BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Arsitektur Rumah Tradisional Bali merupakan suatu karya yang lahir dari suatu tradisi, kepercayaan, dan aktivitas spiritual masyarakat Bali yang diwujudkan dalam berbagai bentuk fisik, seperti rumah adat, tempat suci (tempat pemujaan yang disebut pura), balai pertemuan, dan lain-lain. Lahirnya berbagai perwujudan fisik juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keadaan geografi, budaya, adat-istiadat, dan sosial ekonomi masyarakat. Arsitektur Tradisional Bali juga merupakan kombinasi dari hubungan keseimbangan antara Bhuwana Agung (alam semesta) dan Bhuwana Alit (manusia). Arsitektur ini mendapat pengaruh campuran budaya Hindu, Cina Buddha, dan kebudayaan Megalitik . Selain kedua konsep yang disebutkan, Arsitektur tradisional bali juga mengacu pada Konsep sanga mandala. Konsep sanga mandala adalah pembagian ruang ke dalam 9 zona yang lahir dari aplikasi konsep Tri Angga dalam bidang vertikal dan horisontal, di mana ruang di tengah-tengah sebagai pusat dan simbol sumber kekuatan dibiarkan kosong (konsep catuspatha). Dewasa ini, dengan adanya perkembangan zaman banyak pembangunan yang tak lagi mengindahkan konsep-konsep ATB, salah satunya gaya arsitektur modern sebagai contoh yaitu semakin sedikit perumahan di Bali yang mempertahankan konsep jineng pada bangunan rumahnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu mata pencaharian penduduk yang tak lagi berorientasi sebagai petani dan semakin tinggi nya harga lahan serta faktor keterdesakan kebutuhan yang lain. Pada kenyataannya, kelumpu yang memiliki fungsi utama sebagai lumbung padi, lambat laun memiliki pergeseran fungsi dengan pengembangan model bangunan yang lebih modern dan estetis. Saat ini,pemanfaatan kelumpu untuk kepentingan justru bisa dikombinasikan dengan aspek pariwisata lokal Bali, baik untuk kepentingan bisnis maupun sebagai bagian dari objek wisata yang dibuat untuk menarik minat para wisatawan asing.
1
Adanya pergeseran fungsi, membuat kelumpu dapat ditransformasikan menjadi bangunan yang memiliki fungsi lain yang lebih kompleks. Untuk pengelolaan bisnis, bangunan kelumpu bisa dimodifikasi menjadi bangunan-bangunan komersial yang menarik untuk tempat tinggal para wisatawan asing. Layaknya villa dan hotel, kelumpu modern juga dapat dirancang untuk public space maupun fungsi lainnya. Di Bali, contoh salah satu bangunan yang mentransformasikan bentuk dan fungsi kelumpu adalah Hotel Klumpu - Renon. Hotel ini mendesain kelumpu menjadi ruang yang berfungsi sebagai kamar villa. Konsep tradisional diaplikasikan pada penggunaan material kayu. Keistimewaan bangunan kelumpu adalah kedekatan suasana yang dibangun bersentuhan langsung dengan alam sehingga sangat memberi kesan rekreasi alami pada para penghuninya. Inilah suatu bentuk alih fungsi al ternatif yang cukup cerdas sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya tradisional yang dikombinasikan dengan kemajuan teknologi modern. Nilai kelumpu sebagai unsur budaya lokal dengan cara ini justru akan lebih menjual dan bernilai lebih tinggi. Disamping itu tentunya akan juga menjadi peluang investasi yang menguntungkan. Orang tak lagi segan dengan sebuah bangunan tradisional yang terkenal kolot bagi kalangan muda saat ini, sebaliknya justru akan lebih terkesan elit namun tetap konservatif terhadap nilai-nilai budaya. Berdasarkan nilai tersebut yang kemudian menjadi pertimbangan utama bagi penulis dalam memilih kelumpu sebagai objek untuk dikaji lebih lanjut. Dalam makalah ini, penulis akan mengkaji objek (kelumpu) dan mendesain dengan mentransformasikan ke dalam bentuk dan fungsi yang menerapkan beberapa pendekatan metode analogi romantic. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat dijabarkan adalah, sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan metode analogi romantic pada rancang bangunan?
2
Adanya pergeseran fungsi, membuat kelumpu dapat ditransformasikan menjadi bangunan yang memiliki fungsi lain yang lebih kompleks. Untuk pengelolaan bisnis, bangunan kelumpu bisa dimodifikasi menjadi bangunan-bangunan komersial yang menarik untuk tempat tinggal para wisatawan asing. Layaknya villa dan hotel, kelumpu modern juga dapat dirancang untuk public space maupun fungsi lainnya. Di Bali, contoh salah satu bangunan yang mentransformasikan bentuk dan fungsi kelumpu adalah Hotel Klumpu - Renon. Hotel ini mendesain kelumpu menjadi ruang yang berfungsi sebagai kamar villa. Konsep tradisional diaplikasikan pada penggunaan material kayu. Keistimewaan bangunan kelumpu adalah kedekatan suasana yang dibangun bersentuhan langsung dengan alam sehingga sangat memberi kesan rekreasi alami pada para penghuninya. Inilah suatu bentuk alih fungsi al ternatif yang cukup cerdas sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya tradisional yang dikombinasikan dengan kemajuan teknologi modern. Nilai kelumpu sebagai unsur budaya lokal dengan cara ini justru akan lebih menjual dan bernilai lebih tinggi. Disamping itu tentunya akan juga menjadi peluang investasi yang menguntungkan. Orang tak lagi segan dengan sebuah bangunan tradisional yang terkenal kolot bagi kalangan muda saat ini, sebaliknya justru akan lebih terkesan elit namun tetap konservatif terhadap nilai-nilai budaya. Berdasarkan nilai tersebut yang kemudian menjadi pertimbangan utama bagi penulis dalam memilih kelumpu sebagai objek untuk dikaji lebih lanjut. Dalam makalah ini, penulis akan mengkaji objek (kelumpu) dan mendesain dengan mentransformasikan ke dalam bentuk dan fungsi yang menerapkan beberapa pendekatan metode analogi romantic. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat dijabarkan adalah, sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan metode analogi romantic pada rancang bangunan?
2
2. Apa yang menjadi faktor-faktor pengubah tata ruang dan tata bangunan ATB (Arsitektur Tradisional Bali) pada objek bangunan A MK (Arsitektur Modern Kontemporer) ? 3. Bagaimana implikasi rancangan desain yang tepat berdasarkan filosofi ATB dan metode analogi romantic yang diterapkan? 1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah, sebagai berikut: 1. Mengetahui penerapan metode analogi romantic pada rancang bangunan. 2. Mengetahui faktor-faktor pengubah tata ruang dan tata bangunan ATB (Arsitektur Tradisional Bali) pada objek bangunan AMK (A rsitektur Modern Kontemporer) 3. Mampu untuk mendesain dan mengembangkan Arsitektur Tradisional Bali menjadi bangunan Arsitektur Modern Kontemporer sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya tradisional yang dikombinasikan dengan kemajuan teknologi modern. 1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk Mahasiswa Penulis dapat menambah wawasan mengenai perancangan arsitektur melalui metode analogi. 2. Untuk Kampus Kampus dapat menjalankan tugasnya dalam mengamalkan metode-metode konsep perancangan arsitektur, yaitu metode metafora dan analogi. Selain itu, kampus dapat menambah sarana pembelajaran bagi mahasiswa atau sebagai pembanding dalam pelaksanaan mata kuliah lain.
3. Untuk Umum a.
Tersusunnya rumusan reformasi dapat dipakai sebagai masukan atau rekomendasi pada Perda dan konsep rancangan arsitektur.
3
b. Merupakan upaya pelestarian dan pengembangan ATB sebagai bagian arsitektur Nusantara dalam skala desa, kala dan patra.
1.5 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah, sebagai berikut: 1) Metode Literatur Metode dengan mengumpulkan, mengidentifikasi, serta mengolah data tertulis yang dapat diperoleh dan dapat digunakan sebagai input dalam proses analisa. Pengumpulan dilakukan dengan cara kompilasi data yang diperoleh dari referensi-referensi seperti karya ilmiah, hasil penelitian sebelumnya, maupun buku-buku referensi lainnya yang mendukung pembuatan makalah ini. 2) Metode Observasi Langsung Pendataan dilakukan dengan cara observasi langsung ke objek dan melakukan pendataan dengan menggunakan sketsa dan memperhatikan hal yang perlu diobservasi. 1.6 Metode Pembahasan
1)
Perbandingan dengan teori Pembahasan dilakukan dengan membandingkan antara teori dan hasil observasi di lapangan, apakah sesuai atau menyimpang dari teori yang ada.
2) Perancangan Penerapan teori dan hasil observasi dengan transformasi bangunan ATB menjadi AMK dalam sketsa nyata sebuah perancangan bangunan.
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Desain
Dalam menggambarkan penyelidikan tentang konsep, para perancang biasanya menggunakan 6 sinonim: gagasan arsitektur, tema, gagasan superorganisasi, parti dan esquisse dan terjemahan harfiah. 1. Gagasan arsitektur adalah konsep yang telah disederhanakan sebagai arsitektur formal (seperti ; siang hari, ruang, urutan ruang, integarasi struktur dan bentuk, dan sitting dalam lansekap.) Soal arsitektonis secara spesifik digunakan sebagai dasar perancang dalam pengambilan keputusan. Tiap bagian memiliki pengaruh dalam pandangan umum. 2. Tema merupakan suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh rancangan suatu proyek, contoh: karya Charles Moore, Kimbel Art, Gallery Louis I Khan di Fort Worth, Texas, memakai cahaya sebagai tema. 3. Gagasan superorganisasi adalah acuan terhadap konfigurasi geometris umum atau hierarki yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian di dalam proyek yang bertujuan memberi cukup struktur bagi pola sedemikian rupa sehingga masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan keistimewaan masing-masing yang secara keseluruhan masih menunjang perancangan. 4. Parti (skema) dan esquisse (sketsa) adalah produk menurut konsep dan grafik dalam suatu proyek diharapkan dikembangkan suatu konsep dan sketsa pendahuluan dari konfiurasi bangunan. 5. Terjemahan harfiah yaitu gambaran suatu tujuan guna mengembangkan suatu konsep dan diagram yang dapat dijadikan rencana sederhana untuk suatu proyek. (Lorabee Bernes) jadi konsep harus dapat diekspresikan dalam jenis sketsa. Di agram asli agaknya benar-benar dapat dilihat dan diidentifikasikan dalam bangunan yang telah selesai. 6. Konsep adalah antitesis dari wawasan-wawasan yang sama sekali belum dianggap tepat. Suatu konsep harus mengandung kelayakan; yang mungkin menunjang maksud-maksud
5
daru cita-cita pokok suatu proyek dengan memperhatikan karakteristik-karakterisitik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas dari tiap proyek. Dalam hal ini, konsep arsitektur merupakan bagian fokus utama dari pembahasan transformasi bentuk bangunan karena pendekatannya yang lebi h mudah, konsep ini juga terbagi dalam beberapa jenis .
2.2 Jenis-Jenis Konsep dalam Arsitektur
Menurut James dan Anthony (1991), ada li ma macam konsep, antara lain : •
analogi (memperhatikan hal-hal lain),
•
metafora (memperhatikan abstraksi-abstraksi),
•
hakikat (memperhatikan di luar-luar kebutuhan program),
•
konsep programatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan), dan
•
cita-cita (memperhatikan nilai-nilai umum)
2.3 Konsep Analogi
Dalam merancang, ada banyak cara yang digunakan. Salah satunya yaitu dengan merancang secara analogi. Menurut James dan Anthony (1991), analogi adalah sarana yang paling sering digunakan unutk merumuskan konsep. Analogi mengidentifikasi hubungan harfiah yang mungkin di antara benda-benda. Sebuah benda di identifikasi dan mempunyai semua sifat khas yang diinginkan, dan demikian i a menjadi model untuk proyek yang ada. 2.3.1 Definisi
Analogi adalah salah satu pendekatan bentuk yang digunakan dalam desain arsitektur. Beberapa definisi metode menurut para ahli, antara lain : 1) Geoffrey Broadbent
Dalam bukunya, Design in Architecture, Geoffrey Broadbent mengatakan bahwa “...mekanisme sentral dalam menerjemahkan analisa -analisa ke dalam sintesa adalah analogi”. 2) Keith J. Hoyloak & Paul Thagard
6
Pengandaian yang digunakan untuk menjelaskan adanya kemripan dari dua hal yang berbeda. Dimana terdapat 3 hal yang mendasari pemkirannya yaitu kesamaan, struktur atau susunan, dan kegunaan. 3) Donna P. Duerk
Suatu usaha untuk mencapai persamaan dan kesamaan terhadap bendabenda arsitektur dengan berbagai macam hal. Pernyataan ini maksudnya adalah bahwa pendekatan analogi bukan hanya sekedar menjiplak bentuk objek alam yang dianalogikan, tapi diperlukan prosesproses analisis dan merangkainya sehingga menghasilkan bentuk baru yang masih memeiliki kemiripan visual dengan objek yang dianalogikan. Suatu pendekatan analogi dikatakan berhasil apabila pesan yang ingin disampaikan atau objek yang dianalogikannya dapat dipahami oleh semua orang. Oleh karena itu, harus terdapat benang merah antara bangunan dan objek yang dianalogikannya dalam proporsi tertentu sehingga tidak menjadi terlalu naïf seperti menjiplak secara mentah-mentah. Pendekatan analogi berbeda dengan pendekatan secara metafora. Dalam pendekatan metafora suatu objek dideskripsikan terlebih dahulu, untuk selanjutnya diambil inti dari pendeskripsian tersebut. Inti dari deskripsi itu kemudian diaplikasikan ke dalam bentuk arsitektur yang benar-benar berbeda dari objek yang dijadikan metafora. Pendekatan ini sering dianggap kurang berhasil karena banyak orang yang tidak dapat memahami pesan yang ingin disampaikan. Hal yang penting dalam analogi adalah persamaan antara bangunan dengan objek yang dianalogikan. Persamaan di sini bukan berarti benar-benar serupa dengan objek dan hanya diperbesar ukurannya saja, tetapi yang dimaksudkan adalah persamaan berupa pesan yang disampaikan. Oleh sebab itu, analogi menjadi sangat berharga karena sifatnya yang sangat personal, berarti dapat dipahami oleh setiap orang. Analogi juga terbagi dalam beberapa jenis dengan carinya masing-masing. 2.3.2 Jenis-Jenis
Analogi dalam berarsitektur terbagi atas beberapa jenis sebagai berikut:
7
1)
Analogi Matematik
Bentuk arsitektur yang mengambil sumber bentuk dari angka-angka, geometri, dan bentuk-bentuk dasar matematika seperti bola, piramida, balok, tabung dan lain-lain. Terkadang dua atau tiga bentuk-bentuk dasar tersebut dikombinasikan untuk dijadikan bentuk arsitektural. 2)
Analogi Biologis
Pandangan para ahli teori yang menganalogikan arsitektur sebagai analogi biologis berpendapat bahwa membangun adalah proses biol ogis bukan proses estetis. Analogi biologis terdiri dari dua bentuk yaitu ‘organik’ (dikembangkan oleh Frank Lloyd Wright). Bersifat umum ; terpusat pada hubungan antara bagian-bagian bangunan atau antara bangunan dengan penempatannya/penataannya. dan ‘biomorfik’. Lebih bersifat khusus. ; terpusat pada pertumbuhan proses-proses dan kemampuan gerakan yang berhubungan dengan organisme. Arsitektur organik FL Wright mempunyai 4 karakter sifat ; •
Berkembang dari dalam ke luar, harmonis terhadap sekitarnya dan tidak dapat dipakai begitu saja.
•
Pembangunan konstruksinya timbul sesuai dengan bahan-bahan alami, apa adanya (kayu sebagai
kayu, batu sebagai batu, dll).
•
Elemen-elemen bangunannya bersifat terpusat (integral).
•
Mencerminkan waktu, massa, tempat dan tujuan. Secara asli dalam arsitektur istilah organik berarti sebagian untuk
keseluruhan –keseluruhan untuk sebagian. Arsitektur Biomorfik kurang terfokus terhadap hubungan antara bangunan dan lingkungan dari pada terhadap proses-proses dinamik yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perubahan organisme. Biomorfik arsitektur berkemampuan untuk berkembang dan tumbuh melalui : perluasan, penggandaan, pemisahan, regenerasi dan perbanyakan. Contoh : kota yang dapat dimakan (Rudolf Doernach), struktur pnemuatik yang bersel banyak (Fisher, Conolly, Neumark, dll).
8
3)
Analogi romantik
Ciri pokoknya yaitu bersifat mengemban dalam mendatangkan atau melancarkan tanggapan emosional dalam diri pengamat dengan cara membangkitkan kenangan pengamat, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: •
memberikan gambaran yang berlebihan yang bisa menyentuh sense atau indera perasa.
•
mengacu pada pemanfaatan potensi alam baik secara alamiah maupun secara rekayasa (dikembangkan). Contohnya yaitu: peniruan tempattempat yang eksotis, monumental,primitive, tradisional, asosiasi masa kanak-kanak, dll.
4)
Analogi Linguistik
Analogi linguistik menganut pandangan bahwa bangunan-bangunan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada para pengamat dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut: a. Model Tata bahasa Arsitektur dianggap terdiri dari unsur-unsur (kata-kata) yang ditata menurut aturan (tata bahasa dan sintaksis) yang memungkinkan masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan menafsirkaa apa yang disampaikan oleh bangunan tersebut. lni akan tercapai jika ‘bahasa’ yang digunakan adalah bahasa umum/publik yang dimengerti semua orang (langue). b. Model Ekspresionis Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yanng digunakan arsitek untuk mengungkapakan sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut. Dalam hal ini arsitek menggunakan ‘bahasa’nya pribadi (parole). Bahasa tersebut mungkin dimengerti orang lain dan mungkin juga tidak. c.
Model Semiotik
9
Semiologi adalah ilmu tentang tanda-tanda. Penafsiran semiotik tentang arsitektur menyatakan bahwa suatu bangunan merupakan suatu tanda penyampaian informasi mengenai apakah ia sebenarnya dan apa yang dilakukannya. Sebuah bangunan berbentuk bagaikan piano akan menjual piano. Sebuah menara menjadi tanda bahwa bangunan itu adalah gereja. 5)
Analogi mekanik
Analogi mekanik melihat sebuah bangunan seperti halnya sebuah mesin yang digunakan untuk dihuni. Bangunan seperti halnya sebuah mesin yang hanya menunjukkan apa sesungguhnya mereka, apa yang m ereka lakukan, tidak menyembunyikan fakta melalui kiasan yang relavan dengan bentuk dan gayagaya, atau dengan kata lain keindahan adalah fungsi yang menyatakan apakah mereka itu dan apa yang mereka lakukan. 6)
Analogi pemecahan masalah
Metoda pemecahan masalah beranggapan bahwa bahwa arsitektur sebagai pertimbangan sesuai dengan penalaran yang bersifat logis, sistematis dan rasional daripada inspiratif. Ciri pemecahan masalah dalam perancangan memperlihatkan prosedur yang seksama dan terpadu. Agar dianggap rasional, prosedurnya harus memuat sedikitnya tiga tahapan, yaitu
7)
•
analisis, yang merupakan pengkajian data dan permasalahan
•
sintetis, yang mengkaitkan atu memproses seluruh data yang ada
•
evaluasi, melakukan tahap pencapaian hasil
Analogi adhocis
Dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan langsung dengan cara menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dan tanpa mengarah ke suatu tujuan. Tidak ada pedoman baku dari luar untuk mengukur rancangan tersebut.
8)
Analogi Pola Bahasa
10
Diartikan sebagai hubungan antara perilaku dan lingkungan yang dapat dilihat dari segi unit atau bagian-bagian yang ditampilkan bersama. Seringkali merupakan cerminan dari kebudayaan yang merupakan kesepakatankesepakatan untuk berperilaku. Jadi, arsitektur harus mampu mengidentifikasi pola-pola kebutuhan agar dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pendekatan tipologi atau pola menganggap bahwa lingkungan perilaku dapat dipandang dalam pengertian satuan-satuan digabungkan untuk membangun sebuah bangunan. 9)
Analogi dramatugi (irama)
Kegiatan-kegiatan manusia yang dinyatakan sebagai teater, lingkungan buatan yang dianggap sebagai pentas panggung, dan orang-orangnya dianggap sebagai pelaku dengan peran masing-masing. Terdapat 2 sudut pandang diantaranya yaitu: a. Sudut pandang actor Dengan menyediakan alat-alat perlengkapan dan kesan-kesan yang diperlukan seta perabot-perabot yang disusun secara teratur. b. Dari sudut pandang dermawan Arsitek
menyebabkan
orang
bergerak
kesuatu
arah
dengan
memberikan petunjuk-petunjuk visual misalnya arsitek dalam dramatugi mengatur aksis penunjangnya. Dalam buku Design in Architecture karya Broadbent, pendekatan analogi dibagi ke dalam tiga macam, yaitu analogi personal, analogi langsung, dan analogi simbolik. 1) Analogi Personal (Personal Analogy )
Analogi secara personal berarti sang arsitek membayangkan dirinya sendiri sebagai bagian dari permasalahan dalam desain arsitektur. Contohnya apabila ia (arsitek) membayangkan dirinya sebagai bangunan yang menghadap ke suatu arah tertentu, bagaimana cahaya matahari yang diterimanya. Apabila ia merupakan sebuah balok, berapa banyak beban atau tekanan yang akan
11
diterima. Apabila ia berada di tanah miring dan membaringkan diri, bagaimana cahaya matahari yang diterimanya dan bagaimana aliran angin yang melewatinya.
12
•
Ronchamp Chapel – Le Corbuzier
Gambar 2. Ronchamp Chapel
Sumber : Wikipedia.org
Salah satu karya Le Corbuzier ini banyak dimirip-miripkan dengan berbagai objek seperti bentuk telapak tangan yang membuka seperti saat berdoa, seperti kapal laut, bentuk bebek, topi pelukis, atau seperti ibu yang memeluk anaknya. Akan tetapi yang dimaksudkan oleh sang arsitektur bukanlah seperti itu. Menurut Broadbent, pada suatu pagi ketika sedang berjalan-jalan di pantai pulau Long Island, Le Corbuzier menemukan cangkang kepiting. Dari cangkang kepiting inilah, Le Corbuzier mendapat ide untuk membuat atap menggunakan struktur shell yang pada waktu itu belum banyak digunakan. Beralih pada bentuk bukaan yang diterapkan pada Ronchamp Chapel yang berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga dapat menciptakan suasana di dalam ruangan. Bentuk bukaan disesuaikan dengan cahaya yang datang pada jam-jam tertentu, sehingga suasana ruangan yang tercipta juga memberikan kesan sendiri
pada jam-jam tersebut.
Namun, ternyata ada kemiripan antara fasade Ronchamp Chapel dengan suatu bangunan di Pulau Ischia yang tampak dari foto yang diambil oleh James Stirling serta dengan fasade rumah-rumah di Ar ab, yaitu berupa dinding masif terbuat dari batu yang diberi coakan-coakan berbentuk persegi panjang sebagai bukaan. Akan tetapi, pada kenyataannya dinding pada Ronchamp Chapel terbuat dari batu bata dengan kolom yang melebar ke bawah, dan diberi coakan dengan rangkaian kawat yang dilapisi
13
plester. Dengan begitu, Ronchamp Chapel merupakan suatu karya masterpiece yang dijadikan sebagai salah satu sumber analogi yang dikembangkan sesuai dengan pesan yang ingin di sampaikan. 2) Analogi Langsung (Direct Analogy )
Analogi langsung merupakan analogi yang paling mudah dipahami oleh orang lain. Dalam analogi ini, arsitek menyelesaikan permasalahan dalam desain dengan fakta-fakta dari beragai cabang ilmu lain yang sudah diketahui umum, misalnya seperti pengaturan cahaya pada bangunan yang menggunakan prinsip kerja diafragma pada mata. Berikut adalah beberapa contoh karya arsitektur yang menggunakan pendekatan analogi. •
John Wax Building – Frank Lloyd Wright
Pada bangunan ini, terdapat elemen -elemen yang dianalogikan dengan bunga water lily, yaitu pada bagian kolomnya. Pada bagian atas kolom dibentuk lingkaran- lingkaran yang lebar sehingga menyatu dari satu kolom ke kolom lain, dan terbentuk langit-langit yang dapat dianalogikan sebagai bentuk daun pada bunga water lily. Sedangkan kolom-kolom diibaratkan seperti tangkai bunga water lily. Selain itu, ada pula yang memahami bentuk kolom pada bangunan John Wax Building berasal dari analogi jamur dengan bagian atas yang melebar dan tangkai seperti tangkai jamur.
Gambar 3. John Wax Building (kiri) dan analogi water lily (kanan)
Sumber : https://flanel4world.files.wordpress.com/2015/05/broadbent-pendekatan-analogi.pdf
3) Analogi Simbolik
14
Pada analogi simbolik, arsitek menyelesaikan permasalahan dalam desain dengan memasukkan makna tertentu secara tersirat. Analogi ini merupakan bentuk analogi secara tidak langsung. Unsur-unsur yang dimasukkan dapat berupa perlambangan terhadap sesuatu, mitologi lokal, atau simbol lainnya. Berikut merupakan contoh bangunan yang menerapkan pendekatan analogi simbolik. •
Rumah Tradisional Bali
Rumah tradisional Bali menyimbolkan tubuh manusia. Dimana atap merepresentasikan kepala, tubuh bangunan adalah badan, dan umpak adalah kaki. Umpak merepresentasikan kaki manusia yang digunakan untuk berdiri kokoh. Sementara bangunan merepresentasikan badan manusia yang memiliki beberapa fungsi yntuk menjalankan kehidupan. Atap melambangkan kepala yang menjadi identitas dan bersifat sakral. Simbol seperti ini juga digunakan pada rumah-rumah tradisional lainnya di Indonesia.
Gambar 5. Rumah
tradisional Bali (kiri) dan simbolisasi pada elemen bangunan (kanan)
Sumber : Data Lapangan dan buku Rumah Tradisional Bali
15
Adapun objek yang akan di bahas dalam makalah ini adalah objek kelumpu yang di transformasikan menggunakan konsep analogi romantis.maka ada baiklah mengetahui informasi dasar tentang objek tersebut.
2.4 Kelumpu
Gambar 6. Kelumpu
Sumber : google.image.com
Lumbung adalah bangunan tradisional Bali yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan padi. Lumbung dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut bentuknya, yaitu : kelumpu, jineng, gelebeg, dan kelingking. Pembahasan kali ini akan menjabarkan mengenai kelumpu sesuai dengan objek yang dipilih. Kelumpu merupakan bangunan yang berfungsi sebagai penyimpanan padi dengan denah persegi empat, memiliki 4 atau 6 kolom, dengan atap pelana dari atas bale-bale sampai ke atap. Padi dimasukkan ke ruang penyimpanan dari sisi samping bangunan. Namun, terdapat juga kelumpu yang memiliki pintu diatas bangunan, dan untuk memasukkan padi ke dalam ruang penyimpanan harus menggunakan bantuan tangga. Dinding dan selasar ruang penyimpanan terbuat dari bahan gedeg anyaman bamboo atau papan kayu. Atap bangunan umumnya dari alang-alang atau bahan lain yang ditentukan dari iklim setempat. 2.4.1 Pergeseran Fungsi
16
Pergeseran sektoral dari sektor pertanian ke sektor lainnya terutama ke sektor jasa telah mempengaruhi perubahan sistem mata pencaharian sebagian besar masyarakat Bali. Hal ini mempercepat tergesernya keberadaan bangunan tradisional Bali khususnya lumbung yang tidak lagi memenuhi fungsi sesuai dengan tuntutan nilai masa kini, dimana kebutuhan terhadap bangunan hunian meningkat sehingga keberadaannya banyak yang terbengkalai dengan kondisi yang menyedihkan. Namun, perwujudan lumbung yang khas sering menjadi inspirasi bagi para perancang untuk mewujudkan bentuk bangunan baru dengan fungsi yang berbeda dengan fungsi lumbung itu sendiri. Wujud bangunan yang mengambil bentuk lumbung seperti ruang istirahat dan ruang music, artshop, dan museum, pos jaga, tugu batas, dan papan nama.
Gambar 7. Denah Klumpu
Sumber : I Nyoman Gelebet, 1986
Gambar 8. Potongan (kiri) & Konstruksi badan lumbung padi (kanan)
Sumber : Materi Kuliah ATB 2 oleh Ir. I Nengah Lanus
17
BAB III LINGKUP KAJIAN & OBJEK PENELITIAN 3.1 Lingkup Kajian
Untuk dapat merubah arsitektur tradisional bali menjadi arsitektur modern kontemporer, perlu di ketahui tentang faktor-faktor pengubah tata ruang dan tata bangunan, dalam hal ini mengetahui nilai-nilai apa saja yang dapat di rubah dan di pertahanankan. ATB yang sangat menyatu dengan agama dan adat istiadat, sehingga lingkup bahasan difokuskan pada nilai-nilai yang terkait langsung dengan arsitektur yaitu:
a.
Nilai nilai nirupa Nilai nirupa merupakan salah satu factor utama dari perancangan, nilai nirupa juga sering disebut dengan paras isi, content, dan tertib langgam. Factor – factor utama dalam nilai ini yaitu : •
Filosofi/ide yang menurunkan norma
•
Konsep
•
Prinsip
b. Nilai nilai rinupa Nilai rinupa merupakan salah satu unsur dari perancangan, ada beberapa uns ur utama dalam perancangan yaitu : 1) Tata ruang (tata ruang dan orientasi, tata letak atau setting massa) 2) tata bangunan •
Sosok atau bentuk
•
Skala dan proporsi
18
•
Ornamen dan dekorasi
•
Struktur dan bahan
3.2 Objek Kasus Penelitian
Dalam hal mentransfomasikan sesuatu, ada baiknya dilaksanakan sebuah penelitian melalu objek observasi sehingga dalam hal desain akan memiliki nnilai-nilai positif dari hasil observasi dan tidak terjadi lagi kesalahan dalam proses mendesain. Objek observasi yang digunakan adalah Klumpu yang berlokasi Desa Dalung. Dalung adalah sebuah desa/kelurahan Gambar 9. Kelumpu
Sumber : pinterest.com
di wilayah Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Awalnya wilayah yang menjadi
Desa Dalung sekarang ini merupakan sebagian semak-semak dan tegalan, dan juga terdiri dari tanah persawahan yang subur. Bangunan klumpu di Bali termasuk sangat sulit untuk ditemukan dan hamper tidak ada masyarakat local yang membangun kelumpu sebagai bangunan yang berfungsi sebagai lumbung padi. Lumbung padi yang paling sering ditemukan seperti jineng dan glebeg. Jadi, adanya bangunan kelumpu pada masa kini merupakan salah satu warisan budaya terdahulu. Alasan Pemilihan Kelumpu di Desa Dalung Wilayah Bali: Karena Desa ini merupakan salah satu desa yang masih melestarikan budaya atau lebih tepatnya masih merawat dan melestarikan Kelumpu sebagai lumbung padi disaat mayoritas warga lokal Bali lainnya membangun jineng ataupun gelebeg sebagai penggantinya. Menurut kami bangunan tersebut dapat dijadikan objek penelitian karena sesuai dengan tujuan tugas yaitu mentransformasi bangunan Arsitektur Tradisional Bali menjadi Arsitektur Masa Kini melalui metode analogi. Di lain sisi, objek Arsitektur Tradisional Bali
19
yang dianalogikan adalah kelumpu dengan mentransformasikan bentuk dan fungsinya menjadi bangunan dengan ruang relaksasi. Sehingga kami memutuskan untuk menjadikan bangunan tersebut sebagai objek kasus untuk penelitian lebih lanjut sesuai dengan tujuan dari mata kuliah Arsitektur Tradisional Bali 3. 3.1 Pembahasan Objek Kasus Penelitian
Masyarakat bali terkenal juga dengan sistem agrarisnya berupa subak. Sebagian besar masyarakat bali dulunya menggantungkan hidup pada pertanian, alhasil para local genius banyak menghasilkan ciptaan-ciptaan yang berhubungan dengan pertanian. Seperti halnya lumbung padi di Bali yang biasa disebut klumpu atau jineng. Klumpu sendiri memiliki fungsi utama menyimpan hasil tani masyarakat. Hasil tani disimpan pada bagian atas dari jineng itu sendir i yang berbentuk segitiga yang merupakan kepala banguan. Selain berfungsi untuk menyimpan hasil tani, pada bagian bawahnya terdap 2 bagia badan dan kaki yang memiliki fungsi yang berbeda pula. Bagian tubuh jineng sendiri dapat dibagi
Gambar 10. Kelumpu Sumber : pinterest.com
menurut berbagi macam aspeknya, antara lain adalah: 1. Kosmologi Bangunan Bali pada umumnya selalu memiliki pembagian seperti ini secara struktural, memiliki bagian kepala, badan, dan kaki. Pembagian ini dikarenakan ciri khas
arsitektur
Bali
tradisional
yang
mencerminkan manusia sendiri pada tiap bangunannya
Gambar 11. Potongan Lumbung Sumber : buku Arsitektur Rumah Tradisional Bali
20
a. Kepala Bagian teratas daripada bangunan sendiri. Berbentuk segitiga besar yang memiliki fungsi menyimpan hasil tani.
b. Badan Bagian yang mencermikan tubuh manusia. Berada di tengah bangunan yang berbentuk seperti bale. c. Kaki Bagian bawah yang mewakili kaki manusia. Berupa kaki – kaki yang menyangga banggunan.
2. Fungsi a. Menyimpan Tani Digunakan untuk menyimpan hasil tani karena letaknya yang berada diatas bangunan. Diletakannya diatas bangunan dikarenakan jauh dari hewan dan tidak lembab.
b. Mengolah Hasil Tani Baik membersihkan, memotong, menggiling, hasil tani biasanya dilakukan disini oleh masyarakat Bali dulu. Dikarenakan letaknya yang dekat denga tempat penyimpanan dan akan jauh lebih efesien jika dilakukan disini.
c. Menyimpan Perkakas / hewan Baik perkakas ke sawah maupun yang lainnya biasanya dipakai juga untuk tempat tinggal hewan, baik berupa ayam, bebek, ataupun anjing.
21
3. Tri Angga a. Utama Bagian dengan kedudukan yang paling tinggi diantara bangunan lainnya atau kepala. Bagian yang direpesentasikan untuk Dewi Sri yang menjadi Dewi untuk pertanian. Mungkin karena itu juga diletakan dibagian teratas yang paling suci.
b. Madya Bagian yang terletak ditengah, bagian yang
Gambar 12. Kelumpu Sumber : pinterest.com
berbentuk seperti bale. Bagian yang direpresentasikan untuk manusia. c. Nista Bagian kaki kaki bangunan ini yang terletak paling bawah bangunan. Bagian yang dianggap paling kotor pada bangunan ini. Yang menjadi bagian untuk menyimpan hewan dan perkakas. 4. Struktur Lumbung Lumbung
difungsikan
untuk
mendukung
fungsi,
seperti
ruang
penyimpanan, ruang bale terbuka sehingga harus mendapatkan sinar matahari yang cukup. Lumbung juga dirancang agar tikus atau hama lainnya tidak dapat mencapai tempat penyimpanan. a. Sub Struktur Tinggi tiang bagian bawah bale dibuat rendah, yaitu setinggi kaki menggantung saat duduk, sehingga memudahkan orang untuk duduk di bale. Bagian kaki tiang ditopang oleh sendi yang berukuran sekitar dua kali ukuran sendi bangunan biasa. Tumpuan antara tiang lumbung dengan batu sendi dilapisi ijuk untuk mencegah kelembaban dan gangguan rayap atau serangga lain. Pondasi dari lumbung sendiri memakai pondasi jongkok asu yang berukuran lebih besar dari penampang sendi bangunan karena menerima beban yang paling berat. Oleh karena itum jongkok asu ditanam agak ke dalam tanah dan ditutupi bebaturan. Ruang dibagian bawah bale biasanya digunakan 22
untuk menyimpan alat pertanian atau kayu bakar bahkan sebagai kandang ternak sementara.
b. Super Struktur Konstruksi pada bagian badan lumbung sering memakai bentuk sunduk pulang sebagai ornamen. Konstruksi ini memakai bentuk sunduk yang
dilengkapi langki yang berfungsi sebagai salah satu hiasan lumbung dan mempersulit naiknya tikus ke tempat penyimpanan. Konstruksi badan lumbung biasanya menggunakan kayu nangka. c. Upper Struktur Atap lumbung berbentuk kampiah (pelana) tinggi, melengkung, dan cembung sehingga luas ruang dalam upper struktur menjadi lebih luas dibandingkan ruang pada bagian badan dan kaki. Ruang inilah yang menjadi tempat penyimpanan terutama penyimpanan padi. 5. Dimensi Penentuan ukuran lumbung memiliki tata caranya sendiri mengenai besar, tinggi, dan lain-lain. Adapun ukuran tiap bagian bisa dibilang seperti ini: •
Bila ukuran lebar penampang tiang ( rai) sejengkal disebut sering teka, pengaruhnya baik.bila kurang semas jari, disebut sri gati, pengaruhnya sangat utama.
•
Bila tinggi tiang tiga belas kali lebar penampangnya (rai) disebut sri laba, pengaruhnya sangat utama, dan bila kurang setengah rai disebut sri tumpuk.
•
Bila ukuran kaki tinggginya sehasta disebut sri guna, dan bila pelebihnya satu setengah ruas jari disebut sri desa sasih, pengaruhnya baik dan kaya.
•
Bila panjang sunduk dawa satu setengah panjang tiang, pelebihnya satu guli (ruas jari) dan setengah rai disebut sri gati, pengaruhnya baik, kaya
perak. Bila panjang sunduk dawasama dengan tiang atau sepertiga tinggi tiang dengan pelebih seruas jari atau setengah rai sangkirang maka disebut sri teka. Pengaruhnya baik, kaya emas dan perak.
23
•
Sunduk bawak dibagi empat. Dua bagian untuk dalamnya, dan yang
lainnya untuk overstack pada kedua sisi disebut sri teka laba. Hal ini berpengaruh baik dan sehat. Untuk menentukan panjang apit udang dipakai ukuran panjang bagian dalam sunduk bawak disebut sri tumpang mesi, berpengaruh baik, kaya harta dan perak. •
Untuk
menentukan
tinggi
letak
sunduk
pemaung
di
bawah
blandar/jorogjogan iga-iga, dibuat segaris dengan pertengahan langki.
Bila tidak demikian sangat berbahaya, disebut senyum gigi mayat. Pengaruhnya adalah meninggal dunia bagi orang yang membuatnya. Dibuat seperempat tiang sebelah, bila tidak demikian bahaya itu disebut naga berbelit, pengaruhnya yaitu kesakitan, bahaya, dan kematian.
24
BAB IV METODE ANALOGI ROMANTIK 4.1 Analogi Romantik
Jika ditinjau, arsitektur merupakan karya seni, jadi arsiteknya adalah seniman sehingga ide peranannya menjadi penting. Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan emosional dalam diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-bentuk alam, dan masa lalu yang akan menggugah emosi pengamat) atau melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan (penggunaan kontras, ukuran, bentuk yang tidak biasa yang mampu menggugah perasaan takut, khawatir, kagum dan lain-lain). Beberapa arsitek yang menggunakan analogi romantik dalam karyanya adalah petter Collins, Wayne O’Attoe, am Richardo Porro. Namun masing-masing memiliki pengertian masing-masing mengenai analogi romantik 1. Wayne O’Attoe •
Romantic design menggunakan asosiasi-asosiasi, bersesuaian dengan alam berarti
pengaturan secara alamiah dan proses dari alam. •
Association -> Kesesuaian dengan masa lampau, lugu, primitif , kenangan masa lalu, berlebih-lebihan, dibuat-buat.
•
Exaggeration -> Mereka tidak melihat, tidak punya pandangan, tidak mengerti, tidak memotret
•
Analogi romantis mencari ‘INDAH’. Analogi lain mencari ‘BENAR’.
2. Peter Collins. •
Analogi romantik merupakan kaidah-kaidah yang pernah ada, diurai dalam bentuk berbeda
•
Masih berkiblat pada masa lalu, masih ada nilai-nilai, misal kolom romawi dibuat berbentuk lain.
3. Richardo Porro •
Analogi romantik sebagai gambaran, diolah jauh sekali dari yang ada.
25
Attoe dan Porro berbicara makna apa yang ada dari suatu benda. Collins berbicara apa yang dilihatnya (melihat secara fisik/bendaa) tidak melihat arti yang ada di dalamnya. Tapi ketiganya: Porro, Attoe dan Collins berbicara dalam rangka menjelaskan benda yang ada (arsitektur). Kelompok romantis mencoba untuk menggugah perasaan manusia, bahwa sesuatu yang rutin tidak memberikan gairah hidup. Batas lazim adalah kemampuan menyadarkan pengamatan bahwa kerutinan itu membosankan 4.2 Bangunan dengan Analogi Romantik 1. Anthropomorphism oleh Richardo Porro
Gambar 13. Anthropomorphism
Sumber : Wikipedia.org
Ricardo porro merupakan arsitek kenemaan asal kuba (lahir 1925) dan merupakan arsitek kelulusan universitas Havana. Rancangan di atas merupakan salah satu karya Porro yang menggunakan analogi romantik yang merupakan villa, gedung hiburan utama (dengan restoran, tempat berbelanja dan ruang sosial dan budaya) di Yugoslavia. Sesuai istilahnya, anthropomorphism (dalam bentuk manusia), bangunan ini mengambil bentukan tubuh seorang pria gemuk yang ingin menembus seluruh teluk.
26
Gambar 14. Anthropomorphism
Sumber : Wikipedia.org
Richardo porro menganggap sikap jiwa terhadap kenyataan yang ada yang dianggap sebagai halnya individu dalam dunianya dimana dia mencari identitas dirinya. Ia tidak merancang sesuatu mengikuti aturan yang ada serta bersifat sedikit mi sterius.
27
BAB V TRANSFORMASI BANGUNAN
Masyarakat dan kebudayaan Bali selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Perubahan masyarakat dan kebudayaan Bali sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik merupakan faktor internal (dinamika kebudayaan Bali sendiri) maupun faktor eksternal (pengaruh kebudayaan luar). Untuk melihat adanya perubahan yang terjadi pada Arsitektur Bali, maka saya mengambil klumpu sebagai contoh dalam studi ini. klumpu merupakan salah satu wujud arsitektur tradisional Bali yang telah berkembang pesat. Telah terjadi perkembangan fungsi, estetika, bentuk, dan struktur serta perubahan makna secara simbolis pada klumpu tradisional Bali. Klumpu merupakan tempat untuk menyimpan padi yang terletak di bagian arah tenggara dari natah rumah (umah). Kebutuhan akan tempat dan fungsi bangunan juga mempengaruhi faktor perkembangan
dari
suatu
bangunan.
Bangunan
klumpu
banyak
mengalami
perkembangan dan fungsinya yang digunakan sebagai villa, lobby, ataupun restauran yang memperlihatkan sisi bangunan arsitektur tradisional Bali sebagai langgamnya. Di Bali kebutuhan tempat untuk kebugaran khususnya yoga sangat jarang dirasa ada, maka dari bangunan tradisional Bali pada klumpu tranformasi bangunan terhadap tempat yoga bias di terapkan lantaran kesan natural dan fungsi sangat menyatu untuk olahraga yoga yang menyatu dengan alam.
Fungsi: Klumpu pada bangunan Arsitektur Tradisional Bali memiliki fungsi awal yaitu sebagai tempat penyimpanan pangan, lalu perubahan pada bangunan menjadi temat olahraga yoga. Konsep: Konse p yang diterapkan pada bangunan ini adalah “back to nature” dimana enggunaan material organic seperti alang-alang dan kayu diterapkan agar bangunan terkesan natural dan menyatu dengan alam, tetapi penggunaan material modern juga tidak dipungkiri seperti penggunan floding door dengan material kaca, lalu penggunaan dinding bata sebagai penahan atap bangunan.
28
BAB VI PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Kelumpu menghadirkan nilai-nilai ATB, baik dari segi tata ruang yang dalam hal ini adalah sanga mandala dan tri mandala maupun tri angga. Selain itu, kelumpu merupakan salah satu bangunan tradisional masyarakat Bali zaman dahulu yang dapat dikatakan keberadaannya yang punah. Oleh karena itu, pengkajian desain transformasi bangunan kelumpu dengan metode analogi pada kelumpu merupakan salah satu cara dalam mengembangkan rancangan desain sekaligus upaya pelestarian budaya tradisional B ali. 5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, diperlukan sebuah reformasi bentuk dan komposisi massa yang dapat menghidupkan atau membangkitkan lagi keberadaan bangunan kelumpu. Pergeseran keberadaan bangunan tradisional Bali khususnya lumbung yang tidak lagi memnuhi fungsi seuai dengan tuntutan nilai masa kini, dimana kebutuhan terhadap bangunan hunian meningkat sehingga keberadaannya banyak yang terbengkalai. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan upaya pelestarian bangunan arsitektur tradisional Bali. Walaupun, perwujudan lumbung yang khas sering menjadi inspirasi bagi para perancang untuk mewujudkan bentuk bangunan baru dengan fungsi yang berbeda dengan fungsi lumbung itu sendiri.
29