dok Bangunan Ndalem Suryo merupakan produk arsitektur tradisional Jawa murni dan utuh baik dilihat dari tata ruang, tampilan dan st ruktur konstruksi sehingga keberadaannya memper kuat citra tradisional pada kawasan sekitarnya maupun bagi Kota Surakarta.
ampak Depan Ndalem Suryohamijayan
idak hanya merekam sejarah dari sisi estetika bangunan namun lapangan tenis dan area panahan bagian dari Ndalem Suryohamijayan juga merupakan saksi dilangsungkannya PON I untuk cabang olah raga tenis dan panahan di Surakarta.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 17
PERMUKIMAN BALUWARTI NDALEM SASONO MULYO
ampak Depan Ndalem Sasono Mulyo
Ndalem Sasono Mulyo diperuntukkan bagi para Putra Raja. Bangunan ini didirikan pada masa pemerin tahan PB IV. Bangunan Ndalem Sasono Mulyo memiliki kelengkapan bagian-bagian bangunan Jawa, terdiri dari 4 (empat) unsur yang biasa terdapat pada rumah tradisional Jawa, yaitu Pendopo, Pringgitan, Ndalem dan Gandhok . Bangunan Pendopo berupa joglo dengan 36 saka. Adapu n pringgitan bercirikan atap limasan dengan 8 saka. iang/ saka pada bangunan ini memiliki penampilan khas karena dibuat dengan cara bukan diketam melainkan di’pethel’/ ditatal/dikampak. Selain kelengkapan bangunan tradisional bangunan dilengkapi pula pavilion dengan tampilan arsitektur kolonial. Secara keseluruhan bangunan mewakili produk arsitektur era tradisional Jawa murni Keraton jika ditinjau dari aspek tata ruang, tampak bangunan, elemen bangunan dan bahan bangunan. Dalam perkembangannya bangunan menggambarkan proses intervensi unsur arsitektur barat dalam arsitektur tradisional Jawa, diantaranya ornamen pintu utama dan topengan pada kanopi.
Interior Ndalem Sasono Mulyo
18 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
PERMUKIMAN BALUWARTI NDALEM MLOYOKUSUMAN
Ndalem Mloyokusuman dibangun di atas tanah yang dibeli oleh Pakubuwono II seharga selaksa (kurang lebih 10.000 keping emas) pada tahun 1745. Di area ini terdapat Makam Ki Gede Sala . Ki Gede Sala adalah Akuwu (tetua) dari Desa Sa la.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Ndalem Jejak Fisik Mloyokusuman Kota Solo | 19
Gapura Kedunglumbu - Sisi Timur Keraton Surakarta Hadiningrat
MASJID AGUNG Bangunan Peribadatan, Alun-Alun Utara Masjid Agung merupakan masjid yang berarsitektur tradisional Jawa yang berada dalam lingkungan keraton. Pemasangan saka guru untuk pertama kali dilakukan pertama kali pada tahun 1577 pada masa pemerintahan Paku Buwono III dan selesai di tahun 1777. Penyempurnaan dilakukan oleh Paku Buwono IV pada bagian puncak atap. Arsitektur Masjid Agung merupakan sala h satu wujud masjid yang beradaptasi pada kondisi dan potensi arsitektur lokal (Masjid Jawa). Bentuk dan tata ruang merupakan tipikal bangunan serupa dari Jawa, namun dari aspek skala dan dimensi cukup dominan terhadap kawasan sekelilingnya. Masjid Agung menjadi bukti sejarah yang menandai adanya pengaruh Islam ke dala m kehidupan Keraton dan Kota Surakarta pada umumnya. Sampai dengan saat ini Masjid Ag ung masih dipergunakan sebagai tempat peribadatan bagi umat Islam di Kota Surakarta.
ampak Depan Gapura Masjid Agung
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 21
KERATON KASUNANAN Keraton Suraka rta Hadiningrat, Baluwarti Bangunan Keraton Surakarta diusahakan mengikuti pola Keraton lama, letaknya membujur dari arah utara ke selatan, adanya Kori Kamandungan dan Prabasuyasa mengikuti pola Keraton Jawa. Alunalun, Manguntur dan Wismaya Penangkilan mengikuti Negarakertagama. Selain itu adanya tembok trancangan untuk memagari alunalaun, aling-aling di Sri Manganti, Gapura, Candi Bentar, semuanya mengikuti pola jaman Majapahit atau sebelumnya (Lombard, III). Sumber lisan menyebutkan, bahwa susunan letak bangunan di komplek istana meniru susunan Istana Bathara Indra di Kaindran Jonggring Saloka (iknopranata, 1962 : 66) atau meniru istana Majapahit (Slamet Mulyana, 1965 : lampiran ; B. Schrieke, 1957 : 127) di mana bangunan induk ( Prabasuyasa) menghadap keselatan, Pendapa (Sasana Sewaka) menghadap ke timur dan Siti Hinggil dan Pengelaran (Sasana Sumewa) menghadap ke utara.
Panggung Sanggabuwana (Kompleks Kemandungan Lor / Utara)
22 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
KomplekKemandunganLor/Utara
BangsalDiHalamanKedhaton
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 23
Bangsal di Halaman Keraton Surakarta Hadiningrat
KANTOR BONDOLOEMAKSO Bangunan Perkantoran, Baluwarti erletak di luar tembok Keraton, tepatnya terletak di Kelurahan Kedunglumbu. Dibangun sebelum tahun 1917. Bangunan Kantor Bondoloemakso dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwono dengan rancangan arsitek bangunan Belanda, Tomas Karsten. DilihatXdari langgam arsitekturnya, yang didominasi langgam arsitektur kolonial ini, tidak memperlihatkan unsur lokalnya. Unsur badan bangunan berorientasi pada langgam arsitektur barat adapun bagian atap merupakan bentuk limasan tertutup.
ampak Depan Kantor Bondoloemakso
Pada masa pemerintahan Keraton Kasunanan bangunan Kantor Bondoloemakso berfungsi sebagai Kantor Pegadaian. Bangunan ini sebagai salah satu monumen sejarah yang menggambarkan kuatnya pengaruh kolon ial di Kota Surakarta.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 25
SEKOLAH PAMARDI PUTRI Bangunan Pendidikan, Baluwarti Sekolah Pamardi Putri didirikan tahun 1927 oleh Paku Buwono X sebagai sarana pendidikan bagi putra-putri kerajaan dan kerabat raja. Sampai saat ini bangunan masih tetap berfungsi sebagai bangunan pendidikan (sekolah kejuruan/ SMK Kesatriyan) yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Dari sisi tampilan bangunan, tergambarkan upaya adaptasi arsitektur bangunan barat dengan arsitektur lokal. Unsur arsitektur barat tercermin pada aspek dimensi, elemen desain pada badan bangunan. sementara itu, unsur atap beradaptasi pada arsitektur lokal, yaitu modifikasi bentuk limasan. Dengan dimensi dan skala bangunan yang dipunyai, maka pada zamannya bangunan ini mempunyai peran dominan bagi visual kawasan. Adapun da ri sisi sejarah bangunan ini merupakan bukti adanya upaya raja untuk mengembangkan pendidikan meskipun dalam lingkup yang terbatas.
26 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Sekolah Pamardi Putri
Gapura Gladag Keraton Surakarta Hadiningrat
l. R
Jl. Y oso dip
M
M oh
Sa hi d . Jl
MONUMEN PERS a uro
. Jl
G
a
ja
h
a M
d
MASJID dip u
ro
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX J
Jl
.
G
ja a
h
ngg
. S
P
n
Jl. S ultan
ir
Jl. S ultan
oW ars i
Jl
.
K
a
rt
in
oh Sa hid AL - WUSTHO
Sa h
rir
i
KADIPATEN PURA MANGKUNEGARAN
to
da a M
Jl. S lame t Riy adi
Sahr
Jl. RM M
Jl. Y oso
l. Ro
e L
d n tje
a rm a
J l. R
Jl
.
K
t in ar
i
ong
l. J
n f ri A
go W GARDU LISTRIK arsi to
J l. R on g
Jl. Sl a
met R
l. J
f ri A
n
go W arsi
to
J l. R ong
iyadi
PETA SEBARAN BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN KADIPATEN PURA MANGKUNEGARAN 28 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Jl. Slamet Riyad
i
go W ars i
to
KAWASAN KADIPATEN PURA MANGKUNEGARAN Kawasan Kadipaten Pura Mangkunegaran berada di antara Kawasan Kasunanan dan Ndalem Kepatihan. embok pembatas Pura Mangkunegaran berupa dinding masif di sisi kirikanan dan belakang (utara), seperti pada tembok Baluwarti. Di bagian depan (selatan) pembatasnya berup a pagar transparan. Komponen kawasannya terdiri dari; depan (selatan) terdapat Gapuro Utama– Alun-alun yang disebut Pamedan Mangkunegaran (tempat berlatih pasukan kavaleri – di sisi timurnya terdapat kantor kavaleri dan kandang kuda di belakangnya–Pintu Gerbang Utama. Bangunan utama di tengah ditandai dengan dominasi masa bangunan Pendopo Ageng yang luasnya hampir seperempat hektar, di kiri-belakang bangunan utama ada bangunan–bangunan Kantor Pemerintahan–Perpustakaan dan tempat tinggal para Abdi Dalem. Masjid Al–Wusto berada di sebelah barat kadipaten dipisahkan jalan (sekarang Jalan Kartini).
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 29
Gapura Utama Komplek Pura Mangkunegaran
MASJID AL WUSTHO Bangunan Ibadah, Jalan Kartini Surakarta Masjid Al-Wustho yang didirikan pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII merupakan bentuk lain produk arsitektur masjid tradisional kerajaan. Dirancang oleh arsitek Belanda, Tomas Karsten. Langgam arsitektur masjid ini menunjukkan adanya pengaruh luar pada beberapa unsurnya seperti pada bentuk dan tata ruang masjid yang mencerminkan adanya pengaruh luar (Arab). Pengaruh luar seperti pada kanopi sebagai jalan masuk utama Masjid Al-Wustho Mangkunegaran mengingatkan kita pada pintu gerbang utama Mesjid Agung di sebelah barat Alun-Alun Utara Keraton Surakarta Hadiningrat.
Masjid Al-Wustho
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 31
PURA MANGKUNEGARAN Istana Pura Mangkunegaran, Jalan Ronggowarsito Pura Mangkunegaran atau yang lebih dikenal sebagai Istana Mangkunegaran ditanggal ulang pada tahun 1757 oleh Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkoenagoro. Pura Mangkunegaran menyimpan koleksi yang sebagian besar merupakan peninggalan zaman Majapahit (1293-1478) dan Mataram (1586-1755), diantaranya berupa: tarian topeng k lasik, wayang orang, pakaian, wayang kulit, wayang kayu, patung-patung keagamaan, perhiasan dan benda-benda antik, serta pusaka lainnya. Perpustakaan Reksopustoko yang berisi naskah-naskah keagamaan dan filsafat yang ditulis dalam gaya t ulisan Jawa Kuno juga terdapat dalam bangunan Pura Mangkunegaran.
Pendapa Agung Pura Mangkunegaran
32 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
erdiri atas dua bangunan utama yaitu Pendapa (Balairung Istana, tempat menerima tamu) dan Ndalem (Balairung Utama), Pura Mangkunegaran dikelilingi oleh tempat tinggal para keluarga Adipati. Di bagian timur terdapat Bale Peni merupakan tempat tinggal Putra / Pangeran sedangkan bagian barat disebut sebagai Bale Warni merupakan tempat tinggal para Putri.
Interior Komplek Pura Mangkunegaran
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 33
Pendapa Agung Pura Mangkunegaran
Interior Komplek Pura Mangkunegaran
MONUMEN PERS Bangunan Kantor, Jalan Gadjah Mada No. 59, Keprabon Monumen Pers Nasional didirikan untuk memperingati Hari Jadi Pers, yaitu hari pertemuan para wartawan seluruh Indonesia (PWI) pada tanggal 9 Februari 1946. Di dalam Monument Pers tersimpan naskah dan dokumen kuno yang merupakan bukti-bukti sejarah perjalanan pers nasional dan perjuangan bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Kemerdekaan hingga zaman pemerintahan saat ini. 36 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
PT PERKEBUNAN N USANTARA IX Bangunan Kantor, Jalan Ronggowarsito
Interior Depan Gedung PTP Nusantara IX
Jl. Mo
J
Jl. R. Mo h
l.
d n e tj e L
S
.
Jl. Kolonel Sutarto
n a rm a P
. Jl Jl. Sul tan Sa
Sa
Jl. S
BRUDERAN PURBAYAN
l. J
J l. S
la m e
l. J
t R iy
f ri A
n
A
BANK INDONESIA
Jl. S la
. Rajim an
STASIUN JEBRES Jl. S
idu
ta n
Jl. Surya
ir
J
o
adi
Jl. DR
Sah r
GEREJA ST.ANTONIUS wars it
rip
jo
Jl. Surya
ulta n
n f ri
ongg o
U
S
ar oh m u
hrir
id
J l. R
nginsi di
m et
Riya d
i
J
l.
d n e J
l ra
S
i d e o
U l.
m ir p Su
jo ar oh
Jl. I r. H
. Ju
and a
PASAR HARJO NAGORO (PASAR GEDE) i d
n a rm
l. J
K
te p a
n
a ly u M
KLENTENG TIEN KOK SIE
Jl. RE
Jl. Ir. H .
Jua nd
Jl. I r. H
Marta dinata
BENTENG VASTENBURG
a K
te p
n
M
d a ly u
i
EKS. KANTOR BRIGIF 6
PETA SEBARAN Jl.BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN PASAR GEDE - KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN
38 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
a
Jl. RE
. Ju and
a
Martad inata
KAWASAN PASAR GEDE KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN Keraton Kasunanan–Pasar Gede (Harjonegoro)–Kadipaten Pura Mangkunegaran–dan Kepatihan merupakan komponen kota lama bekas pemerintahan kerajaan. Berawal dari jalur poros Keraton Kasunanan melalui Gapura Gladag sampai ke ugu Pamandengan, sekarang Koridor Jalan Jenderal Sudirman. Koridor ini menjadi kawasan kota lama lengkap dengan elemen–elemen bangunan bersejarah seperti, Beteng Vasternburg, Gereja Protestan Gladag, Kantor Bank Indonesia “lama”, Kantor Balai Kota eks Rumah Dinas Gubernur Belanda dan Gereja Katholik St. Antonius. ugu Pemandengan tepat berada di antara Kantor Balaikota dan Pasar Gede yang dipisahkan oleh Jembatan Pasar Gede.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 39
PASAR HARDJONAGORO Pasar Gede, Jalan Urip Sumoharjo Bangunan Pasar Gede Surakarta dibangun pada tahun 1927 di masa pemerintahan Paku Buwana X dengan arsitek Ir. Tomas Karsten. Dengan luas 6623 m2, bangunan yang mulanya disebut Pasar Hardjonagoro ini menjadi vocal point dari lingkungan di sekitarnya.
ampak Depan Bangunan Pasar Hardjonagoro
40 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Bangunan Pasar Gede dilihat dari segi arsitektur mempunyai ragam yang khas, yaitu memiliki langgam arsitektur kolonial yang telah beradaptasi dengan langgam arsitektur Jawa. Karakter arsitektural bangunan mempunyai kesamaan dengan bangunan-bangunan lain yang dibangun pada masa kolonial, antara lain monumentalitas bangunannya. Bangunan ini mempunyai denah bangunan segi empat yang jika dilihat dari atas akan membentuk bidang trapezium. Sampai dengan saat ini fungsi bangunan tidak berubah yaitu berfungsi sebagai pasar atau tempat berdagang.
Kawasan Pasar Gede Surakarta
Koridor Jalan Jendral Sudirman - Gedung Bank Indonesia
BANK INDONESIA Bangunan Kantor, Jalan Jendral Sudirman Bangunan Bank Indonesia merupakan bangunan kantor bank pertama di Kota S urakarta. Sejak dibangun tahun 1 908 dengan nama Javasche Bank, fungsi dan bentuk tidak mengalami perubahan. Sebagai salah satu lambang kuatnya cengekeraman penjajah saat itu, warna arsitektur kolonial sangat kental baik dari aspek bentuk, dimensi, skala, elemen, struktur dan konstruksi. Bangunan ini terletak pada zona bangunan dengan langgam arsitektur barat/ kolonial bangunan Bank Indonesia sampai dengan saat ini masih merupakan monumen atau landmark bagi kawasan Kota Surakarta. Bangunan ini tidak hanya men jadi saksi sejarah kuatnya pengaru h penjajah di Kota Surakarta namun juga merupakan saksi bisu penyanderaan PM. Sultan Sjahrir, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.
Fasade Gedung Bank Indonesia
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 43
BENTENG VASTENBURG Bangunan Militer, Jalan Jendral Sudirman Benteng Vastenburg didirikan oleh Gubernur Jendral Baron Van Imhoff pada tahun 1745 sebagai sarana pertahanan Belanda di wilayah Jawa engah. Nama awal dari bangunan ini bernama “ Grootmoedigheid ” yang berfungsi untuk mengawasi gerak-gerik Keraton Kasunanan. erletak di pusat kota, keberadaan benteng ini terkait dengan keberadaan rumah dinas Gubernur Belanda (saat ini Kantor Walikota). Sebagai sebuah bangunan benteng, bangunan ini dikelilingi oleh bangunan lain yang berfungsi sebagai bangunan rumah tinggal perwira dan asrama perwira. Selain itu bangu nan ini dikelilingi oleh tembok batu bata setinggi enam meter dengan konstruksi bearing wall serta parit dengan jem batan angkat sebagai jalan masuk utama. Merupakan salah satu produk arsitektur kolonial bertipe benteng. Selain menjadi landmark kota yang menarik bagi kawasan, keberadaan bangunan ini merupakan bukti sejarah bahwa Kota Surakarta pernah dikuasai penjaj ah.
44 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Gerbang Utama Bagian Dalam Benteng Vastenburg
GEREJA ST. ANTONIUS Bangunan Ibadah, Jalan Jendral Sudirman Gereja Katolik St. Antonius merupakan gereja tertua di Kota Surakarta yang masih berfungsi secara baik sampai saat ini. Gereja ini didirikan pada tahun 1905 dengan gaya arsitektur barat. Secara keseluruhan, sebagai bangunan gereja, langgam arsitektur bangunan ini bukanlah satusatunya di Indonesia, namun bila dilihat dari skala kota, detail elemen dari bangunan gereja ini merupakan satu-satunya di Kota Surakarta. Pada perkembangannya, bagian di selatan bangunan Gereja Katolik St. Antonius dikembangkan dengan tampilan yang sama dengan bangunan yang sudah ada sebelumnya.
ampak Depan Gereja Katolik St. Antonius Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 45
BEKAS KANTOR BRIGIF 6 Bangunan Militer, Jalan Mayor Sunaryo Bangunan peninggalan zaman Belanda ini dibangun pada 1876 untuk kepentingan pendidikan dan asrama anak-anak Belanda. Gedung bekas Kantor Brigade Infanteri 6 merupakan bangunan yang juga dibangun untuk melengkapi komplek Benteng Vastenburg. Bangunan bekas kantor Brigade Infanteri 6 ini terdiri dari tiga gedung dengan gedung utama berada di bagian tengah. Gedung yang berada di sebelah kiri/ sisi barat sekarang bernama Gedung DHC 45. Sedangkan gedung utama di bagian tengah dan gedung sisi kanan/ sebelah timur tidak difungsikan lagi (kosong). Gedung yang berdiri di Jalan Mayor Soenaryo dengan bentuk arsitektur kolonial Belanda ini pada zaman penjajahan Jepang digunakan sebagai markas yang disebut dengan Senkokan (markas tentara Jepang).
46 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Bangunan Bekas Kantor Brigif 6
KLENTENG TIEN KOK SIE Bangunan Ibadah, Jl. Ketandan Vihara Avalokiteswara atau dikenal dengan nama Klenteng ien Kok Sie merupakan bangunan ibadah. Bangunan ini berumur lebih dari 300 tahun dan masih berfungsi secara baik sampai dengan saat ini.
empat Peribadatan Klenteng ien Kok Sie
Langgam arsitektur Cina tercermin pada bentukan atap maupun elemen detail arsitektural seperti : ornamen ukir pada pintu dan jendela, tekstur bangunan dan warna bangunan. Bangunan ini merupakan bukti akulturasi budaya Cina di Kota Surakarta melalui jalur penyebaran agama dan perdagangan. Letak bangunan ini ada di sebelah selatan Pasar Gede. Sementara itu, di sebelah timur Pasar Gede terdapat Kampung Balong yang dahulu adalah Kampung Pecinan.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 47
TITD POO AN KIONG Bangunan Ibadah, Jalan Yos Sudarso
Vihara Po An Kiong dibangun pada tahun 1881. Saat ini masih berfungsi dengan baik sebagai tempat peribadatan. ampilan bangunan (Klenteng vihara ini tidak jauh Sie) berbeda Vihara Avalokiteswara ien Kok baikdengan dari aspek bentuk, ornament maupun tata ruangnya. Bangunan ini berada di tepi Jalan Yos Sudarso, tepatnya di sebelah barat Pasar Klewer yang berada di tengah-tengah kawasan pertokoan Cina (Kawasan Pecinan). Bersama dengan Klenteng ien Kok Sie, bangunan ini merupakan bukti bahwa pengaruh Cina pernah masuk ke Kota Surakarta.
48 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
ID Poo An Kiong
BRUDERAN PURBAYAN Bangunan Pendidikan, Jalan Sugiyopranoto Bruderan Purbayan merupakan tempat pendidikan sekaligus asrama bagi para Brud er yang didirikan pada zaman penjajahan Belanda tahun 1921/ 1922. Bangunan Bruderan Purbayan merupakan bagian dari komplek Gereja St. Antonius yang berada di sisi sebelah timurnya.
Bruderan Purbayan
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 49
STASIUN JEBRES Stasiun, Jalan Urip Sumoharjo Stasiun Jebres merupakan salah satu wujud berbeda dari bangunan kolonial yang berfungsi sebagai bangunan umum (di samping Stasiun Balapan, Purwosari dan Solo Kota). Meskipun sekarang stasiun ini lebih difungsikan menjadi stasiun peti kemas dan komersial, namun tampilan arsitektur bangunan induk tidak berubah.
ampak Depan Bangunan Stasiun Jebres
Langgam arsitektur barat/ kolonial sangat dominan melalui elemen-elemen pembentuk bangunan, bentuk dan dimensi bidang dan ruang, elemen bukaan serta ornamen yang melekat. Bangunan ini menjadi monumen sejarah perkeretaapian regional dan nasional di tahun 1905. Stasiun Jebres mempunyai peran sangat penting dalam pelayanan jalur transportasi Madiun – Solo. Selain itu Stasiun Jebres juga telah memiliki ruang VIP yang digunakan sebagai ruang transit Raja setiap melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta.
Stasiun Jebres
J l. A
di S
oeci
Jl. Ahmad
pto
J l.
Ah
ma
a dY
Jl. Ah mad Yani
Yani
Jl. A hmad Ya
ni
LOKANANTA
Jl.
Ad i
So e
cip
Jl. R. M
to
oh
Sa h
i
J l. S
la m e
STASIUN PURWOSARI
t R iy
adi
BEKAS GEDUNG KANTOR VETERAN
J l. S
. Jl
la m e
D
Jl
.
a G
h ja
M
a
d
a
Jl. R MADRASAH ALIYAH NEGERI .2Mo Jl. R ongg hS owar sitBALAI o SUDJATMOKO ahid
t R iy a di
Jl .A hm
n a m r a p . S d n e jt e L .l J
id
rd a w e o .M R KANTOR PENGADILAN NEGRI
ni
Jl. Sul
tan Sa
ad
Ya n
hrir
DALEM WURYONINGRATAN
Jl. S l
LOJIGANDRUNG Jl. D
R. R a
djim
DALEM DOYOATMOJO an
Jl. DR. Radjim anJl.
a B l. J
y
a
t Riy ad i
MUSEUM RADYA PUSTAKA
Eks. RS MANGUNJAYAN
Jl. DR. Radjim an
am e
Jl. R o
g n
k
ra a
jl. Moh
. Yami
n
J
l.
H h
n
o TITD POO s o to w o ro g jl. Moh b . Yam u g
in S t to a G . Jl
s Jl. Ve Yo r an PETA SEBARANteBANGUNAN BERSEJARAH Jl.
J l. u
nggo wars ito
J l. S WISMA BATARI lame tR
DR. Rad jiman
iyad
i
. Jl
n Je
. d
S
d e o
a m ir
. jl
so ar ud S
Jl.
52 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
jl
en pt k. a
di ya ul M
S
r ip
n
Jl. DR. AN KIONG Radjim an
Veteran KORIDOR JALAN SLAMET RIYADI - PURWOSARI PETA SEBARAN KAWASAN DAN BANGUNAN SEJARAH DI KOTA Jl. Vet SURAKARTA (KORIDOR SLAMET RIYADI - PURWOSARI) er an
i
a k
te p
n
u M
d a ly
i
a oh um
rjo
KORIDOR JALAN SLAMET RIYADI PURWOSARI Koridor Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan utama yang membentang di Kota Surakarta. Di sisi kanan dan kiri jalan ini banyak terdapat sebaran bangunan bersejarah Kota Suraka rta. Stasiun Purwosari merupakan satu di antara dua stasiun pembantu dan Stasiun Balapan (stasiun induk). Stasiun ini berada di ujung barat Jalan Slamet Riyadi. Stasiun pembantu lainnya yaitu Stasiun Jebres.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 53
Bagian Depan Wisma Batari
WISMA BATARI Gedung Pertemuan, Jalan Slamet Riyadi Wisma Batari awalnya merupakan bangunan utama di antara bangunan paviliun yang berada di sebelah kanan dan kirinya. Pada masa pendudukan Belanda berfungsi sebagai rumah tinggal. Sedangkan pada masa pendudukan Jepang beralih fungsi sebagai Markas Kempetai. Pada masa setelah kemerdekaan komplek bangunan ini pernah digunakan sebagai kantor Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) Surakarta. Perubahan bentuk pada bangunan ini banyak terjadi di bagian belakang. Sedangkan bagian depan bangunan tetap dipertahankan. Selain kanopi yang banyak dipengaruhi langgam kolonial, ruang serambi depan (beranda) menjadi ruang transisi menuju ruang pertemuan. iang-tiang besi khas bangunan kolonial tampak berderet di antara pilarpilar besar.
ampak Depan Wisma Batari
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 55
BALAI SUDJATMOKO (GRAMEDIA) Fasilitas Umum, Jalan Slamet Riyadi Nama Balai Sudjatmoko diambil dari nama seorang tokoh aktivis intelektual pada masa lalu bernama Dr. Soedjatmoko. Bersama keluarganya, Soedjatmoko tinggal di bangunan ini dan menekuni banyak wacana berbagai budaya.
Balai Sudajatmoko
56 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
bangunan ini adalah rumah milik ayah Soedjatmoko yaitu Prof.Pada Dr.mulanya KR. Mohammad Saleh Mangundiningrat. Dr.Dr Saleh adalah seorang dokter Keraton Kasunanan Surakarta yang oleh Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) X diberi sebuah rumah yang saat ini dikenal dengan nama Balai Soedjatmoko. Bangunan Balai Soedjatmoko merupakan bagia n dari komplek bangunan toko buku Gramedia.
MUSEUM RADYA PUSTAKA Museum, Jl. Slamet Riyadi Museum Radya Pustaka merupakan museum terlengkap dan terbaik di masa pemerintahan Pakubuwono IX dan Paku Buwono X (1890). Radya Pustaka adalah museum tertua di Indonesia. Dibangun pada 28 Oktober 1890 oleh Kangjeng Raden Adipati (KRA) Sosrodiningrat IV ( Pepatih Dalem). Awalnya museum ini berada di salah satu ruang di kediaman KR A Sosrodiningra t IV di Kepatihan. Kemu dian atas prakarsa Paku Buwana X, museum kemudian dipindahkan ke Loji Kadipolo pada tanggal 1 Januari 1913 hingga sekarang. Kala itu gedung museum meru pakan ruma h kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar.
Museum Radya Pustaka
Bangunan ini memiliki peran penting di dunia pendidikan. Selain pernah dikelola oleh pujangga legendaris RM Ronggowarsito dan Ki Padmosusastro, monumen ini menyimpan naskah-naskah jawa kuno dan asing. Diantara kegiatan masa lalu yaitu diadakannya kursus bahasa jawa oleh DR. H. Kraemer dan DR H. Pigeaud pada tahun 1926 – 1929. Setelah itu muncullah “Sriwedari Spelling” yaitu acuan baku penulisan aksara jawa.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 57
MADRASAH ALIYAH NEGERI Bangunan Pendidikan, Jalan Slamet Riyadi Bangunan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) merupakan salah satu bangunan kolonial yang diberi nama Nongtjik, yang kemudian dimiliki seorang saudagar dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang bermukim di Malaysia. Setelah bangunan dibeli pemerintah melalui Departemen Agama (DEPAG), bangunan ini dipergunakan sebagai sarana belajar Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN).
Madrasah Aliyah Negeri
Ciri khas bangunan Nongtjik yang hingga saat ini masih dipertahankan adalah struktur bangunan yang tidak mempergunakan semen untuk konstruksinya selain juga banyak ornamen kaca patri berwarna di setiap bukaan dinding seperti pintu dan jendela. Sekitar tahun 1950, komplek gedung pendidikan itu dipakai untuk kantor Mahkamah Islam inggi (MI) yang kemudian berubah menjadi Pengadilan inggi Agama yang membawahi wilayah Pulau Jawa, Madur a, dan Kalimantan. MI adala h sebuah lembaga setingkat Pengadilan inggi untuk peradilan umum. Setelah MI dipindah ke Semarang dan bubar di tahun 1973, bangunan tersebut beralih fungsi dan diserahkan kepada PGAN sebagai masjid dan gedung sekolah M AN.
58 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
NDALEM WURYANINGRATAN Te House Of Danar Hadi, Jalan Slamet Riyadi Ndalem Wuryaningratan pada awal mulanya merupakan rumah tingga l Pangeran Wuryaningrat, seorang bangsawan keraton, pejuang, dan perintis kemerdekaan. Bangunan ini dibangun sekitar 100 tahun yang lalu pada masa pemerintahan PB X ketika Pangeran Wuryaningrat menjadi Bupati Nayaka Keparak engen. Dalam perkembangannya, rumah ini pernah berfungsi sebagai markas besar dan pusat kegiatan perjuangan bangsa pada era perjuangan kemerdekaan.
Ndalem Wuryoningratan - Te House Of Danar Hadi
Saat ini komplek Ndalem Wuryaningratan dimiliki oleh H. Santosa Doellah - Danar Hadi yang difungsikan sebagai gedung pertemuan dan museum batik. Museum Batik Danar Hadi mengandalkan kurang lebih sepuluh ribuan batik kuno yang merupakan koleksi pribadi batik kuno milik Bapak Santosa Doellah. Galeri batik kuno Danar Hadi memiliki konsep dengan tema “Batik: Pengaruh Zaman dan Lingkungan”.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 59
LOJIGANDRUNG Rumah Dinas Walikota Surakarta, Jalan Slamet Riyadi Pada awalnya bangunan ini dibangun sebagai kediaman bangsawan belanda. Saat ini Lojigandrung digunakan sebagai rumah dinas Walikota Surakarta. Secara fisik, Lojigandrung merupakan produk arsitektur kolonial yang berorientasi pada potensi arsitektur dan iklim setempat.
Lojigandrung
dikaitkan dengan lokal,pengembangan maka bentuk atapBila utama bangunan ini potensi merupakan bentuk ajuk (kecuali menara). Pada bagian badan meskipun didominasi dengan langgam kolonial, namun bila dilihat lebih detail akan ditemukan proses adaptasi pada keteraturan letak kolom di antara bukaan. idak hanya dari aspek dimensi, skala, tampilan visual bangunan yang memiliki potens i sebagai point of interest bagi kawasan sekitarnya, bangunan ini mempunyai peran sejarah penting dimana permah dijadikan markas penumpasan pemberontakan PKI Muso oleh Jendral Gatot Subroto di tahun 1948. Di antara ruang-ruang di dalamnya ada ruang tidur yang pernah di tempati oleh Presiden Soekarno.
60 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Lojigandrung
NDALEM DOYOATMOJO Hunian, Jalan Slamet Riyadi Bangunan megah yang dahulu dikenal sebagai Kantor Kodim Surakarta merupakan bangunan kuno yang selalu berpindah-pindah tangan untuk kepemilikannya. Awalnya, bangunan ini berkaitan erat dengan Loji Gandrung sebagai rumah komandan pasukan Belanda dan Benteng Vastenburg sebagai pusat pertahanan tentara Belanda di wilayah Sura karta.
Bangunan Eks Kodim
Bangunan ini juga pernah dihuni oleh Funa Biki, penguasa Jepang di Solo semasa penjajahan Jepang. Lalu, menjadi milik orang China Kwik jie Gwan, lalu beralih dibeli konglomerat Solo, Setiawan Djodi. Sekitar tahun 2004, gedung ini diambil alih kepemilikannya oleh Nur Harjanto Doyoatmojo, dan direstorasi dikembalikan ke bentuk dan desain aslinya, dan saat ini menjadi kediaman pribadi dan diberi nama Ndalem Doyoatmojo. Bangunan ini terdiri dari dua lantai dengan bentuk denah tak beraturan, yang disertai lengkung dan berbentuk empat persegi memiliki nuansa sisa bangunan Zaman Romantik di Eropa abad ke-18. Seperti bangunan kolonial yang lain, bangunan ini memiliki seni arsitektur yang indah. Rancangan bangunan ditandai dengan dinding bagian bawah dilapisi batu kali. Kantilever terlihat pada pintu masuk dan balkon. Dimensi pintu dan jendela dibuat dengan ukuran yang besar dan tinggi.
62 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Pengadilan Negeri Surakarta Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 63
BEKAS KANTOR VETERAN Bangunan Kantor, Jalan Slamet Riyadi Bangunan ini dikenal juga dengan sebutan Gedung Lowo karena sudah lama tidak dipergunakan. Banyaknya kelelawar yang menghuni rumah ini membuatnya dijuluki sebagai Omah Lowo. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal bangsawan/pejabat Belanda. ahun 1945 rumah ini dihuni oleh keluarga Djian Ho. Bangunan ini terletak di Jalan Slamet Riyadi dengan bentuk khas arsitektur kolonial untuk sebuah bangunan rumah tinggal.
Gedung Lowo - Bekas Kantor Veteran
64 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Setelah merdeka bangunan ini diserahkan kepada Pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai Gedung Veteran. Pemugaran besar-besaran dilakukan pada tahun 1983-1985 namun tidak merubah bentuk asli bangunan.
STASIUN PURWOSARI Fasilitas Umum ransportasi, Jalan Slamet Riyadi Stasiun Purwosari didirikan tahun 1875 sebagai stasiun transit pertama di Surakarta bagi tamu-tamu Kerajaan. Pembangunannya ditangani oleh NISM. Stasiun Purwosari berada di wilayah Mangkunegaran. Stasiun yang terletak pada ketinggian +98 m dpl ini saat ini berada di Daerah Operasi VI Yogyakarta. Stasiun Purwosari merupakan stasiun percabangan jalur KA, antara arah Surabaya dengan Wonogiri. Jalur yang menuju Surabaya termasuk kelas utama, sedangkan yang ke Wonogiri termasuk kelas sekunder sampai Stasiun Sangkrah (Stasiun Solo Kota). Jalur ini termasuk unik karena menjadi satu-satunya jalur KA di Indonesia yang berjejer berdampingan dengan jalan raya. Dahulu sepanjang jalur Purwosari-Sangkrah terdapat 8 buah halte, yakni Pesanggrahan, Ngadisuran, Bando, Ngapeman, Pasarpon, Coyudan, Kauman dan Lojiwetan. Haltehalte tersebut sekarang sudah tidak ada lagi.
Stasiun Purwosari
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 65
LOKANANTA Studio Rekaman Pertama, Jalan A. Yani Lokananta adalah sebuah perusahan rekaman musik Pemerintah Indonesia yang terletak di Kota Surakarta. Lokananta menurut bahasa sansekerta adalah nama gamelan para dewa di kahyangan yang berbunyi sendiri. Nama itu kemudian diadopsi untuk perusahaan rekaman piringan hitam pertama milik pemerintah yang berdiri pada 29 Oktober 1956. Bangunan ini berdiri sekitar tahun 1809.
Lokananta
66 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
PN Lokananta telah menghasilkan sejumlah rekaman berupa master rekaman yang merupakan koleksi dari berbagai lagu daerah yang jumlah pastinya masih harus dihitung dengan teliti. Dapat diperkirakan terdapat 5000 rekaman (masih dalam proses inventarisasi dan pencatatan) dan terdapat juga pidato-pidato kenegaraan yang direkam sejak berdirinya Lokananta. Karya cipta musik Lokananta ini terdiri dari bermacam “genre” atau katagori lagu antara lain lagu daerah, lagu kroncong hingga lagu pop Indonesia. Koleksi Lokananta terdiri antara lain Gamelan Jawa, Bali, Sunda, dan musik daerah lainnya. Rekaman gending karawitan gubahan dalang kesohor Ki Narto Sabdo, dan karawitan Jawa Surakarta dan Yogya merupakan sebagian dari koleksi yang ada di Lokananta. ersimpan juga master lagu berisi lagu-lagu dari keroncong penyanyi legendaris seperti Gesang, Waljinah, itiek Puspa, Bing Slamet, dan Sam Saimun. Ada pula rekaman suara pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1945.
EKS RSJ. MANGUNJAYAN Fasilitas Umum, Jalan Slamet Riyadi Bangunan ini merupakan bangunan peninggalan Paku Buwono X. Bangunan ini menjadi bagian dari komplek Sriwedari yang telah melegenda dan menjadi penanda Kota Surakarta. Didirikan di areal seluas ± 0,69 Ha dengan kapasitas tampung 216 tempat tidur pada tahun 1918. Rumah Sakit Jiwa ini diresmikan pada tanggal 17 Juli 1919 dengan nama “ Doorganghuis Voor Krankzinnigen”atau dikenal dengan nama Rumah Sakit Jiwa “Mangunjaya”. Pada awalnya Rumah Sakit Jiwa ini dipimpin oleh Dr. Engelhard kemudian dilanjutkan Dr. Semeru, Dr. Wignyobroto, Dr. R.M Soejarwadi sampai dengan saat ini dikelola oleh Direktur RSJD Surakarta.
Eks RSJ Mangunjayan
Sekarang atas dasar kesepakatan bersama dalam bentuk Ruislag dengan Pemda Dati II Kodya Surakarta, RSJ Mangunjaya dipindahkan ke lokasi baru di tepian Sungai Bengawan Solo pada tanggal 3 Februari 1986.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 67
Jl. Dr. S
Jl. A hma d
etiabud i
Yani Jl. Ahm ad Yan i
STASIUN BALAPAN Jl. Sam osir
Jl. Mo ngins Jl. Has s
anudin
PONTEN
Jl. R. Mo hS ah id . Jl
Jl. R ong
ipur
G
a
h ja
a M
d
a
J
Jl. R. M
o
gow arsi
to
ja
h
M
d a
a
D
I
n
ita ja
Jl. Y oso d
ipur
oh Sa hid
Jl
nd tje L. e
an m ar .P S
l.
L
t e
n e
d
S
.P
n
ra Pela jar
n
Jl .A
idi GEDUNG RRI a
Jl. Y oso d
. Jl
a P
Jl. Ten ta
Jl. Mo nginsid i
hm
ad
Jl .
arm
Ya ni
Monginsidi
Jl. Su ltan S ahrir
Jl. S ultan PETA SEBARAN BANGUNAN BERSEJARAH Sahr ir
o
a G . 68 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo Jl
KAWASAN BALAPAN
Jl. Ari fn
rip .l U J
jo ar oh um S
KAWASAN BALAPAN Kawasan Balapan sebagai stasiun induk di Kota Solo berada di antara Stasiun Purwosari dan Stasiun Jebres. Keberadaanya tepat di tepi sebelah timur–selatan sungai / Kali Pepe yang membelah Kota Solo. Stasiun Balapan merupakan salah satu bangunan fasilitas umum yang dirancang oleh arsitek Belanda Tomas Karsten.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 69
STASIUN BALAPAN Fasilitas Umum, Jalan Wolter Mongonsidi Stasiun Balapan merupakan bangunan bergaya kolonial yang berfungsi sebagai stasiun kereta api. Saat ini masih berfungsi secara baik dan merupakan stasiun terbesar dibandingkan dengan dua stasiun lainnya, yaitu Stasiun Purwosari dan Stasiun Jebres.
Stasiun Balapan
70 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Bangunan ini dirancang oleh Ir. Tomas Karsten dengan desain atap ‘teritisan bersusun’ yang memperhatikan karakter iklim tropis dan berfungsi secara optimal pada fisika bangunannya (pencahayaan dan penghawaan alami). Secara fungsi dan fisik bangunan, Stasiun Balapan merupakan salah satu monumen sejarah perkereta apian baik di Surakarta maupun Indonesia.
Stasiun Balapan
GEDUNG RRI Gedung Penyiaran, Jalan Abdul Rahman Saleh Dalam sejarah penyiaran nasional, Kota Solo memegang peranan yang amat penting, karena di Solo dibangun untuk pertama kalinya bangunan penyiaran (radio) milik bangsa Indonesia, yaitu Solosche Radio Vereniging (SRV) 1 April 1933.
Gedung Radio Republik Indonesia
72 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Bangunan RRI ini merupakan salah satu dari tiga bangunan bersejarah penyiaran nasional yaitu Sasono Suko Societet yang kini dikenal dengan Monumen Pers Nasional dan Pendopo Kepatihan yang selama kurang lebih dua tahun digunakan oleh SRV sebelum akhirnya pindah ke Bangunan RRI pada tahun 1936. Bangunan RRI ini menjadi bangunan yang berfungsi sebagai stasiun radio termegah pertama yang berdiri di Indonesia.
PONTEN Fungsi Sanitasi MC Umum, Kestalan Ponten dibangun pada masa pemerintahan Mangkunegara VII pada tahun 1936 yang desain oleh seorang arsitek Belanda, Tomas Karsten. Berfungsi sebagai tempat mandi cuci kakus (MCK). Ponten terdiri dari 3 ruang. Sebelah timur dipakai untuk laki-laki. Sebelah barat untuk wanita dan ditengah-tengah terdapat pancuran untuk mandi anak-anak. Di bagian depan terdapat taman sebagai tempat bermain atau sekadar duduk-duduk santai. Pada bagian kanan kiri terdapat bilik mandi yang untuk mencapainya harus melewati semacam labirin. Setiap bilik dilengkapi dengan tujuh pancuran dan satu shower besar di bagian tengah. Khusus di bilik kanan terdapat dua toilet yang dipisahkan oleh dinding. Setiap bilik mempunyai penghubung dengan sumur di bagian luar. Ponten tidak memiliki pintu penutup ataupun atap. Pada awalnya bangunan Ponten, sudah menggunakan sistem aliran air mandiri (bukan dari sumur). Kondisi itu berlangsung hingga tahun 1959, namun setelah itu ponten menggunakan air sumur. Sanitasinya pun sudah dirancang baik dengan dialirkan langsung ke Kali Pepe yang berseberangan langsung dengan ponten. Pada tahun 2007, ponten dipugar (KR H. Kistuboko).
Ponten
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 73
Jl. S lame t
Riya di
s o Y lJ .
a d u S
o rs
Jl. R ong
go W arsi to
LANGGAR SEMEMEN
Jl. S lame t
LANGGAR TRAYEMAN
. Jl
Riya di
RUMAH SAUDAGAR BATIK LANGGAR WINONGAN
Jl . D
. Jl
R. R a
o Y
s
u S
o rs a d
KAMPUNG BATIK KAUMAN
MASJID AGUNG SURAKARTA
djim an
alun alun kraton
Jl. DR. R
s o .Y Jl
d u S
o rs a
adjima
n
PETA SEBARAN BANGUNAN BERSEJARAH PETA SEBARAN KAWASAN DAN KAW ASANBANGUNAN KAUMAN SEJARAH DI KOTA SURAKARTA (KAWASAN KAUMAN)
74 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
d n Je
lS ra
m ir d u
n a
Benteng Vastenburg
KAWASAN KAUMAN Pada masanya kawasan ini merupakan tempat tinggal para ulama pada waktu pemerintahan kerajaan. Sampai saat ini Kauman masih sebagai pusat kawasan ulama “Juru da’wah Islam”, maka kegiatan-kegiatan keaagamaan Islam masih berlangsung eksiste nsinya hingga saat ini. Di K awasan Kauman banyak dijumpai rumah “Ketib”, tempat tinggal para “Chotib” Masjid Agung. Ibu-ibu istri para “chotib” di kawasan ini dibimbing oleh kerajaan untuk membuat kerajinan batik sebagai sarana penunjang mata pencaharian. Kerajinan membatik terus dikembangkan oleh generasi berikutnya dan berkembang menjadi usaha yang besar. ”Kampung Wisata Batik Kauman” merupakan sebutan bagi Kampung Kauman yang diberikan oleh Pemerintah Kota karena potensi batiknya . Letak Kawasan Kauman berada di sebalah barat Masjid Agung dan A lun-alun Utara.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 75
MASJID SEMEMEN Fasilitas Peribadatan, Kampung Sememen, Kauman Langgar Sememen terletak di Kampung Sememen, Kauman, Surakarta. Masjid Sememen merupakan langgar wakaf dari Khotib Sememi. Langgar ini dibangun pada tahun 1890 M. Berbentuk bangunan Indies. Kepengurusan saat ini telah mengubah nama langgar menjadi Masjid Sememen. Masjid Sememen dipakai juga sebagai pusat kegiatan keagamaan.
Menara Mesjid Sememen Kauman
76 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Mesjid Sememen
Kampung Trayeman Kauman
LANGGAR TRAYEMAN Fasilitas Peribadatan, Kampung rayeman, Kauman Langgar rayeman terletak di Kampung rayeman, Kauman, Surakarta. Langgar ini merupakan langgar wakaf dari Khotib rayem. Khotib rayem adalah pemegang jabatan abdi dalem khotib yang paling lama. Jabatan khotib biasanya merupakan jabatan turun temurun hingga 5 generasi. Jabatan abdi dalemdan rayem, konon sudah ada sejak jaman Keraton Kartasura diteruskan untuk digunakan sebagai jabatan seorang ulama hingga masa keraton berpindah ke Surakarta.
Langgar rayeman
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 79
LANGGAR WINONGAN Fasilitas Peribadatan, Kampung Winongan, Kauman Langgar Winongan terletak di Kampung Winongan, Kauman, Surakarta. La nggar ini disebut den gan Langga r Winongan karena dulunya pernah ditinggali oleh Ketib Winong, seorang ulama Masjid Agung Surakarta dan Keraton. Langgar ini memiliki dua bangunan utama yang dibangun tidak dalam rentang waktu yang bersamaan. Pertama, bangunan yang saat ini difungsikan sebagai tempat bagi jamaah putri; dan kedua adalah bangunan yang digunaka n untuk jama’ah laki-laki. Bangunan pertama (putri) didirikan oleh jamaah pengajian subuh langgar Winongan pada Rabu Pon 27 Rajab tahun Be 1904 yang bertepatan pada tahun 1392 H atau tanggal 6 September 1972 M. Sementara bangunan kedua (laki-laki) didirikan setahun kemudian pada hari Rabu Kliwon tanggal 25 Jumadil Akhir 1393 H atau bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1973 M oleh para jamaah pengajian secara bergotong royong.
Langgar Winongan
80 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Tampak Depan Langgar Winongan
Streetscape Kampung Winongan
RUMAH SAUDAGAR BATIK KAUMAN Pada umumnya rumah saudagar Batik di Kauman berorientasi ke arah Utara-Selatan. Beratap Joglo / Limasan dengan ornamen kolonial pada gable atap, gapura, tiang, kolom, sun shiding dan bubungan atau yang lebih disebut sebagai rumah Indis. Deretan bentuk rumah Indis ini sangat menonjol dan mudah dikenali di wilayah Kauman yang terdapat di sepanjang Jalan Wijaya Kusuma. Beberapa rumah saudagar Batik yang terdapat di tepi jalan besar mempunyai lojen yang berorientasi ke arah jalan dan berfungsi sebagai showroom toko batik. Sementara itu, lojen rumah pengusaha Batik yang terletak di dalam gang difungsikan sebagai kamar tidur / gudang / tempat membatik.
Rumah Saudagar Batik Kauman
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 83
Deretan Rumah Pengusaha Batik Kauman, Jalan Wijayakusuma
Deretan Rumah Pengusaha Batik Kauman, Jalan Trisula
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 85
. S la
m et
R iya
di Jl. S
LANGGAR MERDEKA
Jl
.A
g
us
S
al
im
la m e
t R iy
a di
Jl.K H.S am anh udi
LANGGAR LAWEYAN Jl. D R. R a
Jl.K H.S
djim an
NDALEM TJOKROSUMARTAN amanh
udi
KAMPUNG BATIK LAWEYAN
. Jl
R D
.
a W
in id h
TUGU LILIN Jl. Sl a
Jl. Kebangkit
MAKAM KI AGENG HENIS
di
PURI BARON jiman
Jl. DR. Ra dji
man
. Jl
PETA SEBARAN BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN LAWEYAN
86 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Riya
an Nasional
ROEMAHKOE Jl. DR. R ad
m et
B
ya a
g n
ra ka
KAWASAN LAWEYAN Kawasan ini merupakan tempat para saudagar / pengusaha Batik. Berada di sisi barat Kota Solo. Dulu, “Desa Laweyan” menjadi tempat singgah sementara saat terjadi perpindahan kerajaan dari Keraton Kartasura ke Desa Sala, setelah terjadi pemberontakan ”Geger Pecinan”. Kawasan ini sekarang lazim disebut sebagai “Kampung Batik” oleh Pemerintah Kota karena potensi Batiknya. Potensi Batik ini sudah ada sejak ratusan tahun yang masih terpelihara secara turun temurun hingga saat ini.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 87
Kawasan Kampung Batik Laweyan, Jalan Sidoluhur
LANGGAR MERDEKA Fasilitas Peribadatan, Laweyan Langgar Merdeka terletak di Laweyan, Surakar ta. Langgar Merdeka didirikan pada tahun 1877. Langgar ini adalah hasil wakaf Haji Mashadi kepada warga Kampung.
Langgar Merdeka
Secara fisik, bangunan Langger ini merupakan produk arsitektur kolonial yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat. Menggunakan langgam arsitektur barat. Langgar Merdeka ini merupakan satu-satunya langgar dengan wujud bangunan sudut.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 89
LANGGAR LAWEYAN Fasilitas Peribadatan, Laweyan
Langgar Laweyan
ROEMAHKOE Penginapan, Laweyan Di Kawasan Laweyan terdapat sebuah rumah bekas milik saudagar Batik Solo yang kaya raya dan konon turut serta membantu perjuangan Bangsa Indonesia waktu itu, yaitu bapak Poesposoemarto yang kemudian berpindah kepemilikan kepada keluarga Ibu Nina Akbar anjung
ampak Depan Roemahkoe Rumah ini dibangun sekitar tahun 1938. Karena memiliki sejarah yang erat dengan ciri khas Kota Solo, akhirnya rumah ini dipugar dan dijadikan sebuah hotel bernama Roemahkoe Heritage Hotel oleh Nina Akbar andjung, pada tahun 2001. Dengan nilai sejarah, bentuk bangunan, dan perabotan yang mencirikan rumah pada masa itu yang tetap terjaga telah menjadikan Roemahkoe menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Kota Solo.
Interior Roemahkoe Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 91
Streetscape Kampung Batik Laweyan 92 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
NDALEM TJOKROSUMARTAN Graha Nikmat Rasa - Gedung Pertemuan, Laweyan Berada di balik tembok tinggi di Kawasan L aweyan, bangunan rumah seluas 1800 m2 ini merupakan perpaduan harmonis antara arsitek Jawa dan Eropa. Rumah yang dibangun tahun 1915 ini merupakan sebuah bangunan bergaya kolonial yang indah yang telah dilestarikan secara seksama oleh beberapa generasi keluarga pengusaha Batik, yaitu Bapak jokrosoemarto. Beliau memulai usaha Batik sejak tahun 1900. Setelah kemerdekaan, beliau berhasil membangun kekuatan ekonomi rakyat dengan membentuk sentra-sentra kerajinan Batik di daerah Laweyan, Sragen, Yogyakarta, Ponorogo, asikmalaya, Cirebon dan Lasem.
Interior Bangunan Ndalem jokrosumartan Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 93
Tampak Depan Ndalem Tjokrosumartan
MESJID LAWEYAN Fasilitas Peribadatan, Laweyan Pada awalnya bangunan ini merupakan pesanggrahan milik seseorang Bhiksu Budha yang bersahabat dengan seorang ulama Ki Ageng Henis. Bhiksu Budha tersebut
Mesjid Laweyan
kemudian memeluk Islam setelah kalah mengadu ilmu keagamaan dengan Ki Ageng Henis. Mualafnya Bhiksu Budha tersebut diikuti oleh perubahan bangunan pesanggrahan ini menjadi langgar yang kemudian menjadi langgar tertua di Surakarta. Sebagai produk arsitektur tradisional Jawa yang berupa bangunan pesanggrahan pada umumnya, tidak ada aspek estetika yang menonjol pada bangunan ini selain sejarah alih fungsi yang cukup kontras, yaitu dari pesanggrahan menjadi langgar. Berada di tepi sungai dan bersebelahan dengan makan Ki Ageng Henis, langgar ini memberi nilai khas kawasan.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 95
MAKAM KI AGENG HENIS
96 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
PURI BARON (EKS KANTOR PERTANI) Eks. Bang unan Ka ntor, Jalan Dr. Rajiman Bangunan kuno yang memiliki luas 5.566 m² ini dibangun pada tahun 1850. Bangunan bersejarah ini merupakan salah satu bangunan yang didirikan pada masa kolonial Belanda. Nama Baron diambil dari Mayor Baron Van Hougendoorf, salah seorang petinggi Belanda yang ikut menentukan berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta.
ampak Depan Puri Baron
Puri Baron atau dikenal sebagai Gedung Pertani memiliki nilai arsitektur Belanda dengan corak khas art-deco yang terlihat dari bentuk jendela yang besar dan seragam serta suasana bangunannya terasa sejuk karena plafon dan atapnya yang tinggi. Selain itu, fasade bangunan terlihat dengan permainan garis horisontal dan melengkung ditambah dengan detail ornamen tradisional yang memiliki seni historikal. Selain keindahan arsitekturnya, bangunan tersebut pernah menjadi saksi bisu perundingan Cease Fire yaitu perundingan gencatan senjata antara Belanda yang diwakili oleh Kolonel Van Ohl dengan Letnan Kolonel (Letkol) Slamet Riyadi saat pertempuran empat hari di Solo pasca agresi militer II Belanda. Di sekitar gedung tersebut juga didirikan monumen peringatan Cease Fire.
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 97
TUGU LILIN Monumen, Jalan Dr. Rajiman ugu ini dibangun pada tanggal 20 Mei 1933 untuk memperingati 25 tahun berdirinya pergerakan Boedi Oetomo sekaligus dibangun untuk menggugah semangat perjuangan dan pengabdian terhadap bangsa Indonesia.
ugu Lilin
98 | Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo
Saat itu berkumpulah pemuda-pemuda dari seluruh Indonesia dengan membawa tanah dan air dari masing-masing daerahnya. Semuanya disatukan dalam sebuah kubangan dibawah ugu Lilin ini, sebagai simbol penyatuan tanah dan air seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pelestarian Pusa ka Indonesia, Kota Pusa ka, Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Penataan Ruang, 2012 Darsiti. S. Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939. Penerbit amansis wa, Yogyakar ta, 1989. Pemerintah Kota Surakar ta, Profil Wisata Kota Solo. Dinas Pariwisata Seni dan Budaya K ota Surakarta, 2011. Dwi. R. N., ugas. ., Restu. R. Sejarah Kerajaan radisional Surakarta. Direktorat Jen dral Kebudayaan Departemen Pen didikan dan Kebudayaan, 1999. Ma’mun. P., Muhammad. S., Hermansyah. M, Kauman: Religi, radisi dan Seni. Surakart a: Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman, 2007. Pemerintah Kota Surakarta “Guide Map Solo City”, Let’s Go to Solo the spirit of java, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2010.
LAPO RAN PENELI IAN _______________________
________________________
_________________________
___________________
BAPPEDA ingkat I, L aporan Penelitian Konservasi Lingkungan da n Bangunan Kuno Bersejarah di Suraka rta. Semarang, 1987. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Semarang, Laporan Pekerjaan Bangunan Kuno. Semarang: 1997/ 1998.
Penyusunan eknis Pelestarian Bangunan Kuno dan Pembuatan Kembali Gambar Asli
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakart a, Laporan Antara Penyusunan Lay put Site, Kompos isi Visual dan Labelling Bangunan da n Kawasan Cagar Budaya di Kotamadya Daerah ingkat II, Sura karta. Surakar ta: 1996/ 1997. Pemerintah Kotamadya DAI II Surakarta. Executive Summary: Surakarta, 1995.
REGU LASI _______________________
Inventarisasi Bangunan dan Kawa san Kuno Bersejarah di Kotamadya Daerah ingkat II
_________________________
________________________
_________________________
_____
Pemerintah Kora Surakart a. Keputusan Walikota No, 646/ 1-R/1/ 20 13 Mengenai Peru bahan Atas Keputusan Walikotamadya Daerah ingkat II Surakarta Nomor 646/ 116/ 1/ 1997 entang Penetapan Bangunan-Bangunan da n Kawasa n Kuno Bersejarah di Kotamadya Daerah ingkat II Surakarta, 2013. Pemerintah Kota Surakarta. Inventarisasi Bangunan dan K awasan Cagar Budaya di Kota Surakarta, 2011 .
Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 99
Gapura Gading
BUKU HE RITAGE SURAKARTA Dinas Tata Ruang Kota Pemerintah Kota Surakarta Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta @ 2013 Buku Heritage Surakarta : Jejak - Jejak Fisik Kota Solo | 101