HASIL SMALL GROUP DISCUSSION ISU END OF LIFE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Oleh: SGD 8 NI LUH DIAH DIAH PRADNYA PRADNYA KERTHIARI KERTHIARI 1302105036 1302105036 KOMANG EVA TRIJAYANTI
130210504
NI LUH EKA PUTRI ULANDARI
130210504!
NI PUTU LILIK CAHYANI
1302105052
HARISTA MIRANDA SALAM
130210505!
PUTU ARI SINTYA DEWI
130210500
I PUTU IWAN PRATAMA
130210506
NI LUH TRISNAWATI
13021050!
DEWA AYU LIDYA CITRA DEWI130210508!
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWA KEPERAWATAN FAKULT FAKULTAS KEDOKTERAN KED OKTERAN UNIVERSITAS UNIVERS ITAS UDAYANA UDAYANA 2016
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Small Group Discussion Isu Discussion Isu End Of Life Kepera Keperaat atan an !aat !aat "arura "aruratt untuk untuk memenuh memenuhii penugas penugasan an blok blok Kepera Keperaat atan an Komuni Komunitas tas #$ semester % Program &tudi #lmu keperaatan 'akultas Kedokteran (ni)ersitas (dayana* "alam penulisan laporan ini tidak lepas dari adanya hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak khususnya dosen, +asilitator, dan anggota kelompok, segala hambatan tersebut akhirnya dapat dilalui d engan baik* ara arapa pan n penu penuli liss bah bahaa kede kedepa pann nnya ya lapo lapora ran n &!" &!" ini ini dapa dapatt menj menjad adii re+e re+ere rens nsii dala dalam m mening meningkat katkan kan kualit kualitas as ilmu ilmu kepera keperaata atan n pro+es pro+esion ional al pada umumny umumnyaa dan mening meningkat katkan kan pengetahuan terkait blok manajemen keperaatan pada khususnya* &emoga laporan ini berman+aat bagi semua pihak* Terima Terima kasih*
Penulis
Kelompok &!"
LEARNING TASK ISU END OF LIFE
. 1 4
/elaskan perbedaan mati klinis dan mati biologis0 2pakah yang dimaksud dengan end o+ li+e care3 5uatlah laporan mengenai salah satu isu end o+ li+e 6are di baah ini0 7ithdraing and ithholding li+e support 8kelompok .-9 • "o not ;esus6itation 8kelompok <- •
N5 • • •
&istematika laporan terdiri dari 4 bab 8pendahuluan, isi, penutup =engkapi dengan satu jurnal pendukung 5ab 1 memuat segala konsep mengenai isu yang dibahas, prinsip etik terkait isu tersebut, ringkasan jurnal dan peran peraat*
PEM"AHASAN
1
J#$%&'%( )#*+#,%%( -%./ '$/(/& ,%( -%./ +/$/& Mati klinis ditandai dengan henti na+as dan jantung 8sirkulasi serta berhentinya
akti)itas otak tetapi tidak irre)ersibel dalam arti masih dapat dilakukan resusitasi jantung paru dan kemudian dapat diikuti dengan pemulihan semua +ungsi* 8&oenarjo et al, 1>.4 Mati biologis merupakan kelanjutan mati klinis apabila pada saat mati klinis tidak dilakukan resusitasi jantung paru* Mati biologis berarti tiap organ tubuh se6ara biologis akan mati dengan urutan : otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan hati* al ini disebabkan karena daya tahan hidup tiap organ berbeda-beda, sehingga kematian seluler pada tiap organ terjadi se6ara tidak bersamaan* 8&oenarjo et al, 1>.4 P#*+#,%%(
M%./ K$/(/& C$/(/%$ D#%.
Tanda
5erhentinya detak jantung, denyut nadi Kematian dan perna+asan*
'ungsi Organ
yang
terjadi
organ lainnya* 5eberapa organ seperti mata dan ginjal 5eberapa organ akan mati 8tidak dapat ber+ungsi kembali setelah
mati biologis* dalam Organ dalam tubuh dapat digunakan Organ dalam tubuh tidak dapat
tubuh &i+at Pemerikasaan
sebagai transplantasi* ;e)ersibel ? dapat kembali Pemeriksaan keadaan klinis
&uhu Tubuh
Pemeriksaan Neurologis ipertermia 8@ 4A B dan terkadang ipotermia 8C 4AoB
Kriteria
akibat
degenerasi jaringan di otak dan
akan tetap hidup saat terjadi mati klinis* Organ
M%./ "/$/& "/$/%$ D#%.
digunakan untuk transplantasi* #re)ersibel? tidak dapat kembali Pemeriksaan keadaan klinis dan
o
ditemui ipotermia . 5erhentinya detak jantung 1 5erhentinya denyut nadi 4 5erhentinya perna+asan spontan*
. "ilatasi bilateral dan +iDaDi pupil 1 5erhentinya semua re+lek 4 5erhentinya respirasi tanpa bantuan 9 5erhentinya
akti)itas
6ardiao)askuler < !ambaran gelombang otak datar
2
A)%'% 7%( ,/-%'&, ,#(%( end of life care9 End of life care merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup 8#6hikyo, 1>.A* End of life care adalah
peraatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun terakhir kehidupan mereka 8N& Bhoi6e, 1>.<* End of life care akan membantu pasien meninggal dengan bermartabat* Pasien yang berada dalam +ase tersebut biasanya menginginkan peraatan yang maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien tersebut* End of life care merupakan bagian penting dari keperaatan paliati+ yang diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan* End of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-baiknya dan meninggal dengan bermartabat 8Burie, 1>.9* End of life care adalah salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial dan spiritual 8Putranto, 1>.<* /adi dapat disimpulkan baha End of life care merupaka salah satu tindakan keperaatan yang di+okuskan pada orang yang telah berada di akhir hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik-baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal dengan bermartabat* 3
J#$%&'%( )*/(&/) : )*/(&/) #(, ; $/;# %*# Menurut N&7 ealth 81>>< Prinsip End O+ =i+e Bare antara lain : a Menghargai kehidupan dan peraatan dalam kematian Tujuan utama dari peraatan adalah menpertahankan kehidupan, namun ketika hidup
tidak dapat dipertahankan, tugas peraatan adalah untuk memberikan kenyamanan dan martabat kepada pasien yang sekarat, dan untuk mendukung orang lain dalam b
melakukannya* ak untuk mengetahui dan memilih &emua orang yang menerima peraatan kesehatan memiliki hak untuk diberitahu tentang kondisi mereka dan pilihan pengobatan mereka* Mereka memiliki hak untuk menerima atau menolak pengobatan dalam memperpanjang hidup* Pemberi peraatan memiliki keajiban etika dan hukum untuk mengakui dan menghormati pilihan-pilihan
6
sesuai dengan pedoman* Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup Peraatan end o+ li+e yang tepat harus bertujuan untuk memberikan pengobatan yang terbaik
untuk
indi)idu*
#ni berarti baha
tujuan utama
peraatan
untuk
mengakomodasi kenyamanan dan martabat, maka menahan atau menarik inter)ensi untuk mempertahankan hidup mungkin diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat* d &ebuah pendekatan kolaborati+ dalam peraatan
Keluarga dan tenaga kesehatan memiliki keajiban untuk bekerja sama untuk membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan keputusan, dengan e
mempertimbangkan keinginan pasien* Transparansi dan akuntabilitas "alam rangka menjaga keper6ayaan dari penerima peraatan, dan untuk memastikan baha keputusan yang tepat dibuat, maka proses pengambilan keputusan dan hasilnya
+
harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat didokumentasikan* Peraatan non diskriminati+ Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-diskriminati+ dan harus bergantung hanya pada +aktor-+aktor yang rele)an dengan kondisi medis, nilai-nilai dan keinginan
pasien* g ak dan keajiban tenaga kesehatan Tenaga kesehatan tidak berkeajiban untuk memberikan peraatan yang tidak rasional, khususnya, pengobatan yang tidak berman+aat bagi pasien* Pasien memiliki hak untuk menerima peraatan yang sesuai, dan tenaga kesehatan memiliki tanggung jaab untuk memberikan pengobatan yang sesuai dengan norma-norma pro+esional dan standar h
hukum* Perbaikan terus-menerus Tenaga kesehatan memiliki keajiban untuk berusaha dalam memperbaiki inter)ensi yang diberikan pada standar peraatan end o+ li+e baik kepada pasien maupun kepada keluarga* "A" I PENDAHULUAN
1
L%.%* "#$%'%( Do Not Resuscitate 8"N; atau /angan =akukan ;esusitasi merupakan suatu
tindakan dimana dokter menempatkan sebuah instruksi berupa informed concent yang telah disetujui oleh pasien ataupun keluarga pasien di dalam rekam medis pasien, yang ber+ungsi untuk mengin+ormasikan sta+ medis lain untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru 8;/P atau cardiopulmonary resuscitation 8BP; pada pasien* Pesan ini berguna untuk men6egah tindakan yang tidak perlu dan tidak diinginkan pada akhir kehidupan pasien dikarenakan kemungkinan tingkat keberhasilan BP; yang rendah 8&abatino, 1>.<* Do Not Resusitate 8"N; adalah perintah yang dilakukan oleh dokter
berlisensi dalam konsultasinya dengan pasien atau pengambilan keputusan yang menunjukkan dilakukan atau tidaknya BP; saat cardiac atau respiratory arrest terjadi 85raddo6k, 1>.9* &e6ara etik "N; merupakan sebuah pesan ambigu untuk praktisi kesehatan sehubungan dengan tugasnya dalam menyelamatkan hidup 8/unod, 1>>1* "N; merupakan keputusan untuk mengabaikan BP; dan se6ara resmi diperkenalkan sebagai alternati)e untuk end o+ li+e 6are pada aal tahun .%> 8'allahi et al, 1>.A* Cardiopulmonary resuscitation 8BP; merupakan suatu prosedur medis yang bersi+at darurat dan dilakukan pada pasien dengan henti na+as dan serangan jantung, namun dalam beberapa kasus tindakan ini tidak sepenuhnya berhasil dan memberikan prognosis yang baik* Menurut 'allahi et al 81>.A, dalam jurnalnya disebutkan baha hanya 1>F pasien yang mampu bertahan hidup setelah dilakukan BP;* Temuan lain di 2merika &erikat juga telah mem)eri+ikasi baha hanya .>-. tahun terakhir 8Yuen, 1>..* /arang sekali pasien dapat bertahan hidup setelah dilakukan BP; ketika henti jantung yang timbul disebabkan oleh penyakit selain jantung atau dis+ungsi organ* arapan hidup pasien setelah dilakukan tindakan BP; sangat buruk 8C,
meskipun %-.>F lainnya ditunda untuk
dilakukan BP;* Pada beberapa negara di 2merika &erikat, alaupun petugas gaat darurat sudah membatasi dilakukannya tindakan BP; di lapangan, masih dapat ditemukan bukti BP; yang tidak dikehendaki* 5ahkan didapatkan %F pasien yang dipulangkan dari rumah sakit tidak menghendaki dilakukannya BP; 8illberman,.%* &ebelum tahun .>, kebijakan +ormal untuk mem+asilitasi pasien perioperati)e dengan "N; order masih sangat jarang* Pada tahun .4 The 2meri6an &o6iety o+ 2nesthesiologists melegalkan kebijakan ini sebagai pedoman dan diperbaharui lagi tahun . 8Ean6huk
&
5rindley, 1>>A* "i #ndonesia sendiri kebijakan "N; sudah lama
diterapkan* &esuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan ;epublik #ndonesia Nomor <.?Menkes?Per?#ii?1>.. tentang Pedoman Penyelenggaraan Pela yanan 2nestesiologi dan Terapi #ntensi+ di ;umah &akit, disebutkan didalamnya baha prosedur pemberian atau
penghentian bantuan hidup ditetapkan berdasarkan klasi+ikasi setiap pasien di #B( dan B( yaitu semua bantuan ke6uali ;/P 8"N2; H "o Not 2ttempt ;esus6itation, dilakukan pada pasien-pasien dengan +ungsi otak yang tetap ada atau dengan harapan pemulihan otak, tetapi mengalami kegagalan jantung, paru atau organ lain, atau dalam tingkat akhir penyakit yang tidak dapat disembuhkan* Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika diterapi hanya memperlambat aktu kematian dan bukan memperpanjang kehidupan* (ntuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan bantuan hidup* &edangkan pasien yang masih sadar dan tanpa harapan, hanya dilakukan tindakan terapeutik?paliati+ agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri 8"epkes, 1>..* 7alaupun telah diterapkan 2mestiasih 81>.< menyebutkan dalam jurnalnya, keputusan "N; dapat menimbulkan dilema psikis pada peraat dikarenakan timbulnya penolakan dalam hati nurani seorang peraat* Meraat pasien setiap hari, melihat perkembangan kondisi pasien, membuat ren6ana "N; seperti dua sisi mata uang bagi peraat, disatu sisi harus menerima baha pemberian tindakan BP; sudah tidak lagi e+ekti+ untuk pasien namun di sisi lain mun6ul perasaan iba dan melihat pasien seolaholah keluarganya* Timbulnya dilema psikis ini juga dapat dipengaruhi oleh masih belum adekuatnya sumber in+ormasi tentang "N; yang dimiliki peraat* Yand, et al 81>>. mengatakan baha hampir semua peraat yang pernah meraat pasien dengan "N; pernah merasa empati dan peraatan yang dilakukan menjadi terhambat diakibatkan oleh perasaan empati tersebut* Penegakkan diagnosa "N; menuntut peraat untuk menemukan 6ara terbaik guna meningkatkan kualitas end o+ li+e 6are pada pasien 8'ields, 1>>%* Peraat sebagai 6are gi)er dituntut untuk tetap memberikan peraatan pada pasien "N; tidak berbeda dengan pasien lain pada umumnya, peraat harus tetap memberikan pelayanan sesuai dengan ad)i6e dan kebutuhan pasien tanpa mengurangi kualitasnya* End of life care yang peraat lakukan dengan baik diharapkan dapat memberikan peacefull end of life bagi pasien, seperti yang digambarkan dalam teori keperaatan pea6e+ull end o+ li+e oleh ;ulland and Moore yang meliputi terhindar dari rasa sakit, merasakan kenyamanan, penghormatan, kedamaian, dan mendapatkan kesempatan untuk dekat dengan seseorang yang dapat meraatnya 82mestiasih, 1>.<*
5erdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai dilemma etik yang terjadi pada Do Not Resuscitate 8"N;* 2
R-&%( M%&%$% 2dapun rumusan masalah dari makalah ini adalah I5agaimana prinsip etik terkait isu Do
Not Resuscitate 8"N; dan bagaimana peran peraat dalam isu tersebut3 3
T<%( . Tujuan (mum (ntuk mempelajari lebih jelas mengenai isu Do Not Resuscitate 8"N;* 1 Tujuan Khusus . (ntuk mengetahui konsep dari Do Not Resuscitate 8"N; 1 (ntuk mengetahui Tahapan dari Do Not Resuscitate 8"N; 4 (ntuk mengetahui peran peraat dalam pelaksanaa Do Not Resuscitate
9
8"N; (ntuk mengetahui prinsip etik dalam pelasanaan Do Not Resuscitate
<
8"N; (ntuk mengetahui dilemma etik yang terjadi pada Do Not Resuscitate
A
8"N; (ntuk mengetahui ringkasan jurnal terkait Do Not Resuscitation dan kaitannya dengan peran peraat
4
M%(;%%. P#($$/&%( . Man+aat Teoritis asil penulisan ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah ilmu
1
pengetahuan yang berhubungan dengan keperaatan gaat darurat* Man+aat Praktik asil penulisan ini diharapkan dapat dapat digunakan sebagai masukan dan a6uan dalam penatalaksanaan keperaatan gaat darurat*
"A" II PEM"AHASAN
2=1 K() DNR "o Not ;esus6itation atau jangan lakukan resusitasi merupakan sebuah perintah
tidak melakukan resusitasi yang ditulis oleh seorang dokter dalam konsultasi dengan pasien atau pengambil keputusan pengganti yang menunjukkan apakah pasien akan menerima atau tidak tindakan BP; 8 Bardiopulmonary ;esus6itation 85raddo6k J Blark, 1>.9* "N; merupakan keputusan untuk mengabaikan BP; dan se6ara resmi diperkenalkan sebagai alternati)e untuk end o+ li+e 6are pada aal tahun .%> 8'allahi et al, 1>.A* Do Not Resuscitate 8"N; atau /angan =akukan ;esusitasi merupakan suatu tindakan dimana dokter menempatkan sebuah instruksi berupa informed concent yang telah disetujui oleh pasien ataupun keluarga pasien di dalam rekam medis pasien, yang ber+ungsi untuk mengin+ormasikan sta+ medis lain untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru 8;/P atau cardiopulmonary resuscitation 8BP; pada pasien* Pesan ini berguna untuk men6egah tindakan yang tidak perlu dan tidak diinginkan pada akhir kehidupan pasien dikarenakan kemungkinan tingkat keberhasilan BP; yang rendah 8&abatino, 1>.<* "N; diindikasikan jika seorang dengan penyakit terminal atau kondisi medis serius tidak akan menerima 6ardiopulmonary resus6itation 8BP; ketika jantung atau na+asnya terhenti* 'orm "N;
ditulis oleh dokter setelah membahas akibat dan man+aat dari BP; dengan pasien atau pembuat keputusan dalam keluarga pasien 8Ble)eland Blini6, 1>.>* American Heart Association 822 mengganti istilah "N; 8 Do Not Resuscitate dengan istilah "N2; 8 Do Not Attempt Resuscitate yang artinya adalah suatu perintah untuk tidak melakukan resusitasi terhadap pasien dengan kondisi tertentu, atau tidak men6oba usaha resusitasi jika memang tidak perlu dilakukan, sehingga pasien dapat menghadapi kematian se6ara alamiah, sedangkan istilah "N; 8 Do Not Resuscitate mengisyaratkan baha resusitasi yang dilakukan akan berhasil jika kita berusaha 85reer, 1>>* "i 2merika &erikat dan #nggris telah merekomendasikan penggunaan "N; dan se6ara teratur diperbaiki berbeda dengan di &iterland* Penggunaan dan implikasi perintah "N; di rumah sakit tidak pernah menarik perhatian media dan masyarakat* &iss 26ademi o+ Medi6al tidak menyebutkan "N; sampai tahun .A dan tidak pernah mende+inisikan se6ara spesi+ik mengenai penggunaan dan implikasi perintah "N; 8Perron, 1>>1* Pengambilan keputusan "N; 6enderung meningkat setiap tahunnya* 'enomena ini disampaikan oleh &a6ynski, et al 81>.1 melalui penelitiannya baha dari total pasien yang berjumlah 9.1 pasien antara tahun 1>>. hingga 1>>% di semua pusat kesehatan di Massa6husetts, total pasien yang mendapatkan tindakan "N; adalah sebanyak .><. pasien* "o Not ;esusitation pada studi mayoritas digambarkan di rumah sakit telah dilakukan pada pasien bedah, (nit peraatan intensi+ 8#B(, pasien stroke hemoragik, dan populasi medi6are* &ementara itu, penelitian yang meneliti "N; dalam penatalaksanaan trauma, termasuk 6edera otak traumatis 8T5#, pasien diraat di #B(, dan terluka parah pasien yang membutuhkan trans+usi segera* &tudi-studi sebelumnya pada pasien dengan trauma melaporkan kematian yang tinggi dengan "N; 891- F, pasien bedah 814-4%F, stroke 89>-A9 F, dan #B( 8<.-4F* Pasien dengan trauma ditemukan lebih rendah dilakukan "N; sekitar <-%F, di bandingkan dengan bedah umum 89-A.<* Keputusan penolakan resusitasi 8"N2; menurut 5reer 81>> melibatkan tiga prinsip moral yang dapat dikaji oleh peraat, yaitu autonomy, beneficience, dan nonmalefecience, ketiga prinsip tersebut merupakan dilema etik yang menuntut peraat
berpikir kritis, karena terdapat dua perbedaan nilai terhadap pro+esionalisme dalam memberikan asuhan keperaatan, se6ara pro+esional peraat ingin memberikan pelayanan se6ara optimal, tetapi disatu sisi terdapat pendapat yang mengharuskan penghentian tindakan* 2=2 T%%)%( DNR &ebelum menulis +orm "N;, dokter harus mendiskusikannya dengan pasien atau
seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga pasien* &emua hal yang didiskusikan harus didokumentasikan dalam rekam medis, siapa saja yang mengikuti diskusi, dan yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, isi diskusi serta rin6ian perselisihan apapun dalam diskusi tersebut* "okter merupakan orang yang paling e+ekti+ dalam membimbing diskusi dengan mengatasi kemungkinan man+aat langsung dari resusitasi 6ardiopulmonary dalam konteks harapan keseluruhan dan tujuan bagi pasien* &ebuah perintah "N; bukan berarti tidak memperlakukan, sebaliknya itu hanya berarti pasien tidak akan dilakukan tindakan BP;* Pengobatan lain 8 misalnya terapi antibioti6, trans+use, dialysis, atau penggunaan )entilator yang memungkinkan memperpanjang hidup masih diberikan* 'ormulir "N; harus ditandatangani oleh pasien atau oleh pembuatan keputusahan yang diakui atau diper6aya oleh pasien jika pasien tidak dapat membuat atau berkomunikasi kepada petugas kesahatan* Pembuat keputusan yang diper6aya oleh pasien dan diakui se6ara hukum meakili pasien seperti agen peraat kesehatan yang ditetapkan dalam srata kuasa untuk peraatan kesehatan, konser)ator, atau pasangan ? anggota keluarga lainnya* "okter dan pasien harus menandatangani +ormulir tersebut, menegaskan baha pasien akan diakui se6ara hukum keputusan peraatan kesehatannya ketika telah memberikan persetujuan instruksi "N; 8 EM&2* 5eberapa standar yang harus dilakukan pada saat diskusi menentukan keputusan "N2; yaitu, dokter harus menentukan penyakit?kondisi pasien, menyampaikan tujuan, memutuskan prognosa, potensi man+aat dan kerugian dari resusitasi 8BP;, memberikan rekomendasi
berdasarkan
penilaian
medis
tentang
man+aat?kerugian BP;, dokter
penanggung jaab harus hadir dalam diskusi, mendokumentasikan isi diskusi, dan alasan pasien?keluarga dalam pengambilan keputusan 8 5reault 1>..* 2=3 P#*%( )#*%>%. ,%(% )#$%'&%(%%( DNR
Peran peraat dalam "o Not ;esus6itation adalah membantu dokter dalam memutuskan "N; sesuai dengan hasil pemeriksaan kondisi pasien* &etelah ren6ana diagnosa "N; diambil maka sesegera mungkin keluarga diberikan in+ormasi mengenai kondisi pasien dan ren6ana diagnosa "N;* Peraat juga dapat berperan dalam pemberian in+ormasi bersama- sama dengan dokter 8 2mestiasih, 1>.<* Peraat sebagai 6are gi)er dituntut untuk tetap memberikan peraatan pada pasien "N; tidak berbeda dengan pasien lain pada umumnya, peraat harus tetap memberikan pelayanan sesuai dengan ad)i6e dan kebutuhan pasien tanpa mengurangi kualitasnya* End of life care yang peraat lakukan dengan baik diharapkan dapat memberikan peacefull end of life bagi pasien, seperti yang digambarkan dalam teori keperaatan pea6e+ull end o+ li+e oleh ;ulland and Moore yang meliputi terhindar dari rasa sakit, merasakan kenyamanan, penghormatan, kedamaian, dan mendapatkan kesempatan untuk dekat dengan seseorang yang dapat meraatnya 82mestiasih, 1>.<* Peraat sebagai
ad)okat
pasien,
menerima
dan
menghargai
keputusan
pasien?keluarganya sekalipun keputusan tersebut tidak sesuai dengan harapan peraat, karena peraat tidak dibenarkan membuat keputusan untuk pasien?keluarganya dan mereka bebas untuk membuat keputusan 8Koier et al, 1>.>* Pemahaman tentang peran peraat sebagai pendukung dan ad)okasi pasien dapat bertindak sebagai penghubung dan juru bi6ara atas nama pasien?keluarganya kepada tim medis* Menurut 2N2 81>>9 Peraat sebaiknya memperhatikan dan berperan akti+ terhadap perkembangan kebijakan "N2; di institusi tempat mereka bekerja, dan diharapkan dapat berkerja sama dengan dokter selaku penanggung jaab masalah "N2;* Peraat berperan sebagai pemberi edukasi kepada pasien dan keluarga tentang keputusan yang mereka ambil dan memberikan in+ormasi yang rele)an terkait perannya sebagai ad)okat bagi pasien dalam memutuskan 6ara mereka untuk menghadapi kematian* 2=4 P*/(&/) #./' )#$%'&%(%%( DNR
Keputusan keluarga?pasien untuk tidak melakukan resusitasi pada penyakit kronis adalah merupakan keputusan yang dipandang sulit bagi dokter dan peraat, karena ketidakpastian prognosis dan pada saat keluarga menghendaki untuk tidak lagi dipasang alat pendukung kehidupan* Keputusan sulit tersebut disebabkan karena kurangnya kejelasan dalam peran tenaga pro+esional dalam melakukan tindakan?bantuan pada saat kondisi kritis,
meskipun dukungan peraat terhadap keluarga pada proses menjelang kematian adalah sangat penting 82dams, 5ailey /r, 2nderson, dan "o6herty 81>..* Pasien "o Not 2ttempt ;esus6itate 8"N2; pada kondisi penyakit kronis?terminal dari sisi tindakan keperaatan tidak akan berbeda dengan pasien pada umumnya, hanya memiliki makna baha jika pasien berhenti bernapas atau henti jantung, tim medis tidak akan melakukan resusitasi?;esusitasi /antung Paru 8;/P, hal ini sesuai dengan de+inisi yang dikemukakan 22, baha jika ;/P yang dilakukan tidak memberikan hasil signi+ikan pada situasi tertentu, dan lebih membaa kerugian bagi pasien?keluarganya dari segi materil maupun imateril, maka pelaksanaan ;/P tidak perlu dilakukan 82rdagh, 1>>> dalam 5asbeth dan &urna, 1>>* "alam pelaksanaan "N; masih terdapat dilema, dalam keperaatan prinsip etik yang digunakan dalan pelaksanan "N; yaitu Prinsip etik otonomy, di sebagian besar negara dihormati se6ara legal, tentunya hal tersebut memerlukan keterampilan dalam berkomunikasi se6ara baik, peraat se6ara kogniti+ memiliki komunikasi terapeutik yang dapat dijadikan a6uan untuk membi6arakan hak otonomi pasien?keluarganya, melalui in+ormed 6onsent, pasien dan keluarga telah menentukan pilihan menerima?menolak tindakan medis, termasuk resusitasi, meskipun umumnya pasien?keluarga tidak memiliki ren6ana terhadap akhir kehidupannya* Pada prinsip etik otonomy, peraat memberikan edukasi ten tang proses tersebut dengan 6ara-6ara yang baik dan tidak menghakimi pasien?keluarga dengan menerima saran?masukan, tetapi mendukung keputusan yang mereka tetapkan 822, 1>>< dalam 5asbeth dan &urna, 1>>* Prinsip etik bene+i6en6e pada penerimaan?penolakan tindakan resusitasi mengandung arti baha pasien memilih apa yang menurut mereka terbaik berdasarkan keteranganketerangan yang diberikan peraat* Pada etik ini, peraat memberikan in+ormasi akurat mengenai keberhasilan resusitasi, man+aat dan kerugiannya, serta angka harapan hidup pas6a resusitasi, termasuk e+ek samping?komplikasi yang terjadi, lama masa peraatan, serta penggunaan alat bantu pendukung kehidupan yang memerlukan biaya 6ukup besar* "atadata dan in+ormasi yang diberikan dapat menjadi a6uan pasien?keluarganya dalam menentukan keputusan 85asbeth dan &urna, 1>>*
Prinsip etik nonmale+e6ien6e berkaitan dengan pelaksanaan tindakan ;/P tidak membahayakan?merugikan pasien?keluarganya* Menurut ilberman, Kutner /, Parsons dan Murphy 8.% dalam 5asbeth dan &urna 81>> dikatakan baha banyak pasien mengalami gangguan neurologi berupa disabilitas berat yang diikuti dengan kerusakan otak pas6a ;/P, menyebabkan kerusakan otak permanen 8brain death, tingkat kerusakan otak berkaitan dengan tindakan ;/P ber)ariasi antara .>-4F* Tindakan ;/P dikatakan tidak merusak jika keuntungan yang didapatkan lebih besar* Pada etik ini, peraat membantu dokter dalam mempertimbangkan apakah ;/P dapat dilakukan atau tidak terutama pada pasien dengan angka harapan hidup relati+ ke6il dan prognosa yang buruk* Menurut 2dam et al 81>.. dikatakan baha beberapa penelitian menyebutkan baha
masih
didapatkan
komunikasi
yang
kurang
baik
antara
peraat
dan
pasien?keluarganya mengenai pelaksanaan pemberian in+ormasi proses akhir kehidupan, sehingga keluarga tidak memiliki gambaran untuk menentukan?mengambil keputusan, serta pengambilan keputusan pada proses menjelang kematian masih didominasi oleh peraat, sebaiknya peraat berperan dalam memberikan dukungan, bimbingan, tetapi tidak menentukan pilihan terhadap pasien?keluarganya tentang keputusan yang akan dibuat*
2=5 D/$#-% #./' Pengambilan
keputusan "N; harus menghargai otonomi pasien* Otonomi
membentuk salah satu dari tiga prinsip etika biomedis yang diusulkan oleh 5eai6hamp dan Bhldress, dan menga6u untuk menghormati dalam pengambilan keputusan kapasitas indi)idu yang memungkinkan mereka untuk membuat suatu pilihan tentang in+ormasi kesehatan mereka* "ua prinip lainnya adalah kebaikan 8 man+aat se6ara keseluruhan untuk pasien dan tidak bersi+at men6elakakan 8menghindari penyebab kerusakan* Namun bila diterapkan dalam dilema etika, dari tiga prinsip tersebut akan saling bertentangan satu sama lain sehingga mereka hanya menyediakan kerangka kerja untuk diskusi* Prinsip etika utama paternalistik masa lalu, yaitu pandangan dokter dari man+aat langsung kepada pasien 822!5#, 1>>* "i #ndonesia, kebijakan "N; sudah lama diterapkan namun masih menjadi dilema bagi tenaga medis termasuk peraat* &esuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan ;epublik #ndonesia Nomor <.?Menkes?Per?#ii?1>.. tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan 2nestesiologi dan Terapi #ntensi+ di ;umah &akit, disebutkan didalamnya baha prosedur
pemberian atau penghentian bantuan hidup ditetapkan berdasarkan klasi+ikasi setiap pasien di #B( dan B( yaitu semua bantuan ke6uali ;/P 8"N2; H "o Not 2ttempt ;esus6itation, dilakukan pada pasien-pasien dengan +ungsi otak yang tetap ada atau dengan harapan pemulihan otak, tetapi mengalami kegagalan jantung, paru atau organ lain, atau dalam tingkat akhir penyakit yang tidak dapat disembuhkan* Tidak dilakukan tindakantindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika diterapi hanya memperlambat aktu kematian dan bukan memperpanjang kehidupan* (ntuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan bantuan hidup* &edangkan pasien yang masih sadar dan tanpa harapan, hanya dilakukan tindakan terapeutik?paliati+ agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri 8"epkes, 1>..* Keputusan "N; dapat menimbulkan dilema psikis pada peraat dikarenakan timbulnya penolakan dari hati nurani peraat terhadap label "N; dan kondisi dilema itu sendiri* Timbulnya dilema psikis ini juga dapat dipengaruhi oleh masih belum adekuatnya sumber in+ormasi tentang "N; yang dimiliki oleh peraat* Peraat tidak dapat terhindar dari perasaan dilema* Meraat pasien setiap hari, melihat perkembangan kondisi pasien, membuat ren6ana "N; seperti dua sisi mata uang bagi peraat, disatu sisi harus menerima baha pemberian tindakan BP; sudah tidak lagi e+ekti+ untuk pasien namun di sisi lain mun6ul perasaan iba dan melihat pasien seolah-olah keluarganya* "ua hal tersebut dapat menjadikan peraat merasa dilemma 82mestiasih, 1>.<* Perasaan empati juga dapat dirasakan oleh peraat karena "N;* Perasan empati ini dapat disebabkan pula oleh keputusan "N; yang ada dan tidak adekuatnya sumber in+ormasi "N; yang dimiliki peraat* Perasaan empati yang mun6ul juga dapat menjadi dampak dari tingginya intensitas pertemuan antara peraat dengan pasien 8Elpern, et al* 1>>< 2=6 R/('%&%( <*(%$ 2=5=1 P#(%(.%*
Tidak Melakukan ;esus6itation 8"N2; merupakan daerah yang sulit dan menantang bagi banyak praktisi kesehatan* Cardiopulmonary resuscitation 8BP; pertama kali dipraktek pada tahun .A>* Kemudian "N2; diterapkan di beberapa rumah sakit dan mun6ul isu baha BP; dapat memperpanjang kematian pasien pada pasien terminal* "alam sebuah upaya untuk men6egah hal ini, permintaan "N2; mulai dikembangkan pada .%>-an di 2merika &erikat* &ekarang terdapat beberapa
negara yang menerapkan "N2; tapi tidak semua memiliki kerangka hukum tertentu* Terdapat beberapa )ariasi dalam pen6atatan dan praktek "N2;* Tidak terlalu diketahui tentang interaksi peraat dalam pelaksanaan "N2; dan bagaimana peraat terlibat atau ingin menjadi dalam proses pengambilan keputusan "N2;* 2=5=2 T<%(
Penelitian kami bertujuan untuk mengeksplorasi pendapat dan pengalaman dari sta+ peraat atas permintaan "N2;* 2=5=3 M#.,# Penelitian ini menggunakan sur)ei 6ross-se6tional dari semua peraat yang bekerja
di bangsal raat inap selama 19 jam, pada 1 jenis ;& yaitu rumah sakit pendidikan uni)ersitas dan rumah sakit rehabilitasi* "igunakan 19-item kuesioner yang dikembangkan oleh penulis setelah berkonsultasi dengan para ahli dan melakukan tinjauan literatur* Kuesioner diuji6obakan dengan 4 peraat yang terlibat dengan raat jalan untuk mengetahui tingkat kejelasan dari pertanyaan dan membuat jaaban yang diberikan oleh responden menjadi terbuka serta tidak terkesan kaku* Pendapat yang di6ari mengenai kebijakan "N2; adalah bagaimana permintaan "N2; harus dibuat dan digunakan serta apa peraatan yang tepat pada pasien dengan permintaan "N2;* 5eberapa pertanyaan pada kursioner yang diberikan yang terdapat di kuisioner: .* 2pakah permintaan "N; bersi+at jelas3G 1* 2pakah pasien kanker boleh di "N;3G 4* 2pakah pasien ome care boleh di "N;3G 9* aruskah bila keluarga menghendaki "N;, pasien harus mendapatkan in+ormasi3G <* 5agaimana +ormat permintaan "N;3 2=5=4 H%&/$ "ua ratus lima puluh satu peraat diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana .% yang diterima digunakan respon %>,F sesuai dengan kriteria* "istribusi sta+ responden di tiga ilayah klinis* Mereka terdiri bedah umum dan bangsal medis 8termasuk bangsal kedokteran geriatri akutG daerah peraatan intensi+G unit peraatan koroner, departemen darurat dan semua bangsal raat inap lainnya* 2=5=5 T%(%)%( ;esponden diberi kesempatan untuk memberikan pendapat umum atau umpan balik di dua daerah sur)ei* Pada pertanyaan 1., mereka diminta untuk mengomentari apa yang akan mereka lakukan jika mereka tidak setuju dengan keputusan "N2;*
Terdapat beberapa tanggapan yang disampaikan oleh peraat sebagia responden penelitian ini yaitu harus ada kebijakan "N2; tertulis untuk pasien menandatangani, dan dimana dokter dan peraat juga ikut menandatanganinyaG in+ormasi harus sebanyak mungkin untuk diberikan kepada pasienG adanya peningkatan otonomi pasien dalam pengambilan keputusanG +orm "N; juga harus dire!ie" setiap minggunya untuk mere)isi hal-hal yang perlu diperbaharuiG menjelaskan kualitas kehidupan pasien pas6a resusitasiG mempunyai sebuah tim etika harus tersedia untuk berkonsultasiG memiliki sebuah protokol ringkas jelas dengan garis-garis komunikasi yang e+ekti+ antara dokter, peraat dan pasienG pada laporan digunakan arna 6erah agar mudah ditemukan saat keadaan daruratG dan harus ada kejelasan antara status "N2; dan pengobatan akti+* 2=5=6 D/&'&/
5anyak bidang klinis tidak memiliki kebijakan tertulis resmi atas permintaan "N2;* "alam penelitian ini, sebagian besar permintaan "N2; berada dalam bentuk tertulis saja 8<1F, dengan 9
keterlibatan dalam keputusan "N2;* Ketika ditanya siapa yang harus memutuskan, .F dari responden dalam penelitian ini merasa harus konsultasi terlebih dahulu dengan anggota paling senior dari tim medis* anya 11F merasa baha peraat harus memiliki peran* al ini bertentangan dengan penelitian oleh Thibault-Pre)ost et al, di mana .F responden merasa baha peraat harus terlibat 8meskipun ini adalah peraat bekerja di unit peraatan intensi+* =ebih dari dua pertiga merasa baha pasien atau keluarga mereka harus memiliki peran* al ini mirip dengan Penelitian oleh !iles dan Moule mana .F responden merasa baha keluarga harus terlibat* Empat puluh lima persen setuju baha pasien harus selalu diberitahu tentang tatanan "N2;, tetapi 9%F mengatakan Lkadang-kadangL* &ituasi klinis memang menuntut pada beberapa kesempatan baha keluarga pasien harus diin+ormasikan, misalnya, jika itu inter)ensi sia-sia atau jika inter)ensi itu dilakukan menyebabkan beberapa bahaya* &ebagian besar responden merasa baha itu adalah tanggung jaab dokter untuk menjaga pasien diin+ormasikan* anya 1
2=5= K#&/-)$%(
2da minat yang 6ukup besar dalam permintaan "N2; antara sta+ keperaatan* &ebagian menyatakan ketidakpuasan berkaitan dengan bagaimana permintaan "N2; bekerja, dan khususnya, dengan dirasakan kurangnya komunikasi dari dokter* Terdapat kebutuhan untuk pendidikan lebih lanjut mengenai inter)ensi ini dan "N2; pedoman harus dirumuskan mempertimbangkan pandangan dari semua pemegang kebijakan* 2= R/('%&%( <*(%$ .#*'%/. Do Not Resuscitation ,%( '%/.%((7% ,#(%( )#*%( )#*%>%.=
Do Not Resuscitation 8"N; merupakan perintah untuk tidak men6oba melakukan resusitasi atau memberikan tindakan pertolongan berupak resusitasi jantung paru 8;/P ketika terjadi permasalahan darurat pada jantung atau henti napas pada pasien* Perintah ini ditulis atas permintaan pasien atau keluarga melalui konsultasi kepada dokter yang berenang untuk selanjutnya peraat dapat memutuskan tindakan-tindakan suporti+ yang dapat diberikan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dalam masa peraatan* Melalui hal tersebut, maka kami memutuskan untuk mengulas jurnal berjudul I Nurses’ attitudes towards Do Not Attempt Resuscitation orders yang memperlihatkan peran peraat dalam
hal administrati+ terkait "N;, dengan terlebih dahulu mengulas se6ara singkat jurnal berjudul IThe Iranian physicians attitude toward the do not resuscitate order yang melihat gambaran deskripti+ sikap dokter ketika ada keluarga yang meminta dilakukan "N;, terkait dokterlah yang memutuskan suatu permintaan "N;* /urnal berjudul IThe #ranian physi6ians attitude toard the do not resus6itate order menyebutkan baha tanggungjaab untuk memutuskan permintaan "N; terhadap pasien dimiliki oleh dokter* Namun, penelitian yang telah banyak dilakukan menyatakan baha hanya 1>F pasien yang bertahan setelah dilakukan BP;* &tudi lainnya menyebutkan baha hanya .>F-.
dengan pendidikan yang lebih tinggi rata-rata menyetujui permintaan "N;* al tersebut dapat mengindikasikan baha diperlukan analisis untuk menyetujui suatu permintaan "N;, dan didapatkan baha "N; merupakan hak pasien atau keluarga yang memiliki beneficience tergantung kondisi masing-masing pasien* &etelah melihat baha sebagian besar "N; mendapatkan persetujuan dari dokter, maka selanjutnya kami mengulas jurnal utama yang berjudul I Nurses’ attitudes towards Do Not Attempt Resuscitation orders yang menggambarkan peran peraat dalam hal administrati+* R/('%&%( J*(%$ ,/'%/.'%( ,#(%( P#*%( P#*%>%. S#+%%/ A,?'%.*
/urnal berjudul I Nurses’ attitudes towards Do Not Attempt Resuscitation orders menekankan pada bagaimana peraat harus berinteraksi dengan permintaan keluarga terhadap "N;, serta bagaimana kejelasan suatu permintaan "N;* Tujuan dari jurnal tersebut adalah untuk melihat opini dan pengalaman peraat terkait adanya permintaan terhadap "N;* asil dari penelitian pada jurnal menunjukkan baha berkaitan dengan peran peraat, kami ter+okus pada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada peraat tentang kejelasan "N;* 5eberapa pertanyaan pada kursioner yang diberikan yang menyita perhatian kami, di antaranya: .* 2pakah permintaan "N; bersi+at jelas3G 1* 2pakah pasien kanker boleh di "N;3G 4* 2pakah pasien ome care boleh di "N;3G 9* aruskah bila keluarga menghendaki "N;, pasien harus mendapatkan in+ormasi3G <* 5agaimana +ormat permintaan "N;3 2dapun pendapat yang diberikan oleh peraat yang menjadi responden terkait dengan "N;, diantaranya peraat mengatakan baha dalam mengajukan maupun menyetujui perminataan "N; diperlukan adanya pernyataan tertulis yang ditanda tangani oleh pasien dan tenaga kesehatan* &elanjutnya, peraat juga menyatakan baha tenaga kesehatan harus memberikan in+ormasi kepada pasien terkait ketepatan pengajuan "N;* 'orm "N; juga harus dire!ie" setiap minggunya untuk mere)isi hal-hal yang perlu diperbaharui* Ketika terdapat pasien yang memerlukan resusitasi, peraat harus menjelaskan kepada keluarga tentang
kemungkinan keberhasilan dari resusitasi jika diperlukan* Peraat juga
menyebutkan baha diperlukan adanya tim etika untuk keluarga dapat melakukan konsultasi dan tenaga kesehatan harus dengan segan menanyakan kepada keluarga terkait dengan tindakan yang masih memiliki dilemma etik seperti "N;* 5erkaitan dengan +orm "N;, berhubungan dengan +orm yang diberikan pada saat keadaan gaat darurat, +orm
diharapkan ditulis dengan tulisan dengan arna men6olok sehingga poin yang ingin disampaikan mudah terba6a oleh keluarga* 5erkaitan dengan komunikasi antar tenaga kesehatan terkait dengan permintaan "N;, peraat menyarankan untuk dibuatkan protokol yang jelas* arus terdapat kejelasan antara "N; serta inter)ensi yang harus diberikan untuk menyelamatkan hidup pasien* M#$%$/ <*(%$ .#*+. .%-)%' <#$%& +%>% )#(#$/./ /(/( -#-+%%& ,#(%( <#$%& )#*%( )#*%>%. +%%/ %,?'%.* '#+/<%'%( * 2d)okasi diartikan sebagai perubahan-
perubahan
se6ara
sistematis
untuk
menyikapi
suatu
kebijakan,
regulasi,
atau
pelaksanaannya* 2d)okasi menyangkut perubahan yang mengubah kebijakan tertentu* "alam melakukan ad)okasi terkait perlunya kebijakan bagi +orm permintaan "N;, peraat perlu melakukannya melalui beberapa tahap* =apisan pertama yang dapat dilakukan yaitu melakukan permintaan, tuntutan, atau desakan perubahan terhadap aturan yang terdapat di suatu institusi atau rumah sakit tempat peraat bekerja* "alam hal ini, peraat harus mengajukan kepada pihak pengelola kebijakan rumah sakit untuk dapat menyusun +orm atau lampiran permintaan "N;, sekaligus menyebutkan kelebihan dan kekurangan apabila "N; dilakukan tanpa +orm, mengingat itam di atas puti diperlukan sebagai bukti dan arsip bagi pihak bersangkutan, dalam hal ini yakni bagi pasien atau keluarga dan tenaga kesehatan* =apisan kedua dalam ad)okasi pembentukan +orm bagi permintaan "N; yakni mengembangkan kemampuan tenaga kesehatan terkait penggunaan +orm "N;* Menurut kami, jika +orm "N; telah terbentuk, tenaga kesehatan harus bias mengaplikasikan +orm permintaan "N; kepada pasien maupun keluarga* "alam hal ini, tenaga kesehatan khususnya peraat harus mengetahui dan memahami dengan jelas isi dan konteks kebijakan yang telah terbentuk 8permintaan "N;, konsekuensi dan man+aat yang akan didapatkan dari kebijakan jika seandainya "N; disetujui, siapa yang akan dipengaruhi oleh adanya "N; tersebut 8dalam hal ini kemungkinan keluarga akan mendapatkan pengaruh paling signi+ikan dari segi psikologis, kapan seharusnya +orm "N; diberikan kepada keluarga yakni apakah di aal pasien masuk ke rumah sakit 8dengan kondisi menderita penyakit krooni stadium lanjut atau pada saat pasien mengalami henti jantung dan henti napas* =apisan ketiga yang diperlukan adalah menyebarkan peraturan terkait adanya +orm permintaan "N; serta membiasakan tenaga kesehatan untuk menggunakannya* "alam men6egah +orm tidak digunakan dengan baik, pemberian +orm permintaan "N; menurut
kami dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam &OP bagi pasien dengan kondisi tertentu* Melalui tahap tersebut, diharapkan dapat tersusun dan terbentuknya suatu +orm yang dapat diberikan kepada keluarga yang memiliki permintaan "N;, sehingga permintaan "N; memiliki suatu kejelasan se6ara tertulis*
"A" III PENUTUP
3=1 K#&/-)$%( "o Not ;esus6itation atau jangan lakukan resusitasi merupakan sebuah perintah
tidak melakukan resusitasi yang ditulis oleh seorang dokter dalam konsultasi dengan pasien atau pengambil keputusan pengganti yang menunjukkan apakah pasien akan menerima atau tidak tindakan BP; 8Bardiopulmonary ;esus6itation* "N; diindikasikan jika seorang dengan penyakit terminal atau kondisi medis serius tidak akan menerima 6ardiopulmonary resus6itation 8BP; ketika jantung atau na+asnya terhenti* &ebelum menulis +orm "N;, dokter harus mendiskusikannya dengan pasien atau seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga pasien* Peran peraat dalam "o Not ;esus6itation adalah membantu dokter dalam memutuskan "N; sesuai dengan hasil pemeriksaan kondisi pasien* Peraat berperan sebagai 6are gi)er dituntut untuk tetap memberikan peraatan pada pasien "N; tidak berbeda dengan pasien lain pada umumnya, peraat harus tetap memberikan pelayanan sesuai dengan ad)i6e dan kebutuhan pasien tanpa mengurangi kualitasnya* Peraat sebagai ad)okat pasien, menerima dan menghargai keputusan pasien?keluarganya, pemahaman tentang peran peraat sebagai pendukung dan ad)okasi pasien dapat bertindak sebagai penghubung dan juru bi6ara atas nama pasien?keluarganya kepada tim medis* "alam keperaatan prinsip etik yang digunakan dalan pelaksanan "N; diantaranya: Prinsip etik otonomy dimana pada prinsip etik ini peraat memberikan edukasi tentang proses tersebut dengan 6ara-6ara yang baik dan tidak menghakimi pasien?keluarga dengan menerima saran?masukan, tetapi mendukung keputusan yang mereka tetapkan* Prinsip etik moral bene+i6en6e, peraat memberikan in+ormasi akurat mengenai keberhasilan resusitasi, man+aat dan kerugiannya, serta angka harapan hidup pas6a resusitasi, termasuk e+ek samping?komplikasi yang terjadi, lama masa peraatan, serta penggunaan alat bantu
pendukung kehidupan yang memerlukan biaya 6ukup besar* &edangkan prinsip moral nonmale+e6ien6e, peraat membantu dokter dalam mempertimbangkan apakah ;/P dapat dilakukan atau tidak terutama pada pasien dengan angka harapan hidup relati+ ke6il dan prognosa yang buruk* "i #ndonesia, kebijakan "N; sudah lama diterapkan namun masih menjadi dilema bagi tenaga medis termasuk peraat* Terdapat peraturan mentri kesehatan yang menyebutkan baha prosedur pemberian atau penghentian bantuan hidup ditetapkan berdasarkan klasi+ikasi setiap pasien di #B( dan B(, dilakukan pada pasien-pasien dengan +ungsi otak yang tetap ada atau dengan harapan pemulihan otak, tetapi mengalami kegagalan jantung, paru atau organ lain, atau dalam tingkat akhir penyakit yang tidak dapat disembuhkan* Keputusan "N; dapat menimbulkan dilema psikis pada peraat dikarenakan timbulnya penolakan dari hati nurani peraat terhadap label "N; dan kondisi dilema itu sendiri* Timbulnya dilema psikis ini juga dapat dipengaruhi oleh masih belum adekuatnya sumber in+ormasi tentang "N; yang dimiliki oleh peraat*
3=2 S%*%(
5agi mahasisa, sebelum terjun ke lapangan diharapkan men6ari dan memahami dengan dalam mengenai tindakan ;/P 8kapan tindakan ;/P harus dilakukan, bagaimana 6ara melakukannya, prinsip dari ;/P dll dan memahami mengenai prinsip "N; 8pasien yang dilakukan "N; dan syarat dilakukan "N;* al tersebut dapat membantu mahasisa ketika menghadapi keadaan darurat sehingga mahasisa dapat membantu dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien mengenai kondisi pasien dan menyarankan keluarga membuat keputusan yang berdampak baik untuk pasien* &elain itu, mahasisa juga dapat mengidenti+ikasi suatu keluarga terkait 6ara komunikasi yang baik ketika terdapat kondisi kegaatdaruratan* 5agi praktisi kesehatan, saran yang dapat diberikan yakni adanya kegiatan terusmenerus untuk memperdalam re+erensi terkait isu mengenai "N; dan pedoman yang baku mengenai "N;* al tersebut dapat dijadikan modal bagi peraat ketika terdapat perintah "N;, peraat dapat membantu dokter dalam pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pasien* &etelah ren6ana diagnosa "N; diambil maka peraat dapat membantu dalam memberikan keluarga in+ormasi sesegera mungkin mengenai kondisi pasien dan ren6ana diagnosa "N;*
"2'T2; P(&T2K2
22!5#* 1>>* "o Not 2ttempt ;esus6itation 8"N2; "e6isions in the Perioperati)e Period* =ondon* The 2sso6iation o+ 2naesthetists o+ !reat 5ritain and #reland 2dams, /udith 2*, 5ailey /r, "onald E*, 2nderson, ;uth 2*, J"o6herty, &haron =* 81>..*Nursing ;oles and &trategies in End-o+-=i+e "e6ision Making in 26ute Bare: 2 &ystemati6 ;e)ie o+ the =iterature* Nursin% Researc and &ractice' $olume 1>..* http:??dD*doi*org?.>*..<1>..?<1%49 diakses pada . september 1>.A* 2mestiasih, Tia*, ;atnaati, ;etty*, &etyo ;ini, #ka* 81>.<* Studi (enomenolo%i) &en%alaman &era"at dalam $era"at &asien den%an Do Not Resuscitate *DNR+ di Ruan% IC RS& Dr' Soerad-i .irtone%oro /laten, /urnal Medika ;espati 2meri6an Nurses 2sso6iation* 1>>9* ome ealth Nursing : &6ope and &tandards o+ Pra6ti6e* (&2 : Mosby 5asbeth, 'G J&urna, 5* 81>>,2nalisis etik terkait resusitasi jantung paru, $a-ala /edo0teran
Indonesia,
$olume:
<,
Nomor:
..,
Nop
1>>Ghttp:??indonesia*digitaljournals*org?indeD*php?idnmed?arti6le?)ie'ile?A.?AA diakses pada . september 1>.A* 5raddo6k, Blaren6e *, Blark, /onna "erbeni6k* 81>.9* Do Not Resusitate *DNR+ Order' (ni)ersity o+ 7ashington &6hool o+ Medi6ine 5reault, /oseph =* 81>..* "N;, "N2;, or 2N"3 is language important* Ocsner 1 * 1>.. 7interG ..89: 4>14>A* PMB#": PMB419.>A. 5reer, 5renda Barol* 81>>*"o not abandon, do not resus6itateG a patient ad)o6ay position* 1ournal of Nursin% La"')olume .1, number 1, 1>>
Ble)eland Blini6* 1>.>* "o Not ;esus6itate 8"N; Orders and Bom+ort Bare* ;etrie)ed +rom https:??my*6le)eland6lini6*org?66+?media?'iles?5ioethi6s?"N;F1>andout F1>91*pd+3laHen diakses pada . september 1>.A Burie, M* 1>.9* 2at are palliati!e care and end of life care3* Marie Burie &upport "epkes ;#* 81>..* &edoman &enyelen%%araan &elayanan Anestesiolo%i dan .erapi Intensif di Ruma Sa0it' http:??bppsdmk*depkes*go*id?eb?+ilesa?peraturan?9*pd+ diakses tanggal . &eptember 1>.A EM&2* EME;!ENBY ME"#B2= &E;$#BE& P;EO&P#T2= "O NOT ;E&(&B#T2TE 8"N; 'O;M* ;etrie)ed +rom http:??*emsa*6a*go)?media?de+ault?pd+?dnr+orm*pd+ Ean6huk, Mark*, 5rindley, Peter !* 81>>A* Etics re!ie") &erioperati!e do4not4resuscitate orders 5 doin% 6notin%7 "en 6sometin%7 can be done, Briti6al Bare 'allahi et al* 81>.A* .e Iranian &ysicians Attitude .o"ard .e Do Not Resuscitate Order, /ournal o+ Multidis6iplinary ealth6are 'ield, /* M*, M* '* ainski, et al* 81>.>* &art 8) E9ecuti!e Summary) :;8; American Heart Association
Guidelines
for
Cardiopulmonary
Resuscitation
and
Emer%ency
Cardio!ascular Care, Bir6ulation .11* ilberman M*, Kutner /*, Parsons "*, Murphy "/* 8.%* $ar%inally effecti!e medi0al care) etical analysis of issues in cardiopulmonary resuscitation *C&R+, /ournal o+ Medi6al Ethi6s anlon, &*, Bonnor, M*, Peters, B*, Bonnor, M* 81>.4* Nurses attitudes toards do not attempt resus6itation orders, Clinical Nursin% Studies, $ol ., 8., 94-<>* #6hikyo, K* 1>.A* End of Life) Helpin% 2it Comfort and Care* National #nstitute on 2ging /unod Perron, N*, Morabia, 2*, TorrentQ, 2* 81>>1* E!aluation of do not resuscitate orders *DNR+ in a S"iss Community Hospital , / Med Ethi6s
Koier, 5arbara*, Erb, !lenora*,5erman, 2udrey*, J&nyder, &hirlee* /*,81>.>,'undamental o+ nursing: 6on6ept, pro6ess, and pra6ti6e* % th Edition* 2lih 5ahasa* Ed: 7idiarti, "ei*,Mardella,Eka*2nisa*,&ubekti, 5udhi* Nike*,elena, =eni*, /akarta* E!B* N&7 ealth* 81>><* Guidelines for end4of4life care' &idney: N&7 "epartment o+ ealth* Putranto, ;* 1>.<* $odul &aliatif * /akarta : ;umah &akit "; Bipto Mangunkusumo Perron* /, Morabia* 2, Torrente* 2* 1>>1* E)aluation o+ do not resus6itate orders 8"N; in a &iss 6ommunity hospital* / Med Ethi6s* $ol* 1 &abatino,
Bharles*
81>.<*
Do
Not
Resusitate
*DNR+
Order *
http:??*mer6kmanuals*6om?home?+undamentals?legal-and-ethi6al-issues?do-notresus6itate-dnr-orders diakses . &eptember 1>.A &a6ynski, /* &*, E* !abbay, et al* 81>.1* L#n6rease in The Proportion o+ Patients ospitalied 7ith 26ute Myo6ardial #n+ar6tion 7ith "o-Not- ;esus6itate Orders 2lready in Pla6e 5eteen 1>>. and 1>>%: 2 Non6on6urrent Prospe6ti)e &tudy*L Blini6al Epidemiology 9: 1A%-1%9 &alottolo, K, et all* 1>.<* The epidemiology o+ do-not-resus6itate orders in patients ith trauma: a 6ommunity le)el one trauma 6enter obser)ational eDperien6e* &6andina)ian /ournal o+ Trauma,;esus6itation and Emergen6y Medi6ine* $ol* 14 8No, Treas, =eslie &*, 7ilkinson, /udith M* 81>.>*5asi6 nursing: 6on6epts, skills, J reasoning* Ne York* '*2* "a)is* Yuen /K*, ;eid B*, 'etters M"* 81>..* Hospital Do4Not4Resuscite Orders) 2y .ey Ha!e (ailed and Ho" .o (i9 .em :<*=+)=>85=>= , / !en #ntern Med