Jumlah Penduduk 2
Kota Surakarta dengan luas wilayah 44,04 km didiami penduduk sebanyak 545.653 jiwa,terdiri dari 266.724laki-laki dan 278.929 jiwa perempuan, Penduduk ini tersebar di 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Ke camatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjasari. Dari tabel 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 173.145 jiwa (31,73 persen), sedangkan Kecamatan Serenganmemiliki jumlah penduduk terkecil terkecil yaitu 52.998 Ji wa (9,71 persen).
Tabel 1.Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Kota Surakarta, Tahun 2012 Laki-laki
Perempuan
L+P
n (jiwa) %
n (jiwa) %
n (jiwa) %
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari
47.172 25.740
17,69 9,65
49.884 27.258
17,88 9,77
97.056 52.998
17,79 9,71
41.115
15,41
42.238
15,14
83.353
15,28
68.094 84.603
25,53 31,72
71.007 88.542
25,46 31,74
139.101 25,49 173.145 31,73
TOTAL
266.724 100,00 278.929 100,00 545.653 100,00
Kecamatan
Sumber :Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun Surakarta,Tahun 2012, diolah Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Gambaran ini terlihat diseluruh kecamatan yang ada. 2.
Kepadatan Penduduk
Kota Surakarta tergolong kota yang padat, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. 2 Tabel 2 memperlihatkan kepadatan penduduk di Kota Surakarta. Dengan luas 44,04 km , 2 Kota Surakarta didiami oleh 545.653 jiwa atau dengan kepadatan sebesar 12.390 jiwa/km . 2 Dengan kata lain rata-rata setiap km Kota Surakarta didiami sebanyak 12.390 jiwa.
Tabel 2.Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2012 Jumlah Luas Wilayah Kecamatan Pendudukn 2 (Km ) (jiwa) (1)
(2)
(3)
Kepadatan Penduduk (4)
Laweyan Serengan Pasar Kliwon
97.056 52.998 83.353
8,64 3,19 4,82
11.233 16.614 17.293
Jebres Banjarsari
139.101 173.145
12,58 14,81
11.057 11.691
TOTAL
545.653
44,04
12.390
Sumber :Dinas :Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun Surakarta,Tahun 2012,diolah Jika dilihat persebaran di setiap kecamatan nampak bahwa Kecamatan Pasar Kliwon 2, merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan sebesar 17.293 jiwa/km diikuti oleh 2 Kecamatan Serengan sebesar 16.614 jiwa/km , Kecamatan Banjarsari sebesar 11.691 2 2 jiwa/km , danKecamatan Laweyan sebesar 11.233 jiwa/km , sedangkan wilayah dengan 2 kepadatan terendah di Kecamatan Jebres yaitu sebesar 11.057 jiwa/km . Kepadatan penduduk per wilayah di Kota Surakarta perlu mulai diperhatikan, terutama dalam perencanaan persebaran penduduk, tata ruang dan tata guna lahan. Jika ketiga hal ini tidak diperhatikan dengan baik, maka ke depan, Kota Surakarta akan menjadi Kota yang padat dengan implikasi pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan. Pemanfaatan lahan yang lebih cenderung pada pembangunan fisik akan menyebabkan kota ini mengalami nasib yang sama dengan DKI Jakarta. 3.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun migrasi penduduk. Angka pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah dan struktur penduduk beberapa tahun ke depan. Apabila yang dihitung hanya berjarak satu tahun maka disebut dengan angka pertambahan penduduk. Angka pertambahan penduduk Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 3. Data penduduk tahun 2011 yang digunakan adalah data Bulan Desember 2011 sedangkan data penduduk tahun 2012 menggunakan data Bulan Desember 2012. Pertumbuhan penduduk yang dihitung merupakan pertambahan penduduk dalam kurun waktu satu tahun. Angka pertumbuhan penduduk Kota Surakarta termasuk tinggi.Angka pertumbuhan penduduk ini dihitung berdasarkan data hasil SIAK. Apabila pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka implikasi dari hal tersebut adalah munculnya berbagai masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pertumbuhan daerah kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya.
Tabel. 3. Angka Pertambahan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2012 Pddk Tahun 2011
Pddk Tahun 2012
n (jiwa)
%
n (jiwa) %
Angka Pertambahan Penduduk
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Laweyan
94.576
17,63
97.056
17,79
2,59
Kecamatan
Serengan 50.559 9,42 52.998 9,71 4,71 Pasar Kliwon 83.559 15,57 83.353 15,28 -0,25 Jebres 137.374 25,61 139.101 25,49 1,25 Banjarsari 170.430 31,77 173.145 31,73 1,58 Total 536.498 100,00 545.653 100,00 1,69 Sumber:Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2012, diolah
Perlu diketahui bahwa pertambahan penduduk Kota Surakarta masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 yang hanya 0,82 persen per tahun dan secara nasional sebesar 1,49 persen ( BPS ). Jika dilihat menurut kecamatan, pertambahan penduduk tertinggi di Kecamatan Serengan yaitu 4,71 persen, diikuti Kecamatan Laweyan yaitu 2,59 persen, Kecamatan Banjarsari 1,58 persen, dan Kecamatan Jebres 1,25 persen. Sedangkan Kecamatan Pasarkliwon mempunyai angka pertambahan yang minus yaitu -0,25 persen yang berarti kecamatan tersebut mengalami penurunan jumlah penduduk dengan angka penurunan penduduknya sebesar 0,25 persen. Perubahan ini diduga disebabkan oleh peralihan fungsi lahan dari pemukiman dan pertanian menjadi pabrik-pabrik, sehingga penduduk pindah ke tempat yang lain. Khusus untuk Kecamatan Serengan dengan pertumbuhan penduduk tertinggi itu diduga bukan disebabkan tingkat kelahiran yang cukup tinggi, tapi lebih banyak disebabkan faktor migrasi,karena Kecamatan Serengan merupakan daerah perbatasan. Dengan adanya program e-KTP, penduduk perbatasan yang tercatat tidak domisili memilih untuk mejadi penduduk Kota Surakarta karena adanya fasilitas sosial dari Pemerintah Kota Surakarta seperti jaminan kesehatan (PKMS) dan bantuan pendidikan (BPMKS ).
Penduduk Menurut Karakteristik Demografi
Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagipenduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan agar ketika memasuki usia perkawinan tidak terkena anemia sedangkan kelompok penduduk usia lanjut juga membutuhkanpelayanan berkaitan dengan kesehatan dan lain-lain.Tabel. 4. menunjukkan bahwa penduduk Kota Surakarta sebagian besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara 15-64 tahun (72,07 persen) dengan komposisi terbesar berada pada penduduk berumur 25-34 tahun. Demikian pula dengan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, nampak bahwa baik penduduk laki-laki maupun perempuan yang terbesar berada pada kelompok umur 30-34 tahun. Kondisi ini sangat menguntungkankarena sebagian besar (diatas 70 persen) merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya sebanyak 23,62 persen merupakan penduduk usia muda (berusia dibawah 15 tahun) dan 4,31 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas).
Tabel 4.Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Kota Surakarta, Tahun 2012 Kelompok Laki-laki Umur n (jiwa) %
Perempuan
L+P
n (jiwa) %
n (jiwa) %
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39
20.098 22.721 23.282 22.542 20.760 23.217 26.501 23.356
7,54 8,52 8,73 8,45 7,78 8,70 9,94 8,76
19.080 21.394 22.304 21.730 20.024 23.346 26.543 23.578
6,84 7,67 8,00 7,79 7,18 8,37 9,52 8,45
39.178 44.115 45.586 44.272 40.784 46.563 53.044 46.934
7,18 8,08 8,35 8,11 7,47 8,53 9,72 8,60
40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 >75
21.602 19.324 16.892 12.984 5.762 3.838 2.079 1.766
8,10 7,24 6,33 4,87 2,16 1,44 0,78 0,66
22.666 21.323 18.632 14.227 8.269 5.868 4.540 5.405
8,13 7,64 6,68 5,10 2,96 2,10 1,63 1,94
44.268 40.647 35.524 27.211 14.031 9.706 6.619 7.171
8,11 7,45 6,51 4,99 2,57 1,78 1,21 1,31
Jumlah
266.724 100,00 278.929 100,00 545.653 100,00
Sumber :Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah
Penduduk berusia kurang dari 15 tahun cukup besar pula yaitu hampir seperempat penduduk Kota Surakarta (23,62 persen).Hal ini harus menjadi perhatian karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi entry tenaga kerja baru, yang memerlukan skill dan kualitas SDM yang memadai baik ketrampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup, pendidikan yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia. Disisi yang lain Pemerintah Kota Surakarta harus mampu pula menciptakan pasar kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 7,18 persen penduduk Kota Surakarta merupakan balita. Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kota Surakarta dalam penanganan penduduk balita terutama dari segi kesehatan dan investasi bidang pendidikan. 1.
Umur Median (Median Age)
Bila dikaitkan dengan umur median penduduk, maka penduduk Kota Surakarta termasuk dalam kategori penduduk intermediate. Dimana umur median penduduk Kota Surakarta tahun 2012 adalah 31,16 tahun, yang berarti setengah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2012 berusia di bawah 31,16 tahun dan setengahnya lagi berusia lebih tua dari 31,16 tahun Dengan kata lain, penduduk Kota Surakarta sedang mengalami perubahan dari penduduk muda menuju ke penduduk tua (old population). 2.
Rasio Jenis Kelamin
Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Selain itu, informasi rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Tabel. 5.Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio), Kota Surakarta, Tahun 2012 Kel Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
RJK
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0-4 5-9 10-14
20.098 22.721 23.282
19.080 21.394 22.304
39.178 44.115 45.586
105,34 106,20 104,38
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
22.542 20.760 23.217 26.501 23.356 21.602
21.730 20.024 23.346 26.543 23.578 22.666
44.272 40.784 46.563 53.044 46.934 44.268
103,74 103,68 99,45 99,84 99,06 95,31
45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74
19.324 16.892 12.984 5.762 3.838 2.079
21.323 18.632 14.227 8.269 5.868 4.540
40.647 35.524 27.211 14.031 9.706 6.619
90,63 90,66 91,26 69,68 65,41 45,79
>75
1.766
5.405
7.171
32,67
Total 266.724 278.929 545.653 95,62 Sumber :Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2012, diolah. Dari Tabel 5.nampak bahwa Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex Ratio di Kota Surakarta adalah95,62 yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95-96 orang penduduk laki-laki. Gambaran rasio jenis kelamin Kota Surakarta sama dengan gambaran rasio jenis kelamin secara nasional dimana lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki. Namun demikian, jika dilihat dari kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan yang lebih besar berada pada kelompok umur 35 tahun ke atas. Hal ini diduga disebabkan penduduk laki-laki lebih banyak yang bermigrasi dibandingkan dengan penduduk perempuannya. Sedangkan jika dilihat pada kelompok umur 0-4 tahun sebesar 105,34 yang artinya terdapat 105 - 106 balita berjenis kelamin lakilaki dari 100 balita perempuan. Secara biologis jumlah kelahiran bayi laki-laki pada umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi perempuan, namun bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelompok umur diatas 60 tahun juga menunjukkan penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki adalah benar, karena secara biologis umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 6.Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan, Kota Surakarta, Tahun 2012 Laki-laki Kecamatan n (jiwa)
Perempuan %
n (jiwa)
%
RJK
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari
47.172 25.740 41.115 68.094 84.603
17,69 9,65 15,41 25,53 31,72
49.884 27.258 42.238 71.007 88.542
17,88 9,77 15,14 25,46 31,74
94,56 94,43 97,34 95,90 95,55
266.724 100,00 278.929 100,00 95,62 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2012, diolah TOTAL
Jika dilihat menurut wilayah kecamatan, dari Tabel. 6. terlihat bahwa rasio jenis kelamin ( sex ratio) di setiap kecamatan di bawah 100, hal ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki di setiap kecamatan lebih sedikit daripada perempuan. Jika diamati masing-masing wilayah Kecamatan, maka terlihat bahwa Kecamatan Pasar Kliwon memiliki Rasio Jenis Kelamin tertinggi yaitu 97,34, diikuti Kecamatan Jebres sebesar 95,90, sedangkan Rasio Jenis Kelamin terendah 94,43 terdapat di Kecamatan Serengan. 3.
Piramida Penduduk
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok umur lima tahunan. Kota Surakarta menunjukkan struktur penduduk konstriktif (constrictive), dengan struktur penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan kelompok umur di atasnya. Pada piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4
tahun yang terletak pada dasar piramida mulai mengecil. Ini berarti angka kelahiran mulai menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun dari segi jumlah absolut tidak kecil. Demikian juga dengan jumlah penduduk 5-9 tahun masih terlihat lebar, berarti lima tahun ke depan dibutuhkan fasilitas pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk menampung penduduk kelompok ini.Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok 30 -34 tahun menunjukkan jumlah yang paling besar. diduga penduduk kelompok umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai memasuki usia tersebut ditambah dengan migran yang masuk ke Kota Surakarta. Penduduk lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan proporsi yang masih kecil yaitu 4,30 persen. Namun dimasa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan hidup yang semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar di masa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial dasar lainnya. 4.
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan digunakan untuk melihat hubungan antara perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi secara kasar. Rasio ini melihat seberapa besar beban tanggungan yang harus dipikul oleh penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk produktif secara ekonomi adalah mereka yang berada pada umur 15 – 64 tahun, yang dianggap memiliki potensi ekonomi. Semakin rendah Dependency Ratio, maka semakin rendah pula beban kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif (berusia 65 tahun ke atas) atau belum produktif 0-14 tahun). Dari Tabel 7. nampak bahwa 72,07 persen penduduk Kota Surakarta merupakan penduduk usia produktif (usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) sebesar 23,62 persen dan penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) sebesar 4,31 persen. Jika diperhatikan menurut jenis kelamin, jumlah penduduk usia produktif perempuan lebih besar daripada penduduk usia produktif laki-laki. Hal yang amat terlihat pada kelompok usia lanjut. Sebagaimana pada kelompok usia muda terlihat bahwa penduduk perempuan lebih kecil dibandingkandengan penduduk
Tabel 7.Jumlah Penduduk Kota Surakarta menurut Umur Muda, Umur Produktif dan Umur Tua, Tahun 2012 Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
∑ Pddk
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
66.101
62.778
128.879
23,62
192.940
200.338
393.278
72,07
7.683
15.813
23.496
4,31
266.724
278.929
545.653
100,00
0-14 Tahun (Umur Muda) 15-64 Tahun (Umur Produktif) >65 Tahun (Umur Tua) Jumlah
Sumber :Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun 2012, diolah laki-laki.Memperhatikan komposisi penduduk menurut kelompok usia muda, usia produktif, dan usia tua yang demikian, diketahui rasio ketergantungan Kota Surakarta tahun 2012 sebesar 38,74 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (usia kerja) di Kota Surakartamempunyai tanggungan sekitar 38-39 penduduk usia non produktif, 32,77 diantaranya berasal dari kelompok usia muda dan 5,97 lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. Secara umum rasio ketergantungan Kota Surakarta sudah sangat jauh dibawah rasio ketergantungan nasional (51,33 persen). Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi Kota Surakarta terutama untuk memperbesar tabungan rumah tangga, investasi sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan, namun demikian, juga menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Surakarta untuk meningkatkan kesempatan kerja, kualitas penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang rendah.
Tabel 8.Rasio Ketergantungan menurut Kecamatan, Kota Surakarta, Tahun 2012 Rasio Ketergantungan Kecamatan
RK Muda
RK Tua
RK Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Laweyan Serengan Pasarkliwon Jebres Banjarsari
32,61 32,32 33,36 32,14 33,23
6,2 6,55 5,97 5,66 5,92
38,81 38,87 39,33 37,80 39,15
Kota Surakarta
32,77
5,97
38,74
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah
Apabila dilihat perkecamatan seperti pada Tabel 8. maka rasio ketergantungan total tertinggi ada di Kecamatan Pasar Kliwon sebesar 39,33 yang diikuti Kecamatan Banjarsari sebesar 39,15 dan rasio ketergantungan total terendah di Kecamatan Jebres sebesar 37,80. Sedangkan RK tua tertinggi ada di Kecamatan Serengan yaitu sebesar 6,55 dan terendah di Kecamatan Jebres sebesar 5,66. RK muda tertinggi ada di Kecamatan Pasar kliwon sebesar 33,36 persen dan terendah di Kecamatan Jebres sebesar 32,14.
Tabel 9.Rasio Ketergantungan Kota Surakarta Tahun 2012 Jenis Kelamin
Rasio Ketergantungan Muda
Tua
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Laki-Laki
34,26
3,98
38,24
Perempuan
31,34
7,89
39,23
L+P 32,77 5,97 38,74 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, Tahun
2012, diolah
Rasio ketergantungan total Kota Surakarta jika dirinci menurut jenis kelamin, nampak pada Tabel 9. Pada tabel 9 nampak bahwa angka beban tanggungan laki-laki lebih kecil daripada perempuan, tetapi pada usia lanjut angka beban tanggungan perempuan menjadi jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Perempuan yang berusia lanjut terus bertambah dan jumlahnya melebihi laki-laki karena usia perempuan relatif le bih panjang.
Komposisi Penduduk menurut Karakteristik Sosial
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah dengan etos kerja dan ketrampilan baik hard skill maupun soft skill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena ketrampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihanpelatihan. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang. Tabel 10. Tampak bahwa Data SIAK menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan relatif cukup tinggi. Hampir sepertiga penduduk Kota Surakarta (30,40 persen) tamat SLTA/Sederajat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk yang tamat SLTA untuk penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan. Permintaan pasar tenaga kerja yang mensyaratkan minimal pendidikan SLTA, menyebabkan penduduk be rusaha untuk mencapai jenjang pendidikan tersebut untuk bisa masuk ke pasar kerja non pertanian. Sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTP untuk perempuan hampir sama dengan persentase penduduk laki-laki.
Tabel 10. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Kota Surakarta,Tahun 2012 Jenjang Pendidikan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
n (jiwa) %
n (jiwa) %
n (jiwa) %
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
8.045
14,26
39.124
14,03
77.169
14,14
31.270
11,72
32.609
11,69
63.879
11,71
32.626
12,23
45.873
16,45
78.499
14,39
41.245 84.830 1.509
15,46 31,80 0,57
42.491 81.046 1.974
15,23 29,06 0,71
83.736 15,35 165.876 30,40 3.483 0,64
Tidak/Belum Sekolah Belum Tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Diploma I/II
Akademi/Diploma 10.951 III/SARMUD Diploma IV/Strata 23.777 I Strata II 2.378
4,11
11.892
4,26
22.843
4,19
8,91
22.363
8,02
46.140
8,46
0,89
1.514
0,54
3.892
0,71
0,03
43
0,02
136
0,02
Strata III
93
Jumlah
266.724 100,00 278.929 100,00
545.653 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi penduduk yang tamat SD untuk penduduk perempuan lebih tinggi daripada penduduk laki-laki. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin sedikitperempuan yang berhasil menamatkan pendidikannya. Hal ini sama dengan gambaran pendidikan nasional, dimana angka melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, terutama pada kelompok penduduk miskin. Pemerintah Kota Surakarta perlu memperhatikan kondisi diatas mengingat bahwa era globalisasi dapat menyebabkanpersaingan dalam berbagai bentuk yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Indonesia, maka peningkatan pendidikan vocasional , akses ke pendidikan terutama untuk penduduk miskin, perlu dilakukan mengingat bahwa sebagian besar peluang kerja membutuhkan tenaga terdidik yang memiliki ketrampilan khusus.
2.Komposisi Penduduk menurut Agama Informasi tentang jumlah penduduk berdasarkan agama diperlukan untukmerencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta merencanakan suatu program kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama. Penduduk Kota Surakarta pada umumnya memeluk agama Islam (77,78 persen), disusul kemudian pemeluk agama Kristen (14,37 persen) dan Katholik (7,50 persen). Sedangkan Hindu, Budha dan Konghucu serta aliran kepercayaan sangat sedikit (0,36 persen). Jika dikaitkan dengan wilayah kecamatan, maka agama islam mendominasi semua wilayah kecamatan di Kota Surakarta.
Tabel 11. Persentase Penduduk Menurut Agama, Kota Surakarta,Tahun 2012 Agama dan Kepercayaan
Laweyan
Serengan
Pasarkliwon
Jebres
Banjarsari
Kota Surakarta
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Islam
82.306
84,80
39.861
75,21
72.701
87,22
96.889
69,65
132.664
76,62
424.421
77,78
Kristen
8.865
9,13
8.699
16,41
5.726
6,87
27.139
19,51
27.975
16,16
78.404
14,37
Katholik
5.626
5,80
4.189
7,90
4.729
5,67
14.399
10,35
11.993
6,93
40.936
7,50
Hindu
117
0,12
28
0,05
25
0,03
97
0,07
157
0,09
424
0,08
Budha
131
0,13
208
0,39
164
0,20
521
0,37
331
0,19
1.355
0,25
Khonghuchu
1
0,001
13
0,02
1
0,001
53
0,04
17
0,01
85
0,02
Lainnya
10
0,01
-
0,00
7
0,01
3
0,002
8
0,005
28
0,01
Jumlah
97.056
100,00
52.998
100,00
83.353
100,00
139.101
100,00
173.145
100,00
545.653
100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Kecamatan Banjasari merupakan wilayah dengan pemeluk agama Islam terbesar yaitu 132.664 jiwa, diikuti Kecamatan Jebres yaitu 96.889 jiwa, dan Kecamatan Laweyan yaitu 82.306 jiwa. Sedangkansebaranpemeluk agama Islam terkecil berada di Kecamatan Serenganyaitu 39.861 jiwa. Pemeluk agama kedua terbesar setelah Islam yang tersebar disetiap kecamatan adalah agama Kristen. Kecamatan Banjasari dan Kecamatan Jebres merupakan wilayah dengan pemeluk agama Kristen dan Katholik terbesar.Sedangkan pemeluk agama Hindu, Budha, Konghucu dan Aliran Kepercayaan hanya sedikit, tidak sampai 1 persen.
3. Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu tertentu berguna bagi para penentu kebijakan dan pelaksana program kependudukan. Terutama dalam hal pembangunan keluarga, kelahiran dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Dari informasi penduduk berstatus kawin, Umur Perkawinan Pertama, dan lama kawin akan berguna untuk mengestimasi angka kelahiran yang akan terjadi. Umur perkawinan pertama misalnya berkaitan dengan lamanya seseorang perempuan beresiko untuk hamil dan melahirkan. Perkawinan umur dini juga akan berakibat pada besarnya angka perceraian, ketidaksiapan orang tua untuk pengasuhan anak serta kurang matangnya perempuan menjalankan tugas dan fungsinya dalam rumah tangga. Tabel. 12. menyajikan komposisi penduduk menurut status kawin penduduk Kota Surakarta. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kota Surakarta didominasi oleh penduduk berstatus belum kawin yakni 48,82 persen. Bila dilihat menurut jenis kelamin, penduduk laki-laki lebih banyak yang berstatus belum menikah (53,53 persen) bila dibandingkan dengan perempuan (44,32 persen).
Tabel 12.Distribusi Penduduk menurut Status Kawin, Jenis Kelamin, dan Kecamatan, Kota Surakarta,Tahun 2012 Status Kawin Jenis Kelamin /Kecamatan
Jumlah Total
Belum Kawin
Kawin
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Laweyan
25.328
53,69
20.784
44,06
407
0,86
653
1,38
47.172
100,00
Serengan
13.657
53,06
11.400
44,29
279
1,08
404
1,57
25.740
100,00
Pasarkliwon
22.097
53,74
18.075
43,96
375
0,91
568
1,38
41.115
100,00
Jebres
36.150
53,09
30.444
44,71
609
0,89
891
1,31
68.094
100,00
Banjarsari
45.546
53,83
37.241
44,02
694
0,82
1.122
1,33
84.603
100,00
Kota Surakarta
142.778
53,53
117.944
44,22
2.364
0,89
3.638
1,36
266.724
100,00
Laweyan
22.338
44,78
23.127
46,36
768
1,54
3.651
7,32
49.884
100,00
Serengan
11.937
43,79
12.576
46,14
421
1,54
2.324
8,53
27.258
100,00
Pasarkliwon
18.413
43,59
19.879
47,06
611
1,45
3.335
7,90
42.238
100,00
Jebres
31.454
44,30
33.414
47,06
1.110
1,56
5.029
7,08
71.007
100,00
Banjarsari
39.485
44,59
41.386
46,74
1.280
1,45
6.391
7,22
88.542
100,00
(1)
Cerai
Cerai Mati
Laki-laki (L)
Perempuan (P)
Kota Surakarta
123.627
44,32
130.382
46,74
4.190
1,50
20.730
7,43
278.929
100,00
Laweyan
47.666
49,11
43.911
45,24
1.175
1,21
4.304
4,43
97.056
100,00
Serengan
25.594
48,29
23.976
45,24
700
1,32
2.728
5,15
52.998
100,00
Pasarkliwon
40.510
48,60
37.954
45,53
986
1,18
3.903
4,68
83.353
100,00
Jebres
67.604
48,60
63.858
45,91
1.719
1,24
5.920
4,26
139.101
100,00
Banjarsari
85.031
49,11
78.627
45,41
1.974
1,14
7.513
4,34
173.145
100,00
Kota Surakarta
266.405
48,82
248.326
45,51
6.554
1,20
24.368
4,47
545.653
100,00
L+P
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Hal ini antara lain disebabkan oleh karena biasanya laki-laki masih meneruskan pendidikan atau baru mulai bekerja, sehingga menunda perkawinan. Lagipula laki-laki dikonstruksikan sebagai kepala keluarga yang harus membiayai kebutuhan keluarga, mempunyai keinginan mapan secara ekonomi sebelum memasuki kehidupan rumah tangga .Proporsi penduduk yang berstatus kawin hampir sama antara penduduk laki-laki dan perempuan, yaitu 44,22 persen untuk laki-laki dibandingkan dengan 46,74 persen untuk perempuan. Proporsi penduduk dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan laki-laki yang bercerai baik karena perceraian maupun karena ditinggal meninggal istri lebih cepat melakukan perkawinan kembali dibandingkan perempuan. Perempuan lebih banyak pertimbangan untuk menikah kembali terutama apabila perempuan tersebut mandiri secara ekonomi.Menarik untuk diperhatikan pada status cerai hidup, bahwa proporsi penduduk berstatus cerai hidup lebih besar pada perempuan daripada laki-laki. Kemandirian perempuan secara ekonomi serta peningkatan kesadaran tentang hak-hak perempuan dalam rumah tangga, seringkali menjadi penyebab keberanian perempuan menggugat cerai. Untuk cerai mati proporsi perempuan jauh lebih tinggi daripada laki-laki yaitu 7,43 persen untuk perempuan dibandingkan dengan 1,36 untuk laki-laki. Hal ini antara lain disebabkan karena usia kawin perempuan lebih muda dan usia harapan hidup perempuan juga lebih panjang. Jika dikaitkan dengan umur nampak bahwa proporsi penduduk yang berstatus belum kawin pada kelompok umur 10-29 tahun cukup tinggi, sedangkan yang berstatus kawin proporsi tertinggi pada kelompok umur 30 -54 tahun. Banyaknya proporsi penduduk muda yang belum kawin didugadisebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang berada pada umur sekolah ditambah dengan mereka yang menunda perkawinan karena baru mulai masuk pasar kerja. Menarik untuk diperhatikan adalah mereka yang berstatus cerai baik cerai hidup maupun cerai mati. Proporsi penduduk yang berstatus cerai hidup lebih banyak beradapada umur 30-54 tahun,sementara penduduk yang berstatus cerai mati lebih banyak berada pada kelompok umur di atasnya yakni 55 tahun ke atas.
Tabel 13.Distribusi Penduduk Umur 10 Tahun ke atas menurut Kelompok Umur dan Status Kawin, Kota Surakarta,Tahun 2012 Kelompok
BELUM KAWIN
KAWIN
CERAI
CERAI MATI
Jumlah
Umur
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
10-14
45.586
17,11
0
0,00
0
0,00
0
0,00
45.586
8,35
15-19
43.753
16,42
513
0,21
2
0,03
4
0,02
44.272
8,11
20-24
34.545
12,97
6.176
2,49
49
0,75
14
0,06
40.784
7,47
25-29
23.100
8,67
23.004
9,26
392
5,98
67
0,27
46.563
8,53
30-34
13.894
5,22
38.106
15,35
873
13,32
171
0,70
53.044
9,72
35-39
8.061
3,03
37.484
15,09
970
14,80
419
1,72
46.934
8,60
40-44
5.235
1,97
37.196
14,98
1.027
15,67
810
3,32
44.268
8,11
45-49
3.592
1,35
34.396
13,85
1.056
16,11
1.603
6,58
40.647
7,45
50-54
2.392
0,90
29.535
11,89
897
13,69
2.700
11,08
35.524
6,51
55-59
1.594
0,60
21.368
8,60
614
9,37
3.635
14,92
27.211
4,99
60-64
531
0,20
9.976
4,02
271
4,13
3.253
13,35
14.031
2,57
65-69
391
0,15
5.913
2,38
167
2,55
3.235
13,28
9.706
1,78
70-74
223
0,084
3.097
1,25
113
1,72
3.186
13,07
6.619
1,21
>75
215
0,081
1.562
0,63
123
1,88
5.271
21,63
7.171
1,31
Jumlah
266.405
100,00
248.326
100,00
6.554
100,00
24.368
100,00
545.653
100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Penduduk berumur muda yang cerai hidup biasanya segera melakukan perkawinan kembali sehingga proporsi mereka lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang berstatus cerai mati.
Rata-Rata Umur Kawin Pertama Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Umur kawin pertama mempunyai korelasi negatif dengan tingkat fertilitas seorang perempuan, artinya semakin tua umur kawin pertama perempuan, maka semakin kecil potensi perempuan tersebut untuk melahirkan banyak anak. Hal ini terjadi karena semakin tinggi umur kawin pertama seorang perempuan, maka semakin pendek masa usia suburnya dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat fertilitas perempuan tersebut.Angka perkawinan umur pertama yang dihitung dengan metode SMAM(Singulate Mean Age at First Marriage) di Kota Surakarta adalah 26,20 tahun pada tahun 2012 (Angka ini diperoleh dari data SIAK terolah), angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yang mencapai 22,7 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk perempuan di kota Surakarta telah menunda umur kawin pertama mereka, karena diduga mereka lebih banyak mengikuti pendidikan dan terjun ke pasar kerja. 1.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kecacatan
Informasi tentang banyaknya penduduk penyandang cacat dan jenis kecacatannya sangat diperlukan dalam memberikan program pelayanan publik yang ramah penyandang cacat. Selama ini perhatian pemerintah dianggap kurang dan masih banyak perlakuan diskrimintaif dalam pelayanan publik kepada kelompok ini. Berbagai kantor pelayanan publik belum ramah penyandang cacat terutama cacat fisik, bahkan untuk pelayanan administrasi kependudukan. Informasi jumlah penyandang cacat terutama cacat fisik dapat digunakan untuk dasar perencanaan pembangunan berbagai fasilitas umum yang ramah penyandang cacat, pelayanan fasilitas penddikan, kesehatan, kesempatan kerja dan lain sebagainya. Data SIAK mencakup data tentang penyandang cacat ini.
Tabel 14.Jumlah
Penduduk
Kota
Surakarta
Menurut
Jenis
Kecacatan
dan
Kecamatan,Tahun 2012 Jenis Kecacatan
Laweyan Serengan Pasarkliwon Jebres Banjarsari Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Cacat fisik Cacat netra/buta Cacat rungu/wicara Cacat mental/jiwa
41
30
55
102
126
354
12
10
21
38
30
111
21
13
33
54
72
193
41
30
64
78
98
311
12
5
21
23
70
23 118
29 207
55 348
70 419
198 1.237
Cacat fisik 9 dan mental Cacat lainnya 21 Jumlah 145
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Pada Tabel. 14. terlihat bahwa jumlah penduduk penyandang cacat di Kota Surakarta tidak terlalu besar yaitu 1.237 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk Kota Surakarta yaitu 545.653 jiwa hanya 0,23 persen. Meskipun proporsinya kecil, penduduk penyandang cacat tetap harus menjadi perhatian pemerintah Kota Surakartauntuk tetap memberikan pelayanan sosial bagi mereka seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas layanan umum lainnya.Penyandang cacat terbesar berada di Kecamatan Banjarsari yaitu 419 orang, diikuti Kecamatan Jebres yaitu 348 orang, dan terkecil berada di Kecamatan Serengan yaitu 118 orang.Dilihat dari jenis kecacatan, jumlah terbesar adalah penyandang cacat fisik yaitu 354 orang, diikuti penyandang cacat mental/jiwa sebesar 311 orang, dan terkecil adalah penyandang cacat fisik dan mental yaitu 70 orang.Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, maka penyandang cacat terbesar adalah penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan jenis kecacatan adalah cacat fisik yaitu sebesar 205 orang, diikuti cacat mental/jiwa yaitu 196 orang. Hal yang sama juga terjadi pada penyandang cacat perempuan yaitu sebesar 149 orang adalah penyandang cacat fisik dan 115 orang penyandang cacat mental/jiwa.
Tabel 15.Jumlah Penyandang Cacat Kota Surakarta Menurut Jenis Kecacatandan Jenis Kelamin,Tahun 2012
Jenis Kecacatan (1) Cacat fisik Cacat netra/buta Cacat rungu/wicara
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
(2) 205 55 100
(3) 149 56 93
Jumlah (4) 354 111 193
Cacat mental/jiwa Cacat fisik dan mental Cacat lainnya Jumlah
196 41 107 704
115 29 91 533
311 70 198 1.237
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah 2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Darah
Informasi tentang banyaknya penduduk berdasarkan golongan darah sangat diperlukan dalam pelayanan kesehatan, misalnya berhubungan dengan ketersediaan bank darah atau pada saat sakit yang membutuhkan bantuan donor darah. Selama ini masyarakat masih kurang memahami pentingnya mengetahui golongan darahnya karena dianggap tidak penting dan untuk tes darah harus ke lembaga tertentu seperti PMI dan laboratorium kesehatan. Pada tahun 2012 hanya 179.870 penduduk yang mengetahui golongan darahnya dari 545.653 penduduk keseluruhan atau hanya 32,96 persen. Menurut tabel 16, penduduk dengan golongan darah O adalah yang terbanyak (14,01 persen), diikuti penduduk dengan golongan darah B (8,81 persen), sedangkan paling sedikit golongan darah AB (2,55 persen). Golongan darah yang lebih spesifik, yaitu yang diketahui rhesusnya (+ atau -) hanya sedikit, rata-rata di bawah 1 persen.
Tabel 16.Jumlah Penduduk menurut Golongan Darah, Kota Surakarta, Tahun 2012 Golongan Laki-laki darah Jml %
Perempuan
Jumlah
Jml
%
Jml
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
A B AB O A+ AB+ BAB+ ABO+ OJumlah
18.731 23.625 6.977 38.422 1.210 13 150 23 124 27 78 356 89.736
7,02 8,86 2,62 14,41 0,45 0,00 0,06 0,01 0,05 0,01 0,03 0,13 100,00
18.633 24.443 6.939 38.042 1.254 15 140 32 127 52 72 385 90.134
6,68 8,76 2,49 13,64 0,45 0,01 0,05 0,01 0,05 0,02 0,03 0,14 100,00
37.364 48.068 13.916 76.464 2.464 28 290 55 251 79 150 741 179.870
6,85 8,81 2,55 14,01 0,45 0,01 0,05 0,01 0,05 0,01 0,03 0,14 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah
Keluarga
Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil dalam kehidupan. Data keluarga menjadi penting untuk menyusun berbagai program pembangunan seperti peningkatan ekonomi, penghasilan dan penanganan kemiskinan dan lain sebagainya. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat merupakan tempat pertama dan utama dalam tumbuh kembang anak, baik dari sisi fisik, pembentukan karakter dan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu perencanaan keluarga menjadi penting, tidak hanya jumlah anggota keluarga tetapi juga kualitasnya.
1. Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga dibentuk dari sekelompok orang yang terikat dan mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Unit keluarga menjadi hal penting untuk berbagai intervensi seperti penanganan kemiskinan, keluarga berencana, kesehatan dan lain sebagainya. Keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga inti/batih (nuclear family ) dan keluarga luas ( extended family ).Besarnya jumlah anggota keluarga biasanya digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan keluarga, dimana semakin kecil jumlah anggota keluarga diasumsikan akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Pada saat sekarang ini sudah mulai muncul adanya keluarga yang terdiri dari 3 generasi yaitu generasi orang tua, anak menantu dan cucu atau yang biasa disebut dengan sandwiches family , dimana pasangan suami istri harus menanggung orang tua/mertua dan anak-anak mereka sendiri. Persoalan yang muncul adalah bagaimana dengan kesejahteraan mereka, bagaimana dengan beban yang mereka tanggung dan bagaimana sistem pengasuhan baik orang tua maupun anak bisa berlangsung dalam keluarga semacam ini. Jumlah keluarga di Kota Surakarta sebanyak 146.860 keluarga yang tersebar di 5 kecamatan. Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah keluarga terbesar yaitu 46.109 keluarga (31,40 persen) kemudian disusul oleh Kecamatan Jebres sebanyak 37.898 keluarga (25,81 persen) dan Kecamatan Laweyan sebanyak 25.754 keluarga (17,54 persen), dan Kecamatan Pasar Kliwon sebanyak 22.305 keluarga (15,19 persen). Sedangkan jumlah keluarga terkecil berada di Kecamatan Serengan yaitu 14.794 keluarga (10.07 persen).
Tabel 17 Jumlah Penduduk, Jumlah Keluarga, Jumlah Anggota .
Keluarga, Kota Surakarta, Tahun 2012 Jumlah Penduduk Keluarga n
%
n
%
Rata2 Jml Anggota
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kecamatan (1)
Laweyan Serengan Pasarkliwon
97.056 52.998 83.353
17,79 9,71 15,28
25.754 14.794 22.305
Jebres 139.101 25,49 Banjarsari 173.145 31,73 Kota Surakarta 545.653 100,00
17,54 10,07 15,19
3,77 3,58 3,74
37.898 25,81 3,67 46.109 31,40 3,76 146.860 100,00 3,72
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah
Rata-rata jumlah anggota keluarga di Kota Surakarta sebanyak 3,72 per keluarga. Ini menunjukkan bahwa keluarga di kota Surakarta lebih banyak merupakan keluarga inti dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 orang. Bila diperhatikan menurut kecamatan, rata-rata jumlah anggota keluarga di setiap Kecamatan juga terdiri dari 3-4 orang per keluarga.Informasi tentang rata-rata jumlah anggota keluarga ini dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan program keluarga berencana di wilayah Kota Surakarta dan dapat digunakan pemerintah kota dalam merencanakan kebutuhan perumahan,seperti untuk menentukan ukuran rumah dengan berbagai tipe agar dapat memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang beranggota 3-4 orang.
2. Status Hubungan dengan Kepala Keluarga. Status hubungan anggota keluarga dengan kepala keluarga diperlukan untuk melihat komposisi anggota keluarga, pola pengaturan tempat tinggal ( living arrangement ) dan pola pengasuhan anak.
Tabel 18. Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Hubungan Dengan Kepala Keluarga, Kota Surakarta, Tahun 2012 Laki-laki
Perempuan
Jumlah
SHDK n
%
n
%
n
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
119.677 44,87
27.183
9,75
146.860 26,91
11 2
0,004 0,001
0,00 118.388 42,44
11 0,002 118.390 21,70
Anak Menantu Cucu Orang tua Mertua Famili lain Pembantu
133.855 311 4.047 255 142 7.583 15
50,18 0,12 1,52 0,10 0,05 2,84 0,01
117.416 416 3.755 2.224 1.200 7.491 75
42,10 0,15 1,35 0,80 0,43 2,69 0,03
251.271 727 7.802 2.479 1.342 15.074 90
46,05 0,13 1,43 0,45 0,25 2,76 0,02
Lainnya
826
0,31
781
0,28
1.607
0,29
Jumlah
266.724 100,00
(1)
Kepala Keluarga Suami Istri
278.929 100,00 545.653 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Dari Tabel.18 nampak bahwa kepala keluarga laki-laki umumnyamempunyai pasangan/isteri yaitu dari 119.677 kepala keluarga laki-laki (44,87 persen) yang mempunyai isteri sebanyak 118.388 orang (42,44 persen), sedangkan dari 27.183 kepala keluarga perempuan (9,75 persen) hanya 11 orang (0,004 persen) saja yang bersuami. Hal ini menunjukkan bahwa kepala keluarga perempuan pada umumnya berstatus lajang baik mereka yang belum pernah kawin maupun mereka yang berstatus janda. Perempuan berstatus kepala keluarga ini perlu mendapat perhatian lebih, karena pada umumnya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga perempuan mempunyai tingkat kesejahteraan lebih rendah dibandingkan keluarga yang dikepalai oleh laki-laki. Adapun proporsi anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang berstatus menantu, cucu, orang tua, mertua, dan famili lain menunjukkan proporsi yang rendah yaitu sekitar 5,34 persen. Ini mencerminkan bahwa keluarga luas (extended family) di Kota Surakarta jumlahnya tidak besar. Namun demikian, perlu diperhatikan adalah keluarga luas yang dikepalai oleh perempuan, jumlahnya lebih besar dibandingkan yang dikepalai oleh laki-laki. Yang perlu dicatat adalah adanya 2 penduduk laki-laki yang berstatus istri, Hal ini mungkin disebabkan kesalahan pengisian biodata atau kesalahan entry data.
3.Karakteristik Kepala Keluarga Karakteristik kepala keluarga berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, status kawin dan pekerjaan penting untuk diketahui, berkaitan dengan perencanaan kebijakan pelayanan kebutuhan dasar berbasis keluarga seperti ketersediaan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kemiskinan, dan lain-lain.
Tabel 19.Jumlah dan Proporsi Kepala Keluarga Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin, Kota Surakarta, Tahun 2012 Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
L+P
n
%
n
%
n
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Kota Surakarta
20.881 11.699 18.106 31.175 37.816
17,45 9,78 15,13 26,05 31,60
4.873 3.095 4.199 6.723 8.293
17,93 11,39 15,45 24,73 30,51
25.754 14.794 22.305 37.898 46.109
17,54 10,07 15,19 25,81 31,40
119.677 100,00
27.183 100,00
146.860 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah
Tabel. 19. menyajikan Jumlah dan Proporsi Kepala Keluarga Kota Surakarta tahun 2012 menurut KecamatandanJenis Kelamin. Dari tabel tersebut terlihat bahwa mayoritas kepala keluarga di Kota Surakarta adalah lakilaki yaitu 119.677 kepala keluarga sedangkan perempuan yang menjadi kepala keluarga sebanyak 27.183 atau dengan perbandingannya sekitar 4:1, yang artinya dari 4 kepala keluarga laki-laki terdapat 1 kepala keluarga perempuan.
Tabel 20.Jumlah dan Proporsi Kepala Keluarga Menurut Status Kawin Dan Jenis Kelamin, Kota Surakarta, Tahun 2012 Status Kawin (1)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jml
%
Jml
%
Jml
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Belum kawin 2.948 2,46 3.142 11,56 6.090 4,15 Kawin 111.577 93,23 3.673 13,51 115.250 78,48 Cerai 1.883 1,57 3.259 11,99 5.142 3,50 Cerai mati 3.269 2,73 17.109 62,94 20.378 13,88 Jumlah 119.677 100,00 27.183 100,00 146.860 100,00 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Tabel 20. menyajikan jumlah dan proporsi kepala keluarga menurut status kawin dan jenis kelamin. Pada umumnya kepala keluarga berstatus kawin (78,48 persen), dan pada umumnya laki-laki (93,23 persen). Kepala keluarga yang berstatus belum kawin hanya 4,15 persen, meskipun demikian perlu dikaji kembali apakah mereka yang berstatus lajang inimemiliki anggota keluarga atau dia hidup sendirian. Kepala keluarga yang berstatus cerai baik cerai hidup maupun cerai mati, persentase perempuan jauh lebih besar dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 11,99 persen dan 62,94 persen. Kebiasaan kawin ulang yang cepat dilakukan oleh laki-laki, menyebabkan perbedaan persentase tersebut. Selain itu, perempuan yang berstatus cerai baik hidup maupun mati, mempunyai pertimbangan untuk melakukan kawin ulang terutama apabila mereka telah memiliki anak-anak yang biasanya menjadi tanggungjawab perempuan. Meskipun pada saat ini kecenderungan tersebut sudah mulai menurun tetapi kondisi ini masih terjadi. Faktor yang lain adalah mereka yang cerai mati, terjadi pada kelompok umur yang lebih tua, yang menyebabkan perempuan enggan untuk menikah kembali. Dalam administrasi kependudukan, perempuan berstatus kawin yang menjadi kepala keluarga juga diberikan kepada mereka yang berstatus istri kedua, ketiga maupun keempat. Oleh sebab itu proporsi perempuan kepala keluarga yang cukup besar (11,56 persen), diduga termasuk mereka yang menjadi kepala keluarga ini adalah menjadi isteri kedua, ketiga, dan seterusnya. Disamping itu, terlihat pula adanya kepala keluarga yang berstatus belum kawin (lajang) sebanyak 4,15 persen. Proporsi kepala keluarga perempuan yang belum kawin lebih tinggi daripada kepala keluarga laki-laki. Biasanya kepala keluarga yang berstatus belum kawin
merupakan anggota keluarga yang menggantikan orang tua yang meninggal, atau kepala keluarga tersebut hidup sendirian.Karakteristik kepala keluarga akan lebih menarik jika dikaitkan juga dengan kelompok umur. Dari tabel. 21 terlihat bahwa mayoritas keluarga di Kota Surakarta dikepalai oleh kepala keluarga yang berumur antara 30-59 tahun. Ini menunjukkan bahwa Kota Surakarta merupakan keluarga yang berada pada kelompok produktif dan yang menarik adalah adanya kepala keluarga pada kelompok umur di bawah 15 tahunyaitu 0,003 persen, walaupun persentasenya kecil namun perlu menjadi perhatian pemerintah kota dikaitkan dengan wajib belajar bagi anak usia sekolah.
Tabel 21. Jumlah dan Proporsi Kepala Keluarga Menurut Kelompok Umur dan Status Kawin, Kota Surakarta, Tahun 2012 Belum kawin
Kawin
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)(10)
(11)
(12)
< 15
4
0,07
0
0,00
0
0,00
0
0,00
4
0,003
15-19
24
0,39
24
0,02
1
0,02
3
0,01
52
0,04
20-24
218
3,58
1.553
1,35
34
0,66
12
0,06
1.817
1,24
25-29
493
8,10
8.143
7,07
267
5,19
53
0,26
8.956
6,10
30-34
603
9,90
16.052
13,93
638
12,41
149
0,73
17.442
11,88
35-39
706
11,59
16.898
14,66
760
14,78
374
1,84
18.738
12,76
40-44
793
13,02
17.497
15,18
805
15,66
743
3,65
19.838
13,51
45-49
871
14,30
16.740
14,52
864
16,80
1.500
7,36
19.975
13,60
50-54
884
14,52
15.247
13,23
754
14,66
2.505
12,29
19.390
13,20
55-59
741
12,17
11.826
10,26
508
9,88
3.297
16,18
16.372
11,15
60-64
277
4,55
5.289
4,59
207
4,03
2.833
13,90
8.606
5,86
65-69
226
3,71
3.361
2,92
137
2,66
2.693
13,22
6.417
4,37
70-74
133
2,18
1.718
1,49
87
1,69
2.510
12,32
4.448
3,03
>75
117
1,92
902
0,78
80
1,56
3.706
18,19
4.805
3,27
Jumlah
6.090
100,00
115.250
100,00
5.142
100,00
20.378
100,00
146.860
100,00
Klp Umur
Cerai
Cerai mati
Jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Proporsi tertinggi kepala keluarga berstatus kawin berada pada kelompok umur 30-59 tahun, hal Ini menunjukkan bahwa kepala keluarga di Kota Surakarta berada pada kelompok produktif. Oleh sebab itu kiranya perlu dirancang program yang terkait dengan upaya meningkatkan kualitas keluarga dan kesejahteraan keluarga,termasuk peningkatan pelayanan dan akses terhadap kebutuhan ketersediaan alat kontrasepsi untuk pelayanan Keluarga Berencana.Sedangkan kepala keluarga yang berstatus belum kawin terbesar juga berada pada kelompok umur 35-59 tahun, kepala keluarga yang berstatus cerai hidup tertinggi berada pada kelompok umur 30-54 tahun, serta kepala keluarga berstatus cerai mati mayoritas berada pada kelompok umur 50 tahun ke atas. Tabel. 22. menyajikan gambaran lengkap mengenai struktur umur kepala keluarga di Kota Surakarta menurut pengelompokan umur lima tahunan, status kawin, dan jenis kelamin. Dari tabel tersebut diperoleh gambaran proporsi tertinggi kepala keluarga laki -laki berstatus kawin berada pada kelompok umur 30-59 tahun, sedangkan proporsi kepala keluarga perempuan tertinggi yang berstatus kawin berada pada kelompok umur 40-59 tahun. Kepala keluarga laki-laki berstatus cerai hidup tertinggi berada pada kelompok umur 30-59 tahun
dan proporsi tertinggi kepala keluarga perempuan berstatus cerai hidup pada kelompok umur 35-54 tahun, serta kepala keluarga berstatus cerai mati berada pada kelompok umur 50 tahun ke atas. Dari Tabel. 22 juga nampak bahwa dugaan perempuan menjadi kepala keluarga tertinggi berada pada usia 50 tahun ke atas adalah benar, karena ternyata kepala keluarga perempuan tersebut memang telah berstatus cerai mati ataupun cerai hidup yang mengharuskan mereka menjadi kepala keluarga. Kondisi ini perlu perhatian lebih lanjut, karena keluarga yang dikepalai perempuan biasanya mempunyai status ekonomi yang rendah, karena perempuan pada umur yang lanjut, biasanya tidak memiliki pekerjaan yang tetap, sehingga kemampuan untuk mencukupi kebutuhan keluarga rendah. Untuk kebutuhan pemberdayaan terhadap keluarga-keluarga tersebut perlu perhatian khusus, apakah anggota keluarganya berstatus bekerja atau tidak bekerja Dalam hal intervensi kemiskinan, data keluarga ini juga dibutuhkan karena kemiskinan individu berasal dari kemiskinan keluarga. Oleh sebab itu untuk menangani kemiskinan, unit yang harus diperhatikan adalah unit keluarga atau dengan kata lain melakukan pemberdayaan keluarga, dimana seluruh potensi anggota keluarga harus ditingkatkan.Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah status kepala keluarga dikaitkan dengan pendidikan yang dicapai, karena pendidikan yang dicapai kepala keluarga merupakan salah satu indikator kualitas hidup manusia. Indikator ini dapat digunakan untuk yang menunjukkan status sosial dan status kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh seorang kepala keluarga diharapkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan seseorang maupun anggota keluarganya. Jenjang pendidikan yang dicapai kepala keluarga dapat digunakan untuk melihat gambaran kasar kualitas sosial maupun ekonomi dari rumah tangga/keluarga yang bersangkutan.
Tabel 23. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, Kota Surakarta, Tahun 2012 Laki-laki Pendidikan
Perempuan
Jumlah
Jml
%
Jml
%
Jml
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Tidak/belum sekolah Belum tamat SD/sederajat
498
0,42
1.726
6,35
2.224
1,51
2.135
1,78
1.674
6,16
3.809
2,59
Tamat SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat Diploma I/II Akademi/Diploma III/Sarjana Muda Diploma IV/ Strata I Strata II
19.812 20.530 50.642 957
16,55 17,15 42,32 0,80
8.735 4.891 7.609 145
32,13 17,99 27,99 0,53
28.547 25.421 58.251 1.102
19,44 17,31 39,66 0,75
7.409
6,19
895
3,29
8.304
5,65
15.602 2.009
13,04 1,68
1.345 160
4,95 0,59
16.947 2.169
11,54 1,48
Strata III JUMLAH
83 0,07 3 0,01 86 0,06 119.677 100,00 27.183 100,00 146.860 100,00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah Dari Tabel. 23 di atas, terlihat bahwa sebagian besar kepala keluarga berpendidikan SLTA/Sederajat yaitu sebesar 39,66 persen, disusul dengan Tamat SD/Sederajat sebesar 19,44 persen, dan SLTP/Sederajat sebesar 17,31 persen. Proporsi kepala keluarga yang berpendidikan D1/D2/D3 hanya sebesar 6,40 persen dan S1/S2/S3 sebesar 13,08 persen, dan masih adanya kepala keluarga yang tidak sekolah dan belum tamat SD persentasenya mencapai 4,10 persen. Gambaran diatas menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga masih berpendidikan SMP ke bawah. Hal ini sesuai dengan kondisi pendidikan secara nasional, yang harus memperoleh perhatian serius dari pemerintah Kota Surakarta. Proses globalisasi yang sebentar lagi berlangsung, bonus demografi yang juga akan berlangsung, harus dimanfaatkan untuk meningkatkan tingkat pendidikan penduduk Kota Surakarta agar mempunyai daya saing global, sehingga dapat memanfaatkan bonus demografi yang akan segera berlangsung. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan ini, maka kepalakeluarga yang mempunyai pendidikan rendah diduga mempunyai pendapatan yang rendah, sehingga kemungkinannya mereka tidak mampu memberikan pendidikan yang tinggi bagi anggota keluarganya. Biasanya kepala keluarga yang berpendidikan rendah akan bekerja di sektor informal. Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, nampak bahwa hampir separuh (44,64 persen) kepala keluarga perempuan tidak bersekolah, belum tamat SD, dan tamat SD, lebih tingggi dibandingkan dengan kepala keluarga laki-laki (18,75 persen), maka dugaan keluarga yang dikepalai perempuan akan mempunyai status ekonomi yang lebih rendah dibandingkan yang dikepalai laki-laki mendekati kenyataan.Melihat status pendidikan, umur dan jenis kelamin sebagaimana tabel 24, nampak bahwa kepala keluarga perempuan berada pada umur yang relatif lebih tua dan berpendidikan rendah dibandingkan dengan kepala keluarga laki-laki. Bagimana dengan jenis kegiatan utama yang dilakukan? Sebagian besar kepala keluarga di Kota Surakarta berstatus bekerja (86,28 persen). Proporsi kepala keluarga lakilaki yang bekerja (94,42 persen) lebih besar dibandingkan kepala keluarga perempuan (50,44 persen). Hal ini menunjukkan bahwa peran dan fungsi laki-laki adalah penanggungjawab ekonomi keluarga sehingga lebih banyak yang harus terjun ke pasar kerja, sementara perempuan biasanya hanya berfungsi sebagai ibu rumah tangga yang bertanggungjwab atas terselenggaranya keluarga yang bersangkutan. Meskipun demikian, perempuan pada masa kini mulai ikut terjun ke pasar kerja. Proporsi kepala keluarga laki-laki yang mengurus rumah tangga lebih rendah yakni 0,04 persen daripada kepala keluarga perempuan yakni 32,90 persen. Selain itu, terdapat kepala keluarga yang sudah pensiun sebesar 4,56 persen dengan proporsi kepala keluarga perempuan lebih tinggi yakni 7,54 persen daripada kepala keluarga laki-laki yakni 3,88 persen. Selain itu yang perlu menjadi perhatian adalah adanya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang tidak bekerja yakni 2,82 persen dan kepala keluarga yang masih berstatus pelajar/mahasiswa 0,22 persen. Untuk kepala keluarga yang
Tabel 24. Distribusi Kepala Keluarga menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin,Kota Surakarta, Tahun 2012
Status Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
n
%
n
%
n
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Bekerja Belum/Tidak bekerja
112.999 94,42
13.711 50,44
126.710 86,28
1.758
2.387
4.145
1,47
8,78
2,82
Mengurus rumah 48 0,04 8.943 32,90 8.991 6,12 tangga Pelajar/Mahasiswa 224 0,19 93 0,34 317 0,22 Pensiunan 4.648 3,88 2.049 7,54 6.697 4,56 Jumlah 119.677 100,00 27.183 100,00 146.860 100,00 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012, diolah masih pelajar/mahasiswa bisa disebabkan karena mereka meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. pemerintah Kota Surakarta perlu memperhatikan keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang tidak bekerja, walaupun proporsi mereka kecil. Kepala keluarga yang tidak bekerja, dapat disebabkan karena sudah memasuki usia pensiun atau memang tidak mampu masuk ke pasar kerja. Untuk mereka ini perlu diberikan intervensi untuk membantu meningkatkan status kesejahteraan mereka, karena pada umumnya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki status ekonomi yang rendah. Karena bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan diduga mereka tidak mempunyai penghasilan, sehingga Pemerintah Kota Surakarta perlu membuat perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk . Selanjutnya Tabel. 25 menunjukkan jenis pekerjaan yang banyak digeluti oleh kepala keluarga untuk menunjang perekonomian keluarga.
Tabel 25.Distribusi Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Kota Surakarta, Tahun 2012 Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
n
%
n
%
n
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Pegawai Negeri Sipil Tentara Nasional Indonesia Kepolisian RI Perdagangan Petani/perkebunan Peternak
4.421
3,694
397
1,460
4.818
3,281
634
0,530
7
0,026
641
0,436
792 1.188 94 24
0,662 0,993 0,079 0,020
6 313 12 1
0,022 1,151 0,044 0,004
798 1.501 106 25
0,543 1,022 0,072 0,017
Nelayan/perikanan Industri Konstruksi Transportasi Karyawan swasta Karyawan BUMN Karyawan BUMD Karyawan Honorer Buruh harian lepas Buruh tani/perkebunan
1 45 75 144 63.486 505 77 238 10.676
0,001 0,038 0,063 0,120 53,048 0,422 0,064 0,199 8,921
0 0 0 2 5.869 11 3 13 1.931
0,000 0,000 0,000 0,007 21,591 0,040 0,011 0,048 7,104
1 45 75 146 69.355 516 80 251 12.607
0,001 0,031 0,051 0,099 47,225 0,351 0,054 0,171 8,584
73
0,061
7
0,026
80
0,054
Buruh peternakan Pembantu rumah tangga Tukang cukur Tukang listrik Tukang batu Tukang kayu Tukang sol sepatu Tukang las/pandai besi Tukang jahit Tukang gigi Penata rias Penata busana
11
0,009
0
0,000
11
0,007
5
0,004
94
0,346
99
0,067
26 61 327 58 14
0,022 0,051 0,273 0,048 0,012
0 0 0 0 0
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
26 61 327 58 14
0,018 0,042 0,223 0,039 0,010
126
0,105
0
0,000
126
0,086
198 3 2 3
0,165 0,003 0,002 0,003
152 0 11 1
0,559 0,000 0,040 0,004
350 3 13 4
0,238 0,002 0,009 0,003
Penata rambut Mekanik Seniman Tabib Perancang busana Penterjemah Imam masjid Pendeta Pastur Wartawan Ustadz/Mubaligh Juru masak Anggota DPR-RI Anggota DPD Anggota DPRD Kabupaten/Kota Dosen Guru
7 195 177 5 2 5 10 146 6 56 17 23 2 1
0,006 0,163 0,148 0,004 0,002 0,004 0,008 0,122 0,005 0,047 0,014 0,019 0,002 0,001
5 0 15 0 0 0 0 3 0 0 0 13 0 2
0,018 0,000 0,055 0,000 0,000 0,000 0,000 0,011 0,000 0,000 0,000 0,048 0,000 0,007
12 195 192 5 2 5 10 149 6 56 17 36 2 3
0,008 0,133 0,131 0,003 0,001 0,003 0,007 0,101 0,004 0,038 0,012 0,025 0,001 0,002
11
0,009
2
0,007
13
0,009
329 1.396
0,275 1,166
30 235
0,110 0,865
359 1.631
0,244 1,111
Pengacara Notaris Arsitek Akuntan Konsultan Dokter Bidan Perawat Apoteker Psikiater/Psikolog Penyiar radio
50 18 41 3 44 299 0 49 21 5 5
0,042 0,015 0,034 0,003 0,037 0,250 0,000 0,041 0,018 0,004 0,004
5 3 0 0 0 26 4 6 9 0 0
0,018 0,011 0,000 0,000 0,000 0,096 0,015 0,022 0,033 0,000 0,000
55 21 41 3 44 325 4 55 30 5 5
0,037 0,014 0,028 0,002 0,030 0,221 0,003 0,037 0,020 0,003 0,003
Pelaut Peneliti Sopir Pialang Paranormal Pedagang Biarawati Wiraswasta
39 4 847 4 2 3.223 0 22.650
0,033 0,003 0,708 0,003 0,002 2,693 0,000 18,926
0 0 0 0 0 1.258 13 3.252
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 4,628 0,048 11,963
39 4 847 4 2 4.481 13 25.902
0,027 0,003 0,577 0,003 0,001 3,051 0,009 17,637
Jumlah
119.677 100,000 27.183 100,000 146.860 100,000
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta,Tahun 2012,diolah Dilihat dari kegiatan ekonomi, 73,446 persen kepala keluargadi Kota Surakarta bekerja dalam jenis pekerjaan terbesar yaitu sebagaikaryawan swasta (47,225 persen), diikuti wiraswasta (17,637 persen), dan buruh harian lepas (8,584 persen). Pada ketiga jenis pekerjaan tersebut, proporsi kepala keluarga laki-laki lebih tinggi dibandingkan proporsi kepala keluarga perempuan.